Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2016
Baca: Yohanes 2:1-11
"Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: 'Mereka kehabisan anggur.'" Yohanes 2:3
Banyak orang baru menyadari betapa pentingnya kehadiran Tuhan dalam kehidupan keluarga ketika dalam keadaan terjepit dan menemui jalan buntu, ketika krisis keuangan menimpa, ketika anggota keluarga sakit keras. Ingatlah, yang terpenting dan terutama dalam hidup ini adalah kehadiran Tuhan. Biarlah kita merasakan kehadiran Tuhan bukan hanya saat berada di tempat ibadah atau gereja, tetapi juga dalam keseharian hidup kita bersama keluarga. Undanglah Tuhan Yesus dalam kehidupan keluarga kita, dan ijinkan Dia memimpin dan menjadi Raja atas keluarga kita.
Ketika pesta perkawinan masih berlangsung, tiba-tiba mereka kehabisan anggur. Bagi kalangan orang Yahudi anggur merupakan minuman wajib di setiap pesta perkawinan. Kehabisan anggur di tengah pesta adalah masalah yang sangat genting dan darurat, karena bisa menimbulkan rasa malu bagi si tuan rumah. Memberitahukan masalah kepada Yesus berbicara tentang doa. Penting sekali membangun mezbah doa keluarga setiap hari. Mezbah doa berbicara mengenai kehidupan doa, pujian dan perenungan firman Tuhan yang dilakukan bersama seluruh anggota keluarga; mezbah doa adalah waktu yang berkualitas bagi seluruh anggota untuk menyembah Tuhan dan merenungkan firman-Nya; mezbah doa juga menggambarkan tentang kesatuan hati dan roh di antara anggota keluarga sehingga tercipta sebuah ikatan yang kuat. Kesatuan itulah yang mendatangkan kekuatan dan kemenangan. Bila keluarga hidup dalam kesatuan, "...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:3), sebaliknya "...jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan." (Markus 3:25).
Jika Tuhan hadir di tengah-tengah keluarga kita maka kita tidak akan salah lagi dalam melangkah atau membuat keputusan, sebab Ia akan memimpin, menyertai, menuntun dan juga mengarahkan kita. Kehadiran Tuhan inilah yang sanggup mengubah yang buruk menjadi baik, mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin.
Membangun mezbah doa haruslah menjadi prioritas utama dalam kehidupan setiap keluarga Kristen!
Friday, February 19, 2016
Thursday, February 18, 2016
MUJIZAT BAGI KELUARGA: Mengundang Tuhan Yesus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2016
Baca: Yohanes 2:1-11
"Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu." Yohanes 2:2
Injil Yohanes menyatakan bahwa mujizat air menjadi anggur adalah mujizat pertama yang dikerjakan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya. Mujizat itu terjadi di Kana, sebuah desa kecil di Galilea. Hal yang menarik dalam peristiwa ini adalah Tuhan Yesus melakukan mujizat-Nya di tengah-tengah pesta perkawinan.
Pesta perkawinan adalah gerbang memasuki kehidupan baru, persiapan membangun mahligai rumah tangga, dan ada janji bahwa masing-masing mempelai akan memberikan perhatian (concern) pada keluarga. Keluarga disebut sebagai gereja kecil, tempat pertama bagi kita mempraktekkan dan mengalami kasih yang tulus, tempat pertama membangun iman. Pembangunan iman adalah sesuatu yang sangat penting bagi anak-anak selaku generasi masa depan. Jika iman anak-anak kuat tidak akan terbawa oleh arus dunia yang begitu deras. Itulah sebabnya kehadiran keluarga memegang peranan besar bagi perkembangan karakter anak dan juga menentukan keberadaan gereja di masa mendatang. Keluarga sehat, gereja juga akan sehat!
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan dipersiapkan oleh sebuah keluarga agar mengalami mujizat dari Tuhan? Dalam perkawinan di Kana "Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu." (ayat 2). Kata 'diundang' berarti diminta untuk hadir, dipastikan kehadirannya. Kehadiran Tuhan Yesus atau mengundang Dia dalam kehidupan keluarga adalah langkah awal untuk mengalami perkara-perkara besar dari Tuhan. Sudahkah kita mengundang Tuhan Yesus dalam kehidupan keluarga kita? Adakah perkara yang mudah bagi seseorang membuka pintu rumahnya untuk persekutuan, kebaktian atau ibadah, tapi tidak secara otomatis ia membuka pintu hati atau ruang hatinya untuk kehadiran Tuhan. Ketika keadaan rumah tangga sedang tidak ada masalah yang serius Tuhan tidak kita harapkan kehadiran-Nya di tengah-tengah keluarga kita, karena kita merasa diri mampu dan sanggup mengatasi semua persoalan dengan kekuatan dan kepintaran kita. Kita tidak ingin Tuhan turut campur tangan dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Andalkan Tuhan dan libatkan Dia di segala aspek kehidupan keluarga kita karena itu adalah awal kehidupan yang diberkati dan berkemenangan!
Baca: Yohanes 2:1-11
"Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu." Yohanes 2:2
Injil Yohanes menyatakan bahwa mujizat air menjadi anggur adalah mujizat pertama yang dikerjakan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya. Mujizat itu terjadi di Kana, sebuah desa kecil di Galilea. Hal yang menarik dalam peristiwa ini adalah Tuhan Yesus melakukan mujizat-Nya di tengah-tengah pesta perkawinan.
Pesta perkawinan adalah gerbang memasuki kehidupan baru, persiapan membangun mahligai rumah tangga, dan ada janji bahwa masing-masing mempelai akan memberikan perhatian (concern) pada keluarga. Keluarga disebut sebagai gereja kecil, tempat pertama bagi kita mempraktekkan dan mengalami kasih yang tulus, tempat pertama membangun iman. Pembangunan iman adalah sesuatu yang sangat penting bagi anak-anak selaku generasi masa depan. Jika iman anak-anak kuat tidak akan terbawa oleh arus dunia yang begitu deras. Itulah sebabnya kehadiran keluarga memegang peranan besar bagi perkembangan karakter anak dan juga menentukan keberadaan gereja di masa mendatang. Keluarga sehat, gereja juga akan sehat!
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan dipersiapkan oleh sebuah keluarga agar mengalami mujizat dari Tuhan? Dalam perkawinan di Kana "Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu." (ayat 2). Kata 'diundang' berarti diminta untuk hadir, dipastikan kehadirannya. Kehadiran Tuhan Yesus atau mengundang Dia dalam kehidupan keluarga adalah langkah awal untuk mengalami perkara-perkara besar dari Tuhan. Sudahkah kita mengundang Tuhan Yesus dalam kehidupan keluarga kita? Adakah perkara yang mudah bagi seseorang membuka pintu rumahnya untuk persekutuan, kebaktian atau ibadah, tapi tidak secara otomatis ia membuka pintu hati atau ruang hatinya untuk kehadiran Tuhan. Ketika keadaan rumah tangga sedang tidak ada masalah yang serius Tuhan tidak kita harapkan kehadiran-Nya di tengah-tengah keluarga kita, karena kita merasa diri mampu dan sanggup mengatasi semua persoalan dengan kekuatan dan kepintaran kita. Kita tidak ingin Tuhan turut campur tangan dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Andalkan Tuhan dan libatkan Dia di segala aspek kehidupan keluarga kita karena itu adalah awal kehidupan yang diberkati dan berkemenangan!
Wednesday, February 17, 2016
KUNCI KEBAHAGIAAN KELUARGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2016
Baca: Mazmur 128:1-6
"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!" Mazmur 128:1
Setiap orang yang sudah berumah tangga pasti memiliki harapan rumah tangga yang dibangunnya kokoh, langgeng, berbahagia. Untuk mewujudkan itu hal utama yang harus diperhatikan adalah kekuatan fondasinya, sebab fondasi menentukan kekokohan suatu bangunan menghadapi goncangan dan badai.
Fondasi yang kuat bagi kehidupan rumah tangga atau keluarga adalah takut akan Tuhan (ayat nas). Takut akan Tuhan berarti "...hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya." Jika kita sudah membangun fondasi keluarga dengan hati takut akan Tuhan, maka berkat akan dicurahkan dalam kehidupan keluarga kita. "...engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!" (ayat 2). Kalimat 'hasil jerih payah tanganmu' berbicara tentang pekerjaan, usaha, bisnis atau apa saja yang kita kerjakan, termasuk pelayanan, yang akan dijadikan Tuhan berhasil dan beruntung. Takut akan Tuhan berbicara ketaatan, dimana setiap ketaatan selalu mendatangkan upah atau berkat dari Tuhan. Berkat tersebut akan dinikmati oleh seluruh anggota keluarga, bahkan sampai keturunan selanjutnya.
Adalah sia-sia jika kita membangun rumah tangga jika tidak melibatkan Tuhan dan memiliki hati yang takut akan Dia. "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur." (Mazmur 127:2). Keadaan ini sama seperti yang disampaikan nabi Hagai, "Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri." (Hagai 1:9). Jangan karena terlalu sibuk mengejar materi duniawi lalu mengenyampingkan perkara-perkara rohani, lupa membangun mezbah doa, lupa mengembalikan persepuluhan, yang akhirnya justru menghalangi berkat kita sendiri.
Kunci kebahagiaan keluarga tidak diperoleh dari apa yang ada di dunia ini, namun hanya diperoleh ketika kita memiliki hati yang takut akan Tuhan.
Baca: Mazmur 128:1-6
"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!" Mazmur 128:1
Setiap orang yang sudah berumah tangga pasti memiliki harapan rumah tangga yang dibangunnya kokoh, langgeng, berbahagia. Untuk mewujudkan itu hal utama yang harus diperhatikan adalah kekuatan fondasinya, sebab fondasi menentukan kekokohan suatu bangunan menghadapi goncangan dan badai.
Fondasi yang kuat bagi kehidupan rumah tangga atau keluarga adalah takut akan Tuhan (ayat nas). Takut akan Tuhan berarti "...hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya." Jika kita sudah membangun fondasi keluarga dengan hati takut akan Tuhan, maka berkat akan dicurahkan dalam kehidupan keluarga kita. "...engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!" (ayat 2). Kalimat 'hasil jerih payah tanganmu' berbicara tentang pekerjaan, usaha, bisnis atau apa saja yang kita kerjakan, termasuk pelayanan, yang akan dijadikan Tuhan berhasil dan beruntung. Takut akan Tuhan berbicara ketaatan, dimana setiap ketaatan selalu mendatangkan upah atau berkat dari Tuhan. Berkat tersebut akan dinikmati oleh seluruh anggota keluarga, bahkan sampai keturunan selanjutnya.
Adalah sia-sia jika kita membangun rumah tangga jika tidak melibatkan Tuhan dan memiliki hati yang takut akan Dia. "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur." (Mazmur 127:2). Keadaan ini sama seperti yang disampaikan nabi Hagai, "Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri." (Hagai 1:9). Jangan karena terlalu sibuk mengejar materi duniawi lalu mengenyampingkan perkara-perkara rohani, lupa membangun mezbah doa, lupa mengembalikan persepuluhan, yang akhirnya justru menghalangi berkat kita sendiri.
Kunci kebahagiaan keluarga tidak diperoleh dari apa yang ada di dunia ini, namun hanya diperoleh ketika kita memiliki hati yang takut akan Tuhan.
Tuesday, February 16, 2016
TUHAN SEBAGAI FONDASI KELUARGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2016
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;" Mazmur 127:1
Definisi bebas dari kata keluarga adalah kumpulan manusia yang dihubungkan melalui pertalian darah, perkawinan atau pengambilan anak angkat. DepKes RI tahun 1988 memaknai keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap yang memiliki ketergantungan.
Keluarga adalah lembaga pertama yang Tuhan dirikan bagi umat manusia, komunitas paling kecil, paling intim dan mendasar dalam hidup manusia. Inisiatif membangun sebuah keluarga datangnya dari Tuhan sendiri: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia... Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.' Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kejadian 2:18, 21, 22, 23, 24).
Karena itu untuk membangun rumah tangga atau keluarga kita harus melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia. Mulai dari masa berpacaran, bertunangan, terlebih-lebih saat hendak memutuskan siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, libatkan Tuhan, jangan gegabah. Hanya karena 'deadline' umur banyak anak muda Kristen bertindak 'hantam kromo' dalam memilih pasangan hidup; rela meninggalkan Tuhan dan menyangkal imannya hanya karena pasangan hidup. "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14).
Pasangan hidup adalah satu untuk seumur hidup, karena itu tidak ada istilah coba-coba, sebab pilihan kita saat ini menentukan masa depan keluarga kita!
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;" Mazmur 127:1
Definisi bebas dari kata keluarga adalah kumpulan manusia yang dihubungkan melalui pertalian darah, perkawinan atau pengambilan anak angkat. DepKes RI tahun 1988 memaknai keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap yang memiliki ketergantungan.
Keluarga adalah lembaga pertama yang Tuhan dirikan bagi umat manusia, komunitas paling kecil, paling intim dan mendasar dalam hidup manusia. Inisiatif membangun sebuah keluarga datangnya dari Tuhan sendiri: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia... Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.' Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kejadian 2:18, 21, 22, 23, 24).
Karena itu untuk membangun rumah tangga atau keluarga kita harus melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia. Mulai dari masa berpacaran, bertunangan, terlebih-lebih saat hendak memutuskan siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, libatkan Tuhan, jangan gegabah. Hanya karena 'deadline' umur banyak anak muda Kristen bertindak 'hantam kromo' dalam memilih pasangan hidup; rela meninggalkan Tuhan dan menyangkal imannya hanya karena pasangan hidup. "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14).
Pasangan hidup adalah satu untuk seumur hidup, karena itu tidak ada istilah coba-coba, sebab pilihan kita saat ini menentukan masa depan keluarga kita!
Monday, February 15, 2016
MENCARI TUHAN DI SEGALA KEADAAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2016
Baca: Amsal 1:20-33
"Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku." Amsal 1:28
Adalah rahasia umum bahwa orang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh ketika sedang dalam keadaan terdesak atau berada dalam situasi sulit. Begitu tertimpa masalah berat dan jalan buntu kita menghampiri Tuhan dengan ratapan dan linangan air mata. Kita rela berdoa semalam-malaman dan hampir di setiap jadwal peribadatan kita rela datang, berharap sesegera mungkin mendapatkan jalan keluar dan pertolongan dari Tuhan. Namun begitu masalah teratasi, sakit-penyakit disembuhkan, ekonomi keluarga dipulihkan, segala sesuatunya kembali berjalan baik dan normal, mereka tidak lagi gigih mencari Tuhan. Semangat kita mencari Tuhan perlahan redup dan roh pun tidak lagi menyala-nyala bagi Tuhan. Ibadah kembali dilakukan dengan asal-asalan dan sebatas rutinitas belaka.
"Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:7-9). Ketika didorong untuk terlibat pelayanan kita tidak segan-segan menolak dan menghindar dengan 1001 alasan. "Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar, tetapi kamu ...lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku." (Yesaya 65:12b). Kita lupa dengan semua yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita. Kita lupa berterima kasih kepada Tuhan, seperti sembilan dari sepuluh orang yang disembuhkan Tuhan dari penyakit kusta, yang pergi begitu saja dan meninggalkan Tuhan tanpa mengucap syukur dan berterima kasih kepada-Nya. "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (Lukas 17:17-18).
Jangan mencari Tuhan hanya di kala perlu saja, tapi carilah Dia di segala keadaan: kelimpahan atau kekurangan, sehat atau sakit, berkat atau krisis.
Jangan menganggap Tuhan yang membutuhkan kita, melainkan kitalah yang sangat membutuhkan Dia!
Baca: Amsal 1:20-33
"Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku." Amsal 1:28
Adalah rahasia umum bahwa orang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh ketika sedang dalam keadaan terdesak atau berada dalam situasi sulit. Begitu tertimpa masalah berat dan jalan buntu kita menghampiri Tuhan dengan ratapan dan linangan air mata. Kita rela berdoa semalam-malaman dan hampir di setiap jadwal peribadatan kita rela datang, berharap sesegera mungkin mendapatkan jalan keluar dan pertolongan dari Tuhan. Namun begitu masalah teratasi, sakit-penyakit disembuhkan, ekonomi keluarga dipulihkan, segala sesuatunya kembali berjalan baik dan normal, mereka tidak lagi gigih mencari Tuhan. Semangat kita mencari Tuhan perlahan redup dan roh pun tidak lagi menyala-nyala bagi Tuhan. Ibadah kembali dilakukan dengan asal-asalan dan sebatas rutinitas belaka.
"Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:7-9). Ketika didorong untuk terlibat pelayanan kita tidak segan-segan menolak dan menghindar dengan 1001 alasan. "Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar, tetapi kamu ...lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku." (Yesaya 65:12b). Kita lupa dengan semua yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita. Kita lupa berterima kasih kepada Tuhan, seperti sembilan dari sepuluh orang yang disembuhkan Tuhan dari penyakit kusta, yang pergi begitu saja dan meninggalkan Tuhan tanpa mengucap syukur dan berterima kasih kepada-Nya. "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (Lukas 17:17-18).
Jangan mencari Tuhan hanya di kala perlu saja, tapi carilah Dia di segala keadaan: kelimpahan atau kekurangan, sehat atau sakit, berkat atau krisis.
Jangan menganggap Tuhan yang membutuhkan kita, melainkan kitalah yang sangat membutuhkan Dia!
Sunday, February 14, 2016
YOHANES PEMBAPTIS: Hamba Tuhan Sederhana (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2016
Baca: Yohanes 3:22-36
"Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya." Yohanes 3:28
Jika ditinjau dari latar belakang hidupnya, secara manusia Yohanes Pembaptis punya alasan kuat untuk membanggakan diri. Mengapa? Karena kelahirannya dipenuhi dengan mujizat dan perkara-perkara yang sulit dipahami akal. Ayahnya bernama Zakharia dan ibunya bernama Elisabet. Keduanya sudah berusia sangat lanjut kala itu, bahkan Alkitab menyatakan bahwa "...Elisabet mandul..." (Lukas 1:7). Tetapi Tuhan sanggup mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin, tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan! Yohanes justru lahir dari seorang wanita yang mandul. Bahkan kelahirannya diberitahukan secara langsung oleh malaikat Gabriel kepada Zakharia dan ia pun dinubuatkan akan menjadi orang yang besar, "...ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka," (Lukas 1:16). Bukan hanya itu, sejak dari dalam kandungan Yohanes sudah dipenuhi dengan Roh Kudus. Luar biasa!
Nama Yohanes memiliki arti: karunia, anugerah, atau kasih karunia Tuhan. Meski telah dinubuatkan bahwa kelak akan menjadi orang yang besar, Yohanes tetap hidup dalam kesederhanaan. Tertulis: "Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan." (Matius 3:4). Di sepanjang hidupnya ia rela membayar harga dengan tidak minum anggur dan minuman keras serta mengalami proses pembentukan Tuhan di padang gurun. Ini menunjukkan bahwa Yohanes setia mengerjakan panggilan hidupnya dengan hidup menurut pimpinan Roh, tidak lagi menuruti keinginan daging, sehingga ia "...bertambah besar dan makin kuat rohnya." (Lukas 1:80a). Inilah yang patut diteladani oleh hamba-hamba Tuhan dan semua orang percaya yang hidup di zaman sekarang ini. Jangan hanya fokus kepada penampilan luar! Yang terutama adalah apakah seorang hamba Tuhan itu berintegritas, tidak berkompromi dengan dosa dan terus menyuarakan kebenaran, apa pun situasinya.
Meski memiliki banyak pengikut tidak membuat Yohanes membanggakan diri, sombong, atau merasa punya jasa besar bagi pekerjaan Tuhan. Ia tetaplah seorang hamba yang sederhana dan rendah hati. Yang layak menerima pujian, hormat dan kemuliaan hanyalah Tuhan Yesus saja, bukan dirinya.
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." Yohanes 3:30
Baca: Yohanes 3:22-36
"Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya." Yohanes 3:28
Jika ditinjau dari latar belakang hidupnya, secara manusia Yohanes Pembaptis punya alasan kuat untuk membanggakan diri. Mengapa? Karena kelahirannya dipenuhi dengan mujizat dan perkara-perkara yang sulit dipahami akal. Ayahnya bernama Zakharia dan ibunya bernama Elisabet. Keduanya sudah berusia sangat lanjut kala itu, bahkan Alkitab menyatakan bahwa "...Elisabet mandul..." (Lukas 1:7). Tetapi Tuhan sanggup mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin, tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan! Yohanes justru lahir dari seorang wanita yang mandul. Bahkan kelahirannya diberitahukan secara langsung oleh malaikat Gabriel kepada Zakharia dan ia pun dinubuatkan akan menjadi orang yang besar, "...ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka," (Lukas 1:16). Bukan hanya itu, sejak dari dalam kandungan Yohanes sudah dipenuhi dengan Roh Kudus. Luar biasa!
Nama Yohanes memiliki arti: karunia, anugerah, atau kasih karunia Tuhan. Meski telah dinubuatkan bahwa kelak akan menjadi orang yang besar, Yohanes tetap hidup dalam kesederhanaan. Tertulis: "Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan." (Matius 3:4). Di sepanjang hidupnya ia rela membayar harga dengan tidak minum anggur dan minuman keras serta mengalami proses pembentukan Tuhan di padang gurun. Ini menunjukkan bahwa Yohanes setia mengerjakan panggilan hidupnya dengan hidup menurut pimpinan Roh, tidak lagi menuruti keinginan daging, sehingga ia "...bertambah besar dan makin kuat rohnya." (Lukas 1:80a). Inilah yang patut diteladani oleh hamba-hamba Tuhan dan semua orang percaya yang hidup di zaman sekarang ini. Jangan hanya fokus kepada penampilan luar! Yang terutama adalah apakah seorang hamba Tuhan itu berintegritas, tidak berkompromi dengan dosa dan terus menyuarakan kebenaran, apa pun situasinya.
Meski memiliki banyak pengikut tidak membuat Yohanes membanggakan diri, sombong, atau merasa punya jasa besar bagi pekerjaan Tuhan. Ia tetaplah seorang hamba yang sederhana dan rendah hati. Yang layak menerima pujian, hormat dan kemuliaan hanyalah Tuhan Yesus saja, bukan dirinya.
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." Yohanes 3:30
Saturday, February 13, 2016
YOHANES PEMBAPTIS: Hamba Tuhan Sederhana (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2016
Baca: Matius 3:1-6
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Matius 3:2
Yohanes Pembaptis adalah penginjil pertama yang memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat, karena itu ia menyerukan agar semua orang segera bertobat. Pertobatan adalah pesan utama yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis ini karena ia diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya (ayat 3).
Makna dasar pertobatan (metanoeo) adalah berbalik dari cara hidup yang sia-sia (jahat) kepada Kristus, meninggalkan cara hidup yang lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru di dalam Kristus. Pertobatan adalah sebuah keputusan sukarela dalam diri orang berdosa, yang oleh karena kasih karunia beroleh kemampuan untuk melakukannya ketika mereka mendengar dan percaya kepada Injil. Yang membuat seseorang bertobat dan percaya kepada Kristus bukanlah kehebatan hamba Tuhan tertentu, tetapi semata-mata karena Roh Kudus yang telah menjamah hati orang tersebut.
Khotbah yang disampaikan Yohanes Pembaptis to the point, singkat, jelas, tidak berbelit-belit tetapi tepat sasaran. Kata-katanya bukan kata-kata yang meninabobokkan jemaat atau kata-kata penuh lelucon yang membuat si pendengar tertawa terpingkal-pingkal (namun kemudian lupa dengan inti khotbah). Jadi sekalipun khotbahnya sangat sederhana, sesederhana penampilannya, namun mengandung kuasa yang sangat dahsyat karena sanggup meruntuhkan benteng-benteng dan kubu keangkuhan manusia sehingga banyak orang tertempelak dan kemudian membuat keputusan untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, percaya kepada Injil dan bertobat. "Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan." (ayat 5).
Banyak orang bertobat dan memberi diri untuk dibaptis bukan karena tekanan pihak lain atau paksaan, bukan pula karena Yohanes yang fasih bicara dan mahir berkhotbah, namun semua karena kuasa Tuhan yang bekerja di dalam dirinya. "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6).
Pertobatan adalah berita utama Yohanes Pembaptis dalam pelayanannya.
Baca: Matius 3:1-6
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Matius 3:2
Yohanes Pembaptis adalah penginjil pertama yang memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat, karena itu ia menyerukan agar semua orang segera bertobat. Pertobatan adalah pesan utama yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis ini karena ia diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya (ayat 3).
Makna dasar pertobatan (metanoeo) adalah berbalik dari cara hidup yang sia-sia (jahat) kepada Kristus, meninggalkan cara hidup yang lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru di dalam Kristus. Pertobatan adalah sebuah keputusan sukarela dalam diri orang berdosa, yang oleh karena kasih karunia beroleh kemampuan untuk melakukannya ketika mereka mendengar dan percaya kepada Injil. Yang membuat seseorang bertobat dan percaya kepada Kristus bukanlah kehebatan hamba Tuhan tertentu, tetapi semata-mata karena Roh Kudus yang telah menjamah hati orang tersebut.
Khotbah yang disampaikan Yohanes Pembaptis to the point, singkat, jelas, tidak berbelit-belit tetapi tepat sasaran. Kata-katanya bukan kata-kata yang meninabobokkan jemaat atau kata-kata penuh lelucon yang membuat si pendengar tertawa terpingkal-pingkal (namun kemudian lupa dengan inti khotbah). Jadi sekalipun khotbahnya sangat sederhana, sesederhana penampilannya, namun mengandung kuasa yang sangat dahsyat karena sanggup meruntuhkan benteng-benteng dan kubu keangkuhan manusia sehingga banyak orang tertempelak dan kemudian membuat keputusan untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, percaya kepada Injil dan bertobat. "Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan." (ayat 5).
Banyak orang bertobat dan memberi diri untuk dibaptis bukan karena tekanan pihak lain atau paksaan, bukan pula karena Yohanes yang fasih bicara dan mahir berkhotbah, namun semua karena kuasa Tuhan yang bekerja di dalam dirinya. "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6).
Pertobatan adalah berita utama Yohanes Pembaptis dalam pelayanannya.
Friday, February 12, 2016
OBED EDOM: Hidup Yang Diberkati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2016
Baca: 1 Tawarikh 26:4-8
"Mereka sekalian adalah dari keturunan Obed-Edom, yakni mereka sendiri, anak-anak mereka dan saudara-saudara mereka, masing-masing orang yang gagah perkasa, cakap untuk pekerjaan itu, enam puluh dua orang jumlahnya dari Obed-Edom." 1 Tawarikh 26:8
Di zaman sekarang ini ada banyak orang yang tidak lagi menempatkan Tuhan dan perkara-perkara rohani sebagai prioritas dalam hidupnya. Hati dan pikiran mereka semata-mata tertuju kepada hal-hal duniawi. Ibadah, doa dan pelayanan dianggap hal yang tidak penting dan pemborosan waktu saja. Pikirnya, "Banyak orang di luar sana yang tidak beribadah kepada Tuhan hidupnya baik-baik saja, malah sepertinya lebih sukses dan lebih mujur." Namun Tuhan sangat memperhatikan hidup orang benar dan Ia akan membuat perbedaan antara orang yang beribadah kepada-Nya dan yang tidak beribadah.
Kita tidak perlu iri terhadap orang fasik sebab kebahagiaan mereka semu, kemujurannya hanya bersifat sementara. "Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi." (Mazmur 37:10). Karena itu jangan pernah berpikir bahwa ibadah, pelayanan dan jerih lelah kita untuk Tuhan tidak berarti apa-apa. Sesungguhnya semua diperhitungkan-Nya. Obed Edom adalah contoh orang yang menikmati berkat Tuhan secara luar biasa karena ia sangat menghormati hadirat Tuhan, padahal hanya tiga bulan tabut Allah berada di rumahnya (baca 2 Samuel 6:11-12). Keluarga ini pun menjadi buah bibir dan kesaksian yang baik bagi banyak orang, bahkan beritanya sampai ke telinga raja Daud. Alkitab mencatat bahwa Obed Edom yang sebelumnya tinggal di Kirad Yearim rela pergi ke Yerusalem untuk melayani sebagai penunggu kemah Tuhan, di mana Tabut Allah berada. Ini menunjukkan besar kerinduannya melayani Tuhan dan tinggal dalam hadirat Tuhan. "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58).
Karena kesungguhannya melayani Tuhan bukan hanya Obed Edom yang diberkati, tetapi sampai ke anak cucunya, bahkan anak-anak Obed Edom disebut pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa dan cakap dalam pekerjaan.
Pemazmur menulis: "...tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;" Mazmur 37:25
Baca: 1 Tawarikh 26:4-8
"Mereka sekalian adalah dari keturunan Obed-Edom, yakni mereka sendiri, anak-anak mereka dan saudara-saudara mereka, masing-masing orang yang gagah perkasa, cakap untuk pekerjaan itu, enam puluh dua orang jumlahnya dari Obed-Edom." 1 Tawarikh 26:8
Di zaman sekarang ini ada banyak orang yang tidak lagi menempatkan Tuhan dan perkara-perkara rohani sebagai prioritas dalam hidupnya. Hati dan pikiran mereka semata-mata tertuju kepada hal-hal duniawi. Ibadah, doa dan pelayanan dianggap hal yang tidak penting dan pemborosan waktu saja. Pikirnya, "Banyak orang di luar sana yang tidak beribadah kepada Tuhan hidupnya baik-baik saja, malah sepertinya lebih sukses dan lebih mujur." Namun Tuhan sangat memperhatikan hidup orang benar dan Ia akan membuat perbedaan antara orang yang beribadah kepada-Nya dan yang tidak beribadah.
Kita tidak perlu iri terhadap orang fasik sebab kebahagiaan mereka semu, kemujurannya hanya bersifat sementara. "Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi." (Mazmur 37:10). Karena itu jangan pernah berpikir bahwa ibadah, pelayanan dan jerih lelah kita untuk Tuhan tidak berarti apa-apa. Sesungguhnya semua diperhitungkan-Nya. Obed Edom adalah contoh orang yang menikmati berkat Tuhan secara luar biasa karena ia sangat menghormati hadirat Tuhan, padahal hanya tiga bulan tabut Allah berada di rumahnya (baca 2 Samuel 6:11-12). Keluarga ini pun menjadi buah bibir dan kesaksian yang baik bagi banyak orang, bahkan beritanya sampai ke telinga raja Daud. Alkitab mencatat bahwa Obed Edom yang sebelumnya tinggal di Kirad Yearim rela pergi ke Yerusalem untuk melayani sebagai penunggu kemah Tuhan, di mana Tabut Allah berada. Ini menunjukkan besar kerinduannya melayani Tuhan dan tinggal dalam hadirat Tuhan. "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58).
Karena kesungguhannya melayani Tuhan bukan hanya Obed Edom yang diberkati, tetapi sampai ke anak cucunya, bahkan anak-anak Obed Edom disebut pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa dan cakap dalam pekerjaan.
Pemazmur menulis: "...tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;" Mazmur 37:25
Thursday, February 11, 2016
TUHAN MEMERHATIKAN ORANG BENAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2016
Baca: Maleakhi 3:13-18
"Kamu berkata: 'Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?'" Maleakhi 3:14
Dalam menjalani kehidupan di dunia banyak orang cenderung mengandalkan kekuatan, kepintaran, uang, kekayaan, koneksi, jabatan dan sebagainya daripada berharap dan mengandalkan Tuhan. Bahkan ketika dihadapkan pada pergumulan hidup yang berat ada orang yang berani berkata: "Ah...percuma saja ibadah atau berdoa...tidak ada pengaruhnya!" Benarkah demikian?
Ketidaksabaran menantikan Tuhan bertindak seringkali menjadi permasalahan utama kebanyakan orang Kristen sehingga mereka kecewa, mengeluh, bersungut-sungut, putus asa dan menyerah. Lalu mereka memilih berkompromi dengan dosa. Karena termakan tipu muslihat Iblis mereka pun menerima tawaran-tawarannya yang menjanjikan kenikmatan, kesenangan dan pertolongan instan, padahal di balik itu ada jebakan yang sangat mematikan, sebab Iblis datang "...hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Di zaman sulit seperti sekarang ini seharusnya kita back to the bible, semakin melekat kepada Tuhan, semakin meningkatkan kualitas ibadah kita dan juga jam-jam doa kita; dengan kata lain kita harus berusaha hidup benar di hadapan Tuhan. Mengapa? karena "Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat..." (Mazmur 34:16-17). Selama kita hidup dalam kebenaran kita akan menjadi umat kesayangan-Nya sehingga kita akan dijaga-Nya seperti biji mata-Nya, dan Alkitab menyatakan bahwa "...siapa yang menjamah kamu (orang benar), berarti menjamah biji mata-Nya." (Zakharia 2:8). Yakobus juga menulis, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Mujizat, kemenangan dan pemulihan akan dinyatakan saat orang benar berdoa kepada Tuhan. Inilah janji Tuhan! Kalau kita ingin mengalami mujizat dari Tuhan beribadahlah sungguh-sungguh kepada Tuhan dan janganlah pernah berhenti berdoa.
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Mazmur 34:18
Baca: Maleakhi 3:13-18
"Kamu berkata: 'Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?'" Maleakhi 3:14
Dalam menjalani kehidupan di dunia banyak orang cenderung mengandalkan kekuatan, kepintaran, uang, kekayaan, koneksi, jabatan dan sebagainya daripada berharap dan mengandalkan Tuhan. Bahkan ketika dihadapkan pada pergumulan hidup yang berat ada orang yang berani berkata: "Ah...percuma saja ibadah atau berdoa...tidak ada pengaruhnya!" Benarkah demikian?
Ketidaksabaran menantikan Tuhan bertindak seringkali menjadi permasalahan utama kebanyakan orang Kristen sehingga mereka kecewa, mengeluh, bersungut-sungut, putus asa dan menyerah. Lalu mereka memilih berkompromi dengan dosa. Karena termakan tipu muslihat Iblis mereka pun menerima tawaran-tawarannya yang menjanjikan kenikmatan, kesenangan dan pertolongan instan, padahal di balik itu ada jebakan yang sangat mematikan, sebab Iblis datang "...hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Di zaman sulit seperti sekarang ini seharusnya kita back to the bible, semakin melekat kepada Tuhan, semakin meningkatkan kualitas ibadah kita dan juga jam-jam doa kita; dengan kata lain kita harus berusaha hidup benar di hadapan Tuhan. Mengapa? karena "Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat..." (Mazmur 34:16-17). Selama kita hidup dalam kebenaran kita akan menjadi umat kesayangan-Nya sehingga kita akan dijaga-Nya seperti biji mata-Nya, dan Alkitab menyatakan bahwa "...siapa yang menjamah kamu (orang benar), berarti menjamah biji mata-Nya." (Zakharia 2:8). Yakobus juga menulis, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Mujizat, kemenangan dan pemulihan akan dinyatakan saat orang benar berdoa kepada Tuhan. Inilah janji Tuhan! Kalau kita ingin mengalami mujizat dari Tuhan beribadahlah sungguh-sungguh kepada Tuhan dan janganlah pernah berhenti berdoa.
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Mazmur 34:18
Wednesday, February 10, 2016
SIAPA MENABUR SIAPA MENUAI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2016
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." 2 Korintus 9:6
Di era tahun 80-an ada lagu yang cukup populer berjudul 'Siapa menabur siapa menuai' karya Rinto Harahap, yang dilantunkan oleh Hetty Koes Endang. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini berlaku hukum tabur-tuai: siapa yang menabur, dia yang akan menuai; apa yang ditabur itu juga yang akan dituai.
Rasul Paulus memperingatkan, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:7-8). Bila kita menabur kebaikan kita pasti akan menuai kebaikan. Kalau kita menabur keburukan, maka hal-hal yang buruk pula yang akan kita tuai. Contoh konkret menabur adalah tindakan memberi: memberi persembahan untuk Tuhan maupun memberi sesuatu kepada orang lain. Dalam hal memberi sikap hati harus diperhatikan. Jangan sampai kita memberi semata-mata karena mengharapkan balasan atau imbalan. Bagaimanapun juga tindakan memberi itu bagaikan menabur benih yang suatu saat nanti akan menghasilkan buah. Jadi tindakan memberi bukanlah tindakan sia-sia atau percuma, justru merupakan tindakan yang baik dan tepat. "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:9-10). Jangan pernah menunda-nunda waktu untuk berbuat baik. Biarlah kebaikan itu terus mengalir dari hari ke sehari, sehingga "...kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5).
Memberi harus dengan kerelaan hati: bukan berarti memberi dengan sesuka hati, tapi memberi sepantasnya sesuai dengan berkat Tuhan yang telah kita terima. Namun bukanlah hal yang mudah bagi orang yang hatinya melekat pada uang dan harta.
Buanglah sifat kikir, egois dan materialistis dalam diri kita, dan jadilah berkat bagi orang lain, karena apa yang kita tabur tidak akan pernah sia-sia!
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." 2 Korintus 9:6
Di era tahun 80-an ada lagu yang cukup populer berjudul 'Siapa menabur siapa menuai' karya Rinto Harahap, yang dilantunkan oleh Hetty Koes Endang. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini berlaku hukum tabur-tuai: siapa yang menabur, dia yang akan menuai; apa yang ditabur itu juga yang akan dituai.
Rasul Paulus memperingatkan, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:7-8). Bila kita menabur kebaikan kita pasti akan menuai kebaikan. Kalau kita menabur keburukan, maka hal-hal yang buruk pula yang akan kita tuai. Contoh konkret menabur adalah tindakan memberi: memberi persembahan untuk Tuhan maupun memberi sesuatu kepada orang lain. Dalam hal memberi sikap hati harus diperhatikan. Jangan sampai kita memberi semata-mata karena mengharapkan balasan atau imbalan. Bagaimanapun juga tindakan memberi itu bagaikan menabur benih yang suatu saat nanti akan menghasilkan buah. Jadi tindakan memberi bukanlah tindakan sia-sia atau percuma, justru merupakan tindakan yang baik dan tepat. "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:9-10). Jangan pernah menunda-nunda waktu untuk berbuat baik. Biarlah kebaikan itu terus mengalir dari hari ke sehari, sehingga "...kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5).
Memberi harus dengan kerelaan hati: bukan berarti memberi dengan sesuka hati, tapi memberi sepantasnya sesuai dengan berkat Tuhan yang telah kita terima. Namun bukanlah hal yang mudah bagi orang yang hatinya melekat pada uang dan harta.
Buanglah sifat kikir, egois dan materialistis dalam diri kita, dan jadilah berkat bagi orang lain, karena apa yang kita tabur tidak akan pernah sia-sia!
Monday, February 8, 2016
TUHAN YESUS SEBAGAI ARAH PANDANG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2016
Baca: Mazmur 16:1-11
"Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah." Mazmur 16:8
Mata memiliki fungsi sangat vital yaitu untuk melihat suatu obyek. Alkitab menyatakan, "Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Matius 6:22-23). Jika kita memfungsikan mata ini dengan baik dan benar akan berdampak positif bagi seluruh aspek kehidupan kita. Sebaliknya jika kita memfungsikan mata kita untuk hal-hal yang negatif dampaknya pun akan negatif. Untuk mendapatkan hasil terbaik dan maksimal penting sekali kita mengarahkan mata kita ke obyek yang benar, sebab jika salah memandang bisa berakibat sangat fatal.
Alkitab mencatat, "Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya." (2 Samuel 11:2). Karena matanya terarah ke Betsyeba yang sedang mandi akhirnya Daud jatuh dalam dosa perzinahan dan harus menanggung akibatnya. Berhati-hatilah! ke mana arah kita memandang menentukan masa depan kita. "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Ibrani 12:2). Mengarahkan pandangan kepada Tuhan Yesus berarti berfokus kepada-Nya, meneladani karakter-Nya, mengikut jalan-Nya dan memegang teguh janji-Nya.
Ketika perahu murid-murid dilanda angin sakal datanglah Tuhan Yesus menghampiri mereka untuk menolong. Tetapi ketika "...Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: 'Itu hantu!', lalu berteriak-teriak karena takut." (Matius 14:26). Mereka menyangka bahwa yang mendatangi mereka adalah hantu. Tuhan Yesus berkata, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (Matius 14:27).
Ketika arah pandang kita mulai bergeser, tidak lagi terarah kepada Tuhan Yesus, tapi kepada masalah, kita pasti akan takut dan lemah!
Baca: Mazmur 16:1-11
"Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah." Mazmur 16:8
Mata memiliki fungsi sangat vital yaitu untuk melihat suatu obyek. Alkitab menyatakan, "Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Matius 6:22-23). Jika kita memfungsikan mata ini dengan baik dan benar akan berdampak positif bagi seluruh aspek kehidupan kita. Sebaliknya jika kita memfungsikan mata kita untuk hal-hal yang negatif dampaknya pun akan negatif. Untuk mendapatkan hasil terbaik dan maksimal penting sekali kita mengarahkan mata kita ke obyek yang benar, sebab jika salah memandang bisa berakibat sangat fatal.
Alkitab mencatat, "Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya." (2 Samuel 11:2). Karena matanya terarah ke Betsyeba yang sedang mandi akhirnya Daud jatuh dalam dosa perzinahan dan harus menanggung akibatnya. Berhati-hatilah! ke mana arah kita memandang menentukan masa depan kita. "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Ibrani 12:2). Mengarahkan pandangan kepada Tuhan Yesus berarti berfokus kepada-Nya, meneladani karakter-Nya, mengikut jalan-Nya dan memegang teguh janji-Nya.
Ketika perahu murid-murid dilanda angin sakal datanglah Tuhan Yesus menghampiri mereka untuk menolong. Tetapi ketika "...Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: 'Itu hantu!', lalu berteriak-teriak karena takut." (Matius 14:26). Mereka menyangka bahwa yang mendatangi mereka adalah hantu. Tuhan Yesus berkata, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (Matius 14:27).
Ketika arah pandang kita mulai bergeser, tidak lagi terarah kepada Tuhan Yesus, tapi kepada masalah, kita pasti akan takut dan lemah!
ADAKAH YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2016
Baca: Lukas 9:37-43a
"Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!" Lukas 9:41
Ada seorang anak yang sejak kecil menderita sakit karena kerasukan setan. Seringkali kejang-kejang dan mulutnya berbusa karena pekerjaan roh jahat yang berusaha membunuhnya. Terkadang roh jahat membawanya ke air agar tenggelam atau ke dalam api agar mati terbakar.
Suatu ketika orangtua si anak mendengar kabar tentang mujizat-mujizat yang kerjakan Tuhan Yesus. Tanpa menunda-nunda waktu ia pun membawa anaknya kepada Tuhan Yesus. "Guru, aku memohon supaya Engkau menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku. Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak ia berteriak dan roh itu menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya." (ayat 38-39). Orangtua si anak juga complain karena ia pernah membawa anaknya kepada murid-murid-Nya untuk didoakan, tapi tidak ada kesembuhan. Inilah respons Tuhan Yesus, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya... Bawa anakmu itu kemari!" (ayat nas). Inilah yang terjadi dalam diri banyak orang Kristen: tahu bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizat, bahkan hampir di setiap ibadah sering mendengar khotbah tentang kuasa Tuhan dan pekerjaan besar-Nya; namun begitu dihadapkan pada masalah dan situasi yang sulit, secepat kilat lupa dengan firman Tuhan, lupa dengan kebesaran kuasa-Nya, kita pun menjadi panik, kalang kabut, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain. Kita menjadi cemas, kuatir, bimbang, ragu, mempertanyakan kuasa Tuhan. "Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:7).
Tidak ada perkara yang mustahil asal kita percaya! Percaya bahwa kuasa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh situasi dan keadaan apa pun. Situasi atau keadaan seringkali membuat iman lemah. Supaya iman semakin kuat kita harus banyak mendengar firman Tuhan, sebab iman timbul dari pendengaran akan firman-Nya. Selama kita fokus kepada janji Tuhan dan kuasa-Nya, sebesar apa pun masalah pasti kita sanggup melewatinya, sebab kita percaya bahwa Tuhan selalu punya 1001 cara untuk menolong kita.
"Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah." Lukas 9:43a
Baca: Lukas 9:37-43a
"Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!" Lukas 9:41
Ada seorang anak yang sejak kecil menderita sakit karena kerasukan setan. Seringkali kejang-kejang dan mulutnya berbusa karena pekerjaan roh jahat yang berusaha membunuhnya. Terkadang roh jahat membawanya ke air agar tenggelam atau ke dalam api agar mati terbakar.
Suatu ketika orangtua si anak mendengar kabar tentang mujizat-mujizat yang kerjakan Tuhan Yesus. Tanpa menunda-nunda waktu ia pun membawa anaknya kepada Tuhan Yesus. "Guru, aku memohon supaya Engkau menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku. Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak ia berteriak dan roh itu menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya." (ayat 38-39). Orangtua si anak juga complain karena ia pernah membawa anaknya kepada murid-murid-Nya untuk didoakan, tapi tidak ada kesembuhan. Inilah respons Tuhan Yesus, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya... Bawa anakmu itu kemari!" (ayat nas). Inilah yang terjadi dalam diri banyak orang Kristen: tahu bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizat, bahkan hampir di setiap ibadah sering mendengar khotbah tentang kuasa Tuhan dan pekerjaan besar-Nya; namun begitu dihadapkan pada masalah dan situasi yang sulit, secepat kilat lupa dengan firman Tuhan, lupa dengan kebesaran kuasa-Nya, kita pun menjadi panik, kalang kabut, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain. Kita menjadi cemas, kuatir, bimbang, ragu, mempertanyakan kuasa Tuhan. "Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:7).
Tidak ada perkara yang mustahil asal kita percaya! Percaya bahwa kuasa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh situasi dan keadaan apa pun. Situasi atau keadaan seringkali membuat iman lemah. Supaya iman semakin kuat kita harus banyak mendengar firman Tuhan, sebab iman timbul dari pendengaran akan firman-Nya. Selama kita fokus kepada janji Tuhan dan kuasa-Nya, sebesar apa pun masalah pasti kita sanggup melewatinya, sebab kita percaya bahwa Tuhan selalu punya 1001 cara untuk menolong kita.
"Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah." Lukas 9:43a
Sunday, February 7, 2016
JANGAN TERKEJUT LAGI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2016
Baca: Yohanes 16:1-3
"...akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah." Yohanes 16:2
Ada banyak orang Kristen yang menjadi kecewa ketika mereka dihadapkan pada ujian dan tantangan dalam perjalanan mengiring Kristus. Semula mereka berpikiran bahwa setelah menjadi Kristen semuanya akan menjadi lancar dan baik-baik saja. Namun, justru karena berlabel 'Kristen' mereka harus mengalami tekanan, kekerasan, ancaman, dikucilkan dan bahkan diperlakukan secara tidak adil oleh pihak lain.
Tentang hal itu Tuhan Yesus sudah memperingatkan, "Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." (Yohanes 16:2-4a). Sebagai orang percaya kita tidak perlu heran dan terkejut lagi bila harus mengalami situasi-situasi yang tidak mengenakkan tersebut. Apa yang harus kita perbuat? Tidak ada kata lain selain kita harus meneladani Kristus. Ketika diejek, diludahi, dianiaya, disiksa dan disalibkan Tuhan Yesus tidak melakukan tindakan balas dendam, melainkan berdoa untuk mereka. "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Inilah bukti bahwa Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan kekerasan fisik atau tindakan balas dendam terhadap orang yang berbuat jahat, sebaliknya kita harus mengasihi dan membalas dengan kebaikan: "...jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!" (Roma 12:20), dan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Matius 5:39).
Paulus, setelah memiliki pengertian yang benar tentang melayani Tuhan, hidupnya pun berubah total. Kefanatikannya pun berubah mengarah ke 'dalam', sehingga ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dan memberitakan Injil. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).
Kita harus berdoa, mengasihi dan melepaskan pengampunan terhadap orang-orang yang membenci Kristus dan menolak Injil!
Baca: Yohanes 16:1-3
"...akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah." Yohanes 16:2
Ada banyak orang Kristen yang menjadi kecewa ketika mereka dihadapkan pada ujian dan tantangan dalam perjalanan mengiring Kristus. Semula mereka berpikiran bahwa setelah menjadi Kristen semuanya akan menjadi lancar dan baik-baik saja. Namun, justru karena berlabel 'Kristen' mereka harus mengalami tekanan, kekerasan, ancaman, dikucilkan dan bahkan diperlakukan secara tidak adil oleh pihak lain.
Tentang hal itu Tuhan Yesus sudah memperingatkan, "Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." (Yohanes 16:2-4a). Sebagai orang percaya kita tidak perlu heran dan terkejut lagi bila harus mengalami situasi-situasi yang tidak mengenakkan tersebut. Apa yang harus kita perbuat? Tidak ada kata lain selain kita harus meneladani Kristus. Ketika diejek, diludahi, dianiaya, disiksa dan disalibkan Tuhan Yesus tidak melakukan tindakan balas dendam, melainkan berdoa untuk mereka. "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Inilah bukti bahwa Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan kekerasan fisik atau tindakan balas dendam terhadap orang yang berbuat jahat, sebaliknya kita harus mengasihi dan membalas dengan kebaikan: "...jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!" (Roma 12:20), dan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Matius 5:39).
Paulus, setelah memiliki pengertian yang benar tentang melayani Tuhan, hidupnya pun berubah total. Kefanatikannya pun berubah mengarah ke 'dalam', sehingga ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dan memberitakan Injil. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).
Kita harus berdoa, mengasihi dan melepaskan pengampunan terhadap orang-orang yang membenci Kristus dan menolak Injil!
Saturday, February 6, 2016
ENGGAN MENINGGALKAN 'MESIR' (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2016
Baca: Keluaran 6:1-12
"Pergilah menghadap, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir, bahwa ia harus membiarkan orang Israel pergi dari negerinya." Keluaran 6:10
Selama kita masih berada di 'Mesir' sampai kapan pun kita tidak akan pernah menikmati 'Tanah Perjanjian'. Untuk menuju 'Tanah Perjanjian' kita harus punya tekad yang kuat untuk meninggalkan 'Mesir' atau meninggalkan kehidupan lama, menanggalkan manusia lama dan hidup sebagai manusia baru. "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." (Roma 6:6-7). Untuk mengalami penggenapan janji Tuhan Abraham harus rela meninggalkan Ur-Kasdin, meninggalkan negerinya, sanak saudaranya dan juga bapanya. Banyak orang Kristen yang hanya mau mendapatkan berkat atau menikmati janji Tuhan tetapi tidak mau membayar harga, tidak mau meninggalkan kehidupan lamanya.
Inilah trik Firaun, "Baik, aku akan membiarkan kamu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di padang gurun; hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh." (Keluaran 8:28). Jika Iblis tidak dapat menahan kita, sehingga kita berhasil meninggalkan kehidupan yang lama, maka ia akan berkata, "Kamu boleh pergi, asal jangan terlalu jauh." Berbagai upaya dilakukan Iblis untuk menghalangi kita supaya tidak lagi bertekun di dalam Tuhan, tidak lagi punya roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan. Iblis berusaha menahan kita untuk tetap menjadi orang Kristen yang pasif, yang puas menjadi 'penonton' saja, padahal Tuhan menghendaki kita makin hari makin dewasa rohani, semakin hari semakin serupa dengan Dia.
Ketika sepanjang malam Simon tidak dapat menangkap ikan Tuhan Yesus berkata kepadanya: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Perhatikan! Ikan selalu berada di tempat yang dalam, bukan yang dangkal. Kalau kita mau bertumbuh di dalam Tuhan, mengalami dan menikmati janji Tuhan, tidak ada jalan lain selain kita harus maksimal dan penuh totalitas bagi Tuhan, tidak setengah-setengah, suam-suam kuku. Kita harus hidup dalam pertobatan sejati!
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." 2 Korintus 5:17
Baca: Keluaran 6:1-12
"Pergilah menghadap, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir, bahwa ia harus membiarkan orang Israel pergi dari negerinya." Keluaran 6:10
Selama kita masih berada di 'Mesir' sampai kapan pun kita tidak akan pernah menikmati 'Tanah Perjanjian'. Untuk menuju 'Tanah Perjanjian' kita harus punya tekad yang kuat untuk meninggalkan 'Mesir' atau meninggalkan kehidupan lama, menanggalkan manusia lama dan hidup sebagai manusia baru. "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." (Roma 6:6-7). Untuk mengalami penggenapan janji Tuhan Abraham harus rela meninggalkan Ur-Kasdin, meninggalkan negerinya, sanak saudaranya dan juga bapanya. Banyak orang Kristen yang hanya mau mendapatkan berkat atau menikmati janji Tuhan tetapi tidak mau membayar harga, tidak mau meninggalkan kehidupan lamanya.
Inilah trik Firaun, "Baik, aku akan membiarkan kamu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di padang gurun; hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh." (Keluaran 8:28). Jika Iblis tidak dapat menahan kita, sehingga kita berhasil meninggalkan kehidupan yang lama, maka ia akan berkata, "Kamu boleh pergi, asal jangan terlalu jauh." Berbagai upaya dilakukan Iblis untuk menghalangi kita supaya tidak lagi bertekun di dalam Tuhan, tidak lagi punya roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan. Iblis berusaha menahan kita untuk tetap menjadi orang Kristen yang pasif, yang puas menjadi 'penonton' saja, padahal Tuhan menghendaki kita makin hari makin dewasa rohani, semakin hari semakin serupa dengan Dia.
Ketika sepanjang malam Simon tidak dapat menangkap ikan Tuhan Yesus berkata kepadanya: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Perhatikan! Ikan selalu berada di tempat yang dalam, bukan yang dangkal. Kalau kita mau bertumbuh di dalam Tuhan, mengalami dan menikmati janji Tuhan, tidak ada jalan lain selain kita harus maksimal dan penuh totalitas bagi Tuhan, tidak setengah-setengah, suam-suam kuku. Kita harus hidup dalam pertobatan sejati!
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." 2 Korintus 5:17
Friday, February 5, 2016
ENGGAN MENINGGALKAN 'MESIR' (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2016
Baca: Keluaran 5:1-24
"Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka: 'Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!'" Keluaran 5:4
Musa diperintahkan Tuhan membawa umat Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Sebagai tandanya mereka harus beribadah kepada Tuhan di padang gurun, tetapi Firaun tidak mengijinkan mereka keluar sampai akhirnya Tuhan menimpakan 10 tulah kepada orang-orang Mesir. Akhirnya dengan terpaksa Firaun pun mengijinkan umat Israel keluar dari Mesir dengan syarat-syarat tertentu atau batasan-batasan dengan tujuan supaya mereka tidak bisa beribadah kepada Tuhan secara maksimal.
Di akhir zaman ini berbagai upaya juga dilakukan Iblis untuk menghalangi dan menghambat pertumbuhan iman orang percaya. Iblis berusaha mengalihkan perhatian orang percaya supaya mereka tidak lagi memrioritaskan perkara-perkara rohani. Firaun berkata kepada Musa dan Harun, "Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini." (Keluaran 8:25). Firaun mengijinkan umat Israel beribadah kepada Tuhan, tetapi ia melarang mereka untuk meninggalkan Mesir. Dengan kata lain Firaun memperbolehkan mereka beribadah, asal tetap di area Mesir. Mesir adalah lambang kehidupan duniawi atau kehidupan lama.
Iblis seringkali menipu banyak orang Kristen dengan cara yang sama. Iblis selalu menawarkan kesenangan dan kenikmatan duniawi agar orang Kristen tidak bersungguh-sungguh di dalam Tuhan. Iblis ingin orang Kristen tidak meninggalkan 'Mesir' dengan berkata: "Rajin ibadah ke gereja tidak apa, tapi tidak usah terlalu fanatik atau sok suci. Nikmati kesenangan dunia dulu, nanti saja kalau sudah tua baru bertobat." Iblis selalu berusaha mencegah kita meninggalkan kehidupan lama dengan iming-iming yang menggiurkan. Iblis tidak suka bila kita bertobat sungguh-sungguh! Akhirnya orang Kristen memilih hidup serupa dengan dunia. Perbedaannya hanya orang Kristen pergi ke gereja hari Minggu, sedangkan orang dunia tidak. Itu saja! Tuhan berfirman dengan sangat keras bahwa jika kehidupan rohani kita "...suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16).
Sebagai ciptaan baru dalam Kristus kita harus hidup dalam pertobatan!
Baca: Keluaran 5:1-24
"Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka: 'Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!'" Keluaran 5:4
Musa diperintahkan Tuhan membawa umat Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Sebagai tandanya mereka harus beribadah kepada Tuhan di padang gurun, tetapi Firaun tidak mengijinkan mereka keluar sampai akhirnya Tuhan menimpakan 10 tulah kepada orang-orang Mesir. Akhirnya dengan terpaksa Firaun pun mengijinkan umat Israel keluar dari Mesir dengan syarat-syarat tertentu atau batasan-batasan dengan tujuan supaya mereka tidak bisa beribadah kepada Tuhan secara maksimal.
Di akhir zaman ini berbagai upaya juga dilakukan Iblis untuk menghalangi dan menghambat pertumbuhan iman orang percaya. Iblis berusaha mengalihkan perhatian orang percaya supaya mereka tidak lagi memrioritaskan perkara-perkara rohani. Firaun berkata kepada Musa dan Harun, "Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini." (Keluaran 8:25). Firaun mengijinkan umat Israel beribadah kepada Tuhan, tetapi ia melarang mereka untuk meninggalkan Mesir. Dengan kata lain Firaun memperbolehkan mereka beribadah, asal tetap di area Mesir. Mesir adalah lambang kehidupan duniawi atau kehidupan lama.
Iblis seringkali menipu banyak orang Kristen dengan cara yang sama. Iblis selalu menawarkan kesenangan dan kenikmatan duniawi agar orang Kristen tidak bersungguh-sungguh di dalam Tuhan. Iblis ingin orang Kristen tidak meninggalkan 'Mesir' dengan berkata: "Rajin ibadah ke gereja tidak apa, tapi tidak usah terlalu fanatik atau sok suci. Nikmati kesenangan dunia dulu, nanti saja kalau sudah tua baru bertobat." Iblis selalu berusaha mencegah kita meninggalkan kehidupan lama dengan iming-iming yang menggiurkan. Iblis tidak suka bila kita bertobat sungguh-sungguh! Akhirnya orang Kristen memilih hidup serupa dengan dunia. Perbedaannya hanya orang Kristen pergi ke gereja hari Minggu, sedangkan orang dunia tidak. Itu saja! Tuhan berfirman dengan sangat keras bahwa jika kehidupan rohani kita "...suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16).
Sebagai ciptaan baru dalam Kristus kita harus hidup dalam pertobatan!
Thursday, February 4, 2016
MENGASIHI TUHAN: Hidup Serupa Kristus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2016
Baca: 1 Yohanes 3:1-10
"Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci." 1 Yohanes 3:3
Bukti nyata bahwa orang mengasihi Tuhan adalah memiliki kehidupan yang serupa dengan Kristus. Keserupaan dengan Kristus terbentuk melalui proses ketika seseorang mau membayar harga yaitu taat melakukan kehendak Tuhan. Inilah kunci untuk menjadi serupa dengan Kristus! Ada tertulis, "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku." (Yohanes 14:21a). Yang terpenting dalam menjalani kehidupan kekristenan itu bukan hanya sekedar kita rajin ke gereja setiap Minggu, berapa banyak ayat Alkitab yang kita hafal luar kepala, atau kita mampu berkhotbah dan mengajar firman Tuhan kepada orang lain, melainkan ketaatan kepada Kristus yang menjadikan kita memiliki karakter yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Hidup dalam ketaatan berarti mau membuang dosa. "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21). Apalah artinya tampak rajin beribadah jika kita tidak mau membuang hal-hal yang kotor dan jahat dalam diri kita? Itu sama artinya kita telah menipu diri sendiri. Jadi harga yang harus dibayar sebagai bukti kasih kita kepada Tuhan adalah hidup dalam kekudusan dan kesalehan. "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17). Dunia saat ini begitu berusaha mencemarkan kita, karena itu kita harus berhati-hati supaya tidak terbawa arus yang ada.
Hidup serupa Kristus akan menghasilkan karakter-karakter seperti ini: "...sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:12-14).
Tanpa ketaatan, mustahil seseorang dapat dikatakan mengasihi Tuhan!
Baca: 1 Yohanes 3:1-10
"Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci." 1 Yohanes 3:3
Bukti nyata bahwa orang mengasihi Tuhan adalah memiliki kehidupan yang serupa dengan Kristus. Keserupaan dengan Kristus terbentuk melalui proses ketika seseorang mau membayar harga yaitu taat melakukan kehendak Tuhan. Inilah kunci untuk menjadi serupa dengan Kristus! Ada tertulis, "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku." (Yohanes 14:21a). Yang terpenting dalam menjalani kehidupan kekristenan itu bukan hanya sekedar kita rajin ke gereja setiap Minggu, berapa banyak ayat Alkitab yang kita hafal luar kepala, atau kita mampu berkhotbah dan mengajar firman Tuhan kepada orang lain, melainkan ketaatan kepada Kristus yang menjadikan kita memiliki karakter yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Hidup dalam ketaatan berarti mau membuang dosa. "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21). Apalah artinya tampak rajin beribadah jika kita tidak mau membuang hal-hal yang kotor dan jahat dalam diri kita? Itu sama artinya kita telah menipu diri sendiri. Jadi harga yang harus dibayar sebagai bukti kasih kita kepada Tuhan adalah hidup dalam kekudusan dan kesalehan. "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17). Dunia saat ini begitu berusaha mencemarkan kita, karena itu kita harus berhati-hati supaya tidak terbawa arus yang ada.
Hidup serupa Kristus akan menghasilkan karakter-karakter seperti ini: "...sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:12-14).
Tanpa ketaatan, mustahil seseorang dapat dikatakan mengasihi Tuhan!
Wednesday, February 3, 2016
MENGASIHI TUHAN: Merindukan Hadirat-Nya (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2016
Baca: Mazmur 31:20-25
"Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya!" Mazmur 31:24
Orang yang mengasihi Tuhan pasti rindu selalu dekat dengan Dia melalui doa, atau jam-jam peribadatan. Demikian pula Daud: "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;...Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:2, 3, 11). Doa adalah nafas hidup orang percaya, karena itu keintiman yang kita jalin dengan Tuhan haruslah menjadi prioritas utama dalam keseharian kita. Ingat, kekristenan bukanlah sekedar ritual agamawi, melainkan kasih yang dinyatakan ke dalam sebuah tindakan hidup karib dengan Tuhan.
Orang yang mengasihi Tuhan juga pasti mencintai firman-Nya. Ia akan bersukacita dan menikmati jam-jam pembacaan Alkitab. Banyak orang Kristen mengatakan bahwa membaca Alkitab adalah kegiatan yang membosankan, bahkan sebagai penghantar tidur! Tidaklah mengherankan jika bangku-bangku gereja banyak yang kosong di setiap ibadah pendalaman Alkitab. Banyak tulisan pemazmur yang mengindikasikan betapa ia sangat menyintai, menyukai dan menggemari firman Tuhan: "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari... perintah-perintah-Mu menjadi kesukaanku... Taurat-Mu menjadi kesukaanku." (Mazmur 119:97, 143, 174).
Orang yang mengasihi Tuhan suka memuji dan menyembah Dia. Ketahuilah, pujian dan penyembahan adalah atmosfer sorgawi setiap saat. Makhluk sorgawi memuji dan menyembah Tuhan siang dan malam, namun Iblis juga mendakwa orang percaya siang dan malam (baca Wahyu 12:10). Karena itu kita tidak boleh kalah dengan Iblis!
Biarlah pujian dan penyembahan menjadi gaya hidup kita sehari-hari. Saat kita menaikkan puji-pujian bagi Tuhan, Ia akan hadir melawat kita dengan segala otoritas-Nya, sebab "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Mari mencontoh Daud, "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau," (Mazmur 119:164).
Mengasihi Tuhan harus benar-benar terbukti melalui tindakan dan perbuatan!
Baca: Mazmur 31:20-25
"Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya!" Mazmur 31:24
Orang yang mengasihi Tuhan pasti rindu selalu dekat dengan Dia melalui doa, atau jam-jam peribadatan. Demikian pula Daud: "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;...Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:2, 3, 11). Doa adalah nafas hidup orang percaya, karena itu keintiman yang kita jalin dengan Tuhan haruslah menjadi prioritas utama dalam keseharian kita. Ingat, kekristenan bukanlah sekedar ritual agamawi, melainkan kasih yang dinyatakan ke dalam sebuah tindakan hidup karib dengan Tuhan.
Orang yang mengasihi Tuhan juga pasti mencintai firman-Nya. Ia akan bersukacita dan menikmati jam-jam pembacaan Alkitab. Banyak orang Kristen mengatakan bahwa membaca Alkitab adalah kegiatan yang membosankan, bahkan sebagai penghantar tidur! Tidaklah mengherankan jika bangku-bangku gereja banyak yang kosong di setiap ibadah pendalaman Alkitab. Banyak tulisan pemazmur yang mengindikasikan betapa ia sangat menyintai, menyukai dan menggemari firman Tuhan: "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari... perintah-perintah-Mu menjadi kesukaanku... Taurat-Mu menjadi kesukaanku." (Mazmur 119:97, 143, 174).
Orang yang mengasihi Tuhan suka memuji dan menyembah Dia. Ketahuilah, pujian dan penyembahan adalah atmosfer sorgawi setiap saat. Makhluk sorgawi memuji dan menyembah Tuhan siang dan malam, namun Iblis juga mendakwa orang percaya siang dan malam (baca Wahyu 12:10). Karena itu kita tidak boleh kalah dengan Iblis!
Biarlah pujian dan penyembahan menjadi gaya hidup kita sehari-hari. Saat kita menaikkan puji-pujian bagi Tuhan, Ia akan hadir melawat kita dengan segala otoritas-Nya, sebab "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Mari mencontoh Daud, "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau," (Mazmur 119:164).
Mengasihi Tuhan harus benar-benar terbukti melalui tindakan dan perbuatan!
Tuesday, February 2, 2016
MENGASIHI TUHAN: Merindukan Hadirat-Nya (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2016
Baca: Mazmur 116:12-19
"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" Mazmur 116:12
Adakah di antara pembaca yang tidak pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan? Semua yang telah kita lewati adalah akumulasi kasih dan kebaikan Tuhan. Kita takkan sanggup menghitung dan mengukur "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus." (Efesus 3:18).
Kita dapat bangun pagi ini karena kebaikan Tuhan. Tubuh kita sehat karena Tuhan sangat baik kepada kita. Jika kita bisa makan, minum, bekerja, terlibat dalam pelayanan, memiliki keluarga dan orang-orang yang terdekat yang mengasihi kita, semuanya karena kebaikan Tuhan; dan kasih terbesar yang telah kita terima adalah keselamatan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, yang oleh-Nya kita beroleh pengampunan dosa. "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN," (Mazmur 32:1-2). Lebih dari itu kita yang percaya kepada-Nya diangkat menjadi anak-anak-Nya. "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yohanes 1:12).
Jika menyadari Tuhan sangat mengasihi kita maka seharusnya kita mengasihi Dia lebih dari apa pun. Tanda orang mengasihi Tuhan adalah kerinduannya yang besar untuk mencari hadirat-Nya lebih dari berkat-berkat-Nya. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazmur 42:2-3). Ini pun kerinduan Nabi Yeremia: "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam." (Yeremia 15:16). Kita tidak mengasihi Tuhan jika kita malas berdoa, beribadah sering bolos, membaca Alkitab ogah-ogahan, memuji Tuhan terpaksa, melayani Tuhan harus didorong-dorong.
"Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya." Mazmur 117:2
Baca: Mazmur 116:12-19
"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" Mazmur 116:12
Adakah di antara pembaca yang tidak pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan? Semua yang telah kita lewati adalah akumulasi kasih dan kebaikan Tuhan. Kita takkan sanggup menghitung dan mengukur "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus." (Efesus 3:18).
Kita dapat bangun pagi ini karena kebaikan Tuhan. Tubuh kita sehat karena Tuhan sangat baik kepada kita. Jika kita bisa makan, minum, bekerja, terlibat dalam pelayanan, memiliki keluarga dan orang-orang yang terdekat yang mengasihi kita, semuanya karena kebaikan Tuhan; dan kasih terbesar yang telah kita terima adalah keselamatan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, yang oleh-Nya kita beroleh pengampunan dosa. "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN," (Mazmur 32:1-2). Lebih dari itu kita yang percaya kepada-Nya diangkat menjadi anak-anak-Nya. "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yohanes 1:12).
Jika menyadari Tuhan sangat mengasihi kita maka seharusnya kita mengasihi Dia lebih dari apa pun. Tanda orang mengasihi Tuhan adalah kerinduannya yang besar untuk mencari hadirat-Nya lebih dari berkat-berkat-Nya. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazmur 42:2-3). Ini pun kerinduan Nabi Yeremia: "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam." (Yeremia 15:16). Kita tidak mengasihi Tuhan jika kita malas berdoa, beribadah sering bolos, membaca Alkitab ogah-ogahan, memuji Tuhan terpaksa, melayani Tuhan harus didorong-dorong.
"Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya." Mazmur 117:2
Monday, February 1, 2016
MENCARI TUHAN DI WAKTU PAGI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Februari 2016
Baca: Mazmur 5:1-13
"TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
Seperti biasa di pagi ini sang mentari menyapa kita penuh bersahabat sebagai pertanda hari baru telah datang. Hari pertama di bulan Februari telah berada tepat di hadapan kita. Sudahkah kita mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat, kasih, pemeliharaan dan perlindungan-Nya yang sempurna? Pagi merupakan awal hari dan jika kita mengawali hari dengan benar, dengan mencari wajah Tuhan dan bersekutu dengan-Nya sebelum memulai segala sesuatunya, kita akan mengalami sukacita, pertolongan, mujizat dan kekuatan dari Tuhan sepanjang hari. Pagi hari bisa diibaratkan sebuah fondasi bangunan; jika kita memulai dengan fondasi yang benar maka bangunan itu akan tetap tegak berdiri dan kokoh, meskipun ada hujan badai.
Demikian juga dalam kehidupan ini. Jika kita mengawali setiap hari bersama Tuhan, mencari wajah-Nya, mencari kehendak-Nya dan membangun persekutuan yang karib dengan Dia, apa pun tantangan yang datang, seberat apa pun situasi yang kita hadapi, kita pasti sanggup mengatasinya karena Tuhan beserta kita. Inilah yang dilakukan Daud yaitu mencari Tuhan setiap pagi sebagai pertanda bahwa ia mengutamakan Tuhan dan menjadikan Dia prioritas dalam hidupnya. Selain berdoa Daud juga tidak lupa mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhan. "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku." (Mazmur 59:17). Itulah sebabnya Daud dikenal sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22b).
