Monday, March 16, 2020

TANAH LIAT DI TANGAN SANG PENJUNAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2020

Baca:  Yeremia 18:1-17

"Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku,"  Yeremia 18:6

Perjalanan hidup kita ini tak ubahnya seperti tanah liat di tangan penjunan.  Kita adalah tanah liat dan Tuhan adalah Sang Penjunan.  Tapi banyak orang tak menyadari bahwa dirinya adalah tanah liat sehingga mereka seringkali memaksakan kehendaknya kepada Tuhan;  kita suka mengatur Tuhan untuk mengikuti kemauan kita;  kita tak mau tunduk kepada kehendak Tuhan.  "Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: 'Apakah yang kaubuat?' atau yang telah dibuatnya: 'Engkau tidak punya tangan!'"  (Yesaya 45:9).  Karena itu Tuhan menyuruh Yeremia untuk pergi ke rumah tukang periuk supaya ia dapat belajar dari apa yang diperbuat oleh tukang periuk supaya ia dapat belajar dari apa yang diperbuat oleh tukang periuk atas tanah liat.

     Mengapa Tuhan menggambarkan manusia sebagai tanah liat?  Berbicara tentang tanah liat, Tuhan hendak menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya kita ini lemah adanya, tak punya kekuatan apa-apa.  Di luar Tuhan  (tanpa Tuhan turut campur tangan), kita tak mampu berbuat apa-apa.  Berbicara tentang tanah liat, Tuhan juga mau mengingatkan bahwa kita ini tak punya arti apa-apa, tidak ada harganya, dan kotor.  Tanah itu hanya bisa diinjak-injak oleh banyak orang dan akhirnya menjadi rusak...  namun ketika tanah itu berada dalam genggaman tangan si penjunan, maka tanah akan dibentuk sedemikian rupa menurut apa yang baik pada pemandangannya, sampai akhirnya tanah yang sebelumnya tidak berharga sama sekali menjadi sesuatu yang berharga, yang tidak berarti menjadi sesuatu yang sangat berarti.  "Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,"  (Mazmur 113:7).

     Untuk menjadi bejana yang berharga ada harga yang harus dibayar, ada proses yang harus kita jalani.  Proses memang menyakitkan secara daging dan banyak orang tidak tahan, dan gagal di tengah jalan, seperti bangsa Israel.  Karena itu milikilah penyerahan penuh kepada Tuhan, dan jangan sekali-kali kita memberontak kepada-Nya.  Sebab semakin kita memberontak, semakin panjang proses yang harus kita lewati.

Sebagai Penjunan Tuhan tahu yang terbaik untuk kita!  Karena itu tetaplah taat.

17 comments: