Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Mei 2011 -
Baca: Ibrani 10:19-25
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." Ibrani 10:24
Dari ayat nas yang kita baca ada dua kata penting yaitu memperhatikan dan mendorong. Kata memperhatikan memiliki arti: menemukan dan melihat satu sama lain. Sedangkan kata mendorong dalam bahasa Yunaninya 'paroxusmos', yang artinya: membangkitkan atau membuat tajam. Dua hal inilah yang diperlukan dalam pertumbuhan iman setiap orang percaya: saling memperhatikan dan saling mendorong.
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang kelihatannya rajin beribadah ke gereja tapi mereka tidak mengalami pertumbuhan ke arah yang benar. Mengapa? Karena mereka selalu berpindah-pindah gereja, tidak berakar atau menjadi anggota di suatu gereja lokal. Minggu ini beribadah di gereja A karena kebetulan ada hamba Tuhan besar yang sedang berkotbah di situ; minggu berikutnya beribadah ke gereja B yang lokasinya di kawasan pusat perbelanjaan, dengan harapan sambil menyelam minum air, beribadah sekaligus shopping. Di kesempatan lainnya ikut kebaktian di gereja C dan seterusnya. Bahkan ada juga orang Kristen yang sudah cukup beribadah menyaksikan siaran televisi saja di rumah. Apakah mungkin orang-orang yang demikian memiliki persekutuan yang intens dengan saudara seiman lainnya? Mereka datang ke gereja, duduk mendengarkan kotbah, pulang, tidak peduli orang lain; fokusnya diri sendiri.
Begitu pentingkah kita berakar di dalam sebuah gereja lokal? Misalkan kita memiliki tanaman jeruk, tapi kita selalu menarik akarnya setiap minggu dan memindahkannya, maka sampai kapan pun tanaman jeruk itu tidak akan bertumbuh, apalagi berbuah. Tanaman jeruk itu akan bertumbuh dengan baik dan pada saatnya akan menghasilkan buah apabila ditanam secara permanen dan dibiarkan berakar pada satu tempat. Begitu pula orang percaya yang selalu berpindah-pindah gereja dan tidak mengakar di suatu gereja lokal. Ketika kita bergabung dengan gereja lokal kita memiliki kesempatan untuk bersekutu dan membangun persahabatan dengan sesama anggota tubuh Kristus. Jika tubuh Kristus hanya terdiri dari orang-orang yang berpusat pada diri sendiri, maka kekristenan tidak akan pernah menjangkau dunia! Tuhan Yesus berkata, "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." (Matius 10:8b). Kebenaran firman yang sudah kita dapatkan harus kita praktekkan dengan saudara seiman. (Bersambung)
Monday, May 16, 2011
Sunday, May 15, 2011
MENUAI DARI PERKATAAN SENDIRI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2011 -
Baca: Bilangan 14:1-38
"Adapun orang-orang telah disuruh Musa untuk mengintai negeri itu, yang sudah pulang dan menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut kepada Musa dengan menyampaikan kabar busuk tentang negeri itu, orang-orang mati, kena tulah di hadapan Tuhan." Bilangan 14:36-37
Ada hukum perang dalam Alkitab (dan mungkin juga dalam hukum dunia saat ini) yang melarang seorang tentara yang penakut untuk turut pergi berperang karena pikiran negatif mereka akan berdampak buruk bagi rekan-rekannya. Seperti tertulis: "...para pengatur pasukan itu harus berbicara kepada tentara demikian: Siapa takut dan lemah hati? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya." (Ulangan 20:8).
