Saturday, May 10, 2014

PERCAYA TUHAN: Setia Menantikan Dia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2014

Baca:  Amsal 20:1-30

"Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  Amsal 20:6

Jika kita percaya kepada Tuhan, apa pun yang terjadi, mari tetap setia menantikanNya.  "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"  (Mazmur 27:14), sebab  "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3).  Apabila pertolonganNya sepertinya  "...berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (Habakuk 2:3).  Banyak orang Kristen gagal dalam ujian kesetiaan ini.  Ketika pertolonganNya belum datang, segera mereka berpaling dan mencari pertolongan manusia.  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5).

     Bagaimana kita bisa menjadi orang Kristen yang berkualitas dan berdampak, bila terkena masalah sedikit saja kita langsung down?  Ingatlah, pribadi yang tangguh tidak dihasilkan melalui kemudahan dan kenyamanan, tetapi dibentuk melalui masalah, kesukaran, tantangan, keringat dan air mata.  Kita begitu mudah berjanji setia kepada Tuhan saat dalam masalah, namun setelah ditolong Tuhan kita lupa dengan janji dan komitmen kita sendiri.  Kita tidak lagi setia kepada Tuhan.  "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  (Amsal 20:6).  Sesungguhnya  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).  Tuhan selalu siap sedia menolong umatNya, tapi Ia membutuhkan sarana untuk menyatakan kuasa dan mujizatNya, dan sarana itu adalah iman kita, sebab tanpa iman tak seorang pun berkenan kepada Tuhan  (baca  Ibrani 11:6), dan dalam iman ada unsur kesetiaan menantikan Tuhan.

     Kalau kita sendiri tidak mau mengerjakan bagian kita, jangan pernah menuntut Tuhan melakukan bagianNya yaitu memberkati dan menyatakan mujizatNya.  Betapa ruginya kalau kita berkata percaya kepada Tuhan tetapi tidak mau taat dan mempraktekkan iman itu, karena sama artinya iman kita itu mati.

Tetaplah setia menantikan Tuhan karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  Pengkotbah 3:11

Friday, May 9, 2014

MASALAH: Melatih Kepekaan Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2014

Baca:  Mazmur 119:67-72

"Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu."  Mazmur 119:67

Masalah yang datang silih berganti seharusnya membuat kita semakin peka rohani.  Jika masalah diakibatkan pelanggaran kita maka segeralah mengoreksi diri, minta ampun kepada Tuhan dan bertobat dengan sungguh.  "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."  (Yesaya 59:1-2).

     Setelah jatuh dalam dosa perzinahan dengan Betsyeba dan ditegur oleh nabi Natan Daud segera datang kepada Tuhan dan memohon,  "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!"  (Mazmur 51:3-4).  Apabila masalah terjadi karena serangan Iblis, seperti yang dialami Ayub, larilah kepada Tuhan dan minta pertolonganNya.  Percayalah Tuhan sanggup menolong dan memberikan jalan ke luar:  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20), dan  "...sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).  Yang terpenting kita harus menjaga hati kita agar tetap berkenan kepada Tuhan seperti Ayub, yang saat terhimpit masalah berat masih bisa berkata,  "'Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."  (Ayub 2:10).

     Saat masalah datang umumnya kita sulit sekali menguasai diri.  Kita mudah sekali goyah, ragu, takut, bimbang, panik, kuatir, cemas dan stres.  Ayub memiliki pengalaman,  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).

Masalah bisa terjadi akibat dari pelanggaran kita atau dari Iblis dengan tujuan untuk menjatuhkan iman kita, karena itu kita harus peka!

Thursday, May 8, 2014

IMAN: Firman yang Dipraktekkan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2014

Baca:  Yosua 1:1-9

"...supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  Yosua 1:8

Mujizat atau perkara-perkara besar biasanya baru terjadi setelah didahului dengan masalah dan ujian.  Goliat, yang adalah gambaran dari masalah besar, telah berhasil mengintimidasi bangsa Israel sehingga mereka mengalami ketakutan.  Namun Daud memiliki sikap hati yang berbeda.  Ia tidak bersikap seperti pengecut yang melarikan diri dari masalah, sebaliknya  "Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu;"  (1 Samuel 17:48).  Terbukti karena campur tangan Tuhan Daud mampu mengalahkan raksasa Filistin itu!  "Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya."  (Mazmur 20:7).

     Janda Sarfat juga harus mengalami proses ujian terlebih dahulu sebelum mengalami mujizat.  Saat hanya memiliki segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli Elia memerintahkan dia,  "...buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu."  (1 Raja-Raja 17:13).  Ini bukanlah pilihan yang mudah, namun  "...perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia;"  (1 Raja-Raja 17:15).  Inilah iman yang hidup yaitu iman yang disertai perbuatan, firman yang dipraktekkan dalam sebuah tindakan nyata.  Akhirnya  "Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia."  (1 Raja-Raja 17:16).

     Mempraktekkan firman adalah kunci kemenangan setiap masalah.  Jika tidak, kita seperti orang membangun rumah di atas pasir,  "Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."  (Matius 7:27).  Iman berbicara tentang ketaatan, sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).

Ingin mengalami mujizat dan perkara besar?  Hiduplah dalam ketaatan.

Wednesday, May 7, 2014

MASALAH: Proses Pembentukan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2014

Baca:  Mazmur 126:1-6

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5

Ada pepatah mengatakan:  "Palu menghancurkan kaca, palu membentuk baja."  Apa maksudnya?  Kaca memiliki sifat mudah sekali retak, pecah dan hancur apabila terkena benturan.  Sedangkan baja itu kuat, kokoh dan tidak mudah pecah.  Ini berbicara tentang reaksi seseorang terhadap masalah.  Apakah kita bersifat seperti kaca yang rentan terhadap benturan  (masalah), sehingga mudah sekali kita kecewa, hancur, putus asa, marah, tersinggung, sakit hati, frustasi, mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain?  Sedikit benturan saja sudah lebih dari cukup untuk merampas sukacita kita.

     Sebagai orang percaya seharusnya kita memiliki sikap seperti baja yang berkarakter kuat dan tangguh.  Seseorang yang bermental baja akan selalu berpikiran positif, optimis dan tetap bisa mengucap syukur meski berada dalam tekanan dan himpitan.  Ia bisa mengambil sebuah pelajaran berharga dari setiap masalah yang terjadi.  Masalah baginya adalah sebuah proses yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.  Kita tahu bahwa sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang berguna bagi kehidupan manusia setelah terlebih dahulu dibentuk dan ditempa dengan palu.  Memang setiap pukulan terasa menyakitkan dan terkadang kita harus bercucuran air mata, namun semua itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita.  Sebaliknya jika kita seperti kaca maka kita akan melihat palu sebagai musuh yang menakutkan dan menghancurkan.

     Masalah adalah salah satu cara yang dipakai Tuhan untuk membentuk, memproses, memurnikan dan menguji kualitas iman kita.  "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  (Roma 8:28).  Karena itu jangan pernah lari dari masalah, namun hadapilah masalah dengan iman.  Perhatikan Daud!  Ia tidak gentar sedikit pun ketika harus berhadapan dengan Goliat, bahkan dengan penuh iman berkata,  "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu."  (1 Samuel 17:45).

Jadilah orang Kristen yang bermental baja, yang tetap kuat meski diterpa masalah!

Tuesday, May 6, 2014

IMAN: Dasar Menghadapi Masalah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Mei 2014

Baca:  Ibrani 10:19-39

"Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."  Ibrani 10:38

Keadaan dunia saat ini benar-benar mencemaskan, bencana demi bencana datang silih berganti tiada pernah kita duga.  Kita masih ingat bagaimana bencana banjir melanda di hampir seluruh wilayah negeri ini.  Kota Jakarta sebagai ibukota negara tak luput dari musibah ini, bahkan banjir bisa dikatakan sebagai tradisi musiman;  banjir bandang meluluhlantakkan kota di Manado  (Sulawesi Utara), gempa bumi, tanah longsor, gunung Sinabung  (Sumut) pun turut menggeliat, kemudian disusul dengan letusan yang dahsyat dari gunung Kelud di Kediri  (Jatim).  Ribuan orang harus mengungsi dan kehilangan harta benda, perekonomian lumpuh, bahkan banyak korban jiwa berjatuhan.  Bumi ini benar-benar sedang bergoncang.

     Dalam kondisi seperti ini adakah yang bisa kita banggakan?  Uang, deposito di bank, mobil, jabatan, kesemuanya tidak bisa menolong, menjamin dan menyelamatkan kita.  Tidak ada jalan lain selain harus makin melekat kepada Tuhan dan menguatkan iman kepadaNya.  Memiliki dasar iman yang kuat adalah kunci untuk dapat bertahan menghadapi cobaan dan masalah yang ada.  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Dengan iman kita dapat melihat sisi positif di balik setiap masalah atau peristiwa yang sedang terjadi.  Tanpa iman kita akan seperti bujang Elisa yang dihantui oleh ketakutan dan kekuatiran karena ia tidak bisa melihat dan merasakan kehadiran Tuhan.  Elisa berkata,  "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka. Lalu berdoalah Elisa: 'Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.' Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa."  (2 Raja-Raja 6:16-17).

     Tuhan mengijinkan masalah berat terjadi dalam hidup ini supaya kita selalu berjaga-jaga dan berdoa, serta menyadari betapa terbatasnya kekuatan dan kemampuan kita.  Sungguh, di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa!

Bagi orang percaya masalah adalah proses ujian menuju kepada kedewasaan rohani, kenaikan tingkat level iman kita.

Monday, May 5, 2014

PRIORITASKAN TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Mei 2014

Baca:  Mazmur 9:1-21

"...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."  Mazmur 9:11

Tuhan Yesus tahu kita memiliki banyak kebutuhan dalam hidup ini, baik itu kebutuhan primer maupun sekunder.  Namun bukan sebatas kehidupan sehari-hari, kita pun mendambakan suatu kehidupan yang bermasa depan baik, pekerjaan yang mapan, usaha yang lancar, anak-anak berhasil dalam studi, juga dalam hal kerohanian pun kita rindu dipakai Tuhan untuk menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia melalui pelayanan yang dipercayakan kepada kita.

     Itulah sebabnya Tuhan memiliki rancangan yang terbaik bagi kita,  "...yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Jadi  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Supaya rancanganNya tergenapi dalam hidup ini Tuhan memberikan petunjuk dan jalanNya yaitu:  "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Artinya kita harus memprioritaskan perkara-perkara rohani terlebih dahulu, dengan demikian berkat Tuhan pasti mengikuti hidup kita, sebab  "Berkat ada di atas kepala orang benar,"  (Amsal 10:6).  Sebaliknya kalau kita tidak mengutamakan Tuhan dan memilih berjalan menurut kehendak dan keinginan diri sendiri niscaya kita menghadapi banyak kesulitan dan persoalan.

     Adam dan hawa tidak lagi mengutamakan Tuhan dan lebih memilih untuk menuruti bujuk rayu si Iblis yaitu makan buah pengetahuan baik dan buruk yang dilarang Tuhan.  Mereka pun menuai akibat perbuatan itu yaitu terusir dari taman Eden dan harus hidup dalam penderitaan demi penderitaan, padahal segala berkat telah Tuhan sediakan di taman Eden tersebut.  Yunus harus mengalami sejarah terkelam dalam hidupnya:  "...datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya."  (Yunus 1:17), karena ia tidak lagi mengutamakan Tuhan dan memilih lari dari panggilanNya walau akhirnya Tuhan memulihkan keadaannya.

Berkat disediakan Tuhan bagi orang-orang yang mengutamakan Dia dan hidup menurut kehendakNya!

Sunday, May 4, 2014

ONLY BY GRACE (SEMUA KARENA ANUGERAH)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2014

Baca:  Ratapan 3:21-26

"TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia."  Ratapan 3:25

Jika kita dapat menjalani hari-hari hingga detik ini dan bisa menikmati berkat-berkatNya itu semua adalah karena anugerahNya semata.  Kalau bukan karena tangan Tuhan yang menuntun dan menopang, kita pasti tidak memiliki kesanggupan untuk menjalani dan melewati hari-hari yang berat ini.  Karena itu kita pun harus berkeyakinan bahwa di hari-hari mendatang Tuhan pasti tetap menyertai dan terus melanjutkan perbuatan baikNya atas kita.  "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus."  (Filipi 1:6).

     Tuhan Yesus sungguh baik dan sangat baik, sebab selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anakNya.  Bapa kita di dunia ini saja tidak akan pernah memberi batu kepada anaknya jika meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan.  "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  (Matius 7:11).  Bahkan Alkitab menegaskan bahwa berkat yang disediakan Tuhan bagi kita adalah berkat yang selalu baru setiap pagi, bukan berkat yang sia-sia, apalagi basi.  Tertulis:  "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23).  Inilah janji Tuhan yang harus kita pegang seumur hidup kita:  kasih setia Tuhan tidak berkesudahan dan rahmatNya pun tak ada habisnya.  Haleluya!

     Berhentilah untuk mengeluh dan bersungut-sungut!  "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita."  (Efesus 5:20), sebab pertolongan dan berkat Tuhan pasti datang tepat pada waktunya.  Kalau bapa kita di dunia pernah dan seringkali mengecewakan anaknya, tidak demikian dengan bapa di sorga, tak pernah mengecewakan dan selalu memberi yang terbaik.  Justru kitalah yang seringkali mengecewakanNya.

"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai."  Mazmur 5:13

Saturday, May 3, 2014

SUKACITA YANG SEJATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2014

Baca:  Roma 14:13-23

"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."  Roma 14:17

Sukacita adalah faktor internal seseorang, maka tidak seharusnya ia dipengaruhi oleh faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar.  Kalau sukacita seseorang didasarkan oleh hal-hal yang dari luar, sukacita itu akan mudah berubah tergantung sikon.  "Bersukacitalah senantiasa."  (1 Tesalonika 5:16), artinya sukacita di segala keadaan tidak dipengaruhi oleh apa pun.  Sukacita itu adalah sebuah keputusan.  Kita bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap bersukacita atau sebaliknya, tidak bisa bersukacita di segala keadaan.

     Ayat nas menyatakan bahwa Kerajaan Allah bukan berbicara soal makanan dan minuman  (berkat jasmani);  Kerajaan Allah itu bersifat rohani.  Jadi kebenaran, damai sejahtera dan sukacita itu merupakan berkat rohani.  Ketiga berkat rohani tersebut diberikan oleh Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.  Karena itu di dalam diri orang percaya seharusnya ada sukacita yang senantiasa terpancar dalam kehidupannya sehari-hari.  Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita!  Mengapa?  Dalam Lukas pasal 15 Tuhan Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan:  domba yang hilang, dirham yang hilang dan juga anak yang hilang.  Kita patut bersukacita karena kita sebelumnya adalah seperti domba yang sesat dan terhilang, tetapi sekarang telah dibawa kembali oleh gembala yang baik ke dalam kandangNya yang aman;  kita sebelumnya seperti dirham yang telah hilang, tetapi sekarang telah didapat kembali;  kita sebelumnya seperti anak yang terhilang, yang hampir saja mati kelaparan, kini telah kembali ke rumah Bapa yang berlimpah dengan kasih setia.  Kita patut bersukacita karena dosa-dosa kita telah diampuniNya, sakit-penyakit kita disembuhkanNya dan kita yang dulunya berada dalam kegelapan kini telah dipindahkan ke dalam terangNya yang ajaib.

     Tuhan adalah sumber sukacita kita, sukacita yang mulia dan tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, itulah yang menjadi kekuatan kita.

Sesuram apa pun situasi yang ada di sekitar kita seharusnya tidak mempengaruhi suasana hati kita, karena sukacita kita bersumber pada Roh Kudus! 

Friday, May 2, 2014

MENGUCAP SYUKUR: Beribadah Dengan Sukacita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2014

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  Mazmur 84:2

Wujud lain dari seseorang yang senantiasa mengucap syukur adalah senantiasa beribadah kepada Tuhan dengan sukacita.  "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!"  (Mazmur 100:2).

     Dari ayat ini Tuhan memberi perintah kepada kita untuk beribadah kepadaNya dengan sukacita tidak dikarenakan kondisi yang dialami dan juga bukan karena perasaan lagi enak, tapi merupakan sebuah pilihan!  Tidak sedikit orang Kristen yang datang beribadah karena terpaksa, lagi butuh Tuhan atau saat enak hati saja tanpa memiliki kerinduan mendalam kepada Tuhan;  mereka lebih suka menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada dengan banyak alasan:  sibuk, capai, kerja lembur, padahal kalau untuk urusan pribadi kita selalu memiliki waktu.  Ada tertulis:  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Ibadah merupakan anugerah dari Tuhan di mana kita dilayakkan untuk menghampiri takhta kasih karunia dan kekudusanNya, karena itu kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan penuh sukacita.  Ibadah yang sejati adalah ibadah yang korban persembahannya ialah tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan  (baca  Roma 12:1);  jadi seluruh keberadaan hidup kita  (tubuh, jiwa dan roh)  harus terlibat dalam ibadah.  Karena itu kita harus mempersiapkan korban persembahan hidup kita dengan sukacita.

     Selama hari masih siang, artinya selama masih ada kesempatan, mari kita gunakan waktu-waktu yang ada untuk mengejar perkara-perkara rohani:  beribadah kepada Tuhan dengan sukacita dan antusias, serta melayani Dia dengan roh yang menyala-nyala.  Ingat, kesempatan belum tentu datang dua kali, sehingga daripada menyesal, pergunakan kesempatan dengan baik.

"...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8), karena itu beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita.

Thursday, May 1, 2014

MENGAPA HARUS MEMUJI TUHAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2014

Baca:  Mazmur 150:1-6

"Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!"  mazmur 150:6

Memuji Tuhan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan orang Kristen.  Karena itu dalam setiap peribadatan puji-pujian selalu mendapat porsi yang cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan.  Hal ini menandakan bahwa pujian merupakan bagian penting dalam kehidupan orang percaya.

     Mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu?  Karena kita diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyuranNya.  Tuhan berkata,  "umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku."  Memuji Tuhan adalah perintah Tuhan, dan sebagai anak-anakNya kita harus taat melakukannya.  Ibrani 13:15:  "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya."  Tuhan sangat menikmati puji-pujian yang dinaikkan oleh umatNya, karena itu Ia selalu hadir dan bertahta di atas pujian kita.  Meski berada di situasi sulit dan sepertinya kegelapan pekat mengelilingi hidup kita biarlah kita tetap memuji-muji Tuhan, karena ketika kita melakukannya Tuhan akan hadir melawat kita.  KehadiranNya pasti membawa dampak luar biasa dalam kehidupan kita:  memulihkan, menyembuhkan, menolong bahkan memberkati kita.  Daud menulis:  "Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu."  (Mazmur 147:1).  Marilah kita memuji Tuhan di segala waktu seperti yang dilakukan Daud.  "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2), tidak terbatas hanya pada saat kita beribadah di gereja saja.  Sebagai manusia Daud pun pernah dan sering mengalami masalah atau pun tekanan dalam hidupnya, namun ia tidak menjadi putus asa dan terus-menerus tenggelam dalam kepedihan, ia tetap memuji-muji Tuhan.  Inilah sikap yang patut kita teladani.

     Mari kita ubah keadaan yang buruk dan kepedihan hati menjadi sorak kemenangan dengan kuasa puji-pujian.  Masalah dan pencobaan boleh saja datang, tetapi sebagai umat Tuhan kita harus belajar untuk tetap mengucap syukur dan memuji-muji Dia.  Kalahkanlah kesedihan dan tekanan di hati kita dengan kuasa puji-pujian.

Saat memuji Tuhan kita memberi kesempatan Tuhan menyatakan kuasaNya:  mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan!

Wednesday, April 30, 2014

MENGUCAP SYUKUR: Memuji Tuhan Senantiasa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2014

Baca:  Mazmur 50:1-23

"Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku;"  Mazmur 50:23

Kita dapat membedakan suatu barang dari barang lain adalah dari ciri yang dimiliki oleh barang tersebut.  Begitu juga kehidupan orang percaya dapat dibedakan dari orang-orang di luar Tuhan.  Menjadi orang yang berbedea dari dunia adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya.  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).

     Salah satu perbedaan yang harus dimiliki setiap anak Tuhan adalah hal mengucap syukur.  Firman Tuhan mengajar kita agar memiliki hati yang senantiasa bersyukur, tidak peduli situasi dan kondisinya.  Apa pun keadaannya kita harus mampu menjadi orang yang senantiasa bersyukur.  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).  Masalah, sakit-penyakit, beban yang berat, krisis, penderitaan adalah hal-hal yang acapkali menjadi penghalang bagi seseorang mengucap syukur.  Dalam kondisi seperti ini orang memiliki kecenderungan untuk bersedih, muram, stres, putus asa dan berurai air mata.

     Sebagai orang percaya sesungguhnya kita memiliki banyak alasan untuk selalu mengucap syukur.  Bisa bernafas, memiliki tubuh yang sehat saja sehingga bisa beraktivitas merupakan berkat yang tak ternilai harganya.  Perwujudan hati yang melimpah dengan ucapan syukur adalah senantiasa memuji-muji Tuhan.  Pemazmur menasihati,  "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!"  (Mazmur 100:4).  Memuji Tuhan adalah ungkapan iman yang kita nyatakan melalui bibir lidah kita.  Saat kita memuji Tuhan saat itu pula Iblis pasti lari ketakutan sehingga ia tidak akan mengambil keuntungan dari kita.  Sebab itu puji-pujian paling dibenci oleh Iblis.  Itulah sebabnya Daud menjadikan puji-pujian kepada Tuhan sebagai gaya hidupnya.  "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau,"  (Mazmur 119:164).  Daud sangat percaya bahwa ada kuasa di balik puji-pujian karena Tuhan bersemayam di atas pujian umatNya  (baca  Mazmur 22:4).

Selalu memuji - muji Tuhan adalah perwujudan hati yang senantiasa bersyukur!

Tuesday, April 29, 2014

JALAN MENUJU KELIMPAHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2014

Baca:  Mazmur 16:1-11

"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."  Mazmur 16:11

Pada umumnya manusia menginginkan segala yang serbacepat alias instan sehingga mencari dan mereka-reka jalannya sendiri tanpa mempedulikan resikonya.  "Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri,"  (Amsal 21:2), padahal itu adalah  "...jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 16:25).  Banyak orang berbondong-bondong menempuh jalan yang demikian.  Awalnya tidak menyadari atau merasakan dampaknya tetapi ujungnya menuju kehancuran dan kebinasaan.  Itulah kita jitu Iblis:  menawarkan gemerlap dunia, kebahagiaan semu, kenikmatan sesaat.

     Apa yang harus kita lakukan agar tidak tersesat atau ke luar dari rencana Tuhan, tetapi mengalami dan menikmati berkat-berkatNya?  "TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut."  (Ulangan 13:4), dan  "Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus."  (Amsal 14-15).  Mengapa harus mengikuti jalan Tuhan dan berbakti kepadaNya?  Sebab  "Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya."  (Mazmur 25:10).  Kita harus tegas menentukan pilihan hidup, jalan mana yang akan kita tempuh.  Jika menempuh jalan orang-orang fasik dan berkompromi dengan segala kejahatan, Iblis bersukacita karena kita akan dibawanya kepada kehancuran dan kebinasaan.  Namun jika mengikuti jalan Tuhan dengan tekun dan setia, serta menjauhi segala kejahatan, kita akan dibawa kepada kehidupan yang penuh berkat sorgawi karena kita hidup dalam kasih karuniaNya.

     Daud berdoa,  "Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari."  (Mazmur 25:4-5).

"Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan."  Amsal 3:16

Monday, April 28, 2014

TUHAN ADALAH PERTOLONGAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2014

Baca:  Mazmur 121:1-8

"Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?"  Mazmur 121:1

Sejak semula rencana Iblis adalah menghancurkan hidup manusia.  "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Adam Hawa adalah korban pertama rencana ini, jatuh dalam dosa karena tipu muslihat Iblis.  Mereka kehilangan berkat Tuhan sehingga terusir dari taman Eden dan hidup dalam penderitaan.

     Usaha Iblis mencari mangsa terus dilakukan hingga sekarang, terlebih-lebih di akhir zaman ini.  Iblis tahu waktunya sangat singkat, karena itu ia tidak membuang kesempatan.  Rasul Petrus mengingatkan kita,  "...Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama."  (1 Petrus 5:8-9).  Kita harus melawan Iblis dengan iman yang teguh karena ia begitu berpengalaman memperdaya dan menipu manusia.  Bila kita tidak berpegang teguh kepada kebenaran firman Tuhan kita akan menjadi korbannya.  Iblis mempunyai 1001 cara mengecoh, menjebak, memperdaya manusia:  mengiming-imingi harta, uang, jabatan, popularitas dengan jalan pintas, sehingga banyak orang tergiur karenanya.

     Sebagai orang percaya pertolongan kita adalah dari Tuhan, Dialah yang hidup dan berkuasa, sanggup memberkati kita secara melimpah.  Yesus berkata,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Bukan hanya berkat jasmani yang disediakanNya, berkat-berkat rohani pun diberikanNya bagi kita.  "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga."  (Efesus 1:3).  Seringkali kita tidak sabar menantikan jawaban Tuhan, namun  "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel."  (Mazmur 121:4), artinya Tuhan tahu setiap pergumulan hidup kita, Dia melihat dari sorga semua penderitaan yang kita alami.

Ia memiliki rancangan luar biasa dalam kehidupan orang percaya,  "...yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).

Sunday, April 27, 2014

MENANG DALAM PEPERANGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2014

Baca:  Matius 10:1-4

"...memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan."  Matius 10:1

Saat ini pertikaian, kekacauan, perselisihan, konflik, kerusuhan, permusuhan terjadi di mana-mana, tidak hanya melanda kehidupan orang-orang dunia tapi juga keluarga-keluarga Kristen dan gereja Tuhan.  Semuanya hasil serangan setan dan roh-roh jahat.

     Begitu pula dengan mewabahnya sakit-penyakit, musibah atau kematian juga seringkali disebabkan oleh serangan-serangan si Iblis seperti yang menimpa anak-anak Ayub.  "maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati."  (Ayub 1:19).  Ayub pun tidak luput dari serangan.  "Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya."  (Ayub 2:7).  Dalam kondisi seperti ini apa yang harus kita lakukan?  Tuhan Yesus berfirman,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:"  (Matius 26:41).  Kita harus ekstra waspada, berdoa dan berjaga-jaga senantiasa supaya kita selalu berada dalam perlindungan Tuhan.  Dalam Lukas 10:17 dikatakan,  "...setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu."  (Lukas 10:17).  Dalam nama Yesus dan karena Roh kudus kita dapat menang terhadap serangan Iblis.  Kepada setiap orang percaya telah diberikan kuasa untuk mengusir Iblis dan pasukannya dalam nama Tuhan Yesus, dan kuasa untuk menghancurkan pekerjaan Iblis itu adalah Roh Kudus.  Dialah yang akan menyertai kita di sepanjang umur hidup kita, bahkan sampai kesudahan zaman.

     Maukah kita hidup di pimpin oleh Roh Kudus setiap hari?  Banyak orang Kristen yang mengalami hadirat Roh Kudus hanya sekali seminggu saja pada waktu beribadah di gereja.  Selebihnya mereka hidup menurut kemauan sendiri, lepas dari pimpinan Tuhan.  Itulah sebabnya mereka mengalami jatuh bangun dalam iman, padahal Roh Kudus datang untuk menyatakan kemuliaanNya dan hendak menyertai kita setiap hari sampai selama-lamanya.

Jadilah orang Kristen yang mau dituntun oleh Roh Kudus supaya kita menang dalam peperangan rohani setiap hari!

Saturday, April 26, 2014

PERANG MELAWAN IBLIS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2014

Baca:  Matius 13:36-43

"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis."  Matius 13:39a

Iblis adalah musuh yang tidak kelihatan tapi ada di mana-mana di sekeliling manusia.  Iblis dan segala roh jahat yang ada di udara adalah musuh manusia yang  sangat luar biasa.  Rasul Paulus berkata,  "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).

     Semua orang percaya terlibat dalam peperangan rohani ini.  Dalam aksinya Iblis terus berusaha untuk menabur benih-benih negatif, melemahkan, menjatuhkan dan menghancurkan umat Tuhan di segala sudut kehidupan.  Peperangan melawan Iblis dan pasukannya adalah peperangan yang paling berbahaya dan jauh lebih berat dari peperangan apa pun yang ada di dunia nyata.  Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadarinya sehingga mereka tetap saja santai dalam menjalani kehidupan rohaninya:  berdoa ogah-ogahan, baca Alkitab malas, ibadah asal-asalah, melayani Tuhan pun enggan.  Jika demikian bagaimana mungkin kita bisa menang dalam peperangan ini?

     Kalau tidak hidup dalam pimpinan Roh Kudus, berjalan bersamaNya dan makin melekat kepada Tuhan, kita tidak akan tahan menghadapi gempuran-gempuran Iblis.  Kita akan terjebak dalam perangkap dan jeratnya sebab Iblis adalah penipu yang sangat licik,  "...ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."  (Yohanes 8:44), yang bisa memakai topeng seperti malaikat terang, padahal ia  "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum..."  (1 Petrus 5:8).  Itulah sebabnya rasul Paulus tidak mau bermegah terhadap diri sendiri karena sadar bahwa ia banyak kelemahan dan keterbatasan.  "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan...Sebab jika aku lemah, maka aku kuat."  (2 Korintus 12:9b-10).  Kepada siapa seharusnya kita bermegah?  "...kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita."  (Mazmur 20:8).

Hanya dengan kuasa Roh Kudus yang ada di dalam kita dan di dalam nama Tuhan Yesus kita dapat mengusir Iblis dan mengalahkannya.  "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,  (Filipi 2:10).

Friday, April 25, 2014

ROH KUDUS: Roh Penghibur

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2014

Baca:  Matius 5:1-12

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."  Matius 5:4

Roh Kudus adalah Roh Penghibur dan Penolong bagi umatNya.  Ia diutus oleh Bapa di sorga untuk menyertai, menolong dan menghibur orang percaya dalam perjuangan hidup di dunia ini, lembah air mata yang penuh masalah, kesulitan, tekanan, penderitaan yang menghadirkan duka dan kepedihan.  Musa mengakui bahwa kebanggaan hidup manusia  "...adalah kesukaran dan penderitaan;"  (Mazmur 90:10).  Ini semua adalah ulah Iblis, si pencuri yang datang  "... hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Yohanes pun menambahkan,  "Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat."  (Yohanes 5:19).

     Rasul Paulus adalah contoh orang yang mengalami dan merasakan ganasnya kehidupan ini.  Ia harus menghadapi banyak kesulitan, tekanan, penderitaan, bahkan aniaya dalam pelayanannya, namun ia bisa berkata,  "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa."  (2 Korintus 4:8-9).  Kekuatan Paulus bukan karena ia mampu, tapi karena Roh Kudus yang selalu menghibur dan menguatkan dia.  Jangan pernah kecewa, putus asa, apalagi sampai undur dari Tuhan hanya karena masalah yang sedang menimpa.  Datang kepada Yesus dan serahkan semua beban permasalahan itu kepadaNya.  Dia mengajak,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28).

     Percayalah bahwa setiap masalah dan pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita.  Tuhan tahu secara persis sebatas mana kekuatan kita.  Pada saatnya Tuhan pasti akan menolong dan memberikan jalan ke luar sehingga kita dapat menanggungnya  (baca  1 Korintus 10:13).  Tuhan berjanji,  "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu."  (Yesaya 46:4).

"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?"  Roma 8:35

Thursday, April 24, 2014

PENUH ROH KUDUS: Menaklukkan Kedagingan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2014

Baca:  Galatia 5:16-26

"...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging."  Galatia 5:16

Roh Kudus adalah Roh yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada kita.  Peranan Roh Kudus adalah untuk menyertai, menuntun, mengajar dan memimpin kehidupan orang percaya.  Tuhan Yesus berkata,  "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu."  (Yohanes 16:7).  Janji Bapa tentang Roh Kudus itu sudah digenapi:  "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,"  (1 Korintus 6:19).  Roh Kudus tinggal di dalam kehidupan orang percaya.  Apabila Roh Kudus berdiam dan bekerja di dalam kita, perkara yang heran pasti terjadi.  Kehidupan kita pasti diubahkan, dari yang biasa menjadi luar biasa.

     Untuk memiliki kehidupan yang luar biasa  (extraordinary), kita harus membuat pilihan hidup yang benar yaitu hidup penuh dengan Roh Kudus, bukan mabuk anggur,  "...karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,"  (Efesus 5:18).  Tuhan tahu bahwa manusia mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan, karena itu Ia memberikan RohNya supaya kita yang lemah beroleh kekuatan dan kesanggupan, apalagi kehidupan Kristen adalah suatu pergumulan, perjuangan dan peperangan melawan dosa.  Inilah konflik batin yang kita alami!  Namun  "...jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat."  (Galatia 5:18).  Jelas bahwa dosa yang ada di dalam daging  (hawa nafsu)  tidak dapat dilawan dengan kekuatan sendiri.  Dosa itu hanya dapat dihancurkan oleh kuasa Roh Kudus apabila kita menyerahkan tubuh kita sepenuhnya kepada Tuhan untuk menjadi baitNya.  Ketika kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai korban yang hidup dan kudus, RohNya akan memenuhi kita dan berkarya di dalam kita sehingga segala aspek kehidupan kita  (tubuh, jiwa dan roh)  benar-benar di bawah kendali Roh Kudus.

     Inilah yang disebut berjalan dengan Roh Kudus.  Saat kita berjalan dengan Roh Kudus kehidupan kita akan menghasilkan buah-buah Roh, dan itu merupakan awal memasuki kehidupan yang berkemenangan dan penuh mujizat.

Tanpa Roh Kudus kita tak mampu menang dalam pergumulan hidup ini!

Wednesday, April 23, 2014

MENANG ATAS PENCOBAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2014

Baca:  Lukas 4:1-13

"Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun."  Lukas 4:1

Sebelum segala janji Allah tergenapi dalam diri Yesus, Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun selama 40 hari 40 malam untuk berdoa dan berpuasa.

     Di padang gurun inilah Yesus masuk dalam proses ujian.  Roh Kudus hendak membuktikan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menghancurkan pekerjaan Iblis dan meremukkan kepala ular  (baca  Kejadian 3:15).  Maka datanglah Iblis mencobai Yesus dengan tiga perkara:  1.  Yesus diminta mengubah batu menjadi roti.  "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti."  (ayat 3).  2.  Yesus diminta menyembah Iblis.  "...jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."  (ayat 7).  3.  Yesus diperintahkan menjatuhkan diri dari atas bumbungan Bait Allah.  "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,"  (ayat 9).  Inilah ujian dan pencobaan hebat yang harus dihadapi Yesus, namun Ia tampil sebagai pemenang.  Kemenangan Yesus disebabkan karena Roh Kudus menguatkan Dia, sehingga setiap panah pencobaan yang diarahkan Iblis terhadapNya dapat ditangkis dengan firman.  Ia selalu berkata,  "Ada tertulis:..."

     Di tengah dunia yang jahat ini setiap orang percaya tanpa terkecuali diperhadapkan dengan banyak sekali ujian dan pencobaan,  "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:16).  Bila kita tidak melekat kepada Tuhan dan bersandar kepada Roh Kudus kita tidak akan mampu menahan gempuran Iblis.  Hanya dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat bertahan dan beroleh kekuatan untuk melawan.  Karena itu jangan lewati hari tanpa kita membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena saat membaca dan merenungkan firman kita akan mempunyai pola pikir dan keinginan Tuhan.  Kita tidak lagi menjalani kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan kekuatan dan tuntunan firman Tuhan sehingga iman kita akan semakin kuat dan Iblis pun tidak tahan menghadapi kita.

"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu."  Mazmur 119:9

Tuesday, April 22, 2014

MENGIKUTI JEJAK AYUB (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2014

Baca:  2 Petrus 3:1-16

"Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup"  2 Petrus 3:11

Mungkin kita merasa diri hina dan sudah tidak layak di hadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita yang tak terbilang banyaknya.  "Mungkinkah Tuhan mau menerimaku lagi?  Mana mungkin aku bisa hidup saleh seperti Ayub?"  Tidak ada kata terlambat!

     Daud dan Petrus, yang memiliki sejarah kelam, sanggup dipulihkan Tuhan dan dipakai hidupnya sebagai alat kemuliaanNya.  Kita pun memiliki kesempatan yang sama.  FirmanNya,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).  Kunci hidup saleh adalah takut akan Tuhan.  "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang."  (Pengkotbah 12:13).  Takut akan Tuhan berarti kita sadar bahwa Tuhan selalu mengikuti dan melihat apa yang kita perbuat, sehingga sekalipun ada kesempatan untuk berbuat dosa, kita tidak melakukannya.  Takut akan Tuhan berarti juga  "...tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,"  (Mazmur 1:11).

     Mengapa harus menjauhi kejahatan?  Karena kita tidak kebal dari dosa dan masih hidup dalam tubuh daging.  Kita tahu daging cenderung melakukan segala hal yang bertentangan dengan firman.  Kalau kita berkomitmen hidup saleh, sebelum jatuh dalam dosa kita harus lari menjauh dari dosa seperti Yusuf, lari dari godaan isteri Potifar.  "Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar."  (Kejadian 39:12).  Tertulis:  "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."  (Yakobus 1:14-15).

Hidup saleh berarti kita berkomitmen menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, bersikap tegas dan tidak lagi berkompromi dengan dosa.

Monday, April 21, 2014

MENGIKUTI JEJAK AYUB (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2014

Baca:  Mazmur 37:1-40

"TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;"  Mazmur 37:18

Inilah nasihat Yakobus,  "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan."  (Yakobus 5:10-11).

     Hidup dalam kesalehan adalah kehendak Tuhan bagi semua orang percaya.  Mungkinkah kita jadi orang saleh?  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Asal kita mau bertobat dengan sungguh, tidak ada perkara yang sukar, sebab Kristus telah memerdekakan kita dari dosa melalui pengorbananNya di kayu salib dan memberikan kepada kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban  (baca  2 Timotius 1:7),  dan  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).

     Daud pernah jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba  (baca  2 Samuel 11).  Namun setelah ditegur dan diperingatkan Natan, ia pun menyesal.  Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan.  "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  (Mazmur 51:19).  Daud bangkit dari keterpurukannya dan berkomitmen hidup benar di hadapan Tuhan.  Hidup Daud mengalami perubahan secara radikal, kasihnya kepada Tuhan pun tak diragukan lagi, ia pun kian intim dengan Tuhan.  Inilah isi hati Tuhan terhadap Daud,  "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22b).  Petrus, juga pernah gagal dan menyakiti hati Tuhan karena menyangkal Tuhan 3 kali, tidak larut dalam penyesalan yang berkepanjangan.  Ia segera bertobat dengan sungguh dan Tuhan memulihkan keadaannya.  Akhirnya rencana Tuhan terhadap Petrus  (sebagai penjala manusia)  pun tergenapi.

Tidak ada kata terlambat untuk berubah dan menjadi orang saleh seperti Ayub!

Sunday, April 20, 2014

YESUS KRISTUS: Bangkit dan Hidup

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2014

Baca:  1 Korintus 15:12-34

"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu."  1 Korintus 15:7

Yesus Kristus setelah disalibkan, mati dan dikuburkan, tubuhNya tidak lagi berada di dalam kubur pada hari yang ketiga meski kubur itu telah dimeteraikan dan dijaga oleh para tentara Roma, karena Yesus telah bangkit!  Kubur itu benar-benar telah kosong.  Malaikat menegaskan,  "Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring."  (Matius 28:6).

     Sebagai bukti nyata bahwa Yesus telah bangkit adalah Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya dan meyakinkan bahwa tubuhNya itulah tubuh yang telah disalibkan.  Yesus berkata,  "Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku. Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka."  (Lukas 24:39-40).  Kepada Tomas Dia pun berkata,  "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."  (Yohanes 20:27).  Ini membuktikan bahwa kebangkitan Yesus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, jika tidak, tentu mayatNya akan tertinggal di dalam kubur itu.  Maka jangan pernah ragu dan sangsikan peristiwa kebangkitan Yesus Kristus ini.

     KebangkitanNya menjadi dasar iman Kristiani.  Kalau Yesus Kristus tidak bangkit dari antara orang mati sia-sialah iman percaya kita, artinya kita akan menjadi orang-orang yang malang, dan tetap hidup dalam kutuk dan hukuman.  KebangkitanNya juga sebagai bukti bahwa Dia adalah Allah yang hidup dan berkuasa.  "Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya."  (1 Korintus 15:27).  Melalui kebangkitanNya pula kita menjadi orang-orang yang telah dibenarkanNya, sebab kalau saja Yesus tidak bangkit, melainkan tetap tinggal di dalam kubur, pekerjaan penebusan tidak akan pernah terjadi.  Dengan demikian kita yang percaya kepadaNya beroleh jaminan kepastian bahwa kita nanti juga akan dibangkitkan dan memiliki kehidupan yang penuh pengharapan.

"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati."  Yohanes 11:25 

Saturday, April 19, 2014

DARAH YESUS: Menutupi Dosa Kita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2014

Baca:  Mazmur 32:1-11

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!"  Mazmur 32:1

Dalam Perjanjian Lama kita sering membaca tentang tabut perjanjian.  Di atas tabut perjanjian tersebut terdapat penutup, yang disebut tutup pendamaian"Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya."  (Keluaran 25:17).  Tutup pendamaian adalah lambang di mana Allah mencurahkan rahmat dan kasihNya, diartikan sebagai penutup dosa.  Itulah lambang darah Yesus yang menutupi dosa umat manusia melalui kematianNya di Kalvari sehingga Allah disenangkan dan diperdamaikan dengan kita, sebab hutang dosa manusia telah dibayar lunas oleh Yesus.  Yesus telah menjadi korban pendamaian sehingga keselamatan tersedia untuk semua orang.

     Allah adalah Pribadi yang Mahasuci;  Ia tidak dapat melihat dosa dan Ia menuntut hukuman atas dosa itu.  Yesus Kristus telah mencurahkan darahNya menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita sebagai tutup pendamaian sehingga Allah tidak melihat dosa-dosa kita lagi.  Kematian Yesus di atas kayu salib menjadi alasan bagi Allah yang adil untuk mengampuni manusia yang berdosa.  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).  Yesus Kristus telah menebus dosa-dosa kita.  Kata menebus berarti melepaskan dari perhambaan, tawanan bahkan kematian dengan pembayaran yaitu tebusan.  DarahNya telah menjadi tebusan kita yang dipersembahkan kepada Allah supaya kita dilepaskan dari dosa dan maut.  Artinya Yesus telah mengambil tempat kita, menanggung hukuman dosa kita dan mati menggantikan kita orang berdosa.  Hukuman yang seharusnya kita terima telah ditanggungNya supaya kita terbebas dari hukuman itu.

