Friday, February 22, 2019

MENANTIKAN TUHAN: Butuh Kesabaran

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2019

Baca:  Mazmur 130:1-8

"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya."  Mazmur 130:5

Akhir-akhir ini banyak anak Tuhan mengalami kelesuan rohani dan mulai kehilangan gairah di dalam melayani Tuhan.  Salah satu penyebabnya adalah rasa kecewa.  Mereka kecewa kepada Tuhan karena merasa telah berjerih lelah melayani pekerjaan Tuhan tapi keadaan hidupnya sepertinya tidak mengalami perubahan.  Mereka kecewa kepada Tuhan karena doa-doanya belum mendapatkan jawaban dari Tuhan.  Mereka kecewa karena sakit yang dideritanya belum juga disembuhkan, padahal sudah didoakan dan beroleh penumpangan tangan dari hamba-hamba Tuhan.  Ketidaksabaran dalam menantikan waktu Tuhan membuat seseorang berubah sikap hatinya!

     Bukankah kita sudah terlalu sering menerima kebenaran firman Tuhan yang menyatakan bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita, dan  "...rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).  Ketidaksabaran kita sendiri dalam menantikan waktu Tuhan justru dapat menghambat dan menggagalkan rencana dan rancangan Tuhan untuk hidup kita.  Belajarlah untuk bersabar!  "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  (Amsal 16:32).  Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh;  kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa seseorang.

     Yakobus juga menasihati kita agar bersabar menantikan Tuhan, bahkan kata sabar ini diulanginya sampai empat kali  (Yakobus 5:7-11).  Bersabar adalah kunci untuk menang dalam  'ujian waktu'  Tuhan.  Daud harus bersabar selama 13 tahun untuk menjadi raja atas Israel, walaupun ia punya kesempatan lebih cepat dengan jalan membunuh raja Saul.  Namun Daud tidak menggunakan  'aji mumpung'  ini karena ia tahu itu bukanlah kehendak Tuhan.  Karena itu ia belajar bersabar menunggu waktu Tuhan.

"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  Yakobus 5:7b

15 comments: