Saturday, December 31, 2011

MASIH ADA HARI ESOK BAGI ORANG BENAR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2011 - 

Baca:  Amsal 24:1-34

"Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam."  Amsal 24:20

Di ufuk timur sang surya mulai menyapa dengan pancaran sinarnya yang hangat!  Seolah dia berkata,  "Selamat pagi, masih ada harapan untukmu!"  Roda waktu terus berputar melumat semua kenangan yang ada:  suka, duka, pahit, manis, keberhasilan dan juga kegagalan.  Andai waktu bisa diputar lagi mungkin kita tidak mau mengulang kesalahan-kesalahan yang ada, tidak mau gagal, tidak mau mengecap duka dan pahitnya hidup ini.  Semuanya sudah berlalu dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga!  Tanpa terasa sudah 365 hari kita jalani dan kini kaki kita berada di penghujung tahun 2011, tapi bukan berarti akhir dari segalanya.  Sebagaimana mentari yang tidak pernah ingkar bersinar di pagi hari, esok pun masih ada bagi kita.

     Mungkin saat-saat ini hati kita mulai tawar oleh karena banyaknya goncangan yang terjadi dalam hidup kita.  Mungkin tatapan mata kita mulai kosong seiring berakhirnya tahun ini.  Namun ingatlah bahwa di dalam Yesus masih ada pengharapan, kesembuhan, pertolongan, berkat, dan keselamatan, karena Dia adalah Sang Pembuat keajaiban.  Mujizat masih ada bagi kita!  Jangan lagi tawar hati!  Karena tawar hati hanya akan menutup visi, menutup semuanya.  Dalam Amsal 24:10 dikatakan,  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  Menghadapi hari esok, orang dunia boleh saja kalut, putus asa dan hilang pengharapan.  Tetapi bagi kita anak-anak Tuhan justru hari esok adalah kesempatan bagi kita untuk melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan.  Pemazamur berkata,  "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!"  (Mazmur 118:24).  Dunia boleh makin mundur, tetapi kita sebagai anak-anak Tuhan akan semakin mujur.

     Karena itu jangan gentar menghadapi hari esok!  Asal kita berjalan bersama Tuhan, hari-hari kita akan dipenuhi oleh kemenangan demi kemenangan.  Tertulis:  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Jadikan hari terakhir di tahun 2011 ini menjadi suatu hari kebangkitan bagi kita karena kita punya Yesus yang jauh lebih besar dari segala-galanya.

"Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi;  besar kesetiaan-Mu!"  Ratapan 3:22-23

Friday, December 30, 2011

ORANG BENAR HIDUP KARENA PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2011 - 

Baca:  2 Korintus 5:1-10

"-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  2 Korintus 5:7

Alkitab menyatakan bahwa  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Jadi, iman menjadi dasar bagi orang percaya dalam menjalankan hidup kekristenan.  Karena itu kita harus memiliki iman yang hidup  (aktif), karena  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.  Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."  (Ibrani 11:6).

     Iman adalah kemampuan Ilahi yang sanggup melihat apa yang tidak sanggup diihat mata jasmani.  Orang Kristen yang beriman percaya dan memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhan dan janji-janjiNya meski hal itu belum menjadi kenyataan.  Orang Kristen yang beriman tidak ragu dan bimbang akan segala janji Tuhan, sebaliknya memegang teguh janji itu tanpa mempertanyakannya, terus bersabar dan bertekun menantikan janji Tuhan tersebut, dan menjalani hidup dengan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan hari lepas hari.

     Meski menghadapi tantangan dan ujian yang berat Rasul Paulus tidak tawar hati:  "...meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  (2 Korintus 4:16).  Paulus yakin benar bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan kelak  (baca  Roma 8:18).  Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan letih lesu, keluh kesah, persungutan, omelan dan sebagainya karena fokusnya hanya tertuju pada besarnya masalah dan situasi yang ada.

     Mari kita belajar meneladani Paulus yang senantiasa berjalan dengan iman.  Adalah rugi besar jika kita tidak bersungguh-sungguh beriman kepada Tuhan karena dengan iman, kita mampu melihat betapa dahsyatnya kuasa Tuhan yang tidak bisa kita gambarkan.  Secara jasmani Tuhan tidak kelihatan, tetapi Ia ada, dan kuasaNya tidak berubah, baik kemarin, hari ini dan sampai selamanya.  Pemazmur berkata,  "Orang bebal berkata dalam hatinya:  'Tidak ada Allah!'"  (Mazmur 53:2a).  Jadi menurut Alkitab hanya orang bodoh dan gila saja yang berkata bahwa Tuhan itu tidak ada!  Iman tidak saja memampukan seseorang melihat yang tidak kelihatan, tetapi bisa melihat sisi positif dari segala yang buruk sekali pun.

"Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  2 Korintus 4:18

Thursday, December 29, 2011

JANGAN MALAS, RAJINLAH!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2011 - 

Baca:  Amsal 21:1-31

"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan."  Amsal 21:5

Dalam Yeremia 17:7 dikatakan,  "Diberkatilah orang yang mengandakan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!"  Jadi hidup kekristenan haruslah hidup yang berserah kepada Tuhan dan senantiasa mengandakan Dia dalam segala hal.  Namun demikian bukan berarti kita sebagai orang percaya boleh bersikap pasif, menunggu, masa bodoh dan tidak mau bekerja dan berusaha.  Arti berserah dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan pasti turut campur tangan dalam segala hal melalui hidup kita.  Yeremia juga menambahkan,  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan."  (Yeremia 17:5).  Karena itu kita harus tetap mengerjakan bagian kita, melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, selebihnya adalah bagian dan wewenang Tuhan untuk mengerjakannya.

     Tuhan telah menganugerahkan karunia dan talenta yang berbeda kepada setiap orang percaya yang harus dikobarkan dan dimaksimalkan dalam kehidupan nyata untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan.  Jika kita menyadari anugerah Tuhan yang besar ini kita tidak akan menjadi orang Kristen yang malas dan ogah-ogahan, sebaliknya kita akan memiliki semangat yang tinggi, do our best dan rajin mengerjakan segala sesuatunya.  Paulus menasihati,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,..."  (Roma 12:11).  Alkitab menulis betapa besar dampak dan manfaatnya jika kita rajin:  "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya."  (Amsal 10:4).  Bukan itu saja.  Kerajinan dalam diri seseorang akan membawanya memegang kekuasaan dan juga diberi kelimpahan.  Namun sebaliknya,  "...kemalasan mengakibatkan kerja paksa."  (Amsal 12:24).  dan  "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."  (Pengkotbah 10:18).

     Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya menjauhi kemalasan!  Tuhan tidak suka terhadap orang Kristen yang malas!  Jadilah orang Kristen yang rajin, karena kerajinan pasti akan selalu mendatangkan hal-hal yang positif.  Adakah orang yang malas itu berhasil dalam hidupnya?

Orang yang rajin pasti akan mengalami keberhasilan dalam hidupnya, karena Tuhan senantiasa melimpahkan kasih dan kebaikanNya!

Wednesday, December 28, 2011

SUDAH AKIL BALIG (ROHANI)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2011 - 

Baca:  Galatia 4:1-11

"Yang dimaksud ialah:  selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;"  Galatia 4:1

Kata akil balig artinya sudah dewasa.  Alkitab menyatakan bahwa seseorang yang belum dewasa belum pantas menerima warisan.  Namun setelah ia mengalami akil balig, maka hak ahli waris dapat diterimanya.  Akil balig yang dimaksudkan oleh ayat nas di atas adalah akil balig rohani atau kedewasaan rohani.  Inilah sasaran kehidupan orang percaya yaitu mencapai kedewasaan rohani seperti tertulis:  "...sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,"  (Efesus 4:13).  Secara fisik setiap orang mengalami pertumbuhan, mulai dari balita, anak-anak, remaja, pemuda dan kemudian menjadi dewasa.  Semakin bertambah usia seseorang bertambah kuat pula fisik atau jasmaninya, tapi tidak menjamin bahwa kerohaniannya juga bertambah kuat.

     Seseorang bisa dikatakan telah dewasa rohaninya atau mengalami akil balig secara roh apabila ia tidak lagi  "...hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.  Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus."  (Roma 8:9a).  Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa jika seseorang bukan milik Kristus, baginya tidak mungkin hak waris diberikan.  "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;  jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).  Kini kita adalah milik Kristus.  "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Oleh karena itu tinggalkan segala perbuatan duniawi dan hiduplah menurut pimpinan Roh Kudus.

     Seseorang yang dewasa rohani  (akil balig secara rohani)  pasti akan mengalami mujizat dari Tuhan dan menikmati penggenapan janji-janjiNya dalam hidupnya, dan untuk bisa bertumbuh dewasa kita tak lepas dari tuntunan Roh Kudus karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus  (baca 1 Korintus 3:16);  karena itu tunduklah pada pimpinan Roh Kudus.

Hanya orang yang sudah mengalami  'akil balig'  lah yang semakin dipercaya oleh Tuhan dalam segala hal dan menjadi ahli warisNya!

Tuesday, December 27, 2011

FIRMAN TUHAN TIDAK BISA BATAL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2011 - 

Baca:  2 Raja-Raja 10:1-17

"Ketahuilah sekarang, bahwa firman Tuhan yang telah diucapkan Tuhan tentang keluarga Ahab, tidak ada yang tidak dipenuhi, Tuhan telah melakukan apa yang difirmankan-Nya dengan perantaraan Elia, hamba-Nya."  2 Raja-Raja 10:10

Yesaya 55:11 mengatakan,  "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  Ini adalah penegasan bahwa firman Tuhan adalah ya dan amin.  Tidak ada perkataan firman Tuhan yang akan berlalu sia-sia.

     Hal ini terbukti dan dialami oleh keluarga raja Ahab, di mana mereka harus menuai perbuatan jahatnya.  Penghukuman atas keluarga Ahab benar-benar terjadi karena Tuhan sendiri yang berfirman.  Jika Tuhan sendiri yang mengatakan maka semua pasti terjadi.  Juga tertulis:  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Setinggi apa pun kedudukan seseorang dan sebesar apa pun kuasa yang dimilikinya tidak akan mampu menghindarkannya dari penghukuman Tuhan.  Begitu juga dengan Izebel, isteri Ahab yang sempat melakukan ancaman terhadap Elia sehingga Elia mengalami ketakutan.  Akhir hidupnya sangat tragis, mayatnya dimakan anjing seperti yang diucapkan Elia,  "Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya."  (2 Raja-Raja 9:10a).  Sekali Tuhan mengucapkan sesuatu tentang hidup seseorang, hal itu pasti terjadi.  Izebel tidak bisa melepaskan diri dari perkataan Tuhan, apa pun usaha yang dilakukannya;  semuanya pasti akan sia-sia.

     Dari pengalaman tragis yang dialami oleh keluarga Ahab ini kita bisa belajar bahwa firman Tuhan atau perkataan Tuhan itu sangat berkuasa.  Karena itu jangan menganggap sepele firman yang tertulis dalam Injil ini.  Sekali Tuhan berfirman, firmanNya itu mengikat diriNya sendiri sehingga Dia pun pasti akan melaksanakan apa yang diucapkanNya.  Jika sampai hari ini kita belum mengalami apa yang dijanjikan Tuhan, imani dan pegang janji firmanNya sebagaimana Tuhan menasihati Yosua untuk merenungkan firman Tuhan siang dan malam  (baca  Yosua 1:8).  Itulah yang menjadi kunci kemenangan dan keberhasilan hidup Yosua!

"Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana."  Yesaya 14:24

Monday, December 26, 2011

ORANG MAJUS: Iman dan Pemberian yang Terbaik!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2011 - 

Baca:  Matius 2:1-12

"Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur."  Matius 2:11b

Ada hal menarik dari kisah kelahiran Yesus yang mungkin kurang kita perhatikan.  Ada orang-orang Majus yang datang mencari bagi Yesus, padahal mereka bukanlah orang Yahudi;  dengan kata lain mereka bangsa kafir yang dianggap sebagai bangsa yang tidak berpengharapan karena mereka bukanlah bangsa pilihan Tuhan.  Namun ketika Yesus lahir, kabar sukacita tentang kedatangan Sang Juruselamat justru pertama kali didengar oleh mereka yang secara geografis berasal dari tempat yang sangat jauh dan tidak masuk hitungan.  Dari negeri yang sangat jauh, Tuhan memanggil mereka.  Untuk bisa bertemu Yesus mereka harus  'membayar harga',  berjalan dari tempat jauh  (ratusan mil)  di mana banyak sekali tantangan yang harus mereka hadapi:  melalui padang gurun yang ganas, belum lagi bahaya dari para perampok, binatang buas dan banyak lagi kesulitan-kesuitan lainnya.  Namun di sini kita melihat ketekunan dan pengorbanan mereka demi melihat dan menyembah bayi Yesus, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan.

     Satu hal yang luar biasa!  Ketika Yesus masih dalam wujud bayi nan mungil dan berada di palungan yang sederhana, serta belum memproklamirkan diriNya bahwa Dia adalah Raja di atas segala raja dan Juruselamat dunia, orang-orang Majus telah memiliki iman yang luar biasa:  iman yang menebus jauh melampaui apa yang bisa mereka lihat.  Iman mereka adalah iman yang hidup, di mana mereka sangat percaya kepada satu pribadi, sekalipun secara manusia sulit dipahami oleh akal dan pikiran manusia yang terbatas karena kesederhanaan bayi tersebut.  Orang-orang Majus adalah gambaran bagaimana Tuhan memilih dan memanggil seseorang sebagai umat pilihanNya.  Justru orang-orang yang tidak terpikirkan dan tidak masuk hitungan, merekalah yang Tuhan panggil.  Begitu juga kita yang adalah orang-orang berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan, oleh karena anugerahNya kita dipanggil dan diselamatkanNya.

     Bagaimana respons kita terhadap panggilan Tuhan ini?  Orang-orang Majus saat dipanggil oleh Tuhan taat dan mau melangkah sekalipun banyak rintangan, tantangan dan pengorbanan.  Bahkan setelah bertemu bayi Yesus mereka menyembah Dia dan memberikan yang terbaik bagi Dia.

Apa yang sudah kita berikan untuk Tuhan Yesus?

Sunday, December 25, 2011

TERANG ITU TELAH DATANG!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2011 - 

Baca:  Yesaya 9:1-6

"Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar."  Yesaya 9:1

Natal telah tiba...Natal telah tiba...!  Hari ini kita merasakan sukacita karena natal telah tiba.  Kita juga melihat bagaimana antusias seluruh dunia menyambut datangnya natal dengan berbagai cara, mulai dari menghias pohon-pohon cemara lengkap dengan pernak-pernik, kerap-kerlip lampu dan hadiah-hadiah di bawahnya, baik itu di rumah, toko, plasa, gedung dan juga kantor.  Kumandang lagu Malam Kudus kini bergema di mana-mana.

     Apa makna kelahiran Yesus bagi dunia ini?  Bagi nabi Yesaya, kelahiran Yesus berarti datangnya terang besar bagi bangsa yang berjalan dalam kegelapan.  Pada waktu itu bangsa Israel sedang berada di ambang kehancuran karena mereka di bawah penaklukan Asyur sebagai akibat dari dosa mereka sendiri.  Alkitab sering memakai kata kegelapan untuk melambangan kejahatan, dosa, hukuman, kesukaran, ketidakpastian dan kematian.  Sebaliknya, Akitab memakai kata terang sebagai lambang kehidupan kekal, keselamatan, pengampunan, sukacita, kebenaran dan segala sesuatu yang baik.  Inilah yang dianugerahkan Tuhan,  "...atasnya terang telah bersinar."  Terang adalah keselamatan sempurna dari Allah melalui Pribadi Yesus Kristus.  Seluruh umat manusia telah berdosa dan berada di bawah kuasa dosa, dan itu hanya akan membawa kita kepada kematian dan penghukuman kekal.  Kini keselamatan sejati telah diberikan kepada kita.  Di dalam diri Yesus, Allah telah melakukan tindakan penyelamatan yang konkrit.  Dalam diri Yesus, Allah telah melenyapkan kegelapan dan menggantikannya dengan terang yang ajaib.  Siapa terang ajaib itu?  Tuhan Yesus berkata,  "Akulah terang dunia;  barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."  (Yohanes 8:12).  Dalam hal ini Yesus sedang menegaskan otoritas keilahianNya sekaligus tindakan penyelamatanNya bagi umat manusia.

     Jadi, Yesus adalah Sumber Terang itu sendiri;  Dia yang memberikan terang karena Ia telah mengalahkan kegelapan melalui kematian dan kebangkitanNya.  Tertulis:  "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.  Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya."  (Yohanes 1:4-5).

Yesus adalah hadiah terindah dari Sorga bagi umat manusia, karena di dalam Dia tidak ada lagi kegelapan, melainkan ada terang, pengharapan dan kehidupan kekal!

Saturday, December 24, 2011

KEROHANIAN YANG SEMAKIN MEROSOT!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2011 - 

Baca:  2 Tawarikh 12:1-16

"Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja."  2 Tawarikh 12:10

Raja Israel yang memerintah dalam sejarah ini adalah Rehabeam, seorang raja yang lupa diri.  Ketika kerajaannya sangat kokoh dan kekuasaannya teguh, Rehabeam dan rakyatnya meninggalkan Tuhan, tidak lagi setia kepadaNya.  Karena itu Tuhan membiarkan mereka berada di bawah tekanan raja asing:  "...majulah Sisak, raja Mesir, menyerang Yerusaem-"  (ayat 2).

     Raja Sisak tidak hanya menyerang Yerusalem, tetapi juga  "...merampas barang-barang perbendaharaan rumah Tuhan dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo."  (ayat 9).  Ini menunjukkan bahwa raja Sisak sangat tidak menghargai rumah Tuhan sehingga dengan seenaknya mengambil peralatan-peralatan yang ada dalam rumah Tuhan.  Tragisnya, si raja Israel sendiri  (Rehabeam)  menggantikan perisai-perisai emas buatan Salomo yang teah dirampas oleh Sisak itu dengan perisai-perisai yang terbuat dari tembaga.  Artinya barang-barang perbendaharaan di rumah Tuhan mengalami kemerosotan secara kualitas  (dari emas menjadi tembaga);  dari barang berharga mahal menjadi sesuatu yang berharga murah.  Bukankah tembaga itu logam yang mudah karatan, mudah rusak dan bahkan warnanya bisa menjadi hitam?  Tak beda jauh dengan Sisak, Raja Rehabeam sangat meremehkan dan tidak menghormati apa yang Tuhan perintahkan, dan ini sangat menyedihkan hati Tuhan.  Sebuah kesalahan yang sangat fatal!

     Saat ini banyak orang Kristen yang tambah hari bukan tambah maju kerohaniannya, melainkan semakin merosot.  Mereka tidak lagi menjadi orang Kristen yang berkualitas seperti emas, tapi hanya berkualitas tembaga.  Hidup mereka tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia sehingga tidak lagi bisa menjadi saksi yang baik bagi dunia.  Hari-hari mereka disibukkan dengan mengejar perkara-perkara duniawi, Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup.  Ibadah kini menjadi asal-asalan, rohnya tidak lagi menyala-nyala untuk Tuhan, jam-jam doa semakin terkikis berganti ketidaktaatan, kemalasan, dan kompromi dengan dunia.

Melaui renungan ini kita diingatkan:  jangan sekali-kali menukar perkara-perkara kekal dengan hal-hal duniawi yang sementara ini.  Jangan pernah sia-siakan pengorbanan darah Kristus yang mulia itu!

Friday, December 23, 2011

MENCAPAI TAHAP SEBAGAI MEMPELAI KRISTUS!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2011 - 

Baca:  Efesus 5:22-23 

"Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat."  Efesus 5:23a

Alkitab menjelaskan eratnya hubungan Kristus dan jemaat sama seperti hubungan antara suami dan isteri.  Dikatakan bahwa  "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela."  (Efesus 5:25-27).  Ini adalah bukti nyata kasih Tuhan kepada kita, di mana Dia merawat jemaatNya seperti merawat diriNya sendiri.  Ituah sebabnya setiap orang percaya dituntut untuk terus bertumbuh dan makin dewasa rohaninya sampai pada tahap menjadi mempelai Kristus.  Kristus yang adalah mempelai laki-laki sebentar waktu lagi akan menjemput mempelai perempuanNya.  Sudah siapkah kita?  Yang menjadi mempelai Kristus pastilah orang Kristen yang dewasa, bukan orang Kristen yang masih  'kanak-kanak'  rohani.

     Untuk mencapai tahap sebagai mempelai Kristus, beribadah secara umum saja tidakah cukup.  Kita harus merindukan Tuhan dan berjumpa denganNya secara pribadi setiap waktu.  Perjumpaan dengan Kristus secara pribadi inilah yang akan membangun suatu kerohanian yang dewasa sehingga pada akhirnya kita siap menjadi mempelai Kristus.  Menjadi mempelai bagi Kristus tidak berbicara mengenai seberapa besar gereja yang kita pimpin, seberapa terkenalnya kita menjadi hamba Tuhan, seberapa besar uang atau kekayaan yang kita miliki, atau pun seberapa tinggi jabatan kita, tetapi berbicara mengenai seberapa besar dan dalamnya kita hidup dalam kebenaran atau sebagai pelaku firman.  Tertulis:  "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar."  (Yohanes 15:6).  Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup dalam kebenaran firmanNya.

     Jadi, memiliki kekariban dengan Tuhan itu sangat penting bagi orang percaya.  Tanpa keintiman dengan Tuhan sulit bagi kita untuk mengerti apalagi mengasihi Tuhan dan melakukan perintah-perintahNya.  Menjadi mempelai Kristus berarti menjadi pelaku firman dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.

Seorang Kristen yang dewasa adalah para calon mempelai wanita yang siap menyongsong kedatangan Sang mempelai laki-laki yaitu Tuhan Yesus Kristus!

Thursday, December 22, 2011

PROSES MENJADI SERUPA DENGAN KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2011 - 

Baca:  Galatia 4:12-20

"Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu."  Galatia 4:19

Setiap orang Kristen adalah murid Yesus, wajib hidup sebagaimana Kristus hidup.  Hidup kita harus mencerminkan Kristus sebagaimana tertulis:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1Yohanes 2:6).  Menjadi serupa dengan Kristus adalah tujuan terbesar setiap orang percaya.  Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus diubah menjadi sama dengan citra dan gambar Yesus Kristus, Anak Allah.  Itu berarti kita harus diubah ke dalam karakter Kristus, memiliki karakter yang sama dengan karakter Kristus.

     Pada awal penciptaan manusia berfirmanlah Allah,  "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,"  (Kejadian 1:26), maka  "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;  laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."  (Kejadian 1:27).  Kata gambar ini tidak mengacu pada kesamaan fisik, tetapi pada kesamaan karakter:  manusia akan memiliki sifatNya dan karakterNya seperti yang terpancar pada AnakNya, Yesus Kristus, yang adalah  "...gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,"  (Kolose 1:15, 19).  Sebagai orang percaya kita harus diubah menjadi seperti gambar dan rupaNya:  bagaimana kita berkata-kata dan berperilaku haruslah seperti Kristus.  Pernahkah perkataan Yesus menyakiti orang lain?  Pernahkah Ia mengucapkan kata-kata kutuk terhadap orang yang membenci, menganiaya, bahkan menyalibkanNya?  Perkataan Tuhan Yesus selalu dipenuhi oleh kasih dan pengampunan.  Juga ketika menghadapi setiap persoalan dan keadaan apa pun Tuhan Yesus sealu bersikap dan berpikiran positif.

     Jadi, Tuhan Yesus harus menjadi teladan utama hidup kita.  Menjadi serupa dengan Kristus juga berarti ada buah-buah Roh yang kita hasilkan  (baca  Galatia 5:22-23).  Namun proses untuk menjadi serupa dengan Kristus itu akan sangat menyakitkan bila kita terus memberontak.  Ingatlah bahwa Tuhan adalah Sang Penjunan, dan kita hanyalah tanah liat. 

Dia akan terus membentuk dan memproses kita sesuai yang Dia kehendaki, mengikis dan menghancurkan karakter-karakter hidup kita yang tidak berkenan sampai kita menjadi sama dengan gambarNya!

Wednesday, December 21, 2011

BERITA SALIB: Kebodohan Bagi Dunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2011 - 

Baca:  1 Korintus 1:18-31

"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  1 Korintus 1:18

Dunia membenci salib!  Ketika mendengar berita tentang salib orang-orang dunia selalu tertawa dan menganggapnya hal itu sebagai suatu kebodohan yang tidak masuk akal.  Pikir mereka,  "Mana mungkin di dunia ini ada orang yang rela mati dan mau mengorbankan nyawanya untuk menebus dosa orang lain dengan cara yang begitu hina, yaitu tergantung di atas kayu salib?  Bukankah akan tertulis:  "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"  (Galatia 3:13)?"

     Ayat nas jelas menyatakan bahwa berita salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa!  Memang, orang-orang berdosa tidak pernah mengerti apa itu dosa dan dampaknya, apalagi cara supaya dapat terlepas dari dosa.  Akibatnya semua yang dikerjakan Tuhan bagi umat manusia di dunia ini dianggap sebagai suatu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali.  Alkitab dengan keras menyatakan bahwa  "...upah dosa ialah maut;  tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Rasul Paulus bisa mengerti akan hal ini, yaitu dunia telah memilih jalan hidup menurut keinginannya yang mengandalkan kekuatan, kekayaan dan kepintaran diri sendiri sehingga mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan.  Alkitab mengatakan bahwa orang yang merespons berita salib disebut sebagai orang yang bijak.  Sebaliknya orang yang meremehkan dan mentertawakan berita salib adalah orang yang bodoh atau bebal.  Bagi mereka yang tidak diselamatkan dan akan binasa, berita salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang diselamatkan, berita salib adalah bukti kasih Tuhan kepada manusia yang berdosa.

     Melalui salib kita beroleh pengampunan dari Tuhan dan kita diperdamaikan dengan Allah.  Ketika kita mendengar kata salib kita diingatkan akan penyelesaian hukum terhadap dosa-dosa kita karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib.  Tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada kita digantikan oleh Tuhan Yesus:  "ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,..."  (Yesaya 53:5b).  Sesungguhnya berita salib juga mengingatkan kita akan anugerah Tuhan ini.  Tanpa anugerah, kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan.

Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan kita dipanggil untuk menjadi saksi supaya dunia melihat dan mengerti kebenaran tentang berita salib ini!

Tuesday, December 20, 2011

SIKAP MENANTI-NANTIKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2011 - 

Baca:  Mazmur 130:1-8

"Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku mengharapkan firman-Nya."  Mazmur 130:5

Selama menjadi seorang Kristen apakah Saudara memiliki kerinduan yang mendalam akan Tuhan seperti yang dirasakan oleh Daud?  Daud sangat menanti-nantikan Tuhan,  "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi."  (ayat 6).  Adakah hari-hari kita selalu dalam sikap menanti-nantikan Tuhan, ataukah sebaliknya kita menjalani hari dengan penuh kekecewaan dan sakit hati kepada Tuhan karena doa-doa kita belum juga dijawab oleh Tuhan, sehingga kita pun merasa bosan menanti-nantikanNya?  Mungkin saat ini kita belum mengalami penggenapan janji Tuhan sepenuhnya, namun jangan pernah berhenti untuk berharap dan menanti-nantikan Dia,  "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersergera menuju kesudahannya dengan tidak menipu;  apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (Habakuk 2:3).

     Sikap menanti-nantikan Tuhan adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya dan itu merupakan bagian dari ibadah kita.  Menanti-nantikan Tuhan bukanlah sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya:  menyembuhkan sakit yang kita derita, memulihkan ekonomi keluarga kita, memberikan jodoh yang tepat bagi kita dan sebagainya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga untuk kedatanganNya kali yang kedua untuk menjemput kita sebagai mempelaiNya.  Dalam masa-masa penantian inilah kita harus hidup dalam ketaatan supaya ketika Tuhan datang kedapatan hidup kita tidak bercacat-cela.  Menanti membutuhkan waktu tidak singkat, terkadang lama dan itu memerlukan ketekunan dan kesabaran.  Tuhan pun sangat rindu untuk bertemu anak-anakNya seperti saat si bungsu kembali ke rumah, betapa  "Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia."  (Lukas 15:20c).  Orang yang saling menanti-nantikan pasti memiiki kerinduan yang mendalam satu sama lain.

     Apakah hati kita dipenuhi oleh kerinduan untuk bertemu Tuhan?  Sedangkan Tuhan sendiri sangat rindu kepada anak-anakNya, bukan hanya ingin bertemu, tetapi lebih daripada itu:  "...Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada."  (Yohanes 14:3).

Biarlah waktu-waktu yang kita gunakan untuk membangun kekariban dengan Tuhan, dan tetap menanti-nantikan Dia dengan sabar!  Jangan menyerah pada keadaan yang ada!

Monday, December 19, 2011

GENERASI BARU: Harus Tahu Hukum-Hukum Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2011 - 

Baca:  Ulangan 4:1-40

"Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya?"  Ulangan 4:7

Perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian  (Kanaan)  melalui proses yang sangat panjang, melalui pengembaraan di padang gurun hampir selama 40 tahun.  Pahit, getir, suka dan duka perjalanan telah dirasakan dan dialami oleh generasi pertama yang mengalami secara langsung bagaimana mereka keluar dari perbudakan di Mesir.  Dan sebagian besar dari mereka  (generasi tua)  telah meninggal di padang gurun.  Adapun generasi berikutnya dalah generasi baru yang tidak mengalami peristiwa-peristiwa itu secara langsung.  Adalah perlu bagi mereka mengerti dan memahami betapa hebat dan dahsyatnya Tuhan yang menyertai bangsa Israel.  Karena itulah Tuhan kembali mengutus Musa untuk mengadakan misi pengajaran bagi generasi baru dengan mengulang kembali ajaran-ajaran dan hukum-hukumNya bagi generasi baru.

     Apa sebabnya Musa perlu menulis ulang pada kitab Ulangan ini?  Karena generasi pertama yang keluar dari Mesir hampir habis meninggal di padang gurun dan kini generasi kedua yang akan masuk ke Tanah Perjanjian, sehingga banyak dari mereka tidak tahu asal usul peraturan dan hukum Tuhan yang diberikan untuk dilakukan.  Contoh ayat nas di atas:  Musa menegaskan bahwa tidak ada allah lain seperti Allah bangsa Israel yang begitu dekat dan mengasihi mereka.  Musa juga mengingatkan bahwa antara bangsa Israel dan Tuhan ada ikatan perjanjian:  "...Tuhan telah mengambil kamu dan membawa kamu keluar dari dapur peleburan besi, dari Mesir, untuk menjadi umat milik-Nya sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini."  (ayat 20).  Musa mendorong mereka untuk memperbarui komitmen mereka dalam memenuhi kewajibannya kepada Tuhan.  Dikatakan,  "Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian Tuhan, Allahmu, yang telah diikat-Nya dengan kamu dan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang oleh Tuhan, Allahmu, dilarang kauperbuat."  (ayat 23).

     Kunci kemenangan bangsa Israel adalah ketaatan, di mana pada saat itulah Tuhan akan menyatakan kuasa dan mujizatNya ke tengah-tengah mereka.  Ini penting, terutama bagi Yosua yang hendak menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Musa, yang pasti akan mengalami tekanan yang luar biasa karena pengalaman yang dimikinya tidak sebanding dengan Musa.

Namun jika Tuhan sendiri yang memilih Yosua, Dia pasti akan menyertai dan Dialah yang berperang untuknya.  (Baca:  Uangan 3:22)

Sunday, December 18, 2011

PELAYAN TUHAN: Dipimpin oleh Roh Kudus!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2011 - 

Baca:  Roma 8:1-17

"Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah."  Roma 8:8

Sebagai pengikut Kristus  (Kristen)  kita tidak lagi bisa hidup semaunya sendiri.  Kita harus memiiki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).

     Renungan kemarin menyatakan bahwa seorang pelayan Tuhan harus memiliki reputasi yang baik, artinya hidupnya menjadi teladan bagi banyak orang.  Tanpa keteladanan, hidup kita tidak akan bisa menjadi berkat bagi orang lain.  Artinya kebaikan hati kita harus terihat dengan jelas melalui suatu tindakan nyata sebagaimana dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi,  "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.  Tuhan sudah dekat!"  (Filipi 4:5).  Adalah sia-sia jika kita mengaku bahwa diri kita sudah melayani Tuhan tapi kita masih mementingkan diri sendiri dan menutup mata terhadap orang-orang lemah di sekitar kita.  Ingat, pelayan Tuhan adalah hamba dan seorang hamba tugasnya adalah melayani, bukan minta dilayani.  Alkitab menyatakan,  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendakah ia menjadi hambamu;"  (Matius 20:26b-27).  Jadi kerelaan kita dalam melayani dan menolong sesama benar-benar didasari oleh kasih Tuhan.

     Yang pasti, seorang pelayan Tuhan yang dipenuhi oleh Roh Kudus hatinya selalu menyala-nyala untuk Tuhan dan senantiasa memuliakan nama Tuhan Yesus.  Alkitab menasihati,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Ia pun tidak memuji dirinya sendiri atau berusaha mencari pujian dari orang lain, melainkan segala perbuatan atau kelakuannya yang baik itulah yang membuat orang lain memberi pujian kepadanya.  Seorang yang hidupnya dipimpin Roh Kudus tidak lagi hidup dalam kegelapan, melainkan hidup dalam terang Tuhan,  "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,"  (Efesus 5:9), sehingga ada buah-buah roh dalam hidupnya  (baca  Galatia 5:22-23).  Selalu ada dampak bagi orang yang disertai oleh Roh Kudus, yaitu hidupnya senantiasa berkemenangan dan apa saja yang diperbuatnya pasti berhasil.  Jika saat ini kita berhasil dalam pelayanan jangan pernah berkata bahwa itu semua karena  'aku'.

Tanpa penyertaan Roh Kudus, kita tidak ada artinya apa-apa, karena itu kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus!

Saturday, December 17, 2011

TIDAK LAGI PEKA AKAN SUARA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2011 - 

Baca:  1 Samuel 3:1-18

"Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!"  1 Samuel 3:13

Imam Eli menjadi bapak rohani bagi Samuel muda di rumah Tuhan.  Adapun tugas Eli adalah membimbing Samuel dan mempersiapkan dia menjadi pelayan Tuhan.  Tapi situasi yang terjadi pada saat itu  "...firman Tuhan jarang;  penglihatan-penglihatan pun tidak sering."  (ayat 1b).

     Mengapa hal itu bisa terjadi?  Bukankah Tuhan senantiasa menyatakan Diri dan kehendakNya kepada umat pilihanNya?  Keadaan ini dapat saja disebabkan oleh karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh anak-anak imam Eli, sementara imam Eli sendiri tidak tegas terhadap dosa anak-anaknya.  Alkitab menyatakan bahwa anak-anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, hidup menyimpang dari firman Tuhan.  Mereka sangat memandang rendah korban untuk Tuhan.  Keduanya juga sering meminta paksa daging yang hendak dipersembahkan untuk korban bagi Tuhan seperti tertulis:  "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan."  (1 Samuel 2:16b).  Tidak hanya itu, mereka juga tidur dengan perempuan-perempuan di pintu kemah pertemuan.  Namun imam Eli tidak bertindak tegas terhadap anak-anaknya, ia memilih untuk tidak memarahi mereka.  Ini menunjukkan bahwa imam Eli lebih mengasihi anak-anaknya daripada mengasihi Tuhan.

     Jadi, yang menjadi pertanyaan mengapa Tuhan tidak menyatakan kehendakNya bukan pada diri Allah, tetapi pada diri manusia itu sendiri.  Situasi ketika Tuhan  'berdiam diri'  nampaknya membuat imam Eli tidak lagi peka akan suara Tuhan, di mana ia tidak tahu lagi membedakan yang manakah suara Tuhan.  Imam Eli tidak lagi menyadari akan kehadiran Tuhan.  Ini terlihat jelas ketika Tuhan memanggil-manggil Samuel, imam Eli malah menyuruh Samuel untuk tidur.  Dan baru setelah Tuhan memanggil Samuel untuk ketiga kalinya,  "...mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggi anak itu."  (1 Samuel 3:8c).  Waktu itu Samuel masih belum mengenal suara Tuhan, dalam arti belum memiliki pengalaman mendengar Tuhan berbicara kepadanya secara langsung.  Berbeda dengan imam Eli yang seharusnya lebih peka akan suara Tuhan.  Sayang, imam Eli telah kehilangan kepekaan akan suara Tuhan.

Akhirnya ketika Tuhan menyatakan bahwa Ia hendak menghukum keluarganya, imam Eli hanya bisa pasrah dan tidak membantah!

Friday, December 16, 2011

EHUD: Seorang Kidal yang Dipakai Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2011 - 

Baca:  Hakim-Hakim 3:12-31

"Demikianlah pada hari itu Moab ditundukkan oleh Israel, maka amanlah tanah itu, delapan puluh tahun lamanya."  Hakim-Hakim 3:30

Jatuh bangun di dalam dosa!  Ituah gambaran kehidupan bangsa Israel.  Ketika tidak ada raja atas Israel, maka mereka melakukan hal yang jahat di mata Tuhan:  mulai menyembah ilah-ilah lain dan menjauhkan diri dari hadirat Tuhan.  Ini menimbulkan murka Tuhan sehingga mereka diserahkan kepada musuh-musuh.  Tapi dalam kitab Hakim-Hakim ini setiap kali bangsa Israel jatuh ke dalam dosa dan diserahkan kepada orang asing.  Tuhan selalu membangkitkan seorang pahlawan di antara umat Israel.  Kali ini Tuhan membangkitkan Ehud.

     Siapa itu Ehud?  Disebutkan Ehud adalah anak Gera, orang dari suku Benyamin.  Alkitab tidak banyak mencatat mengenai Ehud, tetapi pastilah ada  'nilai lebih'  dalam diri Ehud sehingga Tuhan memakai dia sebagai pahlawan Israel.  Pada waktu itu Tuhan menghukum bangsa Israel dan menyerahkan mereka di bawah penjajahan raja Moab yang bernama Eglon.  Selama 18 tahun bangsa Israel direndahkan oleh bangsa Moab, dan saat berada dalam kesesakan dan penderitaan inilah bangsa Israel berseru-seru kepada Tuhan dan meminta pertolongan, maka Tuhan pun membangkitkan pembebas bagi mereka yaitu Ehud.  Secara fisik Ehud memiiki banyak kekurangan.  Ia bukan sekedar kidal, tapi tangan kanannya juga cacat sehingga ia harus menggunakan tangan kirinya untuk mengerjakan apa pun.  Namun Tuhan memakai hidup Ehud secara luar biasa.  Hanya bersenjatakan pedang buatannya sendiri yang ia simpan di dalam pakaiannya, Ehud berani menghadap raja Moab dan merancang pembunuhan;  dan itu sudah cukup baginya untuk membunuh raja Moab yaitu Eglon.  Ehud menjadi pahlawan atas Israel, raja Moab dapat dikalahkannya, bahkan  "Pada waktu itu mereka menewaskan kira-kira sepuluh ribu orang dari Moab semuanya orang yang tegap dan tangkas, seorang pun tidak ada yang lolos."  (ayat 29).

     Menurut ukuran manusia, Ehud bukanlah siapa-siapa, bahkan ia dipandang sebelah mata dan diremehkan orang karena kecacatannya.  Tapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil!  Kelemahan Ehud bisa diubah menjadi kekuatan yang dahsyat!  Di tangan Tuhan yang adalah Sang Penjunan, seorang yang tidak berarti diubahNya menjadi pahlawan bagi bangsa Israel.  Awesome God!

Di bawah kepemimpinan Ehud, bangsa Israel hidup aman selama 80 tahun!

Thursday, December 15, 2011

TUNDUK KEPADA OTORITAS!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2011 - 

Baca:  Ibrani 13:1-25

"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya."  Ibrani 13:17a

Di zaman sekarang ini tidak mudah menemukan orang yang memiliki roh penundukan diri.  Sebaliknya banyak orang yang memiliki roh pemberontakan.  Memberontak berarti tidak tunduk pada otoritas, di mana hal ini pasti akan menimbulkan konflik, baik itu konflik antar sesama anggota dalam sebuah keluarga, organisasi, masyarakat, atau bahkan suatu negara.  Hari ini firman Tuhan mengingatkan agar setiap orang percaya memiliki roh penundukan diri.  Kata taatilah dalam ayat nas di atas menurut teks aslinya berarti menyesuaikan, mengalah dan menaati.  Sedangkan kata tunduklah berarti tunduk kepada otoritas.

     Tuhan menghendaki setiap orang percaya memiliki roh penundukan diri.  Tunduk kepada siapa?  Tunduk kepada Tuhan dan juga tunduk kepada pemimpin-pemimpin rohani kita.  Tidak sedikit orang Kristen yang tidak tunduk kepada pemimpin rohaninya, mereka malah suka mengkritik, membicarakan kelemahan dan kekurangan, serta meremehkannya.  Dalam Bilangan 12:1-16 dikisahkan bagaimana Miryam dan Harun memberontak kepada Musa.  Secara garis keluarga, Miryam adalah kakak dari Harun dan Musa, sedangkan Musa adalah yang paling kecil.  Tetapi di hadapan Tuhan, urutan otoritas adalah Musa, Harun dan Miryam.  Jadi Musa adalah pemegang otoritas tertinggi.  Karena tidak tunduk kepada otoritas, Miryam harus menanggung akibatnya, ia  "...kena kusta, putih seperti salju;"  (Bilangan 12:10a).  Tanda bahwa di dalam diri seseorang ada Roh Kudus adalah adanya roh penundukan diri:  anak-anak tunduk kepada orangtua, isteri tunduk kepada suami, kita tunduk pada pemimpin rohani, pemimpin rohani kepada gembala dan seterusnya.  Musa, sebelumnya adalah seorang yang keras dan pemarah, tetapi setelah mengalami proses penundukan diri dari Tuhan di padang gurun Midian selama 40 tahun, menjadi  "...seorang yang lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang ada di atas muka bumi."  (Bilangan 12:3).

     Tuhan Yesus adalah teladan utama dalam hal penundukan diri;  Dia tunduk kepada kehendak Bapa, bahkan  "...dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).

Tanpa penundukan diri, di mata Tuhan kita bukanlah pribadi yang berkualitas!

Wednesday, December 14, 2011

PERLOMBAAN BAGI ORANG PERCAYA! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2011 - 

Baca:  Ibrani 12:1-17

"...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."  Ibrani 12:1

Saat ini kita sedang berlomba dalam pertandingan yang diwajibkan bagi kita, yaitu pertandingan iman.  Adapun tujuan dari perlombaan ini adalah untuk memperoleh mahkota kehidupan yang telah tersedia bagi kita.  Oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, sebab tanpa persiapan dan latihan intensif kita tidak mungkin dapat bersaing dengan peserta lainnya.

     Kehidupan rohani pun ada latihannya yaitu latihan ibadah.  Tertulis:  "Latihlah dirimu beribadah.  ...itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:7b-8).  Oleh karena itu jangan menyepelekan ibadah, lakukan dengan sungguh-sungguh.  Seorang atlit yang sedang bertanding pasti kondisi fisiknya kuat dan sehat karena beroleh asupan makanan yang bergizi.  Firman Tuhan adalah makanan untuk  'manusia rohani'  kita.

     Supaya kita bisa menjadi juara, yaitu memenangkan perlombaan iman, kita harus:  1.  Mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus.  Ketika kita mulai berlari, arah pandangan kita harus lurus ke depan.  Pandang saja kepada Yesus!  Jika Tuhan yag memimpin kita dan memegang kendali hidup kita, langkah hidup kita pasti terarah dan kita akan berhasil melewati tantangan yang ada.  2.  Melupakan apa yang ada di belakang, seperti yang dilakukan oleh rasul Paulus:  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari pada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  (Filipi 3:13-14).  Jangan sekali-kali menoleh ke belakang supaya kita tetap bisa berkonsentrasi.  Kehidupan lama harus kita tinggalkan!  Kita harus mengenakan manusia yang baru karena di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru.  Segala beban dan dosa harus benar-benar kita tinggalkan karena itu dapat menghalangi langkah kita.  Letakkan semua beban dan dosa itu di bawah kaki Yesus.  3.  Memiliki ketekunan.  Tanpa ketekunan mustahil kita bisa meraih kemenangan!  Ketekunan memiliki arti melakukan dengan rajin dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya;  dengan setia melakukan kehendak Tuhan.

Mahkota kehidupan disediakan Tuhan bagi orang-orang percaya yang dapat menyelesaikan perlombaan imannya sampai akhir!

Tuesday, December 13, 2011

PERLOMBAAN BAGI ORANG PERCAYA! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2011 - 

Baca:  1 Korintus 9:24-27

"Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiahnya?  Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!"  1 Korintus 9:24

Indonesia baru saja menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia Tenggara, SEA Games XXVI 2011.  Dalam ajang ini semua negara anggota ASEAN bersaing dan berlomba untuk menjadi yang terbaik.  Berbagai cabang olahraga dipertandingkan.  Ada atlit yang berhasil mendapatkan mendali  (emas, perak dan perunggu), namun ada pula yang gagal.  Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi menjadi cambuk bagi mereka untuk berlatih lebih giat lagi.

     Kehidupan kekristenan tak ubahnya seperti seorang atlit yang sedang berada di arena perlombaan atau gelanggang pertandingan.  Perlombaan yang dimaksudkan adalah berhubungan dengan pertumbuhan rohani seseorang, dan di dalam pertumbuhan tersebut diperlukan adanya perombaan.  Sudah berapa lama kita menjadi seorang Kristen?  Sudah seberapa jauh kita mengalami kemajuan atau bertumbuh secara rohani?  "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.  Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil."  (Ibrani 5:12-13).  Pertumbuhan rohani kita harus tampak nyata dari hari ke sehari:  dulu melayani sebagai singer, kini dipercaya sebagai worship leader dan sebagainya.  Jadi,  "...kemajuanmu nyata kepada semua orang."  (1 Timotius 4:15).  Alkitab menyatakan,  "Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."  (Matius 20:16).

     Jangan pernah bangga bahwa kita sudah menjadi Kristen bertahun-tahun, tapi yang terutama adalah bagaimana kita makin maju dan makin dewasa di dalam Tuhan.  Banyak orang yang sudah puluhan tahun menjadi Kristen tapi kerohaniannya begitu-begitu saja dan  'jalan di tempat'.

Bila ada petobat baru yang hidupnya makin dipakai Tuhan secara luar biasa dan menjadi kesaksian bagi banyak orang, sehingga yang terdahulu dapat menjadi yang terakhir, bukankah ini sangat disayangkan?

Monday, December 12, 2011

MAU MENGAKUI KELEMAHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2011 - 

Baca:  2 Korintus 12:1-10

"Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku."  2 Korintus 12:9b

Setiap manusia pasti memiliki kelemahan-kelemahan, entah disadari atau tidak.  Seringkali kita tidak mau mengakuinya dan merasa gengsi untuk mengatakan bahwa kita ini lemah.  Kita menganggap diri kita kuat:  "Aku sanggup melakukannya sendiri, aku tidak perlu orang lain.  Aku berhasil oleh karena usaha dan kerja kerasku, bukan karena siapa-siapa!"

     Awal pertama ketika mendapat panggilan dari Tuhan, nabi Yesaya mengalami perkara yang luar biasa, di mana Tuhan menyatakan kemuliaan atasnya dan melalui para malaikatNya Tuhan memperdengarkan suaraNya.  Pada saat itulah Yesaya menyadari akan keberadaan dirinya di hadapan Tuhan:  seseorang yang najis, lemah dan tidak layak.  Lalu Tuhan berkata,  "...kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."  (Yesaya 6:7).  Untuk mengalami pemulihan dari Tuhan, kita harus dapat melihat siapa kita ini di hadapan Tuhan dan mau mendengar suaraNya.  Banyak orang Kristen yang tidak peka akan suara Tuhan oleh karena mereka mengalami  'tuli rohani'.  Hal ini disebabkan karena perhatiannya yang lebih besar terhadap perkara-perkara duniawi, terfokus pada kekuatan dan kepintaran manusia.  Tuhan menghendaki setiap orang percaya mempunyai pendengaran yang peka terhadap suaraNya, karena dari mendengar suara Tuhan kita menyadari keberadaan kita dan langkah-langkah hidup kita akan terarah.  Dan ketika kita sudah berjalan bersama dengan Tuhan, Ia akan mengubah kegagalan kita menjadi keberhasilan.

     Mari belajar mengakui kelemahan-kelemahan kita.  Terkadang masalah, pencobaan, kegagalan dan sebagainya dipakai Tuhan sebagai alat untuk membuat kita sadar akan keberadaan kita yang lemah dan terbatas ini sehingga kita belajar bergantung dan mengandalkan Dia.  Rasul Paulus diijinkan Tuhan mengalami ujian dan tantangan, bahkan harus menghadapi  'duri dalam daging'.  Tapi ia menyikapi setiap masalah yang ada dari sudut pandang yang berbeda.  Mungkin bila kita berada dalam kondisi seperti Paulus kita akan banyak mengeluh dan memberontak kepada Tuhan.  Tetapi rasul Paulus tidak bersikap demikian, ia justru mengakui kelemahannya dan menerima semua itu dengan senang dan rela, karena ia tahu justru dalam kelemahannya itu ia menjadi semakin kuat karena kuasa Tuhan dinyatakan atasnya.

Jangan sombong, belajarlah untuk mengakui kelemahan yang ada!

Sunday, December 11, 2011

MAKIN HARI MAKIN MENGERTI KEHENDAK TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2011 - 

Baca:  Efesus 5:1-21

"Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."  Efesus 5:17

Menurut kamus Purwadarminta, bodoh sama artinya dengan bebal atau sukar mengerti.  Siapa di antara kita yang mau disebut sebagai orang yang bodoh atau bebal?  Nobody!  Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya makin hari makin mau maju dan makin dewasa rohaninya.  Seseorang yang dewasa rohani pasti tidak akan bertindak seperti orang bebal  (bodoh), melainkan seperti orang yang arif, sehingga kita mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan.  Sekalipun sudah menjadi Kristen selama bertahun-tahun kita mungkin saja masih menyandang status sebagai orang yang bodoh apabila kita tidak mengerti kehendak Tuhan.

     Tanda bahwa seseorang tidak mengerti kehendak Tuhan adalah ia lebih suka berjalan menurut kehendaknya sendiri dan hidup menurut keinginan dagingnya daripada tunduk pada tuntutan Tuhan.  Dalam Amsal 3:5-7 dikatakan:  "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.  Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.  Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan;"  Bukankah seringkali kehendak dan keinginan kita membawa kita kepada kegagalan demi kegagalan?  Namun seseorang dikatakan arif bila ia dalam menjalani hidupnya selalu berusaha untuk mengerti rencana dan kehendak Tuhan terlebih dahulu;  dan itu harus melalui proses yang tidak mudah, akan ada banyak kendala dan benturan-benturan, tetapi janganlah kita putus asa dan menyerah di tengah jalan.  Justru pada saat itulah Ia berkenan menurunkan Roh KudusNya untuk menuntun dan memberi kekuatan kepada kita.  Seringkali apa yang Tuhan larang kita lakukan, sebaliknya apa yang Tuhan perintahkan justru tidak kita kerjakan karena kita tidak mengerti kehendak Tuhan.

     Kematian Tuhan Yesus di kayu salib menanggung segala dosa kita ada tujuannya.  Tuhan ingin kita hidup sebagai  'manusia baru', tidak lagi menjadi hamba dosa, dan memiliki hidup yang menyenangkan hatiNya.  Bila kita mengikuti Tuhan hanya berorientasi pada materi atau hal-hal lahiriah saja, kelak kita bisa kecewa.  Pengiringan kita kepada Tuhan hendaknya didasari oleh karena kasih kita kepada Tuhan dan rindu melakukan kehendakNya.

Mengerti kehendak Tuhan berarti kita tidak lagi hidup menurut kehendak sendiri, melainkan taat;  dan berkat pasti tersedia bagi orang yang taat!

Saturday, December 10, 2011

IBLIS MUSUH UTAMA KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2011 - 

Baca: 2 Korintus 2:5-11

"supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya."  2 Korintus 2:11

Perjalanan hidup orang percaya adalah perjalanan yang tidak mudah, ada tantangan dan ujian.  Seringkali musuh mencoba menghadang dan menghancurkan setiap keinginan dan cita-cita yang ingin kita raih.  Siapa musuh kita?  Musuh kita bukanlah suami, isteri, mertua, rekan kerja, teman sekelas, tentangga sebelah rumah dan sebagainya.  Musuh kita bukanlah sesama manusia, tetapi si Iblis.  Iblis adalah musuh utama kita!  Karena itu, Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar berhati-hati supaya musuh  (Iblis)  tidak beroleh keuntungan atas mereka.

     Dalam kehidupan sehari-hari, apakah Iblis beroleh keuntungan atas kita ataukah kerugian?  Seringkali banyak orang Kristen yang lebih memihak kepada Iblis:  hidup menurut keinginan daging, tidak bersungguh-sungguh dalam pelayanan, malas berdoa, yang kesemuanya itu memberi keuntungan kepada Iblis, padahal dia adalah musuh kita!  Sebaliknya Tuhan Yesus malah kita rugikan, padahal Dia sudah mengorbankan nyawaNya bagi kita.  Dia sudah menebus kita dari cara hidup yang sia-sia,  "...bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus..."  (1 Petrus 1:18-19).  Jangan biarkan Iblis mengambil keuntungan atas hidup kita!  Kita harus bisa mengalahkannya!

     Dengan berbagai cara Iblis berusaha untuk mempengaruhi manusia.  Ia bisa memberikan semua yang dibutuhkan oeh manusia:  harta kekayaan, kenaikan pangkat, popularitas, dan sebagainya.  Ingat!  Semua itu tidak gratis karena jiwa manusialah yang menjadi taruhannya.  Maka,  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya."  (Markus 8:36).  Jadi, tidak ada sesuatu pun yang baik dalam diri Iblis!  Iblis sangat membenci manusia dan selalu mencari orang-orang yang dapat ditelannya  (baca  1 Petrus 5:8).  Iblis juga berusaha menabur hal-hal negatif kepada semua orang:  ketakutan, kebencian, kepahitan, kekhawatiran, ketakutan dan lain-lain, sehingga kita tidak lagi percaya akan kuasa Tuhan.  Orang yang sudah tertelan Iblis tidak akan merasa bersalah atau menyesal lagi jika ia melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepada Tuhan;  berbuat dosa menjadi hal yang biasa.  Ini pertanda bahwa pikiran orang itu sudah dibutakan oleh si Iblis dan Iblis telah diuntungkan dalam hal ini!

"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!"  Yakobus 4:7

Friday, December 9, 2011

MEMILIKI LOYALITAS TINGGI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2011 - 

Baca:  Roma 12:9-21 

"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Roma 12:11

Saat ini gereja Tuhan berada di penghujung zaman, hari-hari akhir menjelang Tuhan Yesus datang yang ke-2.  Karena itu gereja Tuhan membutuhkan pelayan-pelayan yang rohnya selalu menyala-nyala bagi Tuhan dan memiliki loyalitas tinggi, bukan yang bermalas-malasan atau suam-suam kuku!  Alkitab dengan tegas menyatakan,  "...karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas aku memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).

     Memiliki loyalitas dan komitmen total adalah dua kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan, dan untuk memiliki kualitas-kualitas itu dibutuhkan usaha yang keras secara intensif.  Dengan kata lain, seseorang yang ingin menjadi pelayan Tuhan yang berhasil dan menjadi berkat bagi banyak orang harus mampu mengembangkan dirinya terus-menerus.  Ada tertulis:  "...mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia."  (2 Tawarikh 16:9a).  Kata bersungguh hati dalam Alkitab NKJV  (New King James Version)  diterjemahkan yang hatinya loyal.  Loyal berarti setia.  Dengan kata lain, Tuhan akan melimpahkan kekuatan dan kuasaNya itu hanya kepada orang-orang yang memiliki hati yang loyal atau setia kepada Tuhan.

     Di dalam loyalitas atau kesetiaan terkandung unsur bisa dipercaya, artinya mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan dengan setia, tanpa merasa terpaksa, apalagi disertai keluh kesah dan persungutan.  Adalah mustahil kita disebut memiliki loyalitas, sementara kita tidak bisa dipercaya.  Jadi orang yang loyal bagi Tuhan selalu tulus dalam mengerjakan apa pun karena kepura-puraan tidak bisa mengiringi loyalitas.  Kita tidak akan loyal kepada Tuhan kalau kita memiliki hati yang pura-pura dalam pelayanan.  Selain itu, dalam diri orang yang mengku loyal kepada Tuhan akan dapat dilihat jelas besar kasihnya kepada Tuhan.  Seringkali kita berdoa meminta agar Tuhan melimpahkan kuasaNya kepada kita, baik dalam hal pelayanan atau dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan agar Tuhan memakai kita secara luar biasa, terjadi mujizat dan sebagainya.  Namun bila hati kita tidak loyal kepada Tuhan, jangan berharap kuasaNya dinyatakan atas kita!

