Thursday, October 24, 2013

HAMBA YANG SETIA ATAU JAHAT (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2013 -

Baca:  Matius 25:14-30

"Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  Matius 25:21

Kita sudah sering mendengar dan membaca tentang perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus ini, perumpamaan tentang talenta yang menggambarkan betapa pentingnya sebuah kesetiaan dan ketekunan yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.

     Sebagai anak-anak Tuhan kita masing-masing mendapatkan karunia dari Tuhan sebagai modal melayaniNya.  Karunia-karunia yang kita dapatkan dari Tuhan ini digambarkan sebagai talenta.  Talenta berbicara tentang kecakapan, kemampuan, kemahiran, waktu dan juga kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita.  Setiap talenta yang dipercayakan Tuhan telah disesuaikanNya dengan kemampuan masing-masing.  Jadi besarnya talenta masing-masing orang berbeda-beda.  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,"  (Matius 25:15).  Meski besarnya talenta tersebut berbeda-beda, setiap kita memiliki hak yang sama untuk menjadi hamba yang baik dan setia, tergantung kepada kesetiaan dan ketekunan kita sendiri.  Setiap talenta adalah kepercayaan;  berapa pun talenta yang diberikan kepada kita, apakah itu lima, dua atau satu sekalipun adalah kepercayaan.  Dengan demikian  "...tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."  (2 Timotius 3:17), dan  "...untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin."  (Ibrani 13:21).

     Jadi setiap talenta yang telah kita terima dari Tuhan harus kita kembangkan.  Apabila kita tidak mau mengembangkan talenta yang telah kita terima, atau dengan sengaja mengabaikannya seperti yang dilakukan oleh hamba yang mendapatkan satu talenta, di mana ia  "...pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya."  (Matius 25:18), ada konsekuensi yang harus kita tanggung.  Terhadap orang yang mendapatkan satu talenta tapi tidak mau mengembangkannya, si tuan menyebut dia sebagai hamba yang jahat dan malas.  Maukah kita disebut sebagai anak-anak Tuhan yang jahat dan malas?  (Bersambung)

2 comments: