Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2014
Baca: Filipi 3:1-16
"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna,
melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya,
karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus." Filipi 3:12
Gelar atau mahkota kemenangan atlet adalah buah dari usaha dan kerja kerasnya. Tanpa usaha dan kerja keras adalah mustahil ia meraih keberhasilan atau tampil sebagai pemenang. Seorang atlet akan menjadi juara atau pemenang apabila ia berhasil melawan lawan-lawannya di setiap pertandingan yang diikutinya. Melalui kompetisi atau perlombaan inilah kualitas dan kemampuan seorang atlet diuji; adakah atlet yang setelah meraih satu gelar juara langsung berpuas diri dan berhenti berjuang? Semua atlet pasti haus akan gelar dan berjuang meraihnya sebanyak mungkin. Jika ada atlet yang setelah sekali menjadi juara berpuas diri dan tidak mau turut dalam kompetisi lagi sudah bisa dipastikan bahwa karirnya tidak akan bertahan lama dan pada akhirnya akan tamat.
Dalam kehidupan rohani kita pun sedang berada di arena perlombaan iman. Dalam hal ini bukan untuk mencari siapa yang lebih unggul atau yang lebih utama, tetapi firman Tuhan hendak menanamkan kepada kita bagaimana memiliki hidup yang berkemenangan di segala keadaan. Di depan ada banyak sekali rintangan, situasi-situasi sulit dan pergumulan hidup yang berat. Sebagai manusia kita ini banyak kelemahan dan tidak menutup kemungkinan kita jatuh dalam kesalahan-kesalahan. Namun jika kita memiliki tujuan hidup yang benar, dengan mata yang tertuju kepada Tuhan dan janji firmanNya, kita akan tidak akan udah menyerah pada keadaan dan berpuas diri. Rasul Paulus senantiasa pantang menyerah, apalagi berpuas diri. Ia terus "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:14).
Saat ini banyak orang Kristen yang merasa puas dengan ibadah, pelayanan dan doanya. Mereka merasa kerohaniannya lebih baik dari orang Kristen lainnya. Apakah kita juga demikian?
Paulus tidak pernah membiarkan dirinya terlena, ia terus berusaha mengejar perkara-perkara rohani lebih lagi, itulah sebabnya rohnya terus menyala-nyala bagi Tuhan!
Monday, March 10, 2014
Sunday, March 9, 2014
MELAYANI PEKERJAAN TUHAN (3)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2014
Baca: Yohanes 12:20-36
"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." Yohanes 12:26
Sebagai hamba atau pelayan Tuhan kita harus selalu mengikuti ke mana pun Dia pergi; dan di mana pun ia berada di situ juga seharusnya kita berada (ayat nas). Artinya tunduk dan taat kepada kehendak Tuhan sepenuhnya, tidak boleh bekerja menurut kemauan sendiri karena tugas hamba hanyalah melakukan apa pun yang diperintahkan majikannya.
Komitmen pelayan Tuhan seharusnya demikian: "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20). Kita tidak mungkin dapat melayani Tuhan dengan benar apabila kita sendiri tidak mau melekat dan tinggal di dalam Dia. Tuhan Yesus berkata, "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4). Jadi kita harus memiliki persekutuan intim denganNya supaya kita dapat mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita kerjakan, sebab kita tidak boleh sembarangan dalam melayani pekerjaan Tuhan, dikarenakan yang kita kerjakan berkenaan dengan kebenaran yaitu firman Tuhan. Yesus berdoa kepada Bapa, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes 17:17). Pelayan Tuhan harus memberitakan kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu sendiri.
Pelayanan kepada Tuhan adalah pekerjaan Roh, maka dari itu kita harus memberi keleluasaan kepada Roh Kudus untuk bekerja. Jadi kita melayani bukan dengan kekuatan atau mengandalkan pikiran kita sendiri, tapi sepenuhnya mengandalkan Roh Kudus dan berada di bawah kendaliNya sehingga pelayanan yang kita lakukan menjadi hidup dan penuh gairah. "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6b).
Melayani Tuhan berarti tunduk pada kehendakNya dan mau dipimpin Roh Kudus!
Baca: Yohanes 12:20-36
"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." Yohanes 12:26
Sebagai hamba atau pelayan Tuhan kita harus selalu mengikuti ke mana pun Dia pergi; dan di mana pun ia berada di situ juga seharusnya kita berada (ayat nas). Artinya tunduk dan taat kepada kehendak Tuhan sepenuhnya, tidak boleh bekerja menurut kemauan sendiri karena tugas hamba hanyalah melakukan apa pun yang diperintahkan majikannya.
Komitmen pelayan Tuhan seharusnya demikian: "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20). Kita tidak mungkin dapat melayani Tuhan dengan benar apabila kita sendiri tidak mau melekat dan tinggal di dalam Dia. Tuhan Yesus berkata, "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4). Jadi kita harus memiliki persekutuan intim denganNya supaya kita dapat mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita kerjakan, sebab kita tidak boleh sembarangan dalam melayani pekerjaan Tuhan, dikarenakan yang kita kerjakan berkenaan dengan kebenaran yaitu firman Tuhan. Yesus berdoa kepada Bapa, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes 17:17). Pelayan Tuhan harus memberitakan kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu sendiri.
Pelayanan kepada Tuhan adalah pekerjaan Roh, maka dari itu kita harus memberi keleluasaan kepada Roh Kudus untuk bekerja. Jadi kita melayani bukan dengan kekuatan atau mengandalkan pikiran kita sendiri, tapi sepenuhnya mengandalkan Roh Kudus dan berada di bawah kendaliNya sehingga pelayanan yang kita lakukan menjadi hidup dan penuh gairah. "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6b).
Melayani Tuhan berarti tunduk pada kehendakNya dan mau dipimpin Roh Kudus!
Saturday, March 8, 2014
MELAYANI PEKERJAAN TUHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2014
Baca: Roma 14:13-23
"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." Roma 14:17
Salah satu wujud kebaikan dan kepercayaan Tuhan adalah diberikanNya talenta kepada kita agar kita pakai sungguh-sungguh untuk kepentingan pekerjaanNya. "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat." (Matius 25:15). Ketika kita mempergunakan talenta yang Tuhan berikan berarti kita sedang melayani Tuhan.
Ada banyak anak Tuhan yang menyia-nyiakan talenta dan membuang begitu saja kesempatan yang diberikan kepadanya untuk melayani, padahal pelayanan adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya yang seharusnya membuat kita bangga karena telah dipercaya oleh Tuhan. Memutuskan menjadi pengikut Kristus berarti harus siap dan rela melayani Dia dengan seluruh keberadaan hidup kita: "...siap sedialah baik atau tidak baik waktunya," (2 Timotius 4:2) untuk bersaksi, menceritakan Tuhan Yesus kepada orang lain dan memberikan firmanNya. Kita harus selalu memiliki roh yang menyala-nyala untuk Tuhan. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Hal penting lain yang harus kita perhatikan dalam pelayanan adalah perihal motivasi hati tulus dan murni yang harus kita miliki. Jangan sampai ada kepentingan-kepentingan terselubung: uang, mencari keuntungan diri sendiri, kemudian bermulut manis dengan kata-kata yang muluk-muluk supaya dipuji dan dihormati orang lain; namun teladanilah rasul Paulus ini: "Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku." (2 Timotius 1:3). Itulah sebabnya pelayanan Paulus membawa dampak yang luar biasa bagi banyak orang.
Jadi pelayan Tuhan yang benar harus bersikap sebagai hamba Tuhan, bukan hamba manusia, sehingga walaupun mengalami penderitaan, kesesakan dan kesukaran tetap memberitakan firman Tuhan dengan sikap hati yang tidak mudah berubah.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Baca: Roma 14:13-23
"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." Roma 14:17
Salah satu wujud kebaikan dan kepercayaan Tuhan adalah diberikanNya talenta kepada kita agar kita pakai sungguh-sungguh untuk kepentingan pekerjaanNya. "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat." (Matius 25:15). Ketika kita mempergunakan talenta yang Tuhan berikan berarti kita sedang melayani Tuhan.
Ada banyak anak Tuhan yang menyia-nyiakan talenta dan membuang begitu saja kesempatan yang diberikan kepadanya untuk melayani, padahal pelayanan adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya yang seharusnya membuat kita bangga karena telah dipercaya oleh Tuhan. Memutuskan menjadi pengikut Kristus berarti harus siap dan rela melayani Dia dengan seluruh keberadaan hidup kita: "...siap sedialah baik atau tidak baik waktunya," (2 Timotius 4:2) untuk bersaksi, menceritakan Tuhan Yesus kepada orang lain dan memberikan firmanNya. Kita harus selalu memiliki roh yang menyala-nyala untuk Tuhan. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Hal penting lain yang harus kita perhatikan dalam pelayanan adalah perihal motivasi hati tulus dan murni yang harus kita miliki. Jangan sampai ada kepentingan-kepentingan terselubung: uang, mencari keuntungan diri sendiri, kemudian bermulut manis dengan kata-kata yang muluk-muluk supaya dipuji dan dihormati orang lain; namun teladanilah rasul Paulus ini: "Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku." (2 Timotius 1:3). Itulah sebabnya pelayanan Paulus membawa dampak yang luar biasa bagi banyak orang.
Jadi pelayan Tuhan yang benar harus bersikap sebagai hamba Tuhan, bukan hamba manusia, sehingga walaupun mengalami penderitaan, kesesakan dan kesukaran tetap memberitakan firman Tuhan dengan sikap hati yang tidak mudah berubah.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Friday, March 7, 2014
MELAYANI PEKERJAAN TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2014
Baca: Roma 12:1-8
"Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani;" Roma 12:7
Arti kata melayani berarti berkorban, memberi dan membagikan apa yang dimilikinya, seperti pelita atau lilin yang membagikan terang kepada sekelilingnya.
Melayani pekerjaan Tuhan berbeda dari konsep dunia: ada garis perintah menurut tingkat kedudukan atau jabatan, artinya siapa yang mempunyai kedudukan atau jabatan lebih tinggi berkuasa dan berhak untuk memerintah mereka yang berada di bawahnya. Namun dalam hal