Tuesday, April 16, 2019

JANGAN BERNAZAR BILA MUDAH INGKAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2019

Baca:  Ulangan 23:21-23

"Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri."  Ulangan 23:23

Karena terdorong oleh luapan emosi sesaat atau karena terdesak suatu hal, ada banyak orang Kristen gampang sekali bernazar kepada Tuhan.  Bernazar bisa diartikan:  janji yang sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk melakukan suatu hal.  Semisal:  "Jika aku sudah sembuh dari sakitku aku akan semakin melayani Tuhan.  Kalau bisnisku diberkati Tuhan aku akan sisihkan uangku untuk membantu pembangunan gereja, dan sebagainya."  Mereka berpikir dengan bernazar Tuhan pasti akan mengabulkan semua keinginannya.

     Firman Tuhan memperingatkan dengan keras agar kita tidak gampang untuk bernazar bila kita sendiri tidak bisa menepatinya alias ingkar,  "...sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu."  (Ulangan 23:21).  Adalah  "Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?"  (Pengkhotbah 5:4-5).  Pikirkan masak-masak sebelum berbicara!

     Ada pelajaran berharga dari Yefta tentang nazar.  Ketika hendak berperang melawan bani Amon bernazarlah Yefta di hadapan Tuhan:   "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akanmenjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran."  (Hakim-Hakim 11:30-31).  Pikir Yefta yang akan keluar dari pintu rumahnya adalah hewan ternaknya, namun:  "Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal; selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan."  (Hakim-Hakim 11:34).  Dengan hati hancur berkeping-keping Yefta pun menepati nazarnya dengan mempersembahkan anak gadisnya itu kepada Tuhan.

Lebih baik tidak bernazar daripada tidak bisa menepati!

6 comments: