Saturday, February 7, 2015

KEKUATIRAN: Bukti Ketidakpercayaan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2015

Baca:  Mazmur 112:1-10

"Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN."  Mazmur 112:7

Semua orang pasti punya rasa kuatir karena kuatir adalah hal yang manusiawi, tapi jika setiap saat dan setiap waktu kita terus hidup dalam kekuatiran itu sama artinya kita tidak mempercayai Tuhan sepenuhnya;  kita meragukan kuasa Tuhan dan bimbang terhadap semua janji-janji Tuhan.  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Orang yang kuatir membuktikan bahwa ia tidak menyadari kasih dan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya, padahal  "...TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."  (Mazmur 100:5).  Firman-Nya juga mengatakan,  "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  (Matius 7:11).

     Jika kita menyadari akan kasih dan pemeliharaan Tuhan kita dapat berkata seperti rasul Paulus katakan,  "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:35, 37).

     Mulai hari ini ambil tindakan tegas untuk membuang semua kekuatiran yang selama ini terus membelenggu hidup kita.  Norman Vincent Peale, motivator, menyatakan bahwa ketika seseorang kuatir sama artinya ia telah membuang-buang energi mental secara bodoh, sebab kira-kira sembilan puluh dua persen dari kekuatiran tidak pernah terjadi.  Sayang bukan?  Cara untuk berhenti dari rasa kuatir adalah banyak berdoa dan belajarlah untuk senantiasa bersyukur di segala keadaan.  Dengan bersyukur maka arah pandangan kita tertuju kepada janji Tuhan dan kebesaran kuasa Tuhan.  Tidak berarti hal itu akan mengubah situasi, melainkan respons kita terhadap masalah yang akan berubah.

Miliki keyakinan seperti rasul Paulus,  "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  2 Korintus 5:7

Friday, February 6, 2015

TERBEBAS DARI RASA KUATIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2015

Baca:  Mazmur 55:1-24

"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau!"  Mazmur 55:23a

Pada dasarnya kekuatiran bukanlah suatu keadaan, melainkan sebuah keputusan atau pilihan hidup.  Ketika mengalami masalah yang ringan dan tidak terlalu rumit saja kita cenderung kuatir.  Tetapi ada orang yang meskipun dihadapkan pada masalah sangat berat dan pelik memilih tidak kuatir dan tetap tenang, sebab ia tahu dalam kekuatiran seseorang  "...tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman;...tetapi kegelisahanlah yang timbul."  (Ayub 3:26), sebaliknya dalam  "...tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."  (Yesaya 30:15)  dan  "Hati yang tenang menyegarkan tubuh,"  (Amsal 14:30).

     Supaya terbebas dari rasa kuatir kita harus selalu menjaga hati dan pikiran, sebab apa yang ada di dalam hati dan pikiran menentukan sikap, perkataan dan tindakan,  "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu."  (Amsal 27:19).  Maka dari itu  "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  (Amsal 4:23).  Kita pun harus menjaga  'mata'  kita, karena apa yang kita lihat seringkali mempengaruhi hati dan pikiran kita.  "Mata adalah pelita tubuh. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu."  (Matius 6:22-23).  Jika mata kita hanya tertuju pada situasi dan keadaan yang ada, kita akan menjadi lemah dan semakin kuatir, tapi bila mata kita tetap tertuju kepada Tuhan Yesus, maka Dia  "...yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,"  (Ibrani 12:2).

     Langkah selanjutnya:  menyediakan waktu membaca dan merenungkan firman Tuhan.  Bila kita lakukan itu siang dan malam, hal-hal positif akan memenuhi pikiran kita, yaitu  "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan"  (Filipi 4:8), sehingga kekuatiran dan hal-hal negatif lainnya tidak akan punya tempat lagi di dalam hati dan pikiran kita.

"demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  Yesaya 55:11