Sebab yang Tuhan cari di bumi ini adalah orang-orang yang punya loyalitas kepadaNya.  Apakah itu ada dalam diri kita?

Thursday, December 8, 2011

ORANG PERCAYA: Berbuah dan Semakin Kuat!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2011 - 

Baca:  Kolose 1:3-14

"...dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah."  Kolose 1:10b

Dalam Alegori tentang pokok anggur yang benar  (baca Yohanes 15:1-8)  Tuhan Yesus menyatakan bahwa hidup setiap ranting itu sangat bergantung pada pokok anggur.  Supaya menghasilkan buah, ranting harus tetap berada dan menyatu dengan pokok anggur karena  "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar."  (Yohanes 15:6).

     Keberadaan orang percaya adalah sebagai ranting dalam pokok anggur yang benar.  Agar berbuah, ranting harus tinggal tetap dalam Kristus dan bertekun dalam ketaatan.  Bukan hanya tinggal tetap dalam Kristus, tapi juga harus berbuah, menghasilkan kebaikan-kebaikan hidup dan kemuliaan bagi namaNya serta membawa jiwa-jiwa kepada Kristus.  Seseorang yang tidak bertekun dalam iman dan tidak taat sama artinya telah keluar dari pokok anggur tersebut, dan tinggal tunggu waktu untuk dipotong serta dibuang dari pokok anggur.

     Ada tiga macam buah yang diinginkan Tuhan dalam kehidupan orang-orang percaya, yaitu buah pertobatan, buah Roh dan buah pelayanan.  Bila kita sudah menjadi Kristen bertahun-tahun tetapi tidak menghasilkan buah akan sangat menyedihkan hati Tuhan.  Bukankah kita sudah banyak mendengar dan memperoleh pengajaran-pengajaran tentang firman Tuhan dan juga memiliki kesempatan yang luas untuk melayaniNya?  Jadi kehidupan Kristen adalah kehidupan yang terus bertumbuh dan berbuah.  Pertumbuhan itu akan tampak apabila kita benar-benar menanggalkan kehidupan lama kita, sebab  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Hidup yang berbuah adalah hidup yang mempermuliakan nama Tuhan, dan Dia rindu agar buah yang kita hasikan itu tetap dan tidak berubah.  Bila kita sudah berbuah, apa yang kita minta kepada Tuhan pasti akan diberikanNya, asalkan sesuai kehendakNya dan bukan untuk memuaskan keinginan daging.  Semakin berbuah lebat semakin kuat pula kita di dalam Tuhan.

Meskipun badai kehidupan datang silih berganti menerpa kita, hal itu takkan menggoyahkan kita karena persoalan yang kita alami itu tidak melebihi kekuatan kita  (baca  1 Korintus 10:13)  dan kita yakin bahwa Tuhan ada di pihak kita!

Wednesday, December 7, 2011

ORANG PERCAYA: Hal Hikmat dan Hidup Berkenan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2011 - 

Baca:  Amsal 3:1-26

"Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya."  Amsal 3:11

Ketika seseorang dipenuhi hikmat, ia akan semakin bijak karena hatinya terbuka terhadap nasihat dan teguran.  Di zaman sekarang ini banyak orang tidak suka menerima nasihat atau teguran dari orang lain.  Ketika dinasihati atau ditegur terkadang kita marah dan tersinggung.  Tapi orang yang bijak ketika diberi nasihat  "...akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah."  (Amsal 9:9).  Hikmat menuntun orang kepada kehidupan yang semakin hari semakin berkenan kepada Tuhan.  Itulah rencana Tuhan bagi kehidupan anak-anakNya.  Namun tidak semua orang Kristen mengerti rencana Tuhan atas hidupnya.

     Firman Tuhan kepada Yosua,  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya,"  (Yosua 1:8).  Mempelajari dan merenungkan firman Tuhan membuat kita semakin bijaksana, berakal budi dan berpengertian.  Hikmat itu akan kita dapatkan apabila firman yang kita pelajari kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata lain menimbulkan suatu sikap takut akan Tuhan, sebab  "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik."  (Mazmur 111:10a).  Apabila kita mengetahui kehendak Tuhan, segala sesuatu yang kita kerjakan akan berhasil, dan kehendak Tuhan itu telah tertulis semuanya dalam firmanNya.  Namun jikalau kita tidak pernah membaca dan menyelidiki firman Tuhan, selamanya kita tidak dapat mengerti apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan.  Abraham senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan.  Tidak hanya itu, Abraham juga hidup benar dan bersikap adil.  Ada tertulis:  "Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan Tuhan daripada korban."  (Amsal 21:3).

     Jadi, apabila kita ingin memiliki kehidupan yang dikenan Tuhan dan diberkati, jangan hanya memberikan korban, tetapi kita juga harus hidup dalam kebenaran yaitu melakukan firmanNya!

Hikmat memimpin seseorang hidup dalam kebenaran dan semakin berkenan pada Tuhan!

Tuesday, December 6, 2011

ORANG PERCAYA: Hal Hikmat dan Hidup Berkenan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2011 - 

Baca:  Kolose 1:3-14

"Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna,"  Kolose 1:9b

Rasul Paulus memiliki kerinduan besar terhadap jemaat di Kolose yaitu agar mereka makin dipenuhi hikmat dan pengertian yang benar akan Tuhan.  Begitu pentingkah hikmat bagi orang percaya, sehingga Paulus tiada henti-hentinya berdoa meminta kepada Tuhan supaya Tuhan menambah-nambahkan hikmat kepada para jemaat?

     Tanpa memiliki hikmat kita akan menjadi sasaran empuk Iblis dan hanyut terbawa arus dunia yang semakin jahat ini.  Ada tertulis:  "Tanpa pengetahuan kerajaan pun tidak baik;  orang yang tergesa-gesa akan salah langkah."  (Amsal 19:2).  Hikmat dalam konteks Ibrani dikenal dengan kata khokhma yang mengandung arti pengertian atau kebijakan.  Hikmat terbentuk dalam diri seseorang melalui ketaatan dan pengajaran akan firman Tuhan.  Alkitab menyatakan,  "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian."  (Amsal 9:10).

     Hikmat adalah anugerah khusus yang diberikan Tuhan bagi orang percaya.  Jadi,  "Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak."  (Amsal 16:16), artinya hikmat itu begitu special, di mana tidak ada seorang pun dapat membelinya, karena di dunia ini tidak ada orang yang menjual hikmat!  Hikmat itu lebih berharga dari emas, kekayaan, uang, jabatan dan apa pun yang ada di dunia ini;  hikmat tidak dapat dibeli, tidak dapat dicuri dan juga tidak dapat lenyap.  Oleh karena itu kita harus berusaha sedemikian rupa untuk mengejar dan mendapatkan hikmat itu.  Kita harus terutama sekali mencari hikmat.  Namun untuk mendapatkan hikmat tidaklah gampang, karena hikmat hanya diberikan kepadat mereka yang dengan tekun bersedia membayar harganya.  Dikatakan,  "jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian."  (Amsal 2:4, 6).

     Memiliki hubungan karib dengan Tuhan adalah langkah pertama mendapatkan hikmat.  FirmanNya:  "Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku."  (Amsal 8:17).  Sejauh mana kita bertekun mencari hikmat dari Tuhan?
Bangunlah persekutuan yang karib dengan Tuhan!

Monday, December 5, 2011

AJARAN FIRMAN TUHAN BAGI JEMAAT (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2011 - 

Baca:  1 Timotius 4:1-16

"Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar."  1 Timotius 4:13

Mengajar jemaat untuk mendalami firman Tuhan adalah tugas yang tidak boleh diabaikan oleh para hamba Tuhan.  Sampai saat ini masih banyak orang Kristen yang kurang menyadari betapa pentingnya pengajaran tentang firman Tuhan tersebut.  Buktinya?  Kelas-kelas pendalaman Alkitab atau kelas pelayanan sangat jarang dihadiri alias sepi peminatnya.  Jemaat masih harus didorong-dorong!  Berbeda bila ada KKR atau ibadah yang dihadiri oleh hamba Tuhan terkenal atau penyanyi beken, mereka berbondong-bondong hadir.

     Karena pengajaran itu sangat penting, sampai-sampai Tuhan harus menunjuk para pengajar atau guru-guru untuk mendidik umatNya seperti tertulis:  "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus baik pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,"  (Efesus 4:11-12).  Pengajar atau guru adalah bagian penting di dalam gereja Tuhan.  Karena itu jemaat harus turut terlibat dan mendukung kegiatan pengajaran yang kuat, jemaat Tuhan akan mudah  "...diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,"  (Efesus 4:14).

     Agar jemaat Tuhan bertumbuh dengan baik perlu pengajaran yang benar.  Terlebih lagi bagi jiwa baru yang baru bertobat perlu diberikan bimbingan.  Banyak gereja yang gagal membangun jemaatnya mencapai pertumbuhan iman yang semakin dewasa karena mereka tidak memiliki kelengkapan seperti yang diinginkan firman Tuhan atau mengabaikan peranan guru.  Peranan guru atau seorang yang memiliki karunia mengajar tidak kalah penting dengan hamba Tuhan yang memiliki karunia rasul, nabi, penginjil dan juga gembala.  Dalam pembangunan tubuh Kristus mereka merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan;  antara karunia yang satu dengan karunia lainnya saling membutuhkan dan saling melengkapi!  Jemaat adalah ladang yang dipercayakan Tuhan bagi kita.  Karena itu maksimalkan karunia yang ada untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan!

"Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau."  1 Timotius 4:16b

Sunday, December 4, 2011

AJARAN FIRMAN TUHAN BAGI JEMAAT (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2011 - 

Baca:  2 Tawarikah 17:1-19

"Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat."  2 Tawarikh 17:9b

Inilah perintah Tuhan Yesus kepada setiap orang percaya,  "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu."  (Matius 28:19-20a).

     Pergi memberitakan Injil dan membawa orang percaya sampai menjadi murid Kristus adalah tugas yang tidak bisa kita abaikan.  Tetapi banyak orang Kristen yang hanya puas sampai memberitakan Injil saja.  Akibatnya banyak orang Kristen baru  (petobat baru)  yang akhirnya mulai lemah dan perlahan mengundurkan diri.  Mengapa?  Karena mereka tidak memiliki bekal yang cukup dalam memahami kebenaran firman Tuhan.  Maka kita harus membimbingnya sampai mereka memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan dan menjadikan mereka sampai ke taraf  'murid'  Yesus.  Oleh karena itu penting sekali diadakan pengajaran firman Tuhan atau kelas-kelas pendalaman Alkitab di masing-masing gereja supaya jemaat benar-benar bertumbuh dan makin dewasa rohaninya.  Inilah yang dilakukan oleh jemaat gereja mula-mula,  "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.  Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa."  (Kisah 2:42).  Coba perhatikan apa yang dilakukan oleh Yosafat:  "Mereka memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat Tuhan."  (2 Tawarikh 17:9a).  Tindakan yang dilakukan Yosafat ini hampir tidak pernah dilakukan oleh raja-raja lain di Israel, seorang raja rela  'turun gunung', berkorban waktu dan tenaga untuk mengajar rakyatnya.  Yosafat menyadari bahwa pengajaran akan Taurat Tuhan itu sangat penting bagi rakyatnya supaya mereka memahami hukum-hukum Tuhan dan hidup menurut perintah-perintahNya.  Jika firman Tuhan tidak diajarkan, rakyatnya akan mudah terjerumus ke jalan yang sesat.  Tertulis demikian:  "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.  Berbahagialah orang yang perpegang pada hukum."  (Amsal 29:18).

     Tindakan Yosafat ini hampir tidak pernah dilakukan oleh raja-raja lain, sehingga karena memperhatikan hukum Tuhan inilah  "...Tuhan mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya.  Dengan tabah hati ia hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan.  Pula ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala."  (2 Tawarikh 17:5a-6).  (Bersambung).

Saturday, December 3, 2011

UPAH KESABARAN DAN KETEKUNAN: AYUB DIPULIHKAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2011 - 

Baca:  Ayub 19:1-29

"Tetapi aku tahu:  Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.  Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah."  Ayub 19:25-26

Selain kesabaan dan ketekunan petani yang harus kita teladani, Yakobus juga mengajar kita untuk meneladani hidup Ayub.  Dikatakan,  "...kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan."  (Yakobus 5:11b).  Semua orang Kristen pasti tahu tentang kisah hidup Ayub.  Membicarakan Ayub berarti pula membicarakan masalah dan penderitaan yang dialaminya.

     Meski mengalami penderitaan yang hebat, Ayub tetap bersabar dan bertekun di dalam Tuhan.  Ia menderita, padahal ia adalah seorang  "...yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  (Ayub 1:8b).  Renungan:  apakah kita telah memiliki hidup yang jauh lebih baik dari Ayub?  Apakah penderitaan atau masalah yang kita alami selama ini sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Ayub?  Sebenarnya, penderitaan yang kita alami ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan yang Ayub alami, tetapi seringkali kita mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, padahal dari segala sisi kita masih lebih beruntung dari Ayub.  Seharusnya kita bisa lebih bersabar dan kuat karena kita masih memiliki keluarga atau rekan-rekan seiman yang senantiasa men-support kita, sedangkan Ayub kehilangan keluarganya, bahkan isterinya mencemooh dan meninggalkan dia.

     Mengapa Ayub bisa kuat menghadapi penderitaan yang ada?  Karena Ayub tahu bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Sang Penebus hidupnya.  Semua yang terjadi dalam hidupnya, seburuk apa pun jika itu seijin Tuhan, Tuhan pasti sanggup memulihkan...Karena itu Ayub masih bisa berkata,  "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"  Dalam kesemuanya itu Ayub harus mengalami proses, ia yakin  "...akan timbul seperti emas."  (Ayub 23:10).  Itulah sebabnya Ayub tetap mampu bertahan di tengah penderitaan yang dialaminya.

Akhirnya  "...Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu."  Ayub 42:10

Friday, December 2, 2011

TELADAN SEORANG PETANI: Bersabar dan Bertekun

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2011 - 

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  Yakobus 5:7b

Saat-saat ini banyak orang Kristen yang mudah mengeluh, bersungut-sungut dan putus asa karena merasa tidak kuat lagi menghadapi permasalahan yang ada.  Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita bersikap demikian.  Karena itu Yakobus menasihati kita agar tetap bersabar dan bertekun meski berada dalam kesesakan.  Kata bersabar disampaikan sebanyak 4x dan kata bertekun ditulis sebanyak 2x.  Hal ini menunjukkan bahwa bersabar dan bertekun adalah dua karakter penting yang harus menjadi bagian hidup orang percaya.

     Tuhan memberikan satu teladan dari kehidupan petani.  Kita tahu bahwa petani selalu bersabar menantikan hasil panennya.  Hari lepas dari petani dengan tekun mengolah tanahnya, mengairi sawahnya dengan air yang cukup dan menaburinya dengan benih terbaik.  Panas terik atau hujan badai tak menjadi penghalang baginya, karena menyadari bahwa kehidupannya sangat bergantung pada hasil panennya.  Dalam suratnya Yakobus juga memberitahu kita bahwa petani akan menghadapi dua macam hujan, yaitu hujan musim gugur dan hujan musim semi.  Apa itu hujan musim gugur?  Hujan musim gugur adalah hujan yang akan merontokkan segala hal:  daun, bunga, ranting-ranting, bahkan pohon-pohon yang tidak memiliki akar yang kuat dipastikan akan bertumbangan.  Jelas bukan suatu pemandangan yang menarik dan menyegarkan karena pohon-pohon tampak undul, tanpa daun, tanpa bunga dan tanpa buah.

     Hujan musim gugur adalah masa-masa sulit bagi para petani.  Ini berbicara tentang keadaan yang tidak baik dalam kehidupan kita:  mungkin sakit yang kita derita belum sembuh-sembuh, goncangan dalam rumah tangga, krisis keuangan, usaha bangkrut dan sebagainya.  Meski demikian para petani tidak menjadi kecewa atau putus asa di tengah jalan.  Mereka terus bersabar dan bertekun menanti sampai berlalunya masa hujan musim gugur, karena pada saatnya mereka akan mengalami hujan musim semi, di mana dedaunan dan bunga-bunga kembali bersemi, pohon-pohon didapati mulai menghasilkan buah sehingga pemandangan sekitar tampak hijau dan menyegarkan!  Inilah masa pengharapan karena masa panen akan segera tiba!  Milikilah mental seorang petani yang selalu sabar dan tekun menantikan panen tiba.

"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."  2 Timotius 2:6

Thursday, December 1, 2011

LOT: Akibat kompromi Dengan Dosa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2011 - 

Baca:  Kejadian 19:1-29

"Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana;  kota itu kecil;  izinkanlah kiranya aku lari ke sana.  Bukankah kota itu kecil?  Jika demikian, nyawaku akan terpelihara."  Kejadian 19:20

Dari bacaan ini kita tahu bahwa sesungguhnya Lot sudah mengerti perihal Sodom dan Gomora yang penuh kejahatan dan marabahaya, tetapi ia tetap saja memilih tinggal di sana karena tegiur kesuburan dan kekayaan di sana.  Seperti tertulis,  "...Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.  Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.  Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan."  (Kejadian 13:11-13).

     Karena tinggal di dekat Sodom, gaya hidup Lot menjadi berubah sama seperti orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora, apalagi ia menikah dengan orang yang tidak percaya.  Lot sama sekali tidak mencontoh kehidupan Abraham yang senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan  (membangun kekariban dengan Tuhan).  Sejak saat itu kehidupan Lot semakin jauh dari Tuhan.  Bahkan ia pun sampai hati menyerahkan kedua anak gadisnya kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan  (Kejadian 19:8).  Sebagai orangtua seharusnya ia menjaga dan melindungi anak-anaknya, bukan malah menjerumuskan mereka.  Namun kemudian Lot benar-benar menuai akibat perbuatannya, juga diremehkan oleh kedua bakal menantunya saat mengajak mereka keluar dari Sodom:  "...ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja."  (Kejadian 19:14).  Harga diri Lot benar-benar telah diinjak-injak!

     Meski keadaan Lot semakin hancur, Abraham tetap berdoa untuk keselamatan Lot sehingga sebelum malapetaka menimpa kota Sodom dan Gomora Lot telah dituntun oleh malaikat Tuhan untuk ke luar dari kota Sodom.  Walaupun demikian Lot tetap merasa bahwa dirinya tidak mungkin mampu ke luar dari kota Sodom karena jaraknya cukup jauh untuk bisa lari dan ke luar dari kota Sodom, sedangkan malapetaka segera akan terjadi.  Akan tetapi  "...Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu."  (Kejadian 19:29).

Pelajaran berharga dari kisah Lot:  janganlah kita berkompromi dengan dosa sedikit pun walau kelihatannya sangat menguntungkan, kaena hal itu pada saatnya akan membawa kita kepada kehancuran dan kebinasaan kekal!