Pikiran negatif itu menular! Orang-orang yang berpikiran negatif tidak akan pernah menang dalam peperangan. Ini yang terjadi atas sebagian besar bangsa Israel, yang karena takut maka mereka munuai dari ketakutannya sendiri, yaitu gagal memasuki Kanaan; "...yang sudah pulang dan menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut kepada Musa dengan menyampaikan kabar buruk tentang negeri itu, orang-orang itu mati, kena tulah di hadapan Tuhan." Sedangkan Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune menuai dari perkataan imannya, keduanya menikmati Kanaan. Kanaan adalah "...suatu negeri yang melimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8). Susu dan madu berbicara tentang berkat atau semua hal yang baik yang Tuhan sediakan bagi umatNya. Seharusnya bangsa Israel menatap negeri itu dengan penuh iman. Bukankah mereka telah melewati pengalaman yang luar biasa bersama dengan Tuhan? Mereka diluputkan dari sepuluh tulah: air menjadi darah, katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah, hujan es, belalang, gelap gulita dan juga kematian anak sulung orang Mesir. Namun mereka mudahnya lupa dengan apa yang telah diperbuat Tuhan bagi mereka. Ketika menghadapi raksasa-raksasa baru mereka kembali hidup dalam ketakutan sehingga pada saatnya mereka pun harus menuai hasil dari perkataan sendri.
Perkataan itu seperti benih, yang ketika kita tanam akan bertumbuh dan menghasilkan tuaian. Apa saja yang sering Saudara perkatakan? Janganlah selalu memperkatakan hal-hal yang negatif, karena Yesus Kristus telah membebaskan kita dari kutuk dosa dengan darahNya!
Kemenangan dan berkat adalah milik kita, karena itu selaraskan perkataan kita dengan firman Tuhan!
Baca: Bilangan 14:1-38
"Adapun orang-orang telah disuruh Musa untuk mengintai negeri itu, yang sudah pulang dan menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut kepada Musa dengan menyampaikan kabar busuk tentang negeri itu, orang-orang mati, kena tulah di hadapan Tuhan." Bilangan 14:36-37
Ada hukum perang dalam Alkitab (dan mungkin juga dalam hukum dunia saat ini) yang melarang seorang tentara yang penakut untuk turut pergi berperang karena pikiran negatif mereka akan berdampak buruk bagi rekan-rekannya. Seperti tertulis: "...para pengatur pasukan itu harus berbicara kepada tentara demikian: Siapa takut dan lemah hati? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya." (Ulangan 20:8).
Pikiran negatif itu menular! Orang-orang yang berpikiran negatif tidak akan pernah menang dalam peperangan. Ini yang terjadi atas sebagian besar bangsa Israel, yang karena takut maka mereka munuai dari ketakutannya sendiri, yaitu gagal memasuki Kanaan; "...yang sudah pulang dan menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut kepada Musa dengan menyampaikan kabar buruk tentang negeri itu, orang-orang itu mati, kena tulah di hadapan Tuhan." Sedangkan Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune menuai dari perkataan imannya, keduanya menikmati Kanaan. Kanaan adalah "...suatu negeri yang melimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8). Susu dan madu berbicara tentang berkat atau semua hal yang baik yang Tuhan sediakan bagi umatNya. Seharusnya bangsa Israel menatap negeri itu dengan penuh iman. Bukankah mereka telah melewati pengalaman yang luar biasa bersama dengan Tuhan? Mereka diluputkan dari sepuluh tulah: air menjadi darah, katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah, hujan es, belalang, gelap gulita dan juga kematian anak sulung orang Mesir. Namun mereka mudahnya lupa dengan apa yang telah diperbuat Tuhan bagi mereka. Ketika menghadapi raksasa-raksasa baru mereka kembali hidup dalam ketakutan sehingga pada saatnya mereka pun harus menuai hasil dari perkataan sendri.
Perkataan itu seperti benih, yang ketika kita tanam akan bertumbuh dan menghasilkan tuaian. Apa saja yang sering Saudara perkatakan? Janganlah selalu memperkatakan hal-hal yang negatif, karena Yesus Kristus telah membebaskan kita dari kutuk dosa dengan darahNya!
Kemenangan dan berkat adalah milik kita, karena itu selaraskan perkataan kita dengan firman Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)