Ada banyak orang Kristen yang ketika bangun pagi bukannya pertama-tama mencari Tuhan atau berdoa, tetapi kopi hangat, koran atau mencari-cari program menarik di televisi. Bila Saudara rindu mengalami terobosan dalam hidup ini jadikanlah doa sebagai kunci pembuka hari. Awalilah hari-hari Saudara dengan membangun persekutuan dengan Tuhan.
Tuhan Yesus memberi resep keberhasilan hidup: "carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
Baca: Mazmur 5:1-13
"TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
Seperti biasa di pagi ini sang mentari menyapa kita penuh bersahabat sebagai pertanda hari baru telah datang. Hari pertama di bulan Februari telah berada tepat di hadapan kita. Sudahkah kita mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat, kasih, pemeliharaan dan perlindungan-Nya yang sempurna? Pagi merupakan awal hari dan jika kita mengawali hari dengan benar, dengan mencari wajah Tuhan dan bersekutu dengan-Nya sebelum memulai segala sesuatunya, kita akan mengalami sukacita, pertolongan, mujizat dan kekuatan dari Tuhan sepanjang hari. Pagi hari bisa diibaratkan sebuah fondasi bangunan; jika kita memulai dengan fondasi yang benar maka bangunan itu akan tetap tegak berdiri dan kokoh, meskipun ada hujan badai.
Demikian juga dalam kehidupan ini. Jika kita mengawali setiap hari bersama Tuhan, mencari wajah-Nya, mencari kehendak-Nya dan membangun persekutuan yang karib dengan Dia, apa pun tantangan yang datang, seberat apa pun situasi yang kita hadapi, kita pasti sanggup mengatasinya karena Tuhan beserta kita. Inilah yang dilakukan Daud yaitu mencari Tuhan setiap pagi sebagai pertanda bahwa ia mengutamakan Tuhan dan menjadikan Dia prioritas dalam hidupnya. Selain berdoa Daud juga tidak lupa mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhan. "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku." (Mazmur 59:17). Itulah sebabnya Daud dikenal sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22b).
Ada banyak orang Kristen yang ketika bangun pagi bukannya pertama-tama mencari Tuhan atau berdoa, tetapi kopi hangat, koran atau mencari-cari program menarik di televisi. Bila Saudara rindu mengalami terobosan dalam hidup ini jadikanlah doa sebagai kunci pembuka hari. Awalilah hari-hari Saudara dengan membangun persekutuan dengan Tuhan.
Tuhan Yesus memberi resep keberhasilan hidup: "carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
Sunday, January 31, 2016
FANATIK KE LUAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2016
Baca: Roma 10:1-3
"...mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar." Roma 10:2
Banyak orang berpikiran bahwa kekristenan itu tak lebih dari suatu ajaran atau agama. Jika kita menganggapnya demikian maka ibadah yang kita lakukan tak lebih dari rutinitas yang bersifat lahiriah atau agamawi. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Ibadah yang demikian takkan membawa perubahan dalam hidup seseorang bahkan cenderung menimbulkan sikap fanatik tanpa pengertian yang benar.
Ada dua macam jenis kefanatikan: fanatik ke luar dan fanatik ke dalam. Fanatik ke luar adalah fanatik yang membabi buta, memaksakan kehendak kepada orang lain untuk menerima iman dan keyakinannya. Jika orang lain tidak mau ia akan memusuhi, bahkan kalau perlu melakukan tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang berbeda paham dengannya. Fanatik ke dalam adalah fanatik yang ditujukan pada diri sendiri, memfanatikkan dirinya dengan iman dan keyakinan kepada Tuhan, artinya ia akan berpegang teguh pada ajaran tidak akan berkompromi dengan dosa. Tetapi ia tidak akan pernah memusuhi, apalagi menganiaya orang-orang yang tidak sepaham atau seiman dengannya, melainkan akan mengasihi mereka dengan kasih yang tulus.
Sebelum bertobat Paulus adalah orang Farisi yang kefanatikannya bersifat ke luar. Itu terlihat dari tindakannya dalam menindas dan menganiaya orang percaya yang dianggapnya telah menghujat Tuhan. Paulus mengakuinya hal itu, "...aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." (Kisah 26:9-11).
Setelah bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi Paulus mengalami jamahan-Nya dan hidupnya pun berubah 180 derajat.
Baca: Roma 10:1-3
"...mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar." Roma 10:2
Banyak orang berpikiran bahwa kekristenan itu tak lebih dari suatu ajaran atau agama. Jika kita menganggapnya demikian maka ibadah yang kita lakukan tak lebih dari rutinitas yang bersifat lahiriah atau agamawi. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Ibadah yang demikian takkan membawa perubahan dalam hidup seseorang bahkan cenderung menimbulkan sikap fanatik tanpa pengertian yang benar.
Ada dua macam jenis kefanatikan: fanatik ke luar dan fanatik ke dalam. Fanatik ke luar adalah fanatik yang membabi buta, memaksakan kehendak kepada orang lain untuk menerima iman dan keyakinannya. Jika orang lain tidak mau ia akan memusuhi, bahkan kalau perlu melakukan tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang berbeda paham dengannya. Fanatik ke dalam adalah fanatik yang ditujukan pada diri sendiri, memfanatikkan dirinya dengan iman dan keyakinan kepada Tuhan, artinya ia akan berpegang teguh pada ajaran tidak akan berkompromi dengan dosa. Tetapi ia tidak akan pernah memusuhi, apalagi menganiaya orang-orang yang tidak sepaham atau seiman dengannya, melainkan akan mengasihi mereka dengan kasih yang tulus.
Sebelum bertobat Paulus adalah orang Farisi yang kefanatikannya bersifat ke luar. Itu terlihat dari tindakannya dalam menindas dan menganiaya orang percaya yang dianggapnya telah menghujat Tuhan. Paulus mengakuinya hal itu, "...aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." (Kisah 26:9-11).
Setelah bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi Paulus mengalami jamahan-Nya dan hidupnya pun berubah 180 derajat.
Saturday, January 30, 2016
IBLIS MENUNGGU WAKTU YANG TEPAT (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2016
Baca: 2 Korintus 2:5-11
"supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya." 2 Korintus 2:11
Banyak orang Kristen suka sekali meninggalkan jam-jam kebaktian dengan berbagai alasan. Itu tandanya mereka sudah tidak lagi mengutamakan perkara-perkara rohani, padahal semakin kita melangkah menjauh dari persekutuan dengan Tuhan semakin kita menjadi pusat perhatian dan incaran si Iblis. Rasul Paulus menasihati, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Begitu juga sekalipun kita tampak aktif pelayanan, namun jika kita sendiri tidak karib dengan Tuhan secara pribadi melalui saat teduh, kita tetap saja menjadi sasaran empuk Iblis. Itulah pentingnya berjaga-jaga dan selalu berdoa! "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Kapan lagi waktu tepat bagi Iblis? Saat kita menyimpan luka hati dan hidup dalam dosa. Ketika hati dipenuhi hal-hal negatif seperti kecewa, sakit hati, iri hati, dendam, kepahitan, sulit mengampuni, amarah, persungutan, maka itu saat tepat bagi Iblis melepaskan anak panahnya. "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Maka "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Bila kita tidak segera melakukan pemberesan di hadapan Tuhan hal itu akan menjadi penghalang doa-doa kita: "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18).
Iblis musuh utama kita, jangan sekali-kali memberi celah kepadanya sebab ia selalu punya strategi-strategi khusus dalam hidup manusia. Masalah dan tantangan boleh saja terjadi, tapi kita harus memenuhi hati dan pikiran kita dengan hal-hal positif. Jangan berkompromi dengan dosa sebab dosa menjauhkan kita dari Tuhan (baca Yesaya 59:1-2), dan semakin memudahkan Iblis menyerang dan menghancurkan hidup kita.
Persekutuan karib dengan Tuhan dan firman-Nya, serta tidak berkompromi dengan dosa adalah benteng pertahanan terhadap serangan Iblis!
Baca: 2 Korintus 2:5-11
"supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya." 2 Korintus 2:11
Banyak orang Kristen suka sekali meninggalkan jam-jam kebaktian dengan berbagai alasan. Itu tandanya mereka sudah tidak lagi mengutamakan perkara-perkara rohani, padahal semakin kita melangkah menjauh dari persekutuan dengan Tuhan semakin kita menjadi pusat perhatian dan incaran si Iblis. Rasul Paulus menasihati, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Begitu juga sekalipun kita tampak aktif pelayanan, namun jika kita sendiri tidak karib dengan Tuhan secara pribadi melalui saat teduh, kita tetap saja menjadi sasaran empuk Iblis. Itulah pentingnya berjaga-jaga dan selalu berdoa! "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Kapan lagi waktu tepat bagi Iblis? Saat kita menyimpan luka hati dan hidup dalam dosa. Ketika hati dipenuhi hal-hal negatif seperti kecewa, sakit hati, iri hati, dendam, kepahitan, sulit mengampuni, amarah, persungutan, maka itu saat tepat bagi Iblis melepaskan anak panahnya. "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Maka "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Bila kita tidak segera melakukan pemberesan di hadapan Tuhan hal itu akan menjadi penghalang doa-doa kita: "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18).
Iblis musuh utama kita, jangan sekali-kali memberi celah kepadanya sebab ia selalu punya strategi-strategi khusus dalam hidup manusia. Masalah dan tantangan boleh saja terjadi, tapi kita harus memenuhi hati dan pikiran kita dengan hal-hal positif. Jangan berkompromi dengan dosa sebab dosa menjauhkan kita dari Tuhan (baca Yesaya 59:1-2), dan semakin memudahkan Iblis menyerang dan menghancurkan hidup kita.
Persekutuan karib dengan Tuhan dan firman-Nya, serta tidak berkompromi dengan dosa adalah benteng pertahanan terhadap serangan Iblis!
Friday, January 29, 2016
IBLIS MENUNGGU WAKTU YANG TEPAT (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2016
Baca: Lukas 4:1-13
"Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." Lukas 4:13
Jangan pernah berpikir bila keadaan kita sedang baik-baik saja berarti kita sedang terbebas dari incaran si Iblis. Salah! Dalam keadaan tenang ini kita harus selalu waspada dan ekstra hati-hati, sebab sampai detik ini Iblis terus "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis tahu tidak ada gunanya melancarkan serangan membabi buta kepada orang percaya, tapi ia harus mencari 'sikon' yang tepat. Karena itu Iblis terus berjalan keliling sambil menunggu waktu yang baik. Saat seseorang bergaul karib dengan Tuhan dan hidup seturut kehendak-Nya adalah saat yang tidak tepat bagi Iblis, karena orang itu tidak mungkin dapat dikalahkannya karena di dalam orang tersebut ada Roh Kudus.
Kapan waktu yang tepat bagi Iblis? Saat kita mulai meninggalkan jam-jam kebaktian atau ibadah. Kebaktian atau ibadah adalah pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya, oleh karena itu kebaktian tidak bersifat satu arah saja melainkan dua arah yaitu dari Tuhan kepada manusia, juga dari manusia kepada Tuhan. Itulah sebabnya di dalam kebaktian terdapat aktivitas dari Tuhan kepada umat-Nya: melalui firman yang disampaikan hamba-Nya; dari jemaat kepada Tuhan: berupa doa, pujian, penyembahan dan pemberian persembahan. Kebaktian atau ibadah itu penting sekali! "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8). Melalui kebaktian (ibadah) roh kita kembali disegarkan, iman dan pengharapan kita semakin diteguhkan.
Melalui kebaktian pula kita berkesempatan bersekutu dengan saudara seiman lainnya sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, karena kita "...bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," (Efesus 2:19), sehingga kita dapat saling menasihati, menopang, memotivasi, dan menguatkan.
Semakin kita setia berbakti kepada Tuhan semakin kita beroleh kekuatan untuk menjalani hari-hari yang ada sehingga kita tidak mudah diperdaya Iblis.
Baca: Lukas 4:1-13
"Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." Lukas 4:13
Jangan pernah berpikir bila keadaan kita sedang baik-baik saja berarti kita sedang terbebas dari incaran si Iblis. Salah! Dalam keadaan tenang ini kita harus selalu waspada dan ekstra hati-hati, sebab sampai detik ini Iblis terus "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis tahu tidak ada gunanya melancarkan serangan membabi buta kepada orang percaya, tapi ia harus mencari 'sikon' yang tepat. Karena itu Iblis terus berjalan keliling sambil menunggu waktu yang baik. Saat seseorang bergaul karib dengan Tuhan dan hidup seturut kehendak-Nya adalah saat yang tidak tepat bagi Iblis, karena orang itu tidak mungkin dapat dikalahkannya karena di dalam orang tersebut ada Roh Kudus.
Kapan waktu yang tepat bagi Iblis? Saat kita mulai meninggalkan jam-jam kebaktian atau ibadah. Kebaktian atau ibadah adalah pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya, oleh karena itu kebaktian tidak bersifat satu arah saja melainkan dua arah yaitu dari Tuhan kepada manusia, juga dari manusia kepada Tuhan. Itulah sebabnya di dalam kebaktian terdapat aktivitas dari Tuhan kepada umat-Nya: melalui firman yang disampaikan hamba-Nya; dari jemaat kepada Tuhan: berupa doa, pujian, penyembahan dan pemberian persembahan. Kebaktian atau ibadah itu penting sekali! "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8). Melalui kebaktian (ibadah) roh kita kembali disegarkan, iman dan pengharapan kita semakin diteguhkan.
Melalui kebaktian pula kita berkesempatan bersekutu dengan saudara seiman lainnya sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, karena kita "...bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," (Efesus 2:19), sehingga kita dapat saling menasihati, menopang, memotivasi, dan menguatkan.
Semakin kita setia berbakti kepada Tuhan semakin kita beroleh kekuatan untuk menjalani hari-hari yang ada sehingga kita tidak mudah diperdaya Iblis.
Thursday, January 28, 2016
DAMPAK MEMUJI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2016
Baca: Mazmur 66:1-20
"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!" Mazmur 66:1-2
Iman kristiani tidak dapat dipisahkan dari pujian. Dalam setiap ibadah aspek pujian selalu mendapat porsi cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan. Memuji Tuhan seharusnya menjadi bagian hidup orang percaya sehari-hari. Jadi jika ada orang Kristen tidak suka memuji Tuhan maka kekristenannya patut dipertanyakan. Orang Kristen yang normal pasti suka memuji Tuhan bukan hanya saat senang atau sukacita saja, tetapi di segala keadaan. Daud berkata, "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2), bahkan "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." (Mazmur 119:164).
Mengapa kita harus selalu memuji Tuhan? Saat kita memuji Tuhan Dia akan melawat kita karena Dia "...bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Kata bersemayam artinya duduk, tinggal dan berdiam. Puji-pujian kita merupakan singasana tempat Tuhan berdiam dan bertakhta. Saat kita memuji-muji Tuhan "...Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya," (Lukas 1:68). Seberat apa pun pergumulan yang kita hadapi jangan pernah berhenti memuji Tuhan. Jangan sampai kita dikalahkan oleh situasi-situasi yang ada! Karena itu katakan kepada jiwamu, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6). Saat kita memuji-muji Tuhan Dia akan bertindak melepaskan kita dari kesesakan. "Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku." (Mazmur 54:9), dan Ia "...melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita," (Lukas 1:71). Mata jasmani kita tidak melihat, tapi percayalah dengan mata iman bahwa saat kita memuji Tuhan Dia akan berperang ganti kita.
Hiduplah senantiasa dalam puji-pujian, bahkan di saat tersulit sekali pun, karena saat kita melakukannya Tuhan akan hadir dan kehadiran-Nya pasti disertai dengan hadiratNya yang penuh kuasa!
Memuji Tuhan adalah perintah yang harus dilakukan oleh semua orang percaya, sebab kita diciptakan untuk kemuliaan nama-Nya (baca Yesaya 43:7).
Baca: Mazmur 66:1-20
"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!" Mazmur 66:1-2
Iman kristiani tidak dapat dipisahkan dari pujian. Dalam setiap ibadah aspek pujian selalu mendapat porsi cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan. Memuji Tuhan seharusnya menjadi bagian hidup orang percaya sehari-hari. Jadi jika ada orang Kristen tidak suka memuji Tuhan maka kekristenannya patut dipertanyakan. Orang Kristen yang normal pasti suka memuji Tuhan bukan hanya saat senang atau sukacita saja, tetapi di segala keadaan. Daud berkata, "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2), bahkan "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." (Mazmur 119:164).
Mengapa kita harus selalu memuji Tuhan? Saat kita memuji Tuhan Dia akan melawat kita karena Dia "...bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Kata bersemayam artinya duduk, tinggal dan berdiam. Puji-pujian kita merupakan singasana tempat Tuhan berdiam dan bertakhta. Saat kita memuji-muji Tuhan "...Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya," (Lukas 1:68). Seberat apa pun pergumulan yang kita hadapi jangan pernah berhenti memuji Tuhan. Jangan sampai kita dikalahkan oleh situasi-situasi yang ada! Karena itu katakan kepada jiwamu, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6). Saat kita memuji-muji Tuhan Dia akan bertindak melepaskan kita dari kesesakan. "Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku." (Mazmur 54:9), dan Ia "...melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita," (Lukas 1:71). Mata jasmani kita tidak melihat, tapi percayalah dengan mata iman bahwa saat kita memuji Tuhan Dia akan berperang ganti kita.
Hiduplah senantiasa dalam puji-pujian, bahkan di saat tersulit sekali pun, karena saat kita melakukannya Tuhan akan hadir dan kehadiran-Nya pasti disertai dengan hadiratNya yang penuh kuasa!
Memuji Tuhan adalah perintah yang harus dilakukan oleh semua orang percaya, sebab kita diciptakan untuk kemuliaan nama-Nya (baca Yesaya 43:7).
Wednesday, January 27, 2016
BERDUKACITA MELIHAT DOSA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2016
Baca: Lukas 6:20-26
"Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis." Lukas 6:25b
Jika memperhatikan keadaan dunia ini semua orang bisa langsung menyimpulkan bahwa keadaannya semakin hari tidak bertambah baik. Alkitab sudah mencatat bahwa di masa-masa akhir "Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat." (Matius 24:6-7). Dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi tingkat kejahatan bukan semakin menurun, tetapi menunjukkan grafik yang terus meningkat dan menjadi-jadi. Berita tentang tindak kejahatan: pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penindasan dan sebagainya sudah menjadi hal yang biasa kita lihat dan dengar setiap hari.
Tanpa disadari hati nurani kita pun mulai menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Jika hal ini dibiarkan terjadi, suatu saat nanti hati nurani kita akan menjadi tumpul dan tidak lagi punya kepekaan ketika menyaksikan kejahatan yang terjadi di sekitar kita. "Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa," (ayat nas). Orang yang masih memiliki hati nurani pasti akan berduka, menangis dan meratap ketika melihat dan mendengar kejahatan begitu merajalela di mana-mana. Bila hati nurani kita tersentuh dan timbul di hati rasa duka yang mendalam, yang membuat kita menangis dan tergerak untuk mendoakan mereka, sehingga Tuhan akan menyebut kita berbahagia.
Yesus berduka melihat Yerusalem penuh kejahatan: orang-orang Yahudi menolak kehadiran-Nya dan para hamba-Nya. Yesus menangisi kota itu, Ia tahu penghukuman atas mereka sudah menanti. "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau." (Lukas 13:34).
Melihat orang-orang di sekitar hidup dalam kejahatan, apakah kita bersikap masa bodoh dan cuek, ataukah kita tergerak hati berdoa dan menolong mereka? "selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api." Yudas 23
Baca: Lukas 6:20-26
"Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis." Lukas 6:25b
Jika memperhatikan keadaan dunia ini semua orang bisa langsung menyimpulkan bahwa keadaannya semakin hari tidak bertambah baik. Alkitab sudah mencatat bahwa di masa-masa akhir "Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat." (Matius 24:6-7). Dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi tingkat kejahatan bukan semakin menurun, tetapi menunjukkan grafik yang terus meningkat dan menjadi-jadi. Berita tentang tindak kejahatan: pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penindasan dan sebagainya sudah menjadi hal yang biasa kita lihat dan dengar setiap hari.
Tanpa disadari hati nurani kita pun mulai menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Jika hal ini dibiarkan terjadi, suatu saat nanti hati nurani kita akan menjadi tumpul dan tidak lagi punya kepekaan ketika menyaksikan kejahatan yang terjadi di sekitar kita. "Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa," (ayat nas). Orang yang masih memiliki hati nurani pasti akan berduka, menangis dan meratap ketika melihat dan mendengar kejahatan begitu merajalela di mana-mana. Bila hati nurani kita tersentuh dan timbul di hati rasa duka yang mendalam, yang membuat kita menangis dan tergerak untuk mendoakan mereka, sehingga Tuhan akan menyebut kita berbahagia.
Yesus berduka melihat Yerusalem penuh kejahatan: orang-orang Yahudi menolak kehadiran-Nya dan para hamba-Nya. Yesus menangisi kota itu, Ia tahu penghukuman atas mereka sudah menanti. "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau." (Lukas 13:34).
Melihat orang-orang di sekitar hidup dalam kejahatan, apakah kita bersikap masa bodoh dan cuek, ataukah kita tergerak hati berdoa dan menolong mereka? "selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api." Yudas 23
Tuesday, January 26, 2016
MENDERITA SEBAGAI SAKSI KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2016
Baca: 1 Petrus 4:12-19
"Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." 1 Petrus 4:16
Tak seorang pun manusia di dunia ini yang mau menderita dalam menjalani hidup. Yang diinginkan dan diimpikan oleh semua orang adalah hidup berbahagia.
Mengapa rasul Petrus juga menasihati agar setiap orang percaya atau pengikut Kristus atau orang Kristen tidak menjadi malu jika ia menderita? Kata menderita yang dimaksudkan ayat nas adalah menderita karena nama Kristus. Karena mempertahankan iman percayanya kepada Kristus seseorang rela dikucilkan oleh keluarga, dijauhi oleh teman dan sahabat, dan diperlakukan tidak adil oleh sesama; itulah penderitaan. "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (ayat 14). Tetapi sebaliknya jika seseorang harus menderita karena melakukan perbuatan dosa atau melanggar hukum, itu yang seharusnya membuatnya malu. Karena itu "Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau." (ayat 15).
Setiap penderitaan selalu mendatangkan dukacita, tetapi firman Tuhan memperingatkan agar kita jangan menderita karena dosa, melainkan karena kebenaran. Ada tertulis: "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya," (2 Timotius 3:12). Kata aniaya hampir selalu berkaitan dengan penderitaan. Berbicara tentang aniaya umumnya pikiran kita langsung tertuju kepada penderitaan secara fisik karena siksaan. Itu tidak salah! Namun sebenarnya ada dua macam aniaya yang dialami oleh orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan: pertama, penderitaan karena dianiaya secara fisik seperti yang dialami oleh para martir, bahkan mereka harus rela kehilangan nyawanya. Contoh: Stefanus yang mati dilempari batu karena imannya kepada Kristus (baca Kisah 7:54-60); Kedua, penderitaan menolak kenikmatan dosa. Saat seseorang bergumul dengan nafsu dosa di dalam tubuhnya atau saat menolak tawaran kenikmatan dosa, saat itulah ia menangis dan berdukacita.
Namun "...barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa." 1 Petrus 4:1
Baca: 1 Petrus 4:12-19
"Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." 1 Petrus 4:16
Tak seorang pun manusia di dunia ini yang mau menderita dalam menjalani hidup. Yang diinginkan dan diimpikan oleh semua orang adalah hidup berbahagia.
Mengapa rasul Petrus juga menasihati agar setiap orang percaya atau pengikut Kristus atau orang Kristen tidak menjadi malu jika ia menderita? Kata menderita yang dimaksudkan ayat nas adalah menderita karena nama Kristus. Karena mempertahankan iman percayanya kepada Kristus seseorang rela dikucilkan oleh keluarga, dijauhi oleh teman dan sahabat, dan diperlakukan tidak adil oleh sesama; itulah penderitaan. "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (ayat 14). Tetapi sebaliknya jika seseorang harus menderita karena melakukan perbuatan dosa atau melanggar hukum, itu yang seharusnya membuatnya malu. Karena itu "Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau." (ayat 15).
Setiap penderitaan selalu mendatangkan dukacita, tetapi firman Tuhan memperingatkan agar kita jangan menderita karena dosa, melainkan karena kebenaran. Ada tertulis: "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya," (2 Timotius 3:12). Kata aniaya hampir selalu berkaitan dengan penderitaan. Berbicara tentang aniaya umumnya pikiran kita langsung tertuju kepada penderitaan secara fisik karena siksaan. Itu tidak salah! Namun sebenarnya ada dua macam aniaya yang dialami oleh orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan: pertama, penderitaan karena dianiaya secara fisik seperti yang dialami oleh para martir, bahkan mereka harus rela kehilangan nyawanya. Contoh: Stefanus yang mati dilempari batu karena imannya kepada Kristus (baca Kisah 7:54-60); Kedua, penderitaan menolak kenikmatan dosa. Saat seseorang bergumul dengan nafsu dosa di dalam tubuhnya atau saat menolak tawaran kenikmatan dosa, saat itulah ia menangis dan berdukacita.
Namun "...barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa." 1 Petrus 4:1
Monday, January 25, 2016
RONA-RONA KEHIDUPAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2016
Baca: Mazmur 66:1-20
"Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak." Mazmur 66:10
Di dunia ini tidak ada sesuatu yang indah dan berharga mahal, yang dihasilkan secara kebetulan, atau muncul secara tiba-tiba, tetapi semuanya melalui sebuah proses.
Begitu pula kehidupan rohani, jika kita rindu menjadi 'perabot' Tuhan untuk maksud yang mulia, bukan yang kurang mulia atau biasa, tentu ada syaratnya: "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak." (2 Timotius 2:22-23a). Pula kita harus mau menjalani proses yang Tuhan kehendaki. Oleh karena itu milikilah sikap hati yang benar atau respons yang positif terhadap situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan ini. Mungkin kita harus melewati ujian, penderitaan, masalah, kesukaran, dan berbagai macam pergumulan yang berat; bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita atau berlaku kejam kepada kita, namun kita harus percaya bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Tuhan memakai situasi-situasi tersebut sebagai sarana untuk membentuk memurnikan dan mendewasakan kita sampai Ia membawa kita pada sebuah kehidupan yang indah di pemandangan-Nya.
Kehidupan kita ini bisa digambarakan seperti menu makanan yang terasa lezat, nikmat dan berkelas apabila memiliki campuran berbagai rasa yang telah dioleh dan diproses melalui dapur api oleh seorang chef (juru masak): terkadang ada suka, ada duka, ada manis, ada pahit, ada kesuksesan dan terkadang kegagalan. Itulah rona-rona sebuah kehidupan! Jika kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan selaku Chef yang sangat ahli dalam meramu resep, maka seberat apa pun proses yang harus kita jalani kita takkan pernah memberontak dan lari. Memang seketika waktu kita akan merasakan betapa pedih, perih, sakit dan dukacita yang dalam, namun Tuhan pasti akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (baca Pengkhotbah 3:11).
"...seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10
Baca: Mazmur 66:1-20
"Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak." Mazmur 66:10
Di dunia ini tidak ada sesuatu yang indah dan berharga mahal, yang dihasilkan secara kebetulan, atau muncul secara tiba-tiba, tetapi semuanya melalui sebuah proses.
Begitu pula kehidupan rohani, jika kita rindu menjadi 'perabot' Tuhan untuk maksud yang mulia, bukan yang kurang mulia atau biasa, tentu ada syaratnya: "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak." (2 Timotius 2:22-23a). Pula kita harus mau menjalani proses yang Tuhan kehendaki. Oleh karena itu milikilah sikap hati yang benar atau respons yang positif terhadap situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan ini. Mungkin kita harus melewati ujian, penderitaan, masalah, kesukaran, dan berbagai macam pergumulan yang berat; bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita atau berlaku kejam kepada kita, namun kita harus percaya bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Tuhan memakai situasi-situasi tersebut sebagai sarana untuk membentuk memurnikan dan mendewasakan kita sampai Ia membawa kita pada sebuah kehidupan yang indah di pemandangan-Nya.
