Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2014
Baca: Matius 10:1-4
"...memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan." Matius 10:1
Saat ini pertikaian, kekacauan, perselisihan, konflik, kerusuhan, permusuhan terjadi di mana-mana, tidak hanya melanda kehidupan orang-orang dunia tapi juga keluarga-keluarga Kristen dan gereja Tuhan. Semuanya hasil serangan setan dan roh-roh jahat.
Begitu pula dengan mewabahnya sakit-penyakit, musibah atau kematian juga seringkali disebabkan oleh serangan-serangan si Iblis seperti yang menimpa anak-anak Ayub. "maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu
dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda
itu, sehingga mereka mati." (Ayub 1:19). Ayub pun tidak luput dari serangan. "Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan
barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya." (Ayub 2:7). Dalam kondisi seperti ini apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus berfirman, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:" (Matius 26:41). Kita harus ekstra waspada, berdoa dan berjaga-jaga senantiasa supaya kita selalu berada dalam perlindungan Tuhan. Dalam Lukas 10:17 dikatakan, "...setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." (Lukas 10:17). Dalam nama Yesus dan karena Roh kudus kita dapat menang terhadap serangan Iblis. Kepada setiap orang percaya telah diberikan kuasa untuk mengusir Iblis dan pasukannya dalam nama Tuhan Yesus, dan kuasa untuk menghancurkan pekerjaan Iblis itu adalah Roh Kudus. Dialah yang akan menyertai kita di sepanjang umur hidup kita, bahkan sampai kesudahan zaman.
Maukah kita hidup di pimpin oleh Roh Kudus setiap hari? Banyak orang Kristen yang mengalami hadirat Roh Kudus hanya sekali seminggu saja pada waktu beribadah di gereja. Selebihnya mereka hidup menurut kemauan sendiri, lepas dari pimpinan Tuhan. Itulah sebabnya mereka mengalami jatuh bangun dalam iman, padahal Roh Kudus datang untuk menyatakan kemuliaanNya dan hendak menyertai kita setiap hari sampai selama-lamanya.
Jadilah orang Kristen yang mau dituntun oleh Roh Kudus supaya kita menang dalam peperangan rohani setiap hari!
Sunday, April 27, 2014
Saturday, April 26, 2014
PERANG MELAWAN IBLIS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2014
Baca: Matius 13:36-43
"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis." Matius 13:39a
Iblis adalah musuh yang tidak kelihatan tapi ada di mana-mana di sekeliling manusia. Iblis dan segala roh jahat yang ada di udara adalah musuh manusia yang sangat luar biasa. Rasul Paulus berkata, "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12).
Semua orang percaya terlibat dalam peperangan rohani ini. Dalam aksinya Iblis terus berusaha untuk menabur benih-benih negatif, melemahkan, menjatuhkan dan menghancurkan umat Tuhan di segala sudut kehidupan. Peperangan melawan Iblis dan pasukannya adalah peperangan yang paling berbahaya dan jauh lebih berat dari peperangan apa pun yang ada di dunia nyata. Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadarinya sehingga mereka tetap saja santai dalam menjalani kehidupan rohaninya: berdoa ogah-ogahan, baca Alkitab malas, ibadah asal-asalah, melayani Tuhan pun enggan. Jika demikian bagaimana mungkin kita bisa menang dalam peperangan ini?
Kalau tidak hidup dalam pimpinan Roh Kudus, berjalan bersamaNya dan makin melekat kepada Tuhan, kita tidak akan tahan menghadapi gempuran-gempuran Iblis. Kita akan terjebak dalam perangkap dan jeratnya sebab Iblis adalah penipu yang sangat licik, "...ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." (Yohanes 8:44), yang bisa memakai topeng seperti malaikat terang, padahal ia "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum..." (1 Petrus 5:8). Itulah sebabnya rasul Paulus tidak mau bermegah terhadap diri sendiri karena sadar bahwa ia banyak kelemahan dan keterbatasan. "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan...Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2 Korintus 12:9b-10). Kepada siapa seharusnya kita bermegah? "...kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita." (Mazmur 20:8).
Hanya dengan kuasa Roh Kudus yang ada di dalam kita dan di dalam nama Tuhan Yesus kita dapat mengusir Iblis dan mengalahkannya. "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (Filipi 2:10).
Baca: Matius 13:36-43
"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis." Matius 13:39a
Iblis adalah musuh yang tidak kelihatan tapi ada di mana-mana di sekeliling manusia. Iblis dan segala roh jahat yang ada di udara adalah musuh manusia yang sangat luar biasa. Rasul Paulus berkata, "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12).
Semua orang percaya terlibat dalam peperangan rohani ini. Dalam aksinya Iblis terus berusaha untuk menabur benih-benih negatif, melemahkan, menjatuhkan dan menghancurkan umat Tuhan di segala sudut kehidupan. Peperangan melawan Iblis dan pasukannya adalah peperangan yang paling berbahaya dan jauh lebih berat dari peperangan apa pun yang ada di dunia nyata. Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadarinya sehingga mereka tetap saja santai dalam menjalani kehidupan rohaninya: berdoa ogah-ogahan, baca Alkitab malas, ibadah asal-asalah, melayani Tuhan pun enggan. Jika demikian bagaimana mungkin kita bisa menang dalam peperangan ini?
Kalau tidak hidup dalam pimpinan Roh Kudus, berjalan bersamaNya dan makin melekat kepada Tuhan, kita tidak akan tahan menghadapi gempuran-gempuran Iblis. Kita akan terjebak dalam perangkap dan jeratnya sebab Iblis adalah penipu yang sangat licik, "...ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." (Yohanes 8:44), yang bisa memakai topeng seperti malaikat terang, padahal ia "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum..." (1 Petrus 5:8). Itulah sebabnya rasul Paulus tidak mau bermegah terhadap diri sendiri karena sadar bahwa ia banyak kelemahan dan keterbatasan. "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan...Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2 Korintus 12:9b-10). Kepada siapa seharusnya kita bermegah? "...kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita." (Mazmur 20:8).
Hanya dengan kuasa Roh Kudus yang ada di dalam kita dan di dalam nama Tuhan Yesus kita dapat mengusir Iblis dan mengalahkannya. "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (Filipi 2:10).
Friday, April 25, 2014
ROH KUDUS: Roh Penghibur
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2014
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." Matius 5:4
Roh Kudus adalah Roh Penghibur dan Penolong bagi umatNya. Ia diutus oleh Bapa di sorga untuk menyertai, menolong dan menghibur orang percaya dalam perjuangan hidup di dunia ini, lembah air mata yang penuh masalah, kesulitan, tekanan, penderitaan yang menghadirkan duka dan kepedihan. Musa mengakui bahwa kebanggaan hidup manusia "...adalah kesukaran dan penderitaan;" (Mazmur 90:10). Ini semua adalah ulah Iblis, si pencuri yang datang "... hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Yohanes pun menambahkan, "Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." (Yohanes 5:19).
Rasul Paulus adalah contoh orang yang mengalami dan merasakan ganasnya kehidupan ini. Ia harus menghadapi banyak kesulitan, tekanan, penderitaan, bahkan aniaya dalam pelayanannya, namun ia bisa berkata, "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Kekuatan Paulus bukan karena ia mampu, tapi karena Roh Kudus yang selalu menghibur dan menguatkan dia. Jangan pernah kecewa, putus asa, apalagi sampai undur dari Tuhan hanya karena masalah yang sedang menimpa. Datang kepada Yesus dan serahkan semua beban permasalahan itu kepadaNya. Dia mengajak, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Percayalah bahwa setiap masalah dan pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita. Tuhan tahu secara persis sebatas mana kekuatan kita. Pada saatnya Tuhan pasti akan menolong dan memberikan jalan ke luar sehingga kita dapat menanggungnya (baca 1 Korintus 10:13). Tuhan berjanji, "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4).
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" Roma 8:35
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." Matius 5:4
Roh Kudus adalah Roh Penghibur dan Penolong bagi umatNya. Ia diutus oleh Bapa di sorga untuk menyertai, menolong dan menghibur orang percaya dalam perjuangan hidup di dunia ini, lembah air mata yang penuh masalah, kesulitan, tekanan, penderitaan yang menghadirkan duka dan kepedihan. Musa mengakui bahwa kebanggaan hidup manusia "...adalah kesukaran dan penderitaan;" (Mazmur 90:10). Ini semua adalah ulah Iblis, si pencuri yang datang "... hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Yohanes pun menambahkan, "Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." (Yohanes 5:19).
Rasul Paulus adalah contoh orang yang mengalami dan merasakan ganasnya kehidupan ini. Ia harus menghadapi banyak kesulitan, tekanan, penderitaan, bahkan aniaya dalam pelayanannya, namun ia bisa berkata, "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Kekuatan Paulus bukan karena ia mampu, tapi karena Roh Kudus yang selalu menghibur dan menguatkan dia. Jangan pernah kecewa, putus asa, apalagi sampai undur dari Tuhan hanya karena masalah yang sedang menimpa. Datang kepada Yesus dan serahkan semua beban permasalahan itu kepadaNya. Dia mengajak, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Percayalah bahwa setiap masalah dan pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita. Tuhan tahu secara persis sebatas mana kekuatan kita. Pada saatnya Tuhan pasti akan menolong dan memberikan jalan ke luar sehingga kita dapat menanggungnya (baca 1 Korintus 10:13). Tuhan berjanji, "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4).
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" Roma 8:35
Thursday, April 24, 2014
PENUH ROH KUDUS: Menaklukkan Kedagingan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2014
Baca: Galatia 5:16-26
"...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." Galatia 5:16
Roh Kudus adalah Roh yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada kita. Peranan Roh Kudus adalah untuk menyertai, menuntun, mengajar dan memimpin kehidupan orang percaya. Tuhan Yesus berkata, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Janji Bapa tentang Roh Kudus itu sudah digenapi: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah," (1 Korintus 6:19). Roh Kudus tinggal di dalam kehidupan orang percaya. Apabila Roh Kudus berdiam dan bekerja di dalam kita, perkara yang heran pasti terjadi. Kehidupan kita pasti diubahkan, dari yang biasa menjadi luar biasa.
Untuk memiliki kehidupan yang luar biasa (extraordinary), kita harus membuat pilihan hidup yang benar yaitu hidup penuh dengan Roh Kudus, bukan mabuk anggur, "...karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh," (Efesus 5:18). Tuhan tahu bahwa manusia mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan, karena itu Ia memberikan RohNya supaya kita yang lemah beroleh kekuatan dan kesanggupan, apalagi kehidupan Kristen adalah suatu pergumulan, perjuangan dan peperangan melawan dosa. Inilah konflik batin yang kita alami! Namun "...jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat." (Galatia 5:18). Jelas bahwa dosa yang ada di dalam daging (hawa nafsu) tidak dapat dilawan dengan kekuatan sendiri. Dosa itu hanya dapat dihancurkan oleh kuasa Roh Kudus apabila kita menyerahkan tubuh kita sepenuhnya kepada Tuhan untuk menjadi baitNya. Ketika kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai korban yang hidup dan kudus, RohNya akan memenuhi kita dan berkarya di dalam kita sehingga segala aspek kehidupan kita (tubuh, jiwa dan roh) benar-benar di bawah kendali Roh Kudus.
Inilah yang disebut berjalan dengan Roh Kudus. Saat kita berjalan dengan Roh Kudus kehidupan kita akan menghasilkan buah-buah Roh, dan itu merupakan awal memasuki kehidupan yang berkemenangan dan penuh mujizat.
Tanpa Roh Kudus kita tak mampu menang dalam pergumulan hidup ini!
Baca: Galatia 5:16-26
"...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." Galatia 5:16
Roh Kudus adalah Roh yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada kita. Peranan Roh Kudus adalah untuk menyertai, menuntun, mengajar dan memimpin kehidupan orang percaya. Tuhan Yesus berkata, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Janji Bapa tentang Roh Kudus itu sudah digenapi: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah," (1 Korintus 6:19). Roh Kudus tinggal di dalam kehidupan orang percaya. Apabila Roh Kudus berdiam dan bekerja di dalam kita, perkara yang heran pasti terjadi. Kehidupan kita pasti diubahkan, dari yang biasa menjadi luar biasa.
Untuk memiliki kehidupan yang luar biasa (extraordinary), kita harus membuat pilihan hidup yang benar yaitu hidup penuh dengan Roh Kudus, bukan mabuk anggur, "...karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh," (Efesus 5:18). Tuhan tahu bahwa manusia mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan, karena itu Ia memberikan RohNya supaya kita yang lemah beroleh kekuatan dan kesanggupan, apalagi kehidupan Kristen adalah suatu pergumulan, perjuangan dan peperangan melawan dosa. Inilah konflik batin yang kita alami! Namun "...jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat." (Galatia 5:18). Jelas bahwa dosa yang ada di dalam daging (hawa nafsu) tidak dapat dilawan dengan kekuatan sendiri. Dosa itu hanya dapat dihancurkan oleh kuasa Roh Kudus apabila kita menyerahkan tubuh kita sepenuhnya kepada Tuhan untuk menjadi baitNya. Ketika kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai korban yang hidup dan kudus, RohNya akan memenuhi kita dan berkarya di dalam kita sehingga segala aspek kehidupan kita (tubuh, jiwa dan roh) benar-benar di bawah kendali Roh Kudus.
Inilah yang disebut berjalan dengan Roh Kudus. Saat kita berjalan dengan Roh Kudus kehidupan kita akan menghasilkan buah-buah Roh, dan itu merupakan awal memasuki kehidupan yang berkemenangan dan penuh mujizat.
Tanpa Roh Kudus kita tak mampu menang dalam pergumulan hidup ini!
Wednesday, April 23, 2014
MENANG ATAS PENCOBAAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2014
Baca: Lukas 4:1-13
"Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun." Lukas 4:1
Sebelum segala janji Allah tergenapi dalam diri Yesus, Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun selama 40 hari 40 malam untuk berdoa dan berpuasa.
Di padang gurun inilah Yesus masuk dalam proses ujian. Roh Kudus hendak membuktikan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menghancurkan pekerjaan Iblis dan meremukkan kepala ular (baca Kejadian 3:15). Maka datanglah Iblis mencobai Yesus dengan tiga perkara: 1. Yesus diminta mengubah batu menjadi roti. "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (ayat 3). 2. Yesus diminta menyembah Iblis. "...jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." (ayat 7). 3. Yesus diperintahkan menjatuhkan diri dari atas bumbungan Bait Allah. "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah," (ayat 9). Inilah ujian dan pencobaan hebat yang harus dihadapi Yesus, namun Ia tampil sebagai pemenang. Kemenangan Yesus disebabkan karena Roh Kudus menguatkan Dia, sehingga setiap panah pencobaan yang diarahkan Iblis terhadapNya dapat ditangkis dengan firman. Ia selalu berkata, "Ada tertulis:..."
Di tengah dunia yang jahat ini setiap orang percaya tanpa terkecuali diperhadapkan dengan banyak sekali ujian dan pencobaan, "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Bila kita tidak melekat kepada Tuhan dan bersandar kepada Roh Kudus kita tidak akan mampu menahan gempuran Iblis. Hanya dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat bertahan dan beroleh kekuatan untuk melawan. Karena itu jangan lewati hari tanpa kita membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena saat membaca dan merenungkan firman kita akan mempunyai pola pikir dan keinginan Tuhan. Kita tidak lagi menjalani kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan kekuatan dan tuntunan firman Tuhan sehingga iman kita akan semakin kuat dan Iblis pun tidak tahan menghadapi kita.
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." Mazmur 119:9
Baca: Lukas 4:1-13
"Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun." Lukas 4:1
Sebelum segala janji Allah tergenapi dalam diri Yesus, Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun selama 40 hari 40 malam untuk berdoa dan berpuasa.
Di padang gurun inilah Yesus masuk dalam proses ujian. Roh Kudus hendak membuktikan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menghancurkan pekerjaan Iblis dan meremukkan kepala ular (baca Kejadian 3:15). Maka datanglah Iblis mencobai Yesus dengan tiga perkara: 1. Yesus diminta mengubah batu menjadi roti. "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (ayat 3). 2. Yesus diminta menyembah Iblis. "...jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." (ayat 7). 3. Yesus diperintahkan menjatuhkan diri dari atas bumbungan Bait Allah. "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah," (ayat 9). Inilah ujian dan pencobaan hebat yang harus dihadapi Yesus, namun Ia tampil sebagai pemenang. Kemenangan Yesus disebabkan karena Roh Kudus menguatkan Dia, sehingga setiap panah pencobaan yang diarahkan Iblis terhadapNya dapat ditangkis dengan firman. Ia selalu berkata, "Ada tertulis:..."
Di tengah dunia yang jahat ini setiap orang percaya tanpa terkecuali diperhadapkan dengan banyak sekali ujian dan pencobaan, "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Bila kita tidak melekat kepada Tuhan dan bersandar kepada Roh Kudus kita tidak akan mampu menahan gempuran Iblis. Hanya dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat bertahan dan beroleh kekuatan untuk melawan. Karena itu jangan lewati hari tanpa kita membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena saat membaca dan merenungkan firman kita akan mempunyai pola pikir dan keinginan Tuhan. Kita tidak lagi menjalani kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan kekuatan dan tuntunan firman Tuhan sehingga iman kita akan semakin kuat dan Iblis pun tidak tahan menghadapi kita.
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." Mazmur 119:9
Tuesday, April 22, 2014
MENGIKUTI JEJAK AYUB (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2014
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup" 2 Petrus 3:11
Mungkin kita merasa diri hina dan sudah tidak layak di hadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita yang tak terbilang banyaknya. "Mungkinkah Tuhan mau menerimaku lagi? Mana mungkin aku bisa hidup saleh seperti Ayub?" Tidak ada kata terlambat!
Daud dan Petrus, yang memiliki sejarah kelam, sanggup dipulihkan Tuhan dan dipakai hidupnya sebagai alat kemuliaanNya. Kita pun memiliki kesempatan yang sama. FirmanNya, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kunci hidup saleh adalah takut akan Tuhan. "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkotbah 12:13). Takut akan Tuhan berarti kita sadar bahwa Tuhan selalu mengikuti dan melihat apa yang kita perbuat, sehingga sekalipun ada kesempatan untuk berbuat dosa, kita tidak melakukannya. Takut akan Tuhan berarti juga "...tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh," (Mazmur 1:11).
Mengapa harus menjauhi kejahatan? Karena kita tidak kebal dari dosa dan masih hidup dalam tubuh daging. Kita tahu daging cenderung melakukan segala hal yang bertentangan dengan firman. Kalau kita berkomitmen hidup saleh, sebelum jatuh dalam dosa kita harus lari menjauh dari dosa seperti Yusuf, lari dari godaan isteri Potifar. "Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." (Kejadian 39:12). Tertulis: "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Hidup saleh berarti kita berkomitmen menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, bersikap tegas dan tidak lagi berkompromi dengan dosa.
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup" 2 Petrus 3:11
Mungkin kita merasa diri hina dan sudah tidak layak di hadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita yang tak terbilang banyaknya. "Mungkinkah Tuhan mau menerimaku lagi? Mana mungkin aku bisa hidup saleh seperti Ayub?" Tidak ada kata terlambat!
Daud dan Petrus, yang memiliki sejarah kelam, sanggup dipulihkan Tuhan dan dipakai hidupnya sebagai alat kemuliaanNya. Kita pun memiliki kesempatan yang sama. FirmanNya, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kunci hidup saleh adalah takut akan Tuhan. "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkotbah 12:13). Takut akan Tuhan berarti kita sadar bahwa Tuhan selalu mengikuti dan melihat apa yang kita perbuat, sehingga sekalipun ada kesempatan untuk berbuat dosa, kita tidak melakukannya. Takut akan Tuhan berarti juga "...tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh," (Mazmur 1:11).
Mengapa harus menjauhi kejahatan? Karena kita tidak kebal dari dosa dan masih hidup dalam tubuh daging. Kita tahu daging cenderung melakukan segala hal yang bertentangan dengan firman. Kalau kita berkomitmen hidup saleh, sebelum jatuh dalam dosa kita harus lari menjauh dari dosa seperti Yusuf, lari dari godaan isteri Potifar. "Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." (Kejadian 39:12). Tertulis: "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Hidup saleh berarti kita berkomitmen menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, bersikap tegas dan tidak lagi berkompromi dengan dosa.
Monday, April 21, 2014
MENGIKUTI JEJAK AYUB (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2014
Baca: Mazmur 37:1-40
"TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;" Mazmur 37:18
Inilah nasihat Yakobus, "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan." (Yakobus 5:10-11).
Hidup dalam kesalehan adalah kehendak Tuhan bagi semua orang percaya. Mungkinkah kita jadi orang saleh? "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Asal kita mau bertobat dengan sungguh, tidak ada perkara yang sukar, sebab Kristus telah memerdekakan kita dari dosa melalui pengorbananNya di kayu salib dan memberikan kepada kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (baca 2 Timotius 1:7), dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Daud pernah jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba (baca 2 Samuel 11). Namun setelah ditegur dan diperingatkan Natan, ia pun menyesal. Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19). Daud bangkit dari keterpurukannya dan berkomitmen hidup benar di hadapan Tuhan. Hidup Daud mengalami perubahan secara radikal, kasihnya kepada Tuhan pun tak diragukan lagi, ia pun kian intim dengan Tuhan. Inilah isi hati Tuhan terhadap Daud, "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22b). Petrus, juga pernah gagal dan menyakiti hati Tuhan karena menyangkal Tuhan 3 kali, tidak larut dalam penyesalan yang berkepanjangan. Ia segera bertobat dengan sungguh dan Tuhan memulihkan keadaannya. Akhirnya rencana Tuhan terhadap Petrus (sebagai penjala manusia) pun tergenapi.
Tidak ada kata terlambat untuk berubah dan menjadi orang saleh seperti Ayub!
Baca: Mazmur 37:1-40
"TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;" Mazmur 37:18
Inilah nasihat Yakobus, "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan." (Yakobus 5:10-11).
Hidup dalam kesalehan adalah kehendak Tuhan bagi semua orang percaya. Mungkinkah kita jadi orang saleh? "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Asal kita mau bertobat dengan sungguh, tidak ada perkara yang sukar, sebab Kristus telah memerdekakan kita dari dosa melalui pengorbananNya di kayu salib dan memberikan kepada kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (baca 2 Timotius 1:7), dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Daud pernah jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba (baca 2 Samuel 11). Namun setelah ditegur dan diperingatkan Natan, ia pun menyesal. Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19). Daud bangkit dari keterpurukannya dan berkomitmen hidup benar di hadapan Tuhan. Hidup Daud mengalami perubahan secara radikal, kasihnya kepada Tuhan pun tak diragukan lagi, ia pun kian intim dengan Tuhan. Inilah isi hati Tuhan terhadap Daud, "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22b). Petrus, juga pernah gagal dan menyakiti hati Tuhan karena menyangkal Tuhan 3 kali, tidak larut dalam penyesalan yang berkepanjangan. Ia segera bertobat dengan sungguh dan Tuhan memulihkan keadaannya. Akhirnya rencana Tuhan terhadap Petrus (sebagai penjala manusia) pun tergenapi.
Tidak ada kata terlambat untuk berubah dan menjadi orang saleh seperti Ayub!
Sunday, April 20, 2014
YESUS KRISTUS: Bangkit dan Hidup
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2014
Baca: 1 Korintus 15:12-34
"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." 1 Korintus 15:7
Yesus Kristus setelah disalibkan, mati dan dikuburkan, tubuhNya tidak lagi berada di dalam kubur pada hari yang ketiga meski kubur itu telah dimeteraikan dan dijaga oleh para tentara Roma, karena Yesus telah bangkit! Kubur itu benar-benar telah kosong. Malaikat menegaskan, "Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring." (Matius 28:6).
Sebagai bukti nyata bahwa Yesus telah bangkit adalah Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya dan meyakinkan bahwa tubuhNya itulah tubuh yang telah disalibkan. Yesus berkata, "Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku. Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka." (Lukas 24:39-40). Kepada Tomas Dia pun berkata, "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yohanes 20:27). Ini membuktikan bahwa kebangkitan Yesus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, jika tidak, tentu mayatNya akan tertinggal di dalam kubur itu. Maka jangan pernah ragu dan sangsikan peristiwa kebangkitan Yesus Kristus ini.
KebangkitanNya menjadi dasar iman Kristiani. Kalau Yesus Kristus tidak bangkit dari antara orang mati sia-sialah iman percaya kita, artinya kita akan menjadi orang-orang yang malang, dan tetap hidup dalam kutuk dan hukuman. KebangkitanNya juga sebagai bukti bahwa Dia adalah Allah yang hidup dan berkuasa. "Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya." (1 Korintus 15:27). Melalui kebangkitanNya pula kita menjadi orang-orang yang telah dibenarkanNya, sebab kalau saja Yesus tidak bangkit, melainkan tetap tinggal di dalam kubur, pekerjaan penebusan tidak akan pernah terjadi. Dengan demikian kita yang percaya kepadaNya beroleh jaminan kepastian bahwa kita nanti juga akan dibangkitkan dan memiliki kehidupan yang penuh pengharapan.
"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." Yohanes 11:25
Baca: 1 Korintus 15:12-34
"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." 1 Korintus 15:7
Yesus Kristus setelah disalibkan, mati dan dikuburkan, tubuhNya tidak lagi berada di dalam kubur pada hari yang ketiga meski kubur itu telah dimeteraikan dan dijaga oleh para tentara Roma, karena Yesus telah bangkit! Kubur itu benar-benar telah kosong. Malaikat menegaskan, "Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring." (Matius 28:6).
Sebagai bukti nyata bahwa Yesus telah bangkit adalah Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya dan meyakinkan bahwa tubuhNya itulah tubuh yang telah disalibkan. Yesus berkata, "Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku. Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka." (Lukas 24:39-40). Kepada Tomas Dia pun berkata, "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yohanes 20:27). Ini membuktikan bahwa kebangkitan Yesus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, jika tidak, tentu mayatNya akan tertinggal di dalam kubur itu. Maka jangan pernah ragu dan sangsikan peristiwa kebangkitan Yesus Kristus ini.
KebangkitanNya menjadi dasar iman Kristiani. Kalau Yesus Kristus tidak bangkit dari antara orang mati sia-sialah iman percaya kita, artinya kita akan menjadi orang-orang yang malang, dan tetap hidup dalam kutuk dan hukuman. KebangkitanNya juga sebagai bukti bahwa Dia adalah Allah yang hidup dan berkuasa. "Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya." (1 Korintus 15:27). Melalui kebangkitanNya pula kita menjadi orang-orang yang telah dibenarkanNya, sebab kalau saja Yesus tidak bangkit, melainkan tetap tinggal di dalam kubur, pekerjaan penebusan tidak akan pernah terjadi. Dengan demikian kita yang percaya kepadaNya beroleh jaminan kepastian bahwa kita nanti juga akan dibangkitkan dan memiliki kehidupan yang penuh pengharapan.
"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." Yohanes 11:25
Saturday, April 19, 2014
DARAH YESUS: Menutupi Dosa Kita
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2014
Baca: Mazmur 32:1-11
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!" Mazmur 32:1
Dalam Perjanjian Lama kita sering membaca tentang tabut perjanjian. Di atas tabut perjanjian tersebut terdapat penutup, yang disebut tutup pendamaian. "Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya." (Keluaran 25:17). Tutup pendamaian adalah lambang di mana Allah mencurahkan rahmat dan kasihNya, diartikan sebagai penutup dosa. Itulah lambang darah Yesus yang menutupi dosa umat manusia melalui kematianNya di Kalvari sehingga Allah disenangkan dan diperdamaikan dengan kita, sebab hutang dosa manusia telah dibayar lunas oleh Yesus. Yesus telah menjadi korban pendamaian sehingga keselamatan tersedia untuk semua orang.
Allah adalah Pribadi yang Mahasuci; Ia tidak dapat melihat dosa dan Ia menuntut hukuman atas dosa itu. Yesus Kristus telah mencurahkan darahNya menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita sebagai tutup pendamaian sehingga Allah tidak melihat dosa-dosa kita lagi. Kematian Yesus di atas kayu salib menjadi alasan bagi Allah yang adil untuk mengampuni manusia yang berdosa. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Yesus Kristus telah menebus dosa-dosa kita. Kata menebus berarti melepaskan dari perhambaan, tawanan bahkan kematian dengan pembayaran yaitu tebusan. DarahNya telah menjadi tebusan kita yang dipersembahkan kepada Allah supaya kita dilepaskan dari dosa dan maut. Artinya Yesus telah mengambil tempat kita, menanggung hukuman dosa kita dan mati menggantikan kita orang berdosa. Hukuman yang seharusnya kita terima telah ditanggungNya supaya kita terbebas dari hukuman itu.
Mari, jangan sekali-kali memandang remeh akan pengorbanan Kristus di atas kayu salib ini, di mana Ia menjelma menjadi manusia supaya Ia mati menggantikan kita, sebab hanya Dialah manusia yang benar-benar suci tanpa cacat cela.
Kristus mengorbankan nyawaNya menutupi dosa-dosa kita sehingga keselamatan diberikan kepada orang-orang berdosa yang mau bertobat dan percaya kepadaNya!
Baca: Mazmur 32:1-11
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!" Mazmur 32:1
Dalam Perjanjian Lama kita sering membaca tentang tabut perjanjian. Di atas tabut perjanjian tersebut terdapat penutup, yang disebut tutup pendamaian. "Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya." (Keluaran 25:17). Tutup pendamaian adalah lambang di mana Allah mencurahkan rahmat dan kasihNya, diartikan sebagai penutup dosa. Itulah lambang darah Yesus yang menutupi dosa umat manusia melalui kematianNya di Kalvari sehingga Allah disenangkan dan diperdamaikan dengan kita, sebab hutang dosa manusia telah dibayar lunas oleh Yesus. Yesus telah menjadi korban pendamaian sehingga keselamatan tersedia untuk semua orang.
Allah adalah Pribadi yang Mahasuci; Ia tidak dapat melihat dosa dan Ia menuntut hukuman atas dosa itu. Yesus Kristus telah mencurahkan darahNya menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita sebagai tutup pendamaian sehingga Allah tidak melihat dosa-dosa kita lagi. Kematian Yesus di atas kayu salib menjadi alasan bagi Allah yang adil untuk mengampuni manusia yang berdosa. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Yesus Kristus telah menebus dosa-dosa kita. Kata menebus berarti melepaskan dari perhambaan, tawanan bahkan kematian dengan pembayaran yaitu tebusan. DarahNya telah menjadi tebusan kita yang dipersembahkan kepada Allah supaya kita dilepaskan dari dosa dan maut. Artinya Yesus telah mengambil tempat kita, menanggung hukuman dosa kita dan mati menggantikan kita orang berdosa. Hukuman yang seharusnya kita terima telah ditanggungNya supaya kita terbebas dari hukuman itu.
Mari, jangan sekali-kali memandang remeh akan pengorbanan Kristus di atas kayu salib ini, di mana Ia menjelma menjadi manusia supaya Ia mati menggantikan kita, sebab hanya Dialah manusia yang benar-benar suci tanpa cacat cela.
Kristus mengorbankan nyawaNya menutupi dosa-dosa kita sehingga keselamatan diberikan kepada orang-orang berdosa yang mau bertobat dan percaya kepadaNya!
Friday, April 18, 2014
YESUS KRISTUS: Korban yang Sempurna
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2014
Baca: Ibrani 10:1-18
"Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan." Ibrani 10:14
Bagi manusia kematian dianggap sebagai suatu kejadian yang sangat mengerikan dan menjadi akhir dari segala-galanya. Namun kematian Yesus adalah bagian dari rencana Bapa untuk menyelamatkan manusia, meskipun cara kematian Yesus itu tampak memalukan, hina dan sangat menyakitkan seperti tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13).
Ada rencana Bapa di balik kematian Yesus yang sangat tragis ini. "...Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri." (Ibrani 13:12). Yesus harus menanggung penderitaan begitu hebat, supaya kita yang percaya kepadaNya diselamatkan; kematianNya adalah untuk menyelamatkan orang berdosa. Sekalipun harus menghadapi maut Yesus tetap taat kepada Bapa, bahkan dengan tegas Ia menyatakan, "Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran;" (Yohanes 18:37). Saat tergantung di kayu salib "... seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air." (Yohanes 19:34). Darah dan air adalah tanda anugerah pembersihan dan kuasa pengampunan yang tersedia untuk setiap orang yang percaya kepadaNya; dan saat Yesus berkata, "Sudah selesai." (Yohanes 19:30), maka keselamatan bagi manusia sudah digenapiNya.
Melalui pengorbanan Yesus perseteruan antara Allah dan manusia oleh karena dosa sudah dihapuskan dan diperdamaikan. "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:10). Jadi Yesus adalah korban pendamaian antara manusia dengan Allah. Dengan demikian hutang dosa kita telah dibayar lunas "...bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19).
"...kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." Ibrani 10:10
Baca: Ibrani 10:1-18
"Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan." Ibrani 10:14
Bagi manusia kematian dianggap sebagai suatu kejadian yang sangat mengerikan dan menjadi akhir dari segala-galanya. Namun kematian Yesus adalah bagian dari rencana Bapa untuk menyelamatkan manusia, meskipun cara kematian Yesus itu tampak memalukan, hina dan sangat menyakitkan seperti tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13).
Ada rencana Bapa di balik kematian Yesus yang sangat tragis ini. "...Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri." (Ibrani 13:12). Yesus harus menanggung penderitaan begitu hebat, supaya kita yang percaya kepadaNya diselamatkan; kematianNya adalah untuk menyelamatkan orang berdosa. Sekalipun harus menghadapi maut Yesus tetap taat kepada Bapa, bahkan dengan tegas Ia menyatakan, "Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran;" (Yohanes 18:37). Saat tergantung di kayu salib "... seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air." (Yohanes 19:34). Darah dan air adalah tanda anugerah pembersihan dan kuasa pengampunan yang tersedia untuk setiap orang yang percaya kepadaNya; dan saat Yesus berkata, "Sudah selesai." (Yohanes 19:30), maka keselamatan bagi manusia sudah digenapiNya.
Melalui pengorbanan Yesus perseteruan antara Allah dan manusia oleh karena dosa sudah dihapuskan dan diperdamaikan. "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:10). Jadi Yesus adalah korban pendamaian antara manusia dengan Allah. Dengan demikian hutang dosa kita telah dibayar lunas "...bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19).
"...kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." Ibrani 10:10
Thursday, April 17, 2014
AYUB: Hidup yang Saleh
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2014
Baca: Ayub 1:1-22
"Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." Ayub 1:1
Ayub beroleh pujian dari Tuhan karena hidupnya berkenan di hati Tuhan. Jika Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa Ayub adalah orang yang saleh, jujur dan menjauhi kejahatan, berarti ia benar-benar tidak tercela, baik dalam perkataan dan perbuatan. Ayub memiliki kehidupan yang benar luar-dalam, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan. Tuhan sendirilah yang menilainya. Luar biasa!
Kita bisa saja berlagak suci dan benar di hadapan manusia seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Saduki, tapi di pemandangan Tuhan tidak, karena tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Inilah penilaian Tuhan terhadap ahli Taurat dan orang Saduki: "Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).
Meski masalah mendera hidupnya secara bertubi-tubi Ayub tetap memelihara hidupnya dalam kebenaran. Terbukti ketika harta bendanya ludes dan anak-anaknya meninggal ia tetap mampu menjaga sikap hatinya, tidak bereaksi negatif, bahkan dalam perkataan sekali pun. "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut." (Ayub 1:21-22). Bahkan ketika isterinya marah dan menyuruhnya menghujat Tuhan, Ayub tidak menuruti, malah ia sangat marah: "'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10). Kesalehan hidup Ayub ini patut diteladani oleh setiap orang percaya yang hidup di akhir zaman ini.
Hidup yang saleh adalah sebuah persembahan hidup yang sangat berharga di mata Tuhan dan menyenangkan hatiNya!
Baca: Ayub 1:1-22
"Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." Ayub 1:1
Ayub beroleh pujian dari Tuhan karena hidupnya berkenan di hati Tuhan. Jika Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa Ayub adalah orang yang saleh, jujur dan menjauhi kejahatan, berarti ia benar-benar tidak tercela, baik dalam perkataan dan perbuatan. Ayub memiliki kehidupan yang benar luar-dalam, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan. Tuhan sendirilah yang menilainya. Luar biasa!
Kita bisa saja berlagak suci dan benar di hadapan manusia seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Saduki, tapi di pemandangan Tuhan tidak, karena tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Inilah penilaian Tuhan terhadap ahli Taurat dan orang Saduki: "Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).
Meski masalah mendera hidupnya secara bertubi-tubi Ayub tetap memelihara hidupnya dalam kebenaran. Terbukti ketika harta bendanya ludes dan anak-anaknya meninggal ia tetap mampu menjaga sikap hatinya, tidak bereaksi negatif, bahkan dalam perkataan sekali pun. "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut." (Ayub 1:21-22). Bahkan ketika isterinya marah dan menyuruhnya menghujat Tuhan, Ayub tidak menuruti, malah ia sangat marah: "'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10). Kesalehan hidup Ayub ini patut diteladani oleh setiap orang percaya yang hidup di akhir zaman ini.
Hidup yang saleh adalah sebuah persembahan hidup yang sangat berharga di mata Tuhan dan menyenangkan hatiNya!
Wednesday, April 16, 2014
HIDUP BERCAHAYA: Pelayanan Pendamaian
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2014
Baca: Yesaya 62:1-12
"Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu," Yesaya 62:2
Sebagai anak-anak terang sudah seharusnya kehidupan kita bercahaya di tengah-tengah dunia yang diliputi kegelapan ini. Bagaimana bisa bercahaya? Yaitu apabila kita tidak lagi hidup "...menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Galatia 5:16-17). Hanya karena jamahan Roh Kuduslah kita dimungkinkan menerima firman Tuhan dengan hati terbuka, lemah lembut dan antusias. Saat tanah hati kita sudah bersih dari kerikil atau bebatuan, benih firman yang ditabur itu akan bertunas, tumbuh subur dan kemudian berbuah lebat. Maka dari kehidupan kita akan ke luar buah Roh yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23).
Hidup yang becahaya tidak bergantung musim yang ada, tapi di segala situasi dan keadaan. Masalah, penderitaan atau kesesakan takkan mempengaruhi sikap hati kita bahwa "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13), sehingga apa pun yang terjadi kita tetap bisa bersukacita dan mengucap syukur. Yusuf adalah contoh orang yang hidupnya bercahaya. Meski berada dalam tekanan dan penderitaan ia tetap tampil sebagai pemenang dan menjadi berkat bagi orang lain. Apa kuncinya? Hidup melekat kepada Tuhan sehingga Roh Tuhan senantiasa memenuhi hidup Yusuf. Penuh dengan Roh Kudus bukan sekedar berkata-kata dalam bahasa lidah, namun hidup yang sepenuhnya dikendalikan Roh Kudus.
Semakin kita bercahaya semakin besar kerinduan kita melayani Tuhan dan bersaksi kepada orang lain. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Mengapa kita harus bersaksi? Karena kita ini adalah utusan-utusan Kristus, sebagaimana "...Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya..." (2 Korintus 5:18)
...maka Tuhan pun mengutus kita untuk mengerjakan pelayanan pendamaian sebagai saksi-saksiNya.
Baca: Yesaya 62:1-12
"Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu," Yesaya 62:2
Sebagai anak-anak terang sudah seharusnya kehidupan kita bercahaya di tengah-tengah dunia yang diliputi kegelapan ini. Bagaimana bisa bercahaya? Yaitu apabila kita tidak lagi hidup "...menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Galatia 5:16-17). Hanya karena jamahan Roh Kuduslah kita dimungkinkan menerima firman Tuhan dengan hati terbuka, lemah lembut dan antusias. Saat tanah hati kita sudah bersih dari kerikil atau bebatuan, benih firman yang ditabur itu akan bertunas, tumbuh subur dan kemudian berbuah lebat. Maka dari kehidupan kita akan ke luar buah Roh yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23).
Hidup yang becahaya tidak bergantung musim yang ada, tapi di segala situasi dan keadaan. Masalah, penderitaan atau kesesakan takkan mempengaruhi sikap hati kita bahwa "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13), sehingga apa pun yang terjadi kita tetap bisa bersukacita dan mengucap syukur. Yusuf adalah contoh orang yang hidupnya bercahaya. Meski berada dalam tekanan dan penderitaan ia tetap tampil sebagai pemenang dan menjadi berkat bagi orang lain. Apa kuncinya? Hidup melekat kepada Tuhan sehingga Roh Tuhan senantiasa memenuhi hidup Yusuf. Penuh dengan Roh Kudus bukan sekedar berkata-kata dalam bahasa lidah, namun hidup yang sepenuhnya dikendalikan Roh Kudus.
Semakin kita bercahaya semakin besar kerinduan kita melayani Tuhan dan bersaksi kepada orang lain. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Mengapa kita harus bersaksi? Karena kita ini adalah utusan-utusan Kristus, sebagaimana "...Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya..." (2 Korintus 5:18)
...maka Tuhan pun mengutus kita untuk mengerjakan pelayanan pendamaian sebagai saksi-saksiNya.
Tuesday, April 15, 2014
BERCAHAYAKAH HIDUP KITA?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2014
Baca: Matius 5:13-16
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Matius 5:16
Setiap orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat wajib memiliki kehidupan yang Alkitabiah, artinya selaras dengan ajaran dan nilai-nilai kebenaran.
Kehidupan yang Alkitabiah juga berarti kehidupan yang meneladani kristus, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Untuk hidup sama seperti Kristus hidup ada harga yang harus dibayar! Akan tetapi tidaklah mustahil bagi orang percaya untuk hidup seperti Kristus, sebab ada "...Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;" (Yohanes 16:13), dan "...Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26). Karena itu kita harus membuka hati dan mengijinkan Roh Kudus ada di dalam hati kita, membuka akal kita dan memberikan pengertian kepada kita tentang kebenaran firman Tuhan. Jika Roh Kudus ada di dalam hati kita, firman Tuhan yang kita dengar atau baca akan tertanam dalam hati kita, kebenaranNya meresap dalam jiwa kita sehingga kerohanian kita makin diperbaharui. Tunduklah kepada pimpinan Roh Kudus, maka kehidupan kita akan dituntun dan dibawaNya kepada kehidupan yang serupa dengan Kristus. Saat kehidupan kita serupa dengan Kristus, saat itu pula kehidupan tampak bercahaya di tengah-tengah dunia ini. Kehidupan bercahaya meliputi seluruh aspek kehidupan kita (sikap, cara hidup, tutur kata dan perbuatan), sehingga dunia bisa melihat dan mengenal Kristus di dalam kita.
Amat disesalkan, masih banyak orang Kristen yang hidupnya justru tidak bercahaya karena mereka hidup dalam kegelapan dan serupa dengan orang-orang dunia, padahal Tuhan Yesus telah memanggil kita ke luar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). Jadi, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8).
"...jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari." Amsal 4:18
Baca: Matius 5:13-16
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Matius 5:16
Setiap orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat wajib memiliki kehidupan yang Alkitabiah, artinya selaras dengan ajaran dan nilai-nilai kebenaran.
Kehidupan yang Alkitabiah juga berarti kehidupan yang meneladani kristus, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Untuk hidup sama seperti Kristus hidup ada harga yang harus dibayar! Akan tetapi tidaklah mustahil bagi orang percaya untuk hidup seperti Kristus, sebab ada "...Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;" (Yohanes 16:13), dan "...Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26). Karena itu kita harus membuka hati dan mengijinkan Roh Kudus ada di dalam hati kita, membuka akal kita dan memberikan pengertian kepada kita tentang kebenaran firman Tuhan. Jika Roh Kudus ada di dalam hati kita, firman Tuhan yang kita dengar atau baca akan tertanam dalam hati kita, kebenaranNya meresap dalam jiwa kita sehingga kerohanian kita makin diperbaharui. Tunduklah kepada pimpinan Roh Kudus, maka kehidupan kita akan dituntun dan dibawaNya kepada kehidupan yang serupa dengan Kristus. Saat kehidupan kita serupa dengan Kristus, saat itu pula kehidupan tampak bercahaya di tengah-tengah dunia ini. Kehidupan bercahaya meliputi seluruh aspek kehidupan kita (sikap, cara hidup, tutur kata dan perbuatan), sehingga dunia bisa melihat dan mengenal Kristus di dalam kita.
Amat disesalkan, masih banyak orang Kristen yang hidupnya justru tidak bercahaya karena mereka hidup dalam kegelapan dan serupa dengan orang-orang dunia, padahal Tuhan Yesus telah memanggil kita ke luar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). Jadi, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8).
"...jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari." Amsal 4:18
Monday, April 14, 2014
MENGASIHI TUHAN: Mencintai FirmanNya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2014
Baca: Mazmur 19:1-15
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman." Mazmur 19:8
Penulis Amsal mengingatkan, "Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka." (Amsal 4:20-22).
Rugi besar jika kita meremehkan firman Tuhan karena itulah kunci hidup berkemenangan dan diberkati. Tuhan berkata kepada Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Mendengarkan firman, merenungkannya siang dan malam, serta melakukannya adalah kunci mengalami penggenapan janji-janji Tuhan. Tidak semua orang Kristen menyadari hal ini. Inginnya hanya menikmati berkat-berkat Tuhan tapi tidak peduli dan mengabaikan firman Tuhan. Jangan pernah berkata kita mengasihi Tuhan jika kita tidak mencintai firmanNya. Mari belajar dari Daud yang begitu mengasihi Tuhan dan mencintai firmanNya. "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. " (Mazmur 119:97), sehingga Daud mengalami perkara-perkara besar dalam hidupnya.
Jika kita merasa bosan, jenuh, tidak punya rasa haus dan lapar akan firman Tuhan berarti ada ketidakberesan dalam hidup kita, sementara kegiatan-kegiatan duniawi, hobi, hiburan, televisi, surat kabar dan sebagainya lebih menarik hati dan menjadi 'magnet' tersendiri bagi kita. Lalu kita pun mencari-cari alasan untuk menyalahkan pendeta: isi khotbahnya tidak menarik, tidak berbobot, terlalu bertele-tele dan sebagainya, padahal masalah sesungguhnya ada pada diri kita sendiri. Salah satu tanda orang yang mengasihi Tuhan adalah mencintai dan menghargai firman Tuhan, tak peduli siapa yang menyampaikannya.
Daud mengakui bahwa Taurat Tuhan itu "...lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah." Mazmur 19:11
Baca: Mazmur 19:1-15
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman." Mazmur 19:8
Penulis Amsal mengingatkan, "Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka." (Amsal 4:20-22).
Rugi besar jika kita meremehkan firman Tuhan karena itulah kunci hidup berkemenangan dan diberkati. Tuhan berkata kepada Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Mendengarkan firman, merenungkannya siang dan malam, serta melakukannya adalah kunci mengalami penggenapan janji-janji Tuhan. Tidak semua orang Kristen menyadari hal ini. Inginnya hanya menikmati berkat-berkat Tuhan tapi tidak peduli dan mengabaikan firman Tuhan. Jangan pernah berkata kita mengasihi Tuhan jika kita tidak mencintai firmanNya. Mari belajar dari Daud yang begitu mengasihi Tuhan dan mencintai firmanNya. "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. " (Mazmur 119:97), sehingga Daud mengalami perkara-perkara besar dalam hidupnya.
Jika kita merasa bosan, jenuh, tidak punya rasa haus dan lapar akan firman Tuhan berarti ada ketidakberesan dalam hidup kita, sementara kegiatan-kegiatan duniawi, hobi, hiburan, televisi, surat kabar dan sebagainya lebih menarik hati dan menjadi 'magnet' tersendiri bagi kita. Lalu kita pun mencari-cari alasan untuk menyalahkan pendeta: isi khotbahnya tidak menarik, tidak berbobot, terlalu bertele-tele dan sebagainya, padahal masalah sesungguhnya ada pada diri kita sendiri. Salah satu tanda orang yang mengasihi Tuhan adalah mencintai dan menghargai firman Tuhan, tak peduli siapa yang menyampaikannya.
Daud mengakui bahwa Taurat Tuhan itu "...lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah." Mazmur 19:11
Sunday, April 13, 2014
JANGAN REMEHKAN FIRMAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2014
Baca: Bilangan 21:4-9
"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Bilangan 21:5
Yang dimaksud bangsa Israel makanan hambar itu adalah manna, yaitu makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun, "...warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu." (Keluaran 16:31).
Orang-orang Israel mengungkapkan rasa kecewa dan marahnya kepada Musa yang telah membawa mereka ke luar dari Mesir, yang sama artinya dengan melawan dan menentang Tuhan, karena Musa adalah orang yang dipilih Tuhan untuk membawa mereka ke luar dari negeri perbudakan itu. Mereka juga merasa bosan dan muak dengan makanan yang sama yang setiap hari dikirim Tuhan dari sorga. Manna atau roti sorga adalah gambaran dari firman Tuhan, makanan rohani bagi orang percaya. Ada tertulis: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Bangsa Israel tidak menghargai berkat dari Tuhan, firmanNya pun diabaikan mereka. Akhirnya mereka sendiri harus menanggung akibatnya: "Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati." (Bilangan 21:6).
Dewasa ini banyak di antara kita berperilaku seperti bangsa Israel: merasa bosan dan muak terhadap makanan rohani. jangankan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah saja kita sudah malas. "Firmannya itu lagi, itu lagi. Bosan ah!" Kita tidak mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan. Begitu mendengar firman yang keras kita langsung naik pitam, marah, sakit hati dan tersinggung. Ini menunjukkan bahwa kita masih mencintai 'Mesir' dan enggan beranjak pergi. Mesir adalah gambaran dari kehidupan duniawi (kedagingan). Kita lebih memilih menjadi budak di Mesir atau dikuasai oleh kedagingan daripada tunduk kepada pimpinan Tuhan. Alkitab menegaskan: "Dahulu memang kamu hamba dosa," (Roma 6:17b), tapi di dalam Kristus "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18).
Jika sampai hari ini kita masih meremehkan firman Tuhan, segeralah bertobat sebelum kita menuai akibatnya!
Baca: Bilangan 21:4-9
"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Bilangan 21:5
Yang dimaksud bangsa Israel makanan hambar itu adalah manna, yaitu makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun, "...warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu." (Keluaran 16:31).
Orang-orang Israel mengungkapkan rasa kecewa dan marahnya kepada Musa yang telah membawa mereka ke luar dari Mesir, yang sama artinya dengan melawan dan menentang Tuhan, karena Musa adalah orang yang dipilih Tuhan untuk membawa mereka ke luar dari negeri perbudakan itu. Mereka juga merasa bosan dan muak dengan makanan yang sama yang setiap hari dikirim Tuhan dari sorga. Manna atau roti sorga adalah gambaran dari firman Tuhan, makanan rohani bagi orang percaya. Ada tertulis: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Bangsa Israel tidak menghargai berkat dari Tuhan, firmanNya pun diabaikan mereka. Akhirnya mereka sendiri harus menanggung akibatnya: "Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati." (Bilangan 21:6).
Dewasa ini banyak di antara kita berperilaku seperti bangsa Israel: merasa bosan dan muak terhadap makanan rohani. jangankan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah saja kita sudah malas. "Firmannya itu lagi, itu lagi. Bosan ah!" Kita tidak mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan. Begitu mendengar firman yang keras kita langsung naik pitam, marah, sakit hati dan tersinggung. Ini menunjukkan bahwa kita masih mencintai 'Mesir' dan enggan beranjak pergi. Mesir adalah gambaran dari kehidupan duniawi (kedagingan). Kita lebih memilih menjadi budak di Mesir atau dikuasai oleh kedagingan daripada tunduk kepada pimpinan Tuhan. Alkitab menegaskan: "Dahulu memang kamu hamba dosa," (Roma 6:17b), tapi di dalam Kristus "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18).
Jika sampai hari ini kita masih meremehkan firman Tuhan, segeralah bertobat sebelum kita menuai akibatnya!
Saturday, April 12, 2014
DAMPAK MENDENGAR FIRMAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2014
Baca: Yesaya 42:18-25
"Engkau melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar." Yesaya 42:20
Ketika hamba Tuhan menyampaikan khotbah di gereja ada banyak jemaat yang kurang sungguh-sungguh memperhatikan. Ada yang tertidur pulas, asyik mengunyah permen, sibuk bbm-an atau mengobrol, ada juga yang kelihatannya diam tapi pikiran berkelana menjelajah bumi. Kita tidak mendengarkan firman Tuhan dengan seksama. Dampaknya: kita tidak mengalami kemajuan rohani, iman lemah dan mudah sekali jatuh dalam dosa. Alkitab menegaskan: "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17) dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Hasilnya akan berbeda bila kita mau mendengarkan dan memperhatikan firman dengan seksama. Ibarat benih yang ditaburkan di tanah yang baik, benih itu akan berbuah, "...ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:23).
Di tengah dunia yang kian bergelora ini kita sangat membutuhkan firman Tuhan sebagai penuntun langkah hidup kita setiap hari, karena "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Semakin kita mempertajam pendengaran akan firman Tuhan, iman kita akan semakin kuat di dalamNya. "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a). Sebaliknya, saat kita terus membuka telinga untuk perkara-perkara dunia ini, maka pikiran dan perbuatan kita pun akan semakin duniawi, sebab situasi di sekeliling dan apa yang terlihat mata sangat mudah mempengaruhi kita "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:16-17).
Tuhan ingin kita senantiasa memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi, karena keberadaan kita di bumi ini hanyalah sementara.
"Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan." Mazmur 119:16
Baca: Yesaya 42:18-25
"Engkau melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar." Yesaya 42:20
Ketika hamba Tuhan menyampaikan khotbah di gereja ada banyak jemaat yang kurang sungguh-sungguh memperhatikan. Ada yang tertidur pulas, asyik mengunyah permen, sibuk bbm-an atau mengobrol, ada juga yang kelihatannya diam tapi pikiran berkelana menjelajah bumi. Kita tidak mendengarkan firman Tuhan dengan seksama. Dampaknya: kita tidak mengalami kemajuan rohani, iman lemah dan mudah sekali jatuh dalam dosa. Alkitab menegaskan: "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17) dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Hasilnya akan berbeda bila kita mau mendengarkan dan memperhatikan firman dengan seksama. Ibarat benih yang ditaburkan di tanah yang baik, benih itu akan berbuah, "...ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:23).
Di tengah dunia yang kian bergelora ini kita sangat membutuhkan firman Tuhan sebagai penuntun langkah hidup kita setiap hari, karena "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Semakin kita mempertajam pendengaran akan firman Tuhan, iman kita akan semakin kuat di dalamNya. "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a). Sebaliknya, saat kita terus membuka telinga untuk perkara-perkara dunia ini, maka pikiran dan perbuatan kita pun akan semakin duniawi, sebab situasi di sekeliling dan apa yang terlihat mata sangat mudah mempengaruhi kita "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:16-17).
Tuhan ingin kita senantiasa memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi, karena keberadaan kita di bumi ini hanyalah sementara.
"Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan." Mazmur 119:16
Friday, April 11, 2014
BAYARLAH UTANGMU!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2014
Baca: Mazmur 37:1-40
"Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah." Mazmur 37:21
Salah satu akibat ketidakmampuan mengelola keuangan dengan baik adalah memiliki banyak utang. Adakalanya 'berutang' dijadikan orang sebagai hal yang biasa, atau menjadi kebiasaan.
Apakah berutang itu dosa? Memang tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa berutang itu dosa. Kalau berutang itu dosa berarti orang percaya tidak boleh memberi pinjaman kepada orang lain, sedangkan tertulis demikian: "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu." (Matius 5:42). Kita berdosa kepada Tuhan apabila berutang kepada orang lain dan tidak membayar (mengembalikan) utang tersebut, bahkan pemazmur menyebutnya sebagai orang fasik. Maka dari itu "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga," (Roma 13:8). Walaupun utang bukanlah perbuatan dosa, akan tetapi sangat berbahaya, dan utang yang tidak dikembalikan akan menjadi dosa. Berutang bukanlah kehendak Tuhan bagi anak-anakNya. Rencana Tuhan bagi orang percaya adalah menjadi berkat bagi orang lain dengan memberi pinjaman, bukan meminjam. "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman." (Ulangan 28:12).
Mulai sekarang buatlah perencanaan keuangan keluarga dengan baik dan pastikan bahwa setiap utang yang ada pada kita terbayar terlebih dahulu. Inilah yang harus kita utamakan, karena Tuhan sangat menentang keras orang yang punya utang tapi tidak mau membayarnya. Tidak sedikit orang Kristen yang berlaku demikian: berutang sana-sini tapi tidak mau melunasinya sehingga menjadi bahan omongan orang atau tetangga. Bagaimana kita dapat menjadi berkat bagi orang lain? Kita malahan akan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang belum percaya. Aturlah keuangan dengan baik agar kita dapat membayar setiap tagihan atau utang kita dengan tepat waktu, jangan sampai kita ingkar.
Tidak mau disebut orang fasik? Bayarlah utangmu segera!
Baca: Mazmur 37:1-40
"Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah." Mazmur 37:21
Salah satu akibat ketidakmampuan mengelola keuangan dengan baik adalah memiliki banyak utang. Adakalanya 'berutang' dijadikan orang sebagai hal yang biasa, atau menjadi kebiasaan.
Apakah berutang itu dosa? Memang tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa berutang itu dosa. Kalau berutang itu dosa berarti orang percaya tidak boleh memberi pinjaman kepada orang lain, sedangkan tertulis demikian: "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu." (Matius 5:42). Kita berdosa kepada Tuhan apabila berutang kepada orang lain dan tidak membayar (mengembalikan) utang tersebut, bahkan pemazmur menyebutnya sebagai orang fasik. Maka dari itu "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga," (Roma 13:8). Walaupun utang bukanlah perbuatan dosa, akan tetapi sangat berbahaya, dan utang yang tidak dikembalikan akan menjadi dosa. Berutang bukanlah kehendak Tuhan bagi anak-anakNya. Rencana Tuhan bagi orang percaya adalah menjadi berkat bagi orang lain dengan memberi pinjaman, bukan meminjam. "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman." (Ulangan 28:12).
Mulai sekarang buatlah perencanaan keuangan keluarga dengan baik dan pastikan bahwa setiap utang yang ada pada kita terbayar terlebih dahulu. Inilah yang harus kita utamakan, karena Tuhan sangat menentang keras orang yang punya utang tapi tidak mau membayarnya. Tidak sedikit orang Kristen yang berlaku demikian: berutang sana-sini tapi tidak mau melunasinya sehingga menjadi bahan omongan orang atau tetangga. Bagaimana kita dapat menjadi berkat bagi orang lain? Kita malahan akan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang belum percaya. Aturlah keuangan dengan baik agar kita dapat membayar setiap tagihan atau utang kita dengan tepat waktu, jangan sampai kita ingkar.
Tidak mau disebut orang fasik? Bayarlah utangmu segera!
Thursday, April 10, 2014
MENGELOLA BERKAT TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2014
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
"Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya." 1 Tawarikh 29:12
Harta kekayaan adalah sepenuhnya milik Tuhan, sementara kita hanya dipercaya Tuhan untuk mengelolanya. Tuhan adalah pemilik dan kita adalah pengelola. Siapa pun yang berusaha untuk menjadi pemilik harta itu akan mengalami banyak masalah.
Seseorang yang mencoba memiliki harta kekayaan akan dikuasai oleh cinta uang, padahal Alkitab menyatakan bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Tuhan tidak melarang kita untuk menjadi kaya, tapi Ia tidak menghendaki kita cinta akan uang. "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10). Ketika kita cinta uang, uang itu akan menjadi tuan atas kita. Dan "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia." (Pengkotbah 5:9). Ada kalima bijak mengatakan: "Uang adalah hamba yang baik, tetapi juga tuan yang jahat." Bagaimana supaya kita tidak dikuasai oleh uang? Kita harus belajar mengelola uang tersebut sebaik mungkin. Ketahuilah bahwa kemampuan seseorang dalam mengelola harta yang dipercayakan Tuhan merupakan kekuatan untuk memperoleh harta itu sendiri. Jadi saat kita mampu mengelola uang atau harta dengan baik, berkat Tuhan akan semakin dilimpahkan, sebab besarnya berkat Tuhan itu seiring dengan seberapa besar tanggung jawab kita terhadap harta yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Artinya Tuhan hanya akan mempercayakan hartaNya sesuai dengan kesetiaan kita dalam mengelola harta tersebut. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a).
Ingin dipercaya untuk perkara-perkara besar? Belajarlah setia dalam perkara-perkara kecil, salah satunya adalah urusan uang atau harta. Setiap rupiah yang berada di tangan kita adalah sebuah kepercayaan Tuhan, karena itu kelolalah dengan baik dan penuh tanggung jawab.
"...jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?" Lukas 16:11
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
"Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya." 1 Tawarikh 29:12
Harta kekayaan adalah sepenuhnya milik Tuhan, sementara kita hanya dipercaya Tuhan untuk mengelolanya. Tuhan adalah pemilik dan kita adalah pengelola. Siapa pun yang berusaha untuk menjadi pemilik harta itu akan mengalami banyak masalah.
Seseorang yang mencoba memiliki harta kekayaan akan dikuasai oleh cinta uang, padahal Alkitab menyatakan bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Tuhan tidak melarang kita untuk menjadi kaya, tapi Ia tidak menghendaki kita cinta akan uang. "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10). Ketika kita cinta uang, uang itu akan menjadi tuan atas kita. Dan "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia." (Pengkotbah 5:9). Ada kalima bijak mengatakan: "Uang adalah hamba yang baik, tetapi juga tuan yang jahat." Bagaimana supaya kita tidak dikuasai oleh uang? Kita harus belajar mengelola uang tersebut sebaik mungkin. Ketahuilah bahwa kemampuan seseorang dalam mengelola harta yang dipercayakan Tuhan merupakan kekuatan untuk memperoleh harta itu sendiri. Jadi saat kita mampu mengelola uang atau harta dengan baik, berkat Tuhan akan semakin dilimpahkan, sebab besarnya berkat Tuhan itu seiring dengan seberapa besar tanggung jawab kita terhadap harta yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Artinya Tuhan hanya akan mempercayakan hartaNya sesuai dengan kesetiaan kita dalam mengelola harta tersebut. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a).
Ingin dipercaya untuk perkara-perkara besar? Belajarlah setia dalam perkara-perkara kecil, salah satunya adalah urusan uang atau harta. Setiap rupiah yang berada di tangan kita adalah sebuah kepercayaan Tuhan, karena itu kelolalah dengan baik dan penuh tanggung jawab.
"...jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?" Lukas 16:11
Wednesday, April 9, 2014
INGIN MENJADI KAYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2014
Baca: Amsal 23:1-35
"Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini." Amsal 23:4
Setiap kita pasti percaya bahwa Tuhan itu berkuasa dan sanggup melakukan mujizat. Tidak ada perkara yang tak dapat dilakukanNya. Ia selalu punya cara untuk menolong dan memberkati umatNya dan jalan-jalanNya itu selalu heran dan ajaib. Amin!
Namun dalam hal kekayaan, Tuhan tidak pernah memberikan kepada umatNya melalui cara-cara yang instan, simsalabim atau sulap. Jika sulap didasarkan pada trik dan ketidakbenaran, maka mujizat didasarkan pada kebenaran. Namun cara instan inilah yang sedang dicari oleh orang-orang dunia. Banyak orang berbondong-bondong mencari jalan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang superkilat ini. Ada yang menyalahgunakan jabatan dengan melakukan tindakan korupsi atau suap, ada pula yang sampai terlibat dalam praktek perdukunan (kuasa gelap). Mereka berbondong-bondong datang kepada dukun, orang pintar, paranormal untuk meminta kekayaan secara mistik, yang ia percayai dapat melipagandakan uang dan sebagainya. Tidak sedikit pula orang Kristen yang dangkal imannya turut tergiur dengan tawaran-tawaran yang demikian dan akhirnya mereka pun terjerumus di jalan yang sesat ini. Padahal "...orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 28:20).
Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita terbawa arus orang-orang dunia yang begitu gampangnya diperdaya oleh tipu muslihat Iblis yang menawarkan segala kemewahan, karena kita memiliki Tuhan Yesus yang adalah sumber berkat. Tuhan Yesus sendiri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Rasul Paulus juga menegaskan, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19). Asalkan kita menempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup ini dan kita hidup menurut kehendakNya, tidak ada yang harus kita kuatirkan, berkat-berkatNya pasti akan dicurahkan dalam hidup kita, sebab ada tertulis: "Berkat ada di atas kepala orang benar," (Amsal 10:6), dan "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya." (Amsal 10:22).
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
Baca: Amsal 23:1-35
"Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini." Amsal 23:4
Setiap kita pasti percaya bahwa Tuhan itu berkuasa dan sanggup melakukan mujizat. Tidak ada perkara yang tak dapat dilakukanNya. Ia selalu punya cara untuk menolong dan memberkati umatNya dan jalan-jalanNya itu selalu heran dan ajaib. Amin!
Namun dalam hal kekayaan, Tuhan tidak pernah memberikan kepada umatNya melalui cara-cara yang instan, simsalabim atau sulap. Jika sulap didasarkan pada trik dan ketidakbenaran, maka mujizat didasarkan pada kebenaran. Namun cara instan inilah yang sedang dicari oleh orang-orang dunia. Banyak orang berbondong-bondong mencari jalan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang superkilat ini. Ada yang menyalahgunakan jabatan dengan melakukan tindakan korupsi atau suap, ada pula yang sampai terlibat dalam praktek perdukunan (kuasa gelap). Mereka berbondong-bondong datang kepada dukun, orang pintar, paranormal untuk meminta kekayaan secara mistik, yang ia percayai dapat melipagandakan uang dan sebagainya. Tidak sedikit pula orang Kristen yang dangkal imannya turut tergiur dengan tawaran-tawaran yang demikian dan akhirnya mereka pun terjerumus di jalan yang sesat ini. Padahal "...orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 28:20).
Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita terbawa arus orang-orang dunia yang begitu gampangnya diperdaya oleh tipu muslihat Iblis yang menawarkan segala kemewahan, karena kita memiliki Tuhan Yesus yang adalah sumber berkat. Tuhan Yesus sendiri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Rasul Paulus juga menegaskan, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19). Asalkan kita menempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup ini dan kita hidup menurut kehendakNya, tidak ada yang harus kita kuatirkan, berkat-berkatNya pasti akan dicurahkan dalam hidup kita, sebab ada tertulis: "Berkat ada di atas kepala orang benar," (Amsal 10:6), dan "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya." (Amsal 10:22).
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
Tuesday, April 8, 2014
BERBUAH MELALUI PEKERJAAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2014
Baca: Filipi 1:12-26
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:22a
Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, baik itu di bidang konvensional (sekuler) maupun dalam pekerjaan kerohanian (pelayanan). Mana yang lebih penting? Kedua-duanya sama pentingnya di mata Tuhan. "Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." (Titus 3:14).
Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri dan keluarga, dengan bekerja kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain. Mustahil kita bisa memberi atau berbagi dengan sesama bila kita tidak bekerja atau tidak berpenghasilan. Selain itu kita juga harus bekerja untuk pekerjaan Tuhan. Tidak harus menjadi fulltimer di ladang Tuhan, tetapi kita dapat mendukung pekerjaan Tuhan dengan berkat yang telah kita terima dariNya. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Ingin menjadi orang Kristen yang diberkati dan berbuah? Kuncinya adalah bekerja dan lakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Bukankah masih ada orang Kristen yang mengharapkan berkat dari Tuhan, sementara ia sendiri tidak mau melakukan sesuatu? Ada tertulis: "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman." (Ulangan 28:12). Kata segala pekerjaanmu mengandung arti ada sesuatu yang kita kerjakan. Jadi di mana pun kita bekerja, bekerjalah dengan semangat dan sepenuh hati. Taruhlah minat yang besar terhadap pekerjaan kita dan jadilah pekerja yang taat di segala situasi dan di setiap waktu. Seringkali kita menjadikan pekerjaan itu sebagai beban sehingga kita tidak menyukainya, bosan dan jenuh, bekerja pun menjadi sangat lamban. Bagaimana kita bisa diberkati jika demikian?
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga," Pengkotbah 9:10
Baca: Filipi 1:12-26
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:22a
Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, baik itu di bidang konvensional (sekuler) maupun dalam pekerjaan kerohanian (pelayanan). Mana yang lebih penting? Kedua-duanya sama pentingnya di mata Tuhan. "Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." (Titus 3:14).
Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri dan keluarga, dengan bekerja kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain. Mustahil kita bisa memberi atau berbagi dengan sesama bila kita tidak bekerja atau tidak berpenghasilan. Selain itu kita juga harus bekerja untuk pekerjaan Tuhan. Tidak harus menjadi fulltimer di ladang Tuhan, tetapi kita dapat mendukung pekerjaan Tuhan dengan berkat yang telah kita terima dariNya. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Ingin menjadi orang Kristen yang diberkati dan berbuah? Kuncinya adalah bekerja dan lakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Bukankah masih ada orang Kristen yang mengharapkan berkat dari Tuhan, sementara ia sendiri tidak mau melakukan sesuatu? Ada tertulis: "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman." (Ulangan 28:12). Kata segala pekerjaanmu mengandung arti ada sesuatu yang kita kerjakan. Jadi di mana pun kita bekerja, bekerjalah dengan semangat dan sepenuh hati. Taruhlah minat yang besar terhadap pekerjaan kita dan jadilah pekerja yang taat di segala situasi dan di setiap waktu. Seringkali kita menjadikan pekerjaan itu sebagai beban sehingga kita tidak menyukainya, bosan dan jenuh, bekerja pun menjadi sangat lamban. Bagaimana kita bisa diberkati jika demikian?
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga," Pengkotbah 9:10
Monday, April 7, 2014
MENJADI PEKERJA YANG BAIK
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 April 2014
Baca: Efesus 6:1-9
"Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus," Efesus 6:5
Setiap orang percaya seharusnya menjadi teladan di mana pun mereka berada, tak terkecuali di dunia kerja. Apa pun profesi kita, kita harus menjadi pribadi yang berbeda, sebab standar utama dalam bekerja adalah bekerja seperti untuk Tuhan. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Bila kita menyadari bahwa melalui pekerjaan yang kita lakukan kita sedang bekerja untuk Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada Tuhan, kita tidak akan sembrono dan asal-asalan dalam bekerja. Sebaliknya, kita akan bekerja dengan segenap hati dan sebaik mungkin.
Sebagai orang Kristen, apa pun tugas yang dipercayakan kepada kita harus kita kerjakan dengan setia dan taat. Taat berarti bekerja sesuai aturan yang ada, jujur, penuh tanggung jawab dan tidak bermalas-malasan. Jangan sampai kita bekerja sungguh-sungguh hanya saat ada bos (pimpinan) saja; ada atau tidak bos di tempat, kita harus bekerja sebaik mungkin. "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:6-7).
Ingat, Tuhan selalu memperhatikan apa yang kita kerjakan dan Ia akan memperhitungkan semuanya. "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:24). Karena itu kita harus bertekad menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh atasan kita. Jangan suka menunda-nunda waktu. Apa yang bisa dikerjakan saat itu, kerjakan dengan segera, jangan tunggu sampai esok. Tidak sedikit pula orang yang bekerja dengan mengomel alias bersungut-sungut sebagai tanda bahwa ia melakukan pekerjaan tersebut dengan setengah hati atau terpaksa. Bisa dipastikan jika seseorang bekerja dengan setengah hati (terpaksa), hasil kerjanya juga tidak akan maksimal.
"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," Filipi 2:14
Baca: Efesus 6:1-9
"Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus," Efesus 6:5
Setiap orang percaya seharusnya menjadi teladan di mana pun mereka berada, tak terkecuali di dunia kerja. Apa pun profesi kita, kita harus menjadi pribadi yang berbeda, sebab standar utama dalam bekerja adalah bekerja seperti untuk Tuhan. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Bila kita menyadari bahwa melalui pekerjaan yang kita lakukan kita sedang bekerja untuk Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada Tuhan, kita tidak akan sembrono dan asal-asalan dalam bekerja. Sebaliknya, kita akan bekerja dengan segenap hati dan sebaik mungkin.
Sebagai orang Kristen, apa pun tugas yang dipercayakan kepada kita harus kita kerjakan dengan setia dan taat. Taat berarti bekerja sesuai aturan yang ada, jujur, penuh tanggung jawab dan tidak bermalas-malasan. Jangan sampai kita bekerja sungguh-sungguh hanya saat ada bos (pimpinan) saja; ada atau tidak bos di tempat, kita harus bekerja sebaik mungkin. "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:6-7).
Ingat, Tuhan selalu memperhatikan apa yang kita kerjakan dan Ia akan memperhitungkan semuanya. "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:24). Karena itu kita harus bertekad menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh atasan kita. Jangan suka menunda-nunda waktu. Apa yang bisa dikerjakan saat itu, kerjakan dengan segera, jangan tunggu sampai esok. Tidak sedikit pula orang yang bekerja dengan mengomel alias bersungut-sungut sebagai tanda bahwa ia melakukan pekerjaan tersebut dengan setengah hati atau terpaksa. Bisa dipastikan jika seseorang bekerja dengan setengah hati (terpaksa), hasil kerjanya juga tidak akan maksimal.
"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," Filipi 2:14
Sunday, April 6, 2014
HARUS BEKERJA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 April 2014
Baca: Kejadian 2:8-25
"TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." Kejadian 2:15
Bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan hidup kita, memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan dan membantu sesama, bila kita tidak bekerja? Banyak orang salah dalam memahami arti hidup karena percaya (iman). Mereka berpikir bahwa hidup karena percaya berarti tidak perlu lagi bekerja dan berusaha, cukup berdoa saja, maka uang itu akan turun dengan sendirinya dari langit. Benarkah demikian? Ada tertulis: "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Memang, Tuhan selalu punya cara untuk menolong dan memberkati kita, namun Ia menghendaki kita bekerja. Itulah bagian yang harus kita kerjakan. Jadi, bekerja adalah perintah Tuhan! Bahkan, perintah untuk bekerja sudah ditetapkan Tuhan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
Kata mengusahakan dan memelihara (ayat nas) berarti mengerjakan sesuatu (bekerja). Saat itu manusia pertama diperintahkan Tuhan untuk mengurus taman Eden dan segala isinya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menginginkan manusia yang diciptakanNya menjadi orang yang malas. Bahkan Alkitab dengan keras menentang orang yang malas: "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" (Amsal 6:9-10).
Tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan berusaha, karena Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala hal yang dapat menunjang aktivitas hidup sehari-hari. Kita diciptakan Tuhan dengan tujuan berkarya dan melakukan pekerjaan baik. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Amsal 6:9-10). Itulah sebabnya Paulus menasihati, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Dengan bekerja, selain dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita juga tidak akan menjadi beban bagi orang lain. Jika kita mau bekerja dan berusaha, Tuhan pasti akan memberkati apa yang kita lakukan.
"Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Yohanes 5:17
Baca: Kejadian 2:8-25
"TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." Kejadian 2:15
Bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan hidup kita, memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan dan membantu sesama, bila kita tidak bekerja? Banyak orang salah dalam memahami arti hidup karena percaya (iman). Mereka berpikir bahwa hidup karena percaya berarti tidak perlu lagi bekerja dan berusaha, cukup berdoa saja, maka uang itu akan turun dengan sendirinya dari langit. Benarkah demikian? Ada tertulis: "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Memang, Tuhan selalu punya cara untuk menolong dan memberkati kita, namun Ia menghendaki kita bekerja. Itulah bagian yang harus kita kerjakan. Jadi, bekerja adalah perintah Tuhan! Bahkan, perintah untuk bekerja sudah ditetapkan Tuhan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
Kata mengusahakan dan memelihara (ayat nas) berarti mengerjakan sesuatu (bekerja). Saat itu manusia pertama diperintahkan Tuhan untuk mengurus taman Eden dan segala isinya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menginginkan manusia yang diciptakanNya menjadi orang yang malas. Bahkan Alkitab dengan keras menentang orang yang malas: "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" (Amsal 6:9-10).
Tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan berusaha, karena Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala hal yang dapat menunjang aktivitas hidup sehari-hari. Kita diciptakan Tuhan dengan tujuan berkarya dan melakukan pekerjaan baik. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Amsal 6:9-10). Itulah sebabnya Paulus menasihati, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Dengan bekerja, selain dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita juga tidak akan menjadi beban bagi orang lain. Jika kita mau bekerja dan berusaha, Tuhan pasti akan memberkati apa yang kita lakukan.
"Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Yohanes 5:17
Saturday, April 5, 2014
MEMBANTU SESAMA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 April 2014
Baca: 2 Korintus 8:1-15
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan." 2 Korintus 8:14
Adalah wajib bagi kita yang sudah berkeluarga untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga kita. Demikian juga jika orangtua kita sudah tidak mampu lagi untuk bekerja, kita juga berkewajiban untuk menopang kebutuhan orangtua kita.
Setelah kewajiban kepada Tuhan dan keluarga terpenuhi, kita melangkah ke tahap selanjutnya yaitu memperhatikan orang lain atau membantu sesama. Inilah nasihat Paulus, "Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu." (2 Korintus 8:12). Apa artinya? Dalam memberi kepada orang lain kita juga harus menyesuaikan dengan kemampuan kita. Setelah kebutuhan keluarga terpenuhi dan kita masih punya kelebihan, maka kelebihan itulah yang kita gunakan untuk menolong sesama. Jangan sebaliknya, kita menolong orang lain tapi keluarga sendiri kita korbankan: orangtua, anak, isteri terlantar dan hidup dalam kekurangan.
Kita yang hidup keberkatan wajib memperhatikan orang lain, terlebih-lebih terhadap mereka yang hidup dalam kekurangan, supaya 'kelebihan' yang kita miliki dapat mencukupkan kekurangan mereka. Janganlah kita menjadi orang Kristen yang egois, yang hanya mementingkan diri sendiri. Saudara seiman adalah orang pertama yang harus kita perhatikan sebagaimana dikatakan paulus, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:9-10).
Kita hanyalah pengelola atas berkat yang Tuhan percayakan, bukan pemilik. Jika menyadari hal ini kita tidak akan menjadi orang yang pelit atau kikir, tapi mempunyai hati yang terbeban terhadap orang lain sebagai wujud nyata kasih kita kepada sesama.
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" 1 Yohanes 3:17
Baca: 2 Korintus 8:1-15
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan." 2 Korintus 8:14
Adalah wajib bagi kita yang sudah berkeluarga untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga kita. Demikian juga jika orangtua kita sudah tidak mampu lagi untuk bekerja, kita juga berkewajiban untuk menopang kebutuhan orangtua kita.
Setelah kewajiban kepada Tuhan dan keluarga terpenuhi, kita melangkah ke tahap selanjutnya yaitu memperhatikan orang lain atau membantu sesama. Inilah nasihat Paulus, "Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu." (2 Korintus 8:12). Apa artinya? Dalam memberi kepada orang lain kita juga harus menyesuaikan dengan kemampuan kita. Setelah kebutuhan keluarga terpenuhi dan kita masih punya kelebihan, maka kelebihan itulah yang kita gunakan untuk menolong sesama. Jangan sebaliknya, kita menolong orang lain tapi keluarga sendiri kita korbankan: orangtua, anak, isteri terlantar dan hidup dalam kekurangan.
Kita yang hidup keberkatan wajib memperhatikan orang lain, terlebih-lebih terhadap mereka yang hidup dalam kekurangan, supaya 'kelebihan' yang kita miliki dapat mencukupkan kekurangan mereka. Janganlah kita menjadi orang Kristen yang egois, yang hanya mementingkan diri sendiri. Saudara seiman adalah orang pertama yang harus kita perhatikan sebagaimana dikatakan paulus, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:9-10).
Kita hanyalah pengelola atas berkat yang Tuhan percayakan, bukan pemilik. Jika menyadari hal ini kita tidak akan menjadi orang yang pelit atau kikir, tapi mempunyai hati yang terbeban terhadap orang lain sebagai wujud nyata kasih kita kepada sesama.
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" 1 Yohanes 3:17
Friday, April 4, 2014
MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 April 2014
Baca: 1 Timotius 5:1-16
"...jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman." 1 Timotius 5:8
Sekalipun uang yang kita dapatkan merupakan hasil jerih lelah kita sendiri, bukan berarti kita dapat mempergunakannya dengan sekehendak hati melainkan haruslah dengan bijak. Selain untuk Tuhan kita harus gunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga kita, jangan membelanjakan uang tersebut untuk hal-hal yang tidak bermanfaat (berfoya-foya). Firman Tuhan: "Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat." (Yesaya 55:2). Kebutuhan pokok (makan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan) jangan sampai kita abaikan, apalagi sampai berhutang dan 'gali lubang tutup lubang'.
Selagi masih produktif dan sehat mari gunakan kesempatan dan waktu yang ada untuk bekerja dan berusaha, supaya di usia tua nanti kita tidak mengalami kesulitan dalam keuangan dan menjadi susah. Contohlah Paulus, selain melayani Tuhan, ia juga bekerja sebagai pembuat tenda demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga untuk mendukung pelayanannya. "...dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku." (Kisah 20:34). Jadi, "...kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti." (2 Tesalonika 3:7-9).
Paulus sangat menentang orang yang tidak mau bekerja (malas), apalagi dalam usia produktif, dan hanya menjadi 'benalu' bagi orang lain. Itu sangat memalukan! Jadilah orang Kristen yang rajin bekerja supaya kebutuhan keluarga tercukupi.
"Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." Titus 3:14
Baca: 1 Timotius 5:1-16
"...jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman." 1 Timotius 5:8
Sekalipun uang yang kita dapatkan merupakan hasil jerih lelah kita sendiri, bukan berarti kita dapat mempergunakannya dengan sekehendak hati melainkan haruslah dengan bijak. Selain untuk Tuhan kita harus gunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga kita, jangan membelanjakan uang tersebut untuk hal-hal yang tidak bermanfaat (berfoya-foya). Firman Tuhan: "Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat." (Yesaya 55:2). Kebutuhan pokok (makan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan) jangan sampai kita abaikan, apalagi sampai berhutang dan 'gali lubang tutup lubang'.
Selagi masih produktif dan sehat mari gunakan kesempatan dan waktu yang ada untuk bekerja dan berusaha, supaya di usia tua nanti kita tidak mengalami kesulitan dalam keuangan dan menjadi susah. Contohlah Paulus, selain melayani Tuhan, ia juga bekerja sebagai pembuat tenda demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga untuk mendukung pelayanannya. "...dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku." (Kisah 20:34). Jadi, "...kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti." (2 Tesalonika 3:7-9).
Paulus sangat menentang orang yang tidak mau bekerja (malas), apalagi dalam usia produktif, dan hanya menjadi 'benalu' bagi orang lain. Itu sangat memalukan! Jadilah orang Kristen yang rajin bekerja supaya kebutuhan keluarga tercukupi.
"Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." Titus 3:14
Thursday, April 3, 2014
PERSEPULUHAN DAN PERSEMBAHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2014
Baca: Maleakhi 3:6-12
"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." Maleakhi 3:10
Tuhan telah menetapkan agar setiap orang percaya memberikan sepersepuluh dari penghasilan mereka sebagai wujud kasih, ketaatan dan iman kita kepadaNya.
Mengapa kita harus mengutamakan Tuhan? Karena uang yang kita terima adalah berkat dari Tuhan. Memang kita yang bekerja, tetapi jika Tuhan tidak memberikan kita hikmat, kecerdasan, kekuatan, kesehatan dan sebagainya, apa yang bisa kita perbuat? "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Dengan memberikan persepuluhan sebenarnya Tuhan sedang mendidik kita untuk memuliakan Dia dengan harta kita, bahkan dengan hasil pertama dari penghasilan kita dan Tuhan berjanji memberkati berkelimpahan. Berapa besar yang harus diberikan kepada Tuhan? Firman Tuhan katakan minimal 10% dari penghasilan kita, yang adalah milik Tuhan.
Inilah janji Tuhan bagi setiap kita yang memberikan sepersepuluh dengan taat dan setia, "Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:10-11). Maka, selalu sisihkanlah sepersepuluh dari berkat atau penghasilan kita sebagai persembahan persepuluhan ke bait kudusnya; bila kita memiliki berkat lebih, firman Tuhan mengajar kita memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan lain, misal: donatur pembangunan gereja, mendukung misi penginjilan, mensponsori atau menjadi orangtua asuh pelajar sekolah teologia dan sebagainya.
Percayalah bahwa setiap pengorbanan dan jerih lelah kita mendukung pekerjaan Tuhan di bumi ini tidak akan pernah sia-sia. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah berhutang, Ia akan mengembalikan itu dengan berlipat kali ganda. Oleh karena itu "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Sudahkah kita taat memberikan persepuluhan?
Baca: Maleakhi 3:6-12
"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." Maleakhi 3:10
Tuhan telah menetapkan agar setiap orang percaya memberikan sepersepuluh dari penghasilan mereka sebagai wujud kasih, ketaatan dan iman kita kepadaNya.
Mengapa kita harus mengutamakan Tuhan? Karena uang yang kita terima adalah berkat dari Tuhan. Memang kita yang bekerja, tetapi jika Tuhan tidak memberikan kita hikmat, kecerdasan, kekuatan, kesehatan dan sebagainya, apa yang bisa kita perbuat? "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Dengan memberikan persepuluhan sebenarnya Tuhan sedang mendidik kita untuk memuliakan Dia dengan harta kita, bahkan dengan hasil pertama dari penghasilan kita dan Tuhan berjanji memberkati berkelimpahan. Berapa besar yang harus diberikan kepada Tuhan? Firman Tuhan katakan minimal 10% dari penghasilan kita, yang adalah milik Tuhan.
Inilah janji Tuhan bagi setiap kita yang memberikan sepersepuluh dengan taat dan setia, "Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:10-11). Maka, selalu sisihkanlah sepersepuluh dari berkat atau penghasilan kita sebagai persembahan persepuluhan ke bait kudusnya; bila kita memiliki berkat lebih, firman Tuhan mengajar kita memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan lain, misal: donatur pembangunan gereja, mendukung misi penginjilan, mensponsori atau menjadi orangtua asuh pelajar sekolah teologia dan sebagainya.
Percayalah bahwa setiap pengorbanan dan jerih lelah kita mendukung pekerjaan Tuhan di bumi ini tidak akan pernah sia-sia. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah berhutang, Ia akan mengembalikan itu dengan berlipat kali ganda. Oleh karena itu "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Sudahkah kita taat memberikan persepuluhan?
Wednesday, April 2, 2014
MENGELOLA KEUANGAN: Prioritas dan Berhemat!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2014
Baca: Lukas 14:25-35
"Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" Lukas 14:28
Mengelola keuangan berarti bukan hanya pandai mengatur keuangan rumah tangga kita sehari-hari saja, tapi juga untuk masa mendatang. Tanda lain ketidakmampuan seseorang mengelola keuangan adalah tidak memiliki prioritas belanja yang benar.
Seringkali kita mengeluarkan uang bukan untuk hal-hal yang penting atau yang benar-benar kita butuhkan, tetapi sekedar memuaskan keinginan mata karena tergiur big sale atau promosi penjualan di supermarket/mall. Kita tidak dapat membedakan mana kebutuhan dan keinginan. "Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku." (Pengkotbah 2:10). Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita: makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bila keuangan kita belum mencukupi untuk hal-hal di luar kebutuhan pokok, janganlah kita memaksakan diri. Sedangkan keinginan bukanlah kebutuhan pokok. Jika belum dapat dipenuhi tidak akan mempengaruhi atau mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Keinginan itu sifatnya dapat ditunda. Seringkali kita berpikir, "Aku sudah berjerih lelah, wajarlah kalau aku ingin menikmatinya sesuka hati." Kemudian kita pun membelanjakan uang dengan tak terkendali dan menuruti segala keinginan, padahal hari-hari di depan kita masih panjang. Akhirnya ketika waktu baru berjalan pertengahan bulan kita kehabisan uang. Kita pun kelabakan dan akhirnya mencari pinjaman ke sana ke mari.
Supaya tidak terjadi hal-hal yang demikian kita harus bijak dalam mengelola keuangan dengan benar. Pengeluaran harus disesuaikan dengan pemasukan, jangan 'besar pasak daripada tiang'. Syukuri setiap berkat yang telah kita terima dengan rasa cukup. "... ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (1 Timotius 6:6). Persepuluhan dan kebutuhan hidup sehari-hari adalah prioritas.
Kemampuan mengelola keuangan dengan benar adalah bukti kita bisa dipercaya Tuhan!
Baca: Lukas 14:25-35
"Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" Lukas 14:28
Mengelola keuangan berarti bukan hanya pandai mengatur keuangan rumah tangga kita sehari-hari saja, tapi juga untuk masa mendatang. Tanda lain ketidakmampuan seseorang mengelola keuangan adalah tidak memiliki prioritas belanja yang benar.
Seringkali kita mengeluarkan uang bukan untuk hal-hal yang penting atau yang benar-benar kita butuhkan, tetapi sekedar memuaskan keinginan mata karena tergiur big sale atau promosi penjualan di supermarket/mall. Kita tidak dapat membedakan mana kebutuhan dan keinginan. "Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku." (Pengkotbah 2:10). Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita: makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bila keuangan kita belum mencukupi untuk hal-hal di luar kebutuhan pokok, janganlah kita memaksakan diri. Sedangkan keinginan bukanlah kebutuhan pokok. Jika belum dapat dipenuhi tidak akan mempengaruhi atau mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Keinginan itu sifatnya dapat ditunda. Seringkali kita berpikir, "Aku sudah berjerih lelah, wajarlah kalau aku ingin menikmatinya sesuka hati." Kemudian kita pun membelanjakan uang dengan tak terkendali dan menuruti segala keinginan, padahal hari-hari di depan kita masih panjang. Akhirnya ketika waktu baru berjalan pertengahan bulan kita kehabisan uang. Kita pun kelabakan dan akhirnya mencari pinjaman ke sana ke mari.
Supaya tidak terjadi hal-hal yang demikian kita harus bijak dalam mengelola keuangan dengan benar. Pengeluaran harus disesuaikan dengan pemasukan, jangan 'besar pasak daripada tiang'. Syukuri setiap berkat yang telah kita terima dengan rasa cukup. "... ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (1 Timotius 6:6). Persepuluhan dan kebutuhan hidup sehari-hari adalah prioritas.
Kemampuan mengelola keuangan dengan benar adalah bukti kita bisa dipercaya Tuhan!
Tuesday, April 1, 2014
MENGELOLA KEUANGAN: Tidak Boros
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 April 2014
Baca: Amsal 21:1-31
"Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya." Amsal 21:20
Ada banyak keluarga Kristen yang mengalami masalah dalam hal keuangan: terus-menerus pas-pasan saja atau malah defisit, walaupun sebenarnya pendapatan mereka relatif besar dan mencukupi: Pertanyaan: ke mana saja uang itu raib? Ternyata masalahnya adalah ketidakmampuan kita dalam mengelola keuangan kita. Besar atau kecilnya pendapatan seseorang memerlukan kecermatan dalam mengelolanya, jika tidak, sewaktu-waktu kita akan mengalami kesulitan keuangan. Ingat! Kemampuan kita dalam mengelola uang akan menentukan kepercayaan Tuhan kepada kita atas kekayaanNya. "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21).
Seringkali setelah mengembalikan persepuluhan kita berpikir bahwa urusan kita sudah beres dan sisa uang yang 90% menjadi milik kita sepenuhnya, lalu kita pun menghabiskannya tanpa perhitungan. Sesungguhnya, uang yang kita miliki itu sepenuhnya milik Tuhan, sedangkan kita ini hanyalah bendaharaNya saja, dipercaya untuk mengelola. Ketidakmengertian inilah yang akhirnya mendorong orang Kristen menjalani hidup boros, tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik. Alkitab menyatakan, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?" (Lukas 16:10-11).
Yang penting bukan seberapa banyak uang yang kita miliki atau seberapa besar penghasilan kita, tetapi seberapa bijak kita mengendalikan pengeluaran. Inilah tandanya orang Kristen tidak dapat mengelola uangnya dengan baik, yaitu bergaya hidup konsumtif. Ia selalu 'lapar' mata sehingga tidak dapat mengendalikan diri untuk membelanjakan uangnya; apalagi kalau sudah berada di mal, tanpa pertimbangan matang membeli apa saja yang diinginkan hanya untuk memberi kesan 'wah' atau agar dipandang orang lain hebat; inilah gaya hidup 'borju' (borjuis, berlagak kaya) sehingga berpikiran lebih tinggi daripada yang patut dipikirkannya.
Tidak ingin disebut orang bebal? Atur keuangan dengan baik dan jangan boros!
Baca: Amsal 21:1-31
"Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya." Amsal 21:20
Ada banyak keluarga Kristen yang mengalami masalah dalam hal keuangan: terus-menerus pas-pasan saja atau malah defisit, walaupun sebenarnya pendapatan mereka relatif besar dan mencukupi: Pertanyaan: ke mana saja uang itu raib? Ternyata masalahnya adalah ketidakmampuan kita dalam mengelola keuangan kita. Besar atau kecilnya pendapatan seseorang memerlukan kecermatan dalam mengelolanya, jika tidak, sewaktu-waktu kita akan mengalami kesulitan keuangan. Ingat! Kemampuan kita dalam mengelola uang akan menentukan kepercayaan Tuhan kepada kita atas kekayaanNya. "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21).
Seringkali setelah mengembalikan persepuluhan kita berpikir bahwa urusan kita sudah beres dan sisa uang yang 90% menjadi milik kita sepenuhnya, lalu kita pun menghabiskannya tanpa perhitungan. Sesungguhnya, uang yang kita miliki itu sepenuhnya milik Tuhan, sedangkan kita ini hanyalah bendaharaNya saja, dipercaya untuk mengelola. Ketidakmengertian inilah yang akhirnya mendorong orang Kristen menjalani hidup boros, tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik. Alkitab menyatakan, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?" (Lukas 16:10-11).
Yang penting bukan seberapa banyak uang yang kita miliki atau seberapa besar penghasilan kita, tetapi seberapa bijak kita mengendalikan pengeluaran. Inilah tandanya orang Kristen tidak dapat mengelola uangnya dengan baik, yaitu bergaya hidup konsumtif. Ia selalu 'lapar' mata sehingga tidak dapat mengendalikan diri untuk membelanjakan uangnya; apalagi kalau sudah berada di mal, tanpa pertimbangan matang membeli apa saja yang diinginkan hanya untuk memberi kesan 'wah' atau agar dipandang orang lain hebat; inilah gaya hidup 'borju' (borjuis, berlagak kaya) sehingga berpikiran lebih tinggi daripada yang patut dipikirkannya.
Tidak ingin disebut orang bebal? Atur keuangan dengan baik dan jangan boros!
Monday, March 31, 2014
MEMUJI TUHAN: Membungkam Musuh
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Maret 2014
Baca: 1 Samuel 16:14-23
"Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya." 1 Samuel 16:23
Tuhan suka dipuji dan disembah bukan berarti haus akan pujian umatNya sehingga Ia ingin terus dipuji-puji. Jangan pernah berpikir bahwa ketika kita memuji-muji Tuhan semuanya itu untuk kepentinganNya, tapi sesungguhnya yang terutama adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebab pada saat kita memuji Tuhan ada perkara besar yang Tuhan kerjakan bagi kita, yaitu Tuhan sedang membungkam musuh dan pendendam, "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3).
Saat kita memuji-muji Tuhan berarti kita sedang mempercayai Tuhan berperang ganti kita. Tuhan akan berperang ganti kita. Tuhan akan menghancurkan pekerjaan Iblis dan menggagalkan setiap rencana jahatnya supaya Iblis menjadi tidak berdaya dan bertekuk lutut, sehingga jarahan-jarahan yang sudah dicuri Iblis dapat direbut kembali. Jika saat ini kita sedang disakiti, diserang dan diintimidasi Iblis dengan berbagai masalah dan sakit penyakit jangan sekali-kali kita menyerah, sebaliknya angkatlah suara dan pujilah Tuhan! Katakan, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6).
Saat pujian kita naikkan kepada Tuhan, saat itu pula Tuhan membungkam kekuatan musuh. Ketika roh jahat mengganggu Saul, Daud pun memainkan kecapi sambil memuji-muji Tuhan, saat itu pula roh jahat undur dan lari daripada Saul. Pula ketika Yosafat diserang oleh bani Moab dan Amon, ia pun menaruh tim pujian di depan barisan pasukan perangnya. "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (2 Tawarikh 20:21), dan ketika mereka mulai bersorak-sorai sambil memuji Tuhan, "...dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah." (2 Tawarikh 20:22).
Saat kita memuji Tuhan, "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
Baca: 1 Samuel 16:14-23
"Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya." 1 Samuel 16:23
Tuhan suka dipuji dan disembah bukan berarti haus akan pujian umatNya sehingga Ia ingin terus dipuji-puji. Jangan pernah berpikir bahwa ketika kita memuji-muji Tuhan semuanya itu untuk kepentinganNya, tapi sesungguhnya yang terutama adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebab pada saat kita memuji Tuhan ada perkara besar yang Tuhan kerjakan bagi kita, yaitu Tuhan sedang membungkam musuh dan pendendam, "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3).
Saat kita memuji-muji Tuhan berarti kita sedang mempercayai Tuhan berperang ganti kita. Tuhan akan berperang ganti kita. Tuhan akan menghancurkan pekerjaan Iblis dan menggagalkan setiap rencana jahatnya supaya Iblis menjadi tidak berdaya dan bertekuk lutut, sehingga jarahan-jarahan yang sudah dicuri Iblis dapat direbut kembali. Jika saat ini kita sedang disakiti, diserang dan diintimidasi Iblis dengan berbagai masalah dan sakit penyakit jangan sekali-kali kita menyerah, sebaliknya angkatlah suara dan pujilah Tuhan! Katakan, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6).
Saat pujian kita naikkan kepada Tuhan, saat itu pula Tuhan membungkam kekuatan musuh. Ketika roh jahat mengganggu Saul, Daud pun memainkan kecapi sambil memuji-muji Tuhan, saat itu pula roh jahat undur dan lari daripada Saul. Pula ketika Yosafat diserang oleh bani Moab dan Amon, ia pun menaruh tim pujian di depan barisan pasukan perangnya. "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (2 Tawarikh 20:21), dan ketika mereka mulai bersorak-sorai sambil memuji Tuhan, "...dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah." (2 Tawarikh 20:22).
Saat kita memuji Tuhan, "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
Sunday, March 30, 2014
SIKAP MEMUJI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Maret 2014
Baca: Mazmur 99:1-9
"Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!" Mazmur 99:3
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang tidak bersungguh-sungguh dalam memuji Tuhan. Mereka memuji Tuhan ala kadarnya padahal mereka tahu kepada siapa pujian itu ditujukan, bukan kepada manusia, tapi kepada Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Maka dari itu sikap hati dan sikap tubuh kita dalam memuji Tuhan adalah hal yang sangat penting. Saat memuji Tuhan hati kita harus benar, tidak ada ganjalan, harus terbebas dari hal-hal yang negatif: iri hati, amarah, jengkel, sakit hati, benci, dendam, sombong dan sebagainya. Begitu juga sikap tubuh kita turut menentukan.
Pemazmur menggambarkan bagaimana kita bersikap dan mengekspresikan puji-pujian bagi Tuhan: a. Bersorak-sorai. "Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, " (Mazmur 32:11). b. Bertepuk-tangan. "Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! " (Mazmur 47:2). c. Angkat tangan. "Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu." (Mazmur 63:5). d. Tari-tarian. "Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!" (Mazmur 149:3).
Ketika kita memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sikap hati yang benar Tuhan menyatakan hadiratNya di tengah-tengah kita, bahkan Ia sendiri bertakhta di puji-pujian kita. Untuk menghormati hadirat Tuhan, selain memuji Dia, kita juga harus menyembahNya. Penyembahan adalah ungkapan penghormatan atas kebesaran, keagungan dan kekudusan Tuhan. Karena itu kita harus menghormati hadirat Tuhan dengan menyembahNya, bukan hanya lewat kata-kata saja, tetapi bisa juga melalui sikap bersujud, bertelut, tersungkur, mengangkat tangan dan sebagainya sebagai tanda merendahkan diri dan ketidaklayakan kita di hadapan Tuhan, karena Dia adalah "...Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah." (Mazmur 95:3).
Janganlah memuji dan menyembah Tuhan karena kebiasaan, apalagi jika kita tidak hidup dalam kebenaran; niscaya Tuhan tidak akan pernah berkenan kepada puji-pujian kita!
Baca: Mazmur 99:1-9
"Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!" Mazmur 99:3
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang tidak bersungguh-sungguh dalam memuji Tuhan. Mereka memuji Tuhan ala kadarnya padahal mereka tahu kepada siapa pujian itu ditujukan, bukan kepada manusia, tapi kepada Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Maka dari itu sikap hati dan sikap tubuh kita dalam memuji Tuhan adalah hal yang sangat penting. Saat memuji Tuhan hati kita harus benar, tidak ada ganjalan, harus terbebas dari hal-hal yang negatif: iri hati, amarah, jengkel, sakit hati, benci, dendam, sombong dan sebagainya. Begitu juga sikap tubuh kita turut menentukan.
Pemazmur menggambarkan bagaimana kita bersikap dan mengekspresikan puji-pujian bagi Tuhan: a. Bersorak-sorai. "Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, " (Mazmur 32:11). b. Bertepuk-tangan. "Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! " (Mazmur 47:2). c. Angkat tangan. "Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu." (Mazmur 63:5). d. Tari-tarian. "Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!" (Mazmur 149:3).
Ketika kita memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sikap hati yang benar Tuhan menyatakan hadiratNya di tengah-tengah kita, bahkan Ia sendiri bertakhta di puji-pujian kita. Untuk menghormati hadirat Tuhan, selain memuji Dia, kita juga harus menyembahNya. Penyembahan adalah ungkapan penghormatan atas kebesaran, keagungan dan kekudusan Tuhan. Karena itu kita harus menghormati hadirat Tuhan dengan menyembahNya, bukan hanya lewat kata-kata saja, tetapi bisa juga melalui sikap bersujud, bertelut, tersungkur, mengangkat tangan dan sebagainya sebagai tanda merendahkan diri dan ketidaklayakan kita di hadapan Tuhan, karena Dia adalah "...Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah." (Mazmur 95:3).
Janganlah memuji dan menyembah Tuhan karena kebiasaan, apalagi jika kita tidak hidup dalam kebenaran; niscaya Tuhan tidak akan pernah berkenan kepada puji-pujian kita!
Saturday, March 29, 2014
PUJIAN BAGI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2014
Baca: Mazmur 149:1-9
"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh." Mazmur 149:1
Nabi Amos sudah menubuatkan bahwa di hari-hari akhir menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali akan terjadi pemulihan besar-besaran dalam hal pujian dan penyembahan. "Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya;" (Amos 9:11). Tuhan berjanji memulihkan atau mendirikan kembali pondok Daud. Apa maksudnya? Dalam 1 Tawarikh 16:1-6 dijelaskan bahwa di dalam pondok atau kemah Daud ada tabut Tuhan, di mana raja Daud menempatkan para imam di situ dan mereka terus-menerus memainkan alat musik sambil memuji-muji Tuhan. Di situlah hadirat Tuhan turun dan mereka merasakan lawatan Tuhan secara luar biasa. Saat ini kemah Daud sudah tidak ada, tapi Tuhan berjanji memulihkannya; dan waktu pemulihan itu sekarang!
Kata pemulihan memiliki arti mengembalikan sesuatu yang telah hilang atau rusak kepada keadaan semula atau aslinya sehingga menata kembali, menyegarkan dan menyelesaikan hingga menjadi sempurna. Saat ini pemulihan dalam hal pujian penyembahan nyata melanda gereja Tuhan; kegerakan rohani terjadi di mana-mana. Kepada siapa puji-pujian kita tujukan? Puji-pujian kita harus tertuju dan terpusat pada Tuhan, bukan kepada hamba Tuhan, pemimpin pujian atau pemain musik, karena hanya Tuhanlah yang layak menerima pujian dan kemuliaan. "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." (Wahyu 4:11). Apa itu pujian? Adalah ungkapan hati penuh sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan karena kasih setiaNya, kebaikanNya, anugerahNya, pertolonganNya, kemenanganNya dan perbuatanNya yang ajaib.
Dalam memuji dan menyembah Tuhan sudahkah kita memahami dan meresapi setiap kata yang kita nyanyikan? Jika tidak, berarti kita memuji dengan bibir saja, sedangkan hati kita jauh dari Tuhan. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku," Markus 7:6
Baca: Mazmur 149:1-9
"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh." Mazmur 149:1
Nabi Amos sudah menubuatkan bahwa di hari-hari akhir menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali akan terjadi pemulihan besar-besaran dalam hal pujian dan penyembahan. "Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya;" (Amos 9:11). Tuhan berjanji memulihkan atau mendirikan kembali pondok Daud. Apa maksudnya? Dalam 1 Tawarikh 16:1-6 dijelaskan bahwa di dalam pondok atau kemah Daud ada tabut Tuhan, di mana raja Daud menempatkan para imam di situ dan mereka terus-menerus memainkan alat musik sambil memuji-muji Tuhan. Di situlah hadirat Tuhan turun dan mereka merasakan lawatan Tuhan secara luar biasa. Saat ini kemah Daud sudah tidak ada, tapi Tuhan berjanji memulihkannya; dan waktu pemulihan itu sekarang!
Kata pemulihan memiliki arti mengembalikan sesuatu yang telah hilang atau rusak kepada keadaan semula atau aslinya sehingga menata kembali, menyegarkan dan menyelesaikan hingga menjadi sempurna. Saat ini pemulihan dalam hal pujian penyembahan nyata melanda gereja Tuhan; kegerakan rohani terjadi di mana-mana. Kepada siapa puji-pujian kita tujukan? Puji-pujian kita harus tertuju dan terpusat pada Tuhan, bukan kepada hamba Tuhan, pemimpin pujian atau pemain musik, karena hanya Tuhanlah yang layak menerima pujian dan kemuliaan. "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." (Wahyu 4:11). Apa itu pujian? Adalah ungkapan hati penuh sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan karena kasih setiaNya, kebaikanNya, anugerahNya, pertolonganNya, kemenanganNya dan perbuatanNya yang ajaib.
Dalam memuji dan menyembah Tuhan sudahkah kita memahami dan meresapi setiap kata yang kita nyanyikan? Jika tidak, berarti kita memuji dengan bibir saja, sedangkan hati kita jauh dari Tuhan. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku," Markus 7:6
Friday, March 28, 2014
IMAN MENGHASILKAN MUJIZAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2014
Baca: Ibrani 11:1-40
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Ibrani 11:1
Sebagai orang percaya kita pasti memiliki kerinduan untuk mengalami segala hal yang baik dari Tuhan: mujizat, kesembuhan, pemulihan, kelepasan dan sebagainya. Namun ada pula yang masih ragu, bahkan tidak percaya dengan mujizat atau pekerjaan adikodrati. Mereka berpikir kalau ada orang Kristen yang sakit parah lalu disembuhkan dan mengalami kelepasan hanyalah sebuah kebetulan, toh ada banyak orang di luar sana yang juga mengalami hal yang sama, meski mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka juga beranggapan zaman mujizat sudah lewat, dan di zaman yang serbamutakhir ini logikalah yang berbicara. Acapkali dengan logika kita sebagai manusia kita membatasi kuasa Tuhan bekerja. Segala sesuatu kita ukur dengan apa yang nampak secara kasat mata.
Mujizat itu tidak ada rumusnya dan hanya dapat dialami dengan iman. Mujizat itu sudah disediakan Tuhan, namun seringkali belum kita lihat secara kasat mata; adapun tugas kita adalah percaya dengan iman. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang belum terlihat. Memang kita belum melihatnya, tetapi semua yang tertulis di dalam Alkitab harus kita percayai. "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Karena itu setiap orang Kristen harus "...hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7). FirmanNya menciptakan yang tak ada menjadi ada, yang tak terlihat akan menjadi nampak, yang mustahil menjadi mungkin.
Kata firman (bahasa Yunani) memiliki dua pengertian: logos dan rhema. Logos adalah firman yang tertulis dalam Alkitab atau ayat-ayat Alkitab, sedangkan rhema adalah firman yang dihidupkan, suatu firman pilihan Tuhan yang spesifik, yang dihidupkan, firman dari Tuhan kepada kita yang dikhususkan untuk saat ini. Mintalah kepada Tuhan agar setiap firman yang kita baca menjadi rhema, tidak hanya sebatas logos.
Saat kita membaca, merenungkan dan mempercayai firman Tuhan, firmanNya itu menjadi rhema, menghidupkan iman kita, berbicara kepada kita dan menjadikan mujizat bagi kita.
Baca: Ibrani 11:1-40
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Ibrani 11:1
Sebagai orang percaya kita pasti memiliki kerinduan untuk mengalami segala hal yang baik dari Tuhan: mujizat, kesembuhan, pemulihan, kelepasan dan sebagainya. Namun ada pula yang masih ragu, bahkan tidak percaya dengan mujizat atau pekerjaan adikodrati. Mereka berpikir kalau ada orang Kristen yang sakit parah lalu disembuhkan dan mengalami kelepasan hanyalah sebuah kebetulan, toh ada banyak orang di luar sana yang juga mengalami hal yang sama, meski mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka juga beranggapan zaman mujizat sudah lewat, dan di zaman yang serbamutakhir ini logikalah yang berbicara. Acapkali dengan logika kita sebagai manusia kita membatasi kuasa Tuhan bekerja. Segala sesuatu kita ukur dengan apa yang nampak secara kasat mata.
Mujizat itu tidak ada rumusnya dan hanya dapat dialami dengan iman. Mujizat itu sudah disediakan Tuhan, namun seringkali belum kita lihat secara kasat mata; adapun tugas kita adalah percaya dengan iman. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang belum terlihat. Memang kita belum melihatnya, tetapi semua yang tertulis di dalam Alkitab harus kita percayai. "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Karena itu setiap orang Kristen harus "...hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7). FirmanNya menciptakan yang tak ada menjadi ada, yang tak terlihat akan menjadi nampak, yang mustahil menjadi mungkin.
Kata firman (bahasa Yunani) memiliki dua pengertian: logos dan rhema. Logos adalah firman yang tertulis dalam Alkitab atau ayat-ayat Alkitab, sedangkan rhema adalah firman yang dihidupkan, suatu firman pilihan Tuhan yang spesifik, yang dihidupkan, firman dari Tuhan kepada kita yang dikhususkan untuk saat ini. Mintalah kepada Tuhan agar setiap firman yang kita baca menjadi rhema, tidak hanya sebatas logos.
Saat kita membaca, merenungkan dan mempercayai firman Tuhan, firmanNya itu menjadi rhema, menghidupkan iman kita, berbicara kepada kita dan menjadikan mujizat bagi kita.
Thursday, March 27, 2014
KEKRISTENAN ADALAH SEBUAH HUBUNGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2014
Baca: Efesus 2:11-22
"Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan," Efesus 2:14
Sesungguhnya kekristenan bukanlah agama, melainkan sebuah hubungan yang karib antara Allah dengan umatNya. Namun hubungan yang karib itu terputus oleh karena dosa dan pelanggaran manusia. Hidup manusia terpisah dari Allah. Namun kini hubungan yang terputus itu telah pulih kembali melalui pengorbanan Yesus Kristus di Kalvari. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu 'jauh', sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13).
Jadi kekristenan itu bukan hanya status atau identitas, namun setiap orang yang mengku dirinya Kristen seharusnya juga memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Adalah sia-sia kita mengaku diri sebagai orang Kristen apabila kita tidak memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan secara pribadi. Bagaimana kerohanian kita bisa bertumbuh jika kita tidak secara intensif mencari wajahNya? Sedangkan pertumbuhan rohani selalu berkaitan dengan seberapa dekat hubungan kita dengan Tuhan. Oleh karena itu sangat penting bagi kita membangun persekutuan dengan Tuhan setiap hari. Orang Kristen yang tidak berdoa tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan; cepat atau lambat pasti akan mengalami kemunduran dalam kerohanian. Ada banyak orang Kristen tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani dan secara perlahan mengundurkan diri dari pelayanan karena mereka tidak memiliki kehidupan doa yang efektif. Padahal doa adalah nafas hidup orang percaya. Dapatkah kita hidup tanpa bernafas? Mustahil. Jika kita tidak bernafas kita akan mati.
Begitu pula kehidupan rohani, tanpa doa kerohanian kita akan mati; sebaliknya akan menjadi segar dan dipulihkan ketika kita membangun hidup kita dengan berdoa. Penginjilan, pelayanan, kegerakan rohani maupun gereja tidak akan berhasil dan berdampak tanpa kekuatan doa. Ketika kita berdoa Roh kudus menolong dan menuntun kita kepada kehendak dan rencana Tuhan sehingga kita dapat berkata, "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Tanpa doa kita tidak punya kekuatan dan tidak memiliki hubungan baik dengan Tuhan!
Baca: Efesus 2:11-22
"Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan," Efesus 2:14
Sesungguhnya kekristenan bukanlah agama, melainkan sebuah hubungan yang karib antara Allah dengan umatNya. Namun hubungan yang karib itu terputus oleh karena dosa dan pelanggaran manusia. Hidup manusia terpisah dari Allah. Namun kini hubungan yang terputus itu telah pulih kembali melalui pengorbanan Yesus Kristus di Kalvari. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu 'jauh', sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13).
Jadi kekristenan itu bukan hanya status atau identitas, namun setiap orang yang mengku dirinya Kristen seharusnya juga memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Adalah sia-sia kita mengaku diri sebagai orang Kristen apabila kita tidak memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan secara pribadi. Bagaimana kerohanian kita bisa bertumbuh jika kita tidak secara intensif mencari wajahNya? Sedangkan pertumbuhan rohani selalu berkaitan dengan seberapa dekat hubungan kita dengan Tuhan. Oleh karena itu sangat penting bagi kita membangun persekutuan dengan Tuhan setiap hari. Orang Kristen yang tidak berdoa tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan; cepat atau lambat pasti akan mengalami kemunduran dalam kerohanian. Ada banyak orang Kristen tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani dan secara perlahan mengundurkan diri dari pelayanan karena mereka tidak memiliki kehidupan doa yang efektif. Padahal doa adalah nafas hidup orang percaya. Dapatkah kita hidup tanpa bernafas? Mustahil. Jika kita tidak bernafas kita akan mati.
Begitu pula kehidupan rohani, tanpa doa kerohanian kita akan mati; sebaliknya akan menjadi segar dan dipulihkan ketika kita membangun hidup kita dengan berdoa. Penginjilan, pelayanan, kegerakan rohani maupun gereja tidak akan berhasil dan berdampak tanpa kekuatan doa. Ketika kita berdoa Roh kudus menolong dan menuntun kita kepada kehendak dan rencana Tuhan sehingga kita dapat berkata, "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Tanpa doa kita tidak punya kekuatan dan tidak memiliki hubungan baik dengan Tuhan!
Wednesday, March 26, 2014
DOA ORANG BENAR: Sesuai Kehendak Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2014
Baca: Mazmur 6:1-11
"TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku." Mazmur 6:10
Berdoa dengan iman berarti percaya bahwa apa saja yang kita minta dan doakan telah kita terima dari Tuhan (baca Markus 11:24). Jangan sekali-kali bimbang terhadap apa pun yang kita doakan. "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:6-7), dan "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a). Selain itu kita juga harus memperhatikan isi doa kita, apakah sesuai kehendak Tuhan atau tidak. Bila isi doa kita bertujuan menyenangkan daging atau memuaskan hawa nafsu, sulit rasanya memperoleh jawaban dari Tuhan. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3).
Bila saat ini pintu-pintu berkat serasa tertutup, usaha tampak seret, kita kekeringan, "Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!" (Hagai 1:6), jangan langsung kecewa dan berani menyalahkan Tuhan! Mungkin selama ini kita tidak sungguh-sungguh berdoa; kita mengabaikan jam-jam doa kita, bahkan mezbah doa kita telah menjadi reruntuhan. Elia memperingatkan bangsa Israel, "'Datanglah dekat kepadaku!' Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu." (1 Raja-Raja 18:30).
Mezbah berbicara tentang kehidupan doa. Bila mezbah doa kita telah runtuh, jangan tunggu waktu lagi, segeralah naik "...ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN." (Hagai 1:8). Apa pun masalah yang kita hadapi, tetaplah berdoa.
"Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya." 1 Yohanes 5:14
Baca: Mazmur 6:1-11
"TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku." Mazmur 6:10
Berdoa dengan iman berarti percaya bahwa apa saja yang kita minta dan doakan telah kita terima dari Tuhan (baca Markus 11:24). Jangan sekali-kali bimbang terhadap apa pun yang kita doakan. "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:6-7), dan "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a). Selain itu kita juga harus memperhatikan isi doa kita, apakah sesuai kehendak Tuhan atau tidak. Bila isi doa kita bertujuan menyenangkan daging atau memuaskan hawa nafsu, sulit rasanya memperoleh jawaban dari Tuhan. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3).
Bila saat ini pintu-pintu berkat serasa tertutup, usaha tampak seret, kita kekeringan, "Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!" (Hagai 1:6), jangan langsung kecewa dan berani menyalahkan Tuhan! Mungkin selama ini kita tidak sungguh-sungguh berdoa; kita mengabaikan jam-jam doa kita, bahkan mezbah doa kita telah menjadi reruntuhan. Elia memperingatkan bangsa Israel, "'Datanglah dekat kepadaku!' Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu." (1 Raja-Raja 18:30).
Mezbah berbicara tentang kehidupan doa. Bila mezbah doa kita telah runtuh, jangan tunggu waktu lagi, segeralah naik "...ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN." (Hagai 1:8). Apa pun masalah yang kita hadapi, tetaplah berdoa.
"Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya." 1 Yohanes 5:14
Tuesday, March 25, 2014
DOA ORANG BENAR: Menggerakkan Hati Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2014
Baca: Yakobus 5:12-20
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Elia adalah manusia biasa seperti kita, punya kelemahan dan keterbatasan. Namun ketika ia sungguh-sungguh berdoa, doanya beroleh jawaban dari Tuhan. Elia berdoa supaya jangan turun hujan, maka hujan pun tidak turun di bumi selama 3,5 tahun. Kemudian ia berdoa minta hujan, maka langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya. Krisis besar yang sedang dihadapi bangsa Israel, baik itu krisis iman dan juga krisis ekonomi karena kekeringan, dapat terselesaikan karena kekuatan doa. Luar biasa! Keberadaan Elia sebagai manusia biasa ini seharusnya memotivasi kita bahwa setiap orang percaya, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama memperoleh jawaban doa dari Tuhan, asalkan berdoa sungguh-sungguh, penuh iman dan doa kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, di segala keadaan tetaplah berdoa, jangan pernah jemu-jemu.
Tuhan sangat memperhatikan setiap seruan orang benar! Orang benar adalah yang hidupnya seturut kehendak Tuhan. Hidup kita harus benar terlebih dahulu supaya doa kita didengar dan dijawab Tuhan. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Ketidaktaatan adalah penghalang utama terjawabnya doa seseorang. Selama kita masih hidup dalam dosa, Tuhan akan memalingkan wajahnya terhadap kita, artinya doa kita mustahil dijawab. Tuhan berkata, "Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah." (Yesaya 1:15).
Bila selama ini doa-doa kita seperti terbentur atap dan serasa sulit menembus sorga, jangan marah dan menyalahkan Tuhan. Pasti ada alasan mengapa Tuhan diam dan tidak bertindak, salah satunya adalah karena ketidaktaatan kita sendiri.
"Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku." (Yesaya 1:16)., barulah Tuhan akan mengindahkan doa kita.
Baca: Yakobus 5:12-20
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Elia adalah manusia biasa seperti kita, punya kelemahan dan keterbatasan. Namun ketika ia sungguh-sungguh berdoa, doanya beroleh jawaban dari Tuhan. Elia berdoa supaya jangan turun hujan, maka hujan pun tidak turun di bumi selama 3,5 tahun. Kemudian ia berdoa minta hujan, maka langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya. Krisis besar yang sedang dihadapi bangsa Israel, baik itu krisis iman dan juga krisis ekonomi karena kekeringan, dapat terselesaikan karena kekuatan doa. Luar biasa! Keberadaan Elia sebagai manusia biasa ini seharusnya memotivasi kita bahwa setiap orang percaya, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama memperoleh jawaban doa dari Tuhan, asalkan berdoa sungguh-sungguh, penuh iman dan doa kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, di segala keadaan tetaplah berdoa, jangan pernah jemu-jemu.
Tuhan sangat memperhatikan setiap seruan orang benar! Orang benar adalah yang hidupnya seturut kehendak Tuhan. Hidup kita harus benar terlebih dahulu supaya doa kita didengar dan dijawab Tuhan. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Ketidaktaatan adalah penghalang utama terjawabnya doa seseorang. Selama kita masih hidup dalam dosa, Tuhan akan memalingkan wajahnya terhadap kita, artinya doa kita mustahil dijawab. Tuhan berkata, "Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah." (Yesaya 1:15).
Bila selama ini doa-doa kita seperti terbentur atap dan serasa sulit menembus sorga, jangan marah dan menyalahkan Tuhan. Pasti ada alasan mengapa Tuhan diam dan tidak bertindak, salah satunya adalah karena ketidaktaatan kita sendiri.
"Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku." (Yesaya 1:16)., barulah Tuhan akan mengindahkan doa kita.
Monday, March 24, 2014
MAMPU MENGENDALIKAN DIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2014
Baca: Amsal 25:1-28
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang hidupnya menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain karena memiliki tabiat yang kurang terpuji: mudah marah, ucapan tidak terkontrol, suka menjelekkan orang lain, menghakimi, menggosip... intinya kedagingan mereka masih sangat dominan. Mereka tidak mampu mengendalikan diri.
Apa itu pengendalian diri? Pengendalian diri adalah sebuah sikap tegas tidak mau dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi, atau tidak berkompromi terhadap segala hal yang berlawanan dengan kebenaran. Pengendalian diri berkenaan dengan komitmen seseorang untuk hidup benar, membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik disertai tekad untuk meninggalkan, membuang, dan menghancurkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang membawa seseorang makin jauh dari jalan Tuhan. Memiliki pengendalian diri berarti berani berkata tidak terhadap segala hal yang berbau kefasikan dan keduniawian seperti tertulis: "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini," (Titus 2:12). Untuk bisa mengendalikan diri dibutuhkan kemauan, tekad, semangat dan kerja keras, karena "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Pengendalian diri penting sekali bagi orang percaya karena merupakan syarat utama mengikut Yesus. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Mampu mengendalikan diri berarti "...menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5).
Ketika mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, di tengah situasi sulit dan menghadapi orang-orang yang terkadang diijinkan Tuhan untuk membentuk dan menguji kita, mampukan kita menunjukkan sikap pengendalian diri dan tetap memegang teguh nilai-nilai iman, sehingga melalui sikap dan perbuatan kita orang lain tidak lagi 'tersandung'?
Rasul Paulus bertekad, "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Baca: Amsal 25:1-28
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang hidupnya menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain karena memiliki tabiat yang kurang terpuji: mudah marah, ucapan tidak terkontrol, suka menjelekkan orang lain, menghakimi, menggosip... intinya kedagingan mereka masih sangat dominan. Mereka tidak mampu mengendalikan diri.
Apa itu pengendalian diri? Pengendalian diri adalah sebuah sikap tegas tidak mau dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi, atau tidak berkompromi terhadap segala hal yang berlawanan dengan kebenaran. Pengendalian diri berkenaan dengan komitmen seseorang untuk hidup benar, membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik disertai tekad untuk meninggalkan, membuang, dan menghancurkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang membawa seseorang makin jauh dari jalan Tuhan. Memiliki pengendalian diri berarti berani berkata tidak terhadap segala hal yang berbau kefasikan dan keduniawian seperti tertulis: "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini," (Titus 2:12). Untuk bisa mengendalikan diri dibutuhkan kemauan, tekad, semangat dan kerja keras, karena "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Pengendalian diri penting sekali bagi orang percaya karena merupakan syarat utama mengikut Yesus. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Mampu mengendalikan diri berarti "...menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5).
Ketika mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, di tengah situasi sulit dan menghadapi orang-orang yang terkadang diijinkan Tuhan untuk membentuk dan menguji kita, mampukan kita menunjukkan sikap pengendalian diri dan tetap memegang teguh nilai-nilai iman, sehingga melalui sikap dan perbuatan kita orang lain tidak lagi 'tersandung'?
Rasul Paulus bertekad, "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Subscribe to:
Posts (Atom)