     Mari, jangan sekali-kali memandang remeh akan pengorbanan Kristus di atas kayu salib ini, di mana Ia menjelma menjadi manusia supaya Ia mati menggantikan kita, sebab hanya Dialah manusia yang benar-benar suci tanpa cacat cela.

Kristus mengorbankan nyawaNya menutupi dosa-dosa kita sehingga keselamatan diberikan kepada orang-orang berdosa yang mau bertobat dan percaya kepadaNya!

Friday, April 18, 2014

YESUS KRISTUS: Korban yang Sempurna

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2014

Baca:  Ibrani 10:1-18

"Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan."  Ibrani 10:14

Bagi manusia kematian dianggap sebagai suatu kejadian yang sangat mengerikan dan menjadi akhir dari segala-galanya.  Namun kematian Yesus adalah bagian dari rencana Bapa untuk menyelamatkan manusia, meskipun cara kematian Yesus itu tampak memalukan, hina dan sangat menyakitkan seperti tertulis:  "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"  (Galatia 3:13).

     Ada rencana Bapa di balik kematian Yesus yang sangat tragis ini.  "...Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri."  (Ibrani 13:12).  Yesus harus menanggung penderitaan begitu hebat, supaya kita yang percaya kepadaNya diselamatkan;  kematianNya adalah untuk menyelamatkan orang berdosa.  Sekalipun harus menghadapi maut Yesus tetap taat kepada Bapa, bahkan dengan tegas Ia menyatakan,  "Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran;"  (Yohanes 18:37).  Saat tergantung di kayu salib  "... seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air."  (Yohanes 19:34).  Darah dan air adalah tanda anugerah pembersihan dan kuasa pengampunan yang tersedia untuk setiap orang yang percaya kepadaNya;  dan saat Yesus berkata,  "Sudah selesai."  (Yohanes 19:30), maka keselamatan bagi manusia sudah digenapiNya.

     Melalui pengorbanan Yesus perseteruan antara Allah dan manusia oleh karena dosa sudah dihapuskan dan diperdamaikan.  "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"  (Roma 5:10).  Jadi Yesus adalah korban pendamaian antara manusia dengan Allah.  Dengan demikian hutang dosa kita telah dibayar lunas  "...bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).

"...kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus."  Ibrani 10:10

Thursday, April 17, 2014

AYUB: Hidup yang Saleh

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2014

Baca:  Ayub 1:1-22

"Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  Ayub 1:1

Ayub beroleh pujian dari Tuhan karena hidupnya berkenan di hati Tuhan.  Jika Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa Ayub adalah orang yang saleh, jujur dan menjauhi kejahatan, berarti ia benar-benar tidak tercela, baik dalam perkataan dan perbuatan.  Ayub memiliki kehidupan yang benar luar-dalam, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan.  Tuhan sendirilah yang menilainya.  Luar biasa!

     Kita bisa saja berlagak suci dan benar di hadapan manusia seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Saduki, tapi di pemandangan Tuhan tidak, karena tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya.  "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Inilah penilaian Tuhan terhadap ahli Taurat dan orang Saduki:  "Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:28).

     Meski masalah mendera hidupnya secara bertubi-tubi Ayub tetap memelihara hidupnya dalam kebenaran.  Terbukti ketika harta bendanya ludes dan anak-anaknya meninggal ia tetap mampu menjaga sikap hatinya, tidak bereaksi negatif, bahkan dalam perkataan sekali pun.  "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."  (Ayub 1:21-22).  Bahkan ketika isterinya marah dan menyuruhnya menghujat Tuhan, Ayub tidak menuruti, malah ia sangat marah:  "'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."  (Ayub 2:10).  Kesalehan hidup Ayub ini patut diteladani oleh setiap orang percaya yang hidup di akhir zaman ini.

Hidup yang saleh adalah sebuah persembahan hidup yang sangat berharga di mata Tuhan dan menyenangkan hatiNya!

Wednesday, April 16, 2014

HIDUP BERCAHAYA: Pelayanan Pendamaian

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2014

Baca:  Yesaya 62:1-12

"Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu,"  Yesaya 62:2

Sebagai anak-anak terang sudah seharusnya kehidupan kita bercahaya di tengah-tengah dunia yang diliputi kegelapan ini.  Bagaimana bisa bercahaya?  Yaitu apabila kita tidak lagi hidup  "...menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki."  (Galatia 5:16-17).  Hanya karena jamahan Roh Kuduslah kita dimungkinkan menerima firman Tuhan dengan hati terbuka, lemah lembut dan antusias.  Saat tanah hati kita sudah bersih dari kerikil atau bebatuan, benih firman yang ditabur itu akan bertunas, tumbuh subur dan kemudian berbuah lebat.  Maka dari kehidupan kita akan ke luar buah Roh yaitu  "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."  (Galatia 5:22-23).

     Hidup yang becahaya tidak bergantung musim yang ada, tapi di segala situasi dan keadaan.  Masalah, penderitaan atau kesesakan takkan mempengaruhi sikap hati kita bahwa  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13), sehingga apa pun yang terjadi kita tetap bisa bersukacita dan mengucap syukur.  Yusuf adalah contoh orang yang hidupnya bercahaya.  Meski berada dalam tekanan dan penderitaan ia tetap tampil sebagai pemenang dan menjadi berkat bagi orang lain.  Apa kuncinya?  Hidup melekat kepada Tuhan sehingga Roh Tuhan senantiasa memenuhi hidup Yusuf.  Penuh dengan Roh Kudus bukan sekedar berkata-kata dalam bahasa lidah, namun hidup yang sepenuhnya dikendalikan Roh Kudus.

     Semakin kita bercahaya semakin besar kerinduan kita melayani Tuhan dan bersaksi kepada orang lain.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Mengapa kita harus bersaksi?  Karena kita ini adalah utusan-utusan Kristus, sebagaimana  "...Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya..."  (2 Korintus 5:18)

...maka Tuhan pun mengutus kita untuk mengerjakan pelayanan pendamaian sebagai saksi-saksiNya.

Tuesday, April 15, 2014

BERCAHAYAKAH HIDUP KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2014

Baca:  Matius 5:13-16

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  Matius 5:16

Setiap orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat wajib memiliki kehidupan yang Alkitabiah, artinya selaras dengan ajaran dan nilai-nilai kebenaran.

     Kehidupan yang Alkitabiah juga berarti kehidupan yang meneladani kristus, sebab  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Untuk hidup sama seperti Kristus hidup ada harga yang harus dibayar!  Akan tetapi tidaklah mustahil bagi orang percaya untuk hidup seperti Kristus, sebab ada  "...Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;"  (Yohanes 16:13), dan  "...Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  (Yohanes 14:26).  Karena itu kita harus membuka hati dan mengijinkan Roh Kudus ada di dalam hati kita, membuka akal kita dan memberikan pengertian kepada kita tentang kebenaran firman Tuhan.  Jika Roh Kudus ada di dalam hati kita, firman Tuhan yang kita dengar atau baca akan tertanam dalam hati kita, kebenaranNya meresap dalam jiwa kita sehingga kerohanian kita makin diperbaharui.  Tunduklah kepada pimpinan Roh Kudus, maka kehidupan kita akan dituntun dan dibawaNya kepada kehidupan yang serupa dengan Kristus.  Saat kehidupan kita serupa dengan Kristus, saat itu pula kehidupan tampak bercahaya di tengah-tengah dunia ini.  Kehidupan bercahaya meliputi seluruh aspek kehidupan kita  (sikap, cara hidup, tutur kata dan perbuatan), sehingga dunia bisa melihat dan mengenal Kristus di dalam kita.

     Amat disesalkan, masih banyak orang Kristen yang hidupnya justru tidak bercahaya karena mereka hidup dalam kegelapan dan serupa dengan orang-orang dunia, padahal Tuhan Yesus telah memanggil kita ke luar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib  (baca  1 Petrus 2:9).  Jadi,  "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,"  (Efesus 5:8).

"...jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari."  Amsal 4:18

Monday, April 14, 2014

MENGASIHI TUHAN: Mencintai FirmanNya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2014

Baca:  Mazmur 19:1-15

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman."  Mazmur 19:8

Penulis Amsal mengingatkan,  "Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka."  (Amsal 4:20-22).

     Rugi besar jika kita meremehkan firman Tuhan karena itulah kunci hidup berkemenangan dan diberkati.  Tuhan berkata kepada Yosua,  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).  Mendengarkan firman, merenungkannya siang dan malam, serta melakukannya adalah kunci mengalami penggenapan janji-janji Tuhan.  Tidak semua orang Kristen menyadari hal ini.  Inginnya hanya menikmati berkat-berkat Tuhan tapi tidak peduli dan mengabaikan firman Tuhan.  Jangan pernah berkata kita mengasihi Tuhan jika kita tidak mencintai firmanNya.  Mari belajar dari Daud yang begitu mengasihi Tuhan dan mencintai firmanNya.  "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. "  (Mazmur 119:97), sehingga Daud mengalami perkara-perkara besar dalam hidupnya.

     Jika kita merasa bosan, jenuh, tidak punya rasa haus dan lapar akan firman Tuhan berarti ada ketidakberesan dalam hidup kita, sementara kegiatan-kegiatan duniawi, hobi, hiburan, televisi, surat kabar dan sebagainya lebih menarik hati dan menjadi  'magnet'  tersendiri bagi kita.  Lalu kita pun mencari-cari alasan untuk menyalahkan pendeta:  isi khotbahnya tidak menarik, tidak berbobot, terlalu bertele-tele dan sebagainya, padahal masalah sesungguhnya ada pada diri kita sendiri.  Salah satu tanda orang yang mengasihi Tuhan adalah mencintai dan menghargai firman Tuhan, tak peduli siapa yang menyampaikannya.

     Daud mengakui bahwa Taurat Tuhan itu  "...lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah."  Mazmur 19:11

Sunday, April 13, 2014

JANGAN REMEHKAN FIRMAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2014

Baca:  Bilangan 21:4-9

"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."  Bilangan 21:5

Yang dimaksud bangsa Israel makanan hambar itu adalah manna, yaitu makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun,  "...warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu."  (Keluaran 16:31).

     Orang-orang Israel mengungkapkan rasa kecewa dan marahnya kepada Musa yang telah membawa mereka ke luar dari Mesir, yang sama artinya dengan melawan dan menentang Tuhan, karena Musa adalah orang yang dipilih Tuhan untuk membawa mereka ke luar dari negeri perbudakan itu.  Mereka juga merasa bosan dan muak dengan makanan yang sama yang setiap hari dikirim Tuhan dari sorga.  Manna atau roti sorga adalah gambaran dari firman Tuhan, makanan rohani bagi orang percaya.  Ada tertulis:  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).  Bangsa Israel tidak menghargai berkat dari Tuhan, firmanNya pun diabaikan mereka.  Akhirnya mereka sendiri harus menanggung akibatnya:  "Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati."  (Bilangan 21:6).

     Dewasa ini banyak di antara kita berperilaku seperti bangsa Israel:  merasa bosan dan muak terhadap makanan rohani.  jangankan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah saja kita sudah malas.  "Firmannya itu lagi, itu lagi.  Bosan ah!"  Kita tidak mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan.  Begitu mendengar firman yang keras kita langsung naik pitam, marah, sakit hati dan tersinggung.  Ini menunjukkan bahwa kita masih mencintai  'Mesir'  dan enggan beranjak pergi.  Mesir adalah gambaran dari kehidupan duniawi  (kedagingan).  Kita lebih memilih menjadi budak di Mesir atau dikuasai oleh kedagingan daripada tunduk kepada pimpinan Tuhan.  Alkitab menegaskan:  "Dahulu memang kamu hamba dosa,"  (Roma 6:17b), tapi di dalam Kristus  "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:18).

Jika sampai hari ini kita masih meremehkan firman Tuhan, segeralah bertobat sebelum kita menuai akibatnya!

Saturday, April 12, 2014

DAMPAK MENDENGAR FIRMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2014

Baca:  Yesaya 42:18-25

"Engkau melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar."  Yesaya 42:20

Ketika hamba Tuhan menyampaikan khotbah di gereja ada banyak jemaat yang kurang sungguh-sungguh memperhatikan.  Ada yang tertidur pulas, asyik mengunyah permen, sibuk bbm-an atau mengobrol, ada juga yang kelihatannya diam tapi pikiran berkelana menjelajah bumi.  Kita tidak mendengarkan firman Tuhan dengan seksama.  Dampaknya:  kita tidak mengalami kemajuan rohani, iman lemah dan mudah sekali jatuh dalam dosa.  Alkitab menegaskan:  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17)  dan  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Hasilnya akan berbeda bila kita mau mendengarkan dan memperhatikan firman dengan seksama.  Ibarat benih yang ditaburkan di tanah yang baik, benih itu akan berbuah,  "...ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."  (Matius 13:23).

     Di tengah dunia yang kian bergelora ini kita sangat membutuhkan firman Tuhan sebagai penuntun langkah hidup kita setiap hari, karena  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Semakin kita mempertajam pendengaran akan firman Tuhan, iman kita akan semakin kuat di dalamNya.  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  (Ibrani 11:6a).  Sebaliknya, saat kita terus membuka telinga untuk perkara-perkara dunia ini, maka pikiran dan perbuatan kita pun akan semakin duniawi, sebab situasi di sekeliling dan apa yang terlihat mata sangat mudah mempengaruhi kita  "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."  (1 Yohanes 2:16-17).

     Tuhan ingin kita senantiasa memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi, karena keberadaan kita di bumi ini hanyalah sementara.

"Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan."  Mazmur 119:16

Friday, April 11, 2014

BAYARLAH UTANGMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2014

Baca:  Mazmur 37:1-40

"Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah."  Mazmur 37:21

Salah satu akibat ketidakmampuan mengelola keuangan dengan baik adalah memiliki banyak utang.  Adakalanya  'berutang'  dijadikan orang sebagai hal yang biasa, atau menjadi kebiasaan.

     Apakah berutang itu dosa?  Memang tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa berutang itu dosa.  Kalau berutang itu dosa berarti orang percaya tidak boleh memberi pinjaman kepada orang lain, sedangkan tertulis demikian:  "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu."  (Matius 5:42).  Kita berdosa kepada Tuhan apabila berutang kepada orang lain dan tidak membayar  (mengembalikan)  utang tersebut, bahkan pemazmur menyebutnya sebagai orang fasik.  Maka dari itu  "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga,"  (Roma 13:8).  Walaupun utang bukanlah perbuatan dosa, akan tetapi sangat berbahaya, dan utang yang tidak dikembalikan akan menjadi dosa.  Berutang bukanlah kehendak Tuhan bagi anak-anakNya.  Rencana Tuhan bagi orang percaya adalah menjadi berkat bagi orang lain dengan memberi pinjaman, bukan meminjam.  "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman."  (Ulangan 28:12).

     Mulai sekarang buatlah perencanaan keuangan keluarga dengan baik dan pastikan bahwa setiap utang yang ada pada kita terbayar terlebih dahulu.  Inilah yang harus kita utamakan, karena Tuhan sangat menentang keras orang yang punya utang tapi tidak mau membayarnya.  Tidak sedikit orang Kristen yang berlaku demikian:  berutang sana-sini tapi tidak mau melunasinya sehingga menjadi bahan omongan orang atau tetangga.  Bagaimana kita dapat menjadi berkat bagi orang lain?  Kita malahan akan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang belum percaya.  Aturlah keuangan dengan baik agar kita dapat membayar setiap tagihan atau utang kita dengan tepat waktu, jangan sampai kita ingkar.

Tidak mau disebut orang fasik?  Bayarlah utangmu segera!

Thursday, April 10, 2014

MENGELOLA BERKAT TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2014

Baca:  1 Tawarikh 29:10-19

"Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."  1 Tawarikh 29:12

Harta kekayaan adalah sepenuhnya milik Tuhan, sementara kita hanya dipercaya Tuhan untuk mengelolanya.  Tuhan adalah pemilik dan kita adalah pengelola.  Siapa pun yang berusaha untuk menjadi pemilik harta itu akan mengalami banyak masalah.

     Seseorang yang mencoba memiliki harta kekayaan akan dikuasai oleh cinta uang, padahal Alkitab menyatakan bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.  Tuhan tidak melarang kita untuk menjadi kaya, tapi Ia tidak menghendaki kita cinta akan uang.  "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  (1 Timotius 6:10).  Ketika kita cinta uang, uang itu akan menjadi tuan atas kita.  Dan  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkotbah 5:9).  Ada kalima bijak mengatakan:  "Uang adalah hamba yang baik, tetapi juga tuan yang jahat."  Bagaimana  supaya kita tidak dikuasai oleh uang?  Kita harus belajar mengelola uang tersebut sebaik mungkin.  Ketahuilah bahwa kemampuan seseorang dalam mengelola harta yang dipercayakan Tuhan merupakan kekuatan untuk memperoleh harta itu sendiri.  Jadi saat kita mampu mengelola uang atau harta dengan baik, berkat Tuhan akan semakin dilimpahkan, sebab besarnya berkat Tuhan itu seiring dengan seberapa besar tanggung jawab kita terhadap harta yang dipercayakan Tuhan kepada kita.  Artinya Tuhan hanya akan mempercayakan hartaNya sesuai dengan kesetiaan kita dalam mengelola harta tersebut.  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10a).

     Ingin dipercaya untuk perkara-perkara besar?  Belajarlah setia dalam perkara-perkara kecil, salah satunya adalah urusan uang atau harta.  Setiap rupiah yang berada di tangan kita adalah sebuah kepercayaan Tuhan, karena itu kelolalah dengan baik dan penuh tanggung jawab.

"...jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?"  Lukas 16:11

Wednesday, April 9, 2014

INGIN MENJADI KAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2014

Baca:  Amsal 23:1-35

"Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini."  Amsal 23:4

Setiap kita pasti percaya bahwa Tuhan itu berkuasa dan sanggup melakukan mujizat.  Tidak ada perkara yang tak dapat dilakukanNya.  Ia selalu punya cara untuk menolong dan memberkati umatNya dan jalan-jalanNya itu selalu heran dan ajaib.  Amin!

     Namun dalam hal kekayaan, Tuhan tidak pernah memberikan kepada umatNya melalui cara-cara yang instan, simsalabim atau sulap.  Jika sulap didasarkan pada trik dan ketidakbenaran, maka mujizat didasarkan pada kebenaran.  Namun cara instan inilah yang sedang dicari oleh orang-orang dunia.  Banyak orang berbondong-bondong mencari jalan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang superkilat ini.  Ada yang menyalahgunakan jabatan dengan melakukan tindakan korupsi atau suap, ada pula yang sampai terlibat dalam praktek perdukunan  (kuasa gelap).  Mereka berbondong-bondong datang kepada dukun, orang pintar, paranormal untuk meminta kekayaan secara mistik, yang ia percayai dapat melipagandakan uang dan sebagainya.  Tidak sedikit pula orang Kristen yang dangkal imannya turut tergiur dengan tawaran-tawaran yang demikian dan akhirnya mereka pun terjerumus di jalan yang sesat ini.  Padahal  "...orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman."  (Amsal 28:20).

     Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita terbawa arus orang-orang dunia yang begitu gampangnya diperdaya oleh tipu muslihat Iblis yang menawarkan segala kemewahan, karena kita memiliki Tuhan Yesus yang adalah sumber berkat.  Tuhan Yesus sendiri berkata,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10).  Rasul Paulus juga menegaskan,  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).  Asalkan kita menempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup ini dan kita hidup menurut kehendakNya, tidak ada yang harus kita kuatirkan, berkat-berkatNya pasti akan dicurahkan dalam hidup kita, sebab ada tertulis:  "Berkat ada di atas kepala orang benar,"  (Amsal 10:6), dan  "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  (Amsal 10:22).

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  Matius 6:33

Tuesday, April 8, 2014

BERBUAH MELALUI PEKERJAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2014

Baca:  Filipi 1:12-26

"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  Filipi 1:22a

Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, baik itu di bidang konvensional  (sekuler)  maupun dalam pekerjaan kerohanian  (pelayanan).  Mana yang lebih penting?  Kedua-duanya sama pentingnya di mata Tuhan.  "Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah."  (Titus 3:14).

     Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri dan keluarga, dengan bekerja kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain.  Mustahil kita bisa memberi atau berbagi dengan sesama bila kita tidak bekerja atau tidak berpenghasilan.  Selain itu kita juga harus bekerja untuk pekerjaan Tuhan.  Tidak harus menjadi fulltimer di ladang Tuhan, tetapi kita dapat mendukung pekerjaan Tuhan dengan berkat yang telah kita terima dariNya.  "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  (Amsal 3:9-10).

     Ingin menjadi orang Kristen yang diberkati dan berbuah?  Kuncinya adalah bekerja dan lakukan pekerjaan tersebut dengan baik.  Bukankah masih ada orang Kristen yang mengharapkan berkat dari Tuhan, sementara ia sendiri tidak mau melakukan sesuatu?  Ada tertulis:  "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman."  (Ulangan 28:12).  Kata segala pekerjaanmu mengandung arti ada sesuatu yang kita kerjakan.  Jadi di mana pun kita bekerja, bekerjalah dengan semangat dan sepenuh hati.  Taruhlah minat yang besar terhadap pekerjaan kita dan jadilah pekerja yang taat di segala situasi dan di setiap waktu.  Seringkali kita menjadikan pekerjaan itu sebagai beban sehingga kita tidak menyukainya, bosan dan jenuh, bekerja pun menjadi sangat lamban.  Bagaimana kita bisa diberkati jika demikian?

"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,"  Pengkotbah 9:10

Monday, April 7, 2014

MENJADI PEKERJA YANG BAIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 April 2014

Baca:  Efesus 6:1-9

"Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,"  Efesus 6:5

Setiap orang percaya seharusnya menjadi teladan di mana pun mereka berada, tak terkecuali di dunia kerja.  Apa pun profesi kita, kita harus menjadi pribadi yang berbeda, sebab standar utama dalam bekerja adalah bekerja seperti untuk Tuhan.  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).  Bila kita menyadari bahwa melalui pekerjaan yang kita lakukan kita sedang bekerja untuk Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada Tuhan, kita tidak akan sembrono dan asal-asalan dalam bekerja.  Sebaliknya, kita akan bekerja dengan segenap hati dan sebaik mungkin.

     Sebagai orang Kristen, apa pun tugas yang dipercayakan kepada kita harus kita kerjakan dengan setia dan taat.  Taat berarti bekerja sesuai aturan yang ada, jujur, penuh tanggung jawab dan tidak bermalas-malasan.  Jangan sampai kita bekerja sungguh-sungguh hanya saat ada bos  (pimpinan) saja;  ada atau tidak bos di tempat, kita harus bekerja sebaik mungkin.  "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia."  (Efesus 6:6-7).

     Ingat, Tuhan selalu memperhatikan apa yang kita kerjakan dan Ia akan memperhitungkan semuanya.  "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya."  (Kolose 3:24).  Karena itu kita harus bertekad menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh atasan kita.  Jangan suka menunda-nunda waktu.  Apa yang bisa dikerjakan saat itu, kerjakan dengan segera, jangan tunggu sampai esok.  Tidak sedikit pula orang yang bekerja dengan mengomel alias bersungut-sungut sebagai tanda bahwa ia melakukan pekerjaan tersebut dengan setengah hati atau terpaksa.  Bisa dipastikan jika seseorang bekerja dengan setengah hati  (terpaksa), hasil kerjanya juga tidak akan maksimal.

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,"  Filipi 2:14

Sunday, April 6, 2014

HARUS BEKERJA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 April 2014

Baca:  Kejadian 2:8-25

"TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu."  Kejadian 2:15

Bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan hidup kita, memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan dan membantu sesama, bila kita tidak bekerja?  Banyak orang salah dalam memahami arti hidup karena percaya  (iman).  Mereka berpikir bahwa hidup karena percaya berarti tidak perlu lagi bekerja dan berusaha, cukup berdoa saja, maka uang itu akan turun dengan sendirinya dari langit.  Benarkah demikian?  Ada tertulis:  "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).  Memang, Tuhan selalu punya cara untuk menolong dan memberkati kita, namun Ia menghendaki kita bekerja.  Itulah bagian yang harus kita kerjakan.  Jadi, bekerja adalah perintah Tuhan!  Bahkan, perintah untuk bekerja sudah ditetapkan Tuhan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.

     Kata mengusahakan dan memelihara  (ayat nas)  berarti mengerjakan sesuatu  (bekerja).  Saat itu manusia pertama diperintahkan Tuhan untuk mengurus taman Eden dan segala isinya.  Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menginginkan manusia yang diciptakanNya menjadi orang yang malas.  Bahkan Alkitab dengan keras menentang orang yang malas:  "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring"  (Amsal 6:9-10).

     Tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan berusaha, karena Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala hal yang dapat menunjang aktivitas hidup sehari-hari.  Kita diciptakan Tuhan dengan tujuan berkarya dan melakukan pekerjaan baik.  "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Amsal 6:9-10).  Itulah sebabnya Paulus menasihati,  "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  (2 Tesalonika 3:10).  Dengan bekerja, selain dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita juga tidak akan menjadi beban bagi orang lain.  Jika kita mau bekerja dan berusaha, Tuhan pasti akan memberkati apa yang kita lakukan.

"Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."  Yohanes 5:17