Kehidupan kita ini bisa digambarakan seperti menu makanan yang terasa lezat, nikmat dan berkelas apabila memiliki campuran berbagai rasa yang telah dioleh dan diproses melalui dapur api oleh seorang chef (juru masak): terkadang ada suka, ada duka, ada manis, ada pahit, ada kesuksesan dan terkadang kegagalan. Itulah rona-rona sebuah kehidupan! Jika kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan selaku Chef yang sangat ahli dalam meramu resep, maka seberat apa pun proses yang harus kita jalani kita takkan pernah memberontak dan lari. Memang seketika waktu kita akan merasakan betapa pedih, perih, sakit dan dukacita yang dalam, namun Tuhan pasti akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (baca Pengkhotbah 3:11).
"...seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10
Sunday, January 24, 2016
PERTANDINGAN IMAN (4)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2016
Baca: 2 Timotius 2:1-13
"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." 2 Timotius 2:5
Rasul Paulus adalah contoh orang yang memiliki tujuan dan tekad yang kuat dalam pertandingan iman. Masalah, penderitaan, kesukaran, tekanan, aniaya tak membuatnya lemah, kendor, apalagi sampai mundur dalam mengerjakan panggilan Tuhan. Justru ia semakin giat dan rohnya menyala-nyala dalam pelayanan. "Apakah mereka pelayan Kristus? -aku berkata seperti orang gila- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu." (2 Korintus 11:23-26).
Dalam pertandingan iman seorang peserta pertandingan harus mengikuti aturan. Ini berbicara tentang ketaatan. Ketaatan berarti mau membayar harga. Bagimana mungkin seorang olahragawan meraih prestasi yang maksimal jika tidak mau taat terhadap instruksi pelatih, tidak menaati aturan yang berlaku? Contoh: berlatih keras dan disiplin, menjaga pola makan, tidak boleh keluyuran malam dan tidur teratur. Jadi kita dituntut memiliki gaya hidup yang berbeda, tahu apa yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Dalam pertandingan iman kita tidak bisa hidup semau gue, melainkan harus patuh kepada aturan yang berlaku yaitu firman Tuhan. Ada kedisiplinan rohani yang harus dibangun setiap hari melalui persekutuan yang karib dengan Tuhan dan ketaatan kita melakukan firman-Nya: "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Firman Tuhan menuntun langkah hidup kita sehingga kita tidak akan salah jalan atau tersesat, sampai kita mencapai garis akhir.
"Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Wahyu 2:10b
Baca: 2 Timotius 2:1-13
"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." 2 Timotius 2:5
Rasul Paulus adalah contoh orang yang memiliki tujuan dan tekad yang kuat dalam pertandingan iman. Masalah, penderitaan, kesukaran, tekanan, aniaya tak membuatnya lemah, kendor, apalagi sampai mundur dalam mengerjakan panggilan Tuhan. Justru ia semakin giat dan rohnya menyala-nyala dalam pelayanan. "Apakah mereka pelayan Kristus? -aku berkata seperti orang gila- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu." (2 Korintus 11:23-26).
Dalam pertandingan iman seorang peserta pertandingan harus mengikuti aturan. Ini berbicara tentang ketaatan. Ketaatan berarti mau membayar harga. Bagimana mungkin seorang olahragawan meraih prestasi yang maksimal jika tidak mau taat terhadap instruksi pelatih, tidak menaati aturan yang berlaku? Contoh: berlatih keras dan disiplin, menjaga pola makan, tidak boleh keluyuran malam dan tidur teratur. Jadi kita dituntut memiliki gaya hidup yang berbeda, tahu apa yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Dalam pertandingan iman kita tidak bisa hidup semau gue, melainkan harus patuh kepada aturan yang berlaku yaitu firman Tuhan. Ada kedisiplinan rohani yang harus dibangun setiap hari melalui persekutuan yang karib dengan Tuhan dan ketaatan kita melakukan firman-Nya: "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Firman Tuhan menuntun langkah hidup kita sehingga kita tidak akan salah jalan atau tersesat, sampai kita mencapai garis akhir.
"Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Wahyu 2:10b
Saturday, January 23, 2016
PERTANDINGAN IMAN (3)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2016
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." 2 Timotius 4:7
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pertandingan iman: saat berlari jangan menoleh ke belakang. "Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!" (1 Korintus 9:24b). Tidak menoleh ke belakang berarti fokus kepada tujuan atau sasaran. "...aku tidak berlari tanpa tujuan..." (1 Korintus 9:26). Lari begitu rupa artinya berlari dengan semangat tinggi dan tekad yang kuat, sebab jika berlari setengah hati, apalagi sambil menoleh ke belakang terus-menerus, kita pasti akan tertinggal jauh sehingga "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30). Kita berlari dengan mata mengarah ke depan, tertuju kepada Tuhan. "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan..." (Ibrani 12:2). Inilah yang dilakukan Paulus: "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13).
Sebagai orang percaya status kita adalah umat pilihan Tuhan. "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16a). Tuhan memilih kita bukan tanpa tujuan, tetapi "...supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap," (Yohanes 15:16b). Banyak orang menjalani hidup agamawi namun tidak memiliki kehidupan rohani yang sesuai kehendak Tuhan. Mereka terlibat berbagai macam aktivitas keagamaan tanpa mengetahui tujuan panggilan Tuhan dalam hidupnya, sehingga mereka asal berlari, atau seperti petinju yang sembarangan saja memukul tanpa sasaran yang jelas. Paulus berkata, "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Tanpa memiliki tujuan dan sasaran yang jelas kita takkan sanggup bertekun dalam pertandingan iman. Begitu ada masalah, penderitaan dan kesukaran kita akan mudah menyerah, kecewa dan mundur.
Paulus "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." Filipi 3:14
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." 2 Timotius 4:7
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pertandingan iman: saat berlari jangan menoleh ke belakang. "Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!" (1 Korintus 9:24b). Tidak menoleh ke belakang berarti fokus kepada tujuan atau sasaran. "...aku tidak berlari tanpa tujuan..." (1 Korintus 9:26). Lari begitu rupa artinya berlari dengan semangat tinggi dan tekad yang kuat, sebab jika berlari setengah hati, apalagi sambil menoleh ke belakang terus-menerus, kita pasti akan tertinggal jauh sehingga "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30). Kita berlari dengan mata mengarah ke depan, tertuju kepada Tuhan. "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan..." (Ibrani 12:2). Inilah yang dilakukan Paulus: "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13).
Sebagai orang percaya status kita adalah umat pilihan Tuhan. "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16a). Tuhan memilih kita bukan tanpa tujuan, tetapi "...supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap," (Yohanes 15:16b). Banyak orang menjalani hidup agamawi namun tidak memiliki kehidupan rohani yang sesuai kehendak Tuhan. Mereka terlibat berbagai macam aktivitas keagamaan tanpa mengetahui tujuan panggilan Tuhan dalam hidupnya, sehingga mereka asal berlari, atau seperti petinju yang sembarangan saja memukul tanpa sasaran yang jelas. Paulus berkata, "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Tanpa memiliki tujuan dan sasaran yang jelas kita takkan sanggup bertekun dalam pertandingan iman. Begitu ada masalah, penderitaan dan kesukaran kita akan mudah menyerah, kecewa dan mundur.
Paulus "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." Filipi 3:14
Friday, January 22, 2016
PERTANDINGAN IMAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2016
Baca: 1 Timotius 6:11-16
"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal." 1 Timotius 6:12a
Banyak orang Kristen menyerah di tengah pertandingan iman dan meninggalkan Tuhan. Mereka merasa sudah lama mengikut Tuhan tetapi hidupnya tidak mengalami perubahan berarti. Mereka terpedaya oleh bujuk rayu Iblis yang menawarkan kenikmatan duniawi. Jika motivasi kita dalam mengikut Tuhan hanya mengejar materi saja kita akan kecewa.
Banyak orang berbondong-bondong mencari Tuhan Yesus bukan karena merindukan pribadi-Nya. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." (Yohanes 6:26). Karena masalah ekonomi ini banyak orang Kristen kecewa, mengeluh dan bersungut-sungut. Mereka tenggelam dalam kesedihan, penyesalan, kekuatiran, kekecewaan, sakit hati, kebencian, kepahitan. Tuhan Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Jangan biarkan beban hidup yang ada menghalangi langkah kita dalam pertandingan iman. Seberat apa pun tantangannya kita harus terus berlari dan fokus kepada tujuan. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7), sehingga kita dapat berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13).
Selain itu, dosa adalah faktor utama yang merintangi kita untuk turut dalam perlombaan iman, sebab Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Karena itu berhentilah berbuat dosa!
"Aku telah mengangkat beban dari bahunya, tangannya telah bebas dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau;" Mazmur 81:7-8
Baca: 1 Timotius 6:11-16
"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal." 1 Timotius 6:12a
Banyak orang Kristen menyerah di tengah pertandingan iman dan meninggalkan Tuhan. Mereka merasa sudah lama mengikut Tuhan tetapi hidupnya tidak mengalami perubahan berarti. Mereka terpedaya oleh bujuk rayu Iblis yang menawarkan kenikmatan duniawi. Jika motivasi kita dalam mengikut Tuhan hanya mengejar materi saja kita akan kecewa.
Banyak orang berbondong-bondong mencari Tuhan Yesus bukan karena merindukan pribadi-Nya. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." (Yohanes 6:26). Karena masalah ekonomi ini banyak orang Kristen kecewa, mengeluh dan bersungut-sungut. Mereka tenggelam dalam kesedihan, penyesalan, kekuatiran, kekecewaan, sakit hati, kebencian, kepahitan. Tuhan Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Jangan biarkan beban hidup yang ada menghalangi langkah kita dalam pertandingan iman. Seberat apa pun tantangannya kita harus terus berlari dan fokus kepada tujuan. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7), sehingga kita dapat berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13).
Selain itu, dosa adalah faktor utama yang merintangi kita untuk turut dalam perlombaan iman, sebab Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Karena itu berhentilah berbuat dosa!
"Aku telah mengangkat beban dari bahunya, tangannya telah bebas dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau;" Mazmur 81:7-8
Thursday, January 21, 2016
PERTANDINGAN IMAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2016
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal." 1 Korintus 9:25a
Perjalanan kekristenan tak ubahnya pertandingan olahraga lari jarak jauh yang melewati rute berliku-liku. Ada kalanya kita menempuh jalan yang menanjak penuh kerikil dan bebatuan, atau juga menyusuri lembah yang curam dan terjal. Tuhan memanggil kita untuk turut serta dalam pertandingan tersebut bukan hanya sebagai penonton.
Ada perbedaan mencolok antara peserta dan penonton. Penonton paling mahir berkomentar, melontarkan kritikan dan hujatan terhadap peserta lomba karena ia hanya menonton, bukan turut bertanding. Kondisi berbeda harus dialami oleh peserta lomba, di mana ia harus berjuang begitu rupa di gelanggang pertandingan, bermandi peluh dan tak jarang harus mengalami cidera di tengah pertandingan. Ingatlah bahwa penonton sampai kapan pun tidak pernah berhak mendapatkan medali atau piala; yang berhak menerima adalah peserta pertandingan! Tetapi banyak orang lebih memilih menjadi penonton dan menolak panggilan Tuhan untuk turut serta dalam pertandingan iman, dengan 1001 alasan. Ada pula yang mengiyakan namun selalu menunda-nunda waktu dengan berbagai dalih. Alkitab mencatat: "...banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). Memang, untuk turut ambil bagian dalam pertandingan iman bukanlah perkara mudah, ada harga yang harus dibayar. Siap atau tidak siap kita akan dihadapkan pada banyak tantangan dan hambatan.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan saat kita menjadi peserta pertandingan iman: kita harus menanggalkan beban dan dosa. "Karena...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1). Coba bayangkan jika ada peserta pertandingan yang tetap memikul beban di punggung saat berlari! Sampai berapa lama ia akan mampu bertahan? Cepat atau lambat ia pasti akan mengalami kelelahan yang sangat dan kemudian menyerah di tengah jalan. Beban berbicara tentang masalah dan pergumulan hidup ini.
Tanggalkan beban Saudara dan serahkan semua kepada Tuhan, karena di dalam Dia selalu ada jalan keluar yang terbaik!
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal." 1 Korintus 9:25a
Perjalanan kekristenan tak ubahnya pertandingan olahraga lari jarak jauh yang melewati rute berliku-liku. Ada kalanya kita menempuh jalan yang menanjak penuh kerikil dan bebatuan, atau juga menyusuri lembah yang curam dan terjal. Tuhan memanggil kita untuk turut serta dalam pertandingan tersebut bukan hanya sebagai penonton.
Ada perbedaan mencolok antara peserta dan penonton. Penonton paling mahir berkomentar, melontarkan kritikan dan hujatan terhadap peserta lomba karena ia hanya menonton, bukan turut bertanding. Kondisi berbeda harus dialami oleh peserta lomba, di mana ia harus berjuang begitu rupa di gelanggang pertandingan, bermandi peluh dan tak jarang harus mengalami cidera di tengah pertandingan. Ingatlah bahwa penonton sampai kapan pun tidak pernah berhak mendapatkan medali atau piala; yang berhak menerima adalah peserta pertandingan! Tetapi banyak orang lebih memilih menjadi penonton dan menolak panggilan Tuhan untuk turut serta dalam pertandingan iman, dengan 1001 alasan. Ada pula yang mengiyakan namun selalu menunda-nunda waktu dengan berbagai dalih. Alkitab mencatat: "...banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). Memang, untuk turut ambil bagian dalam pertandingan iman bukanlah perkara mudah, ada harga yang harus dibayar. Siap atau tidak siap kita akan dihadapkan pada banyak tantangan dan hambatan.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan saat kita menjadi peserta pertandingan iman: kita harus menanggalkan beban dan dosa. "Karena...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1). Coba bayangkan jika ada peserta pertandingan yang tetap memikul beban di punggung saat berlari! Sampai berapa lama ia akan mampu bertahan? Cepat atau lambat ia pasti akan mengalami kelelahan yang sangat dan kemudian menyerah di tengah jalan. Beban berbicara tentang masalah dan pergumulan hidup ini.
Tanggalkan beban Saudara dan serahkan semua kepada Tuhan, karena di dalam Dia selalu ada jalan keluar yang terbaik!
Subscribe to:
Posts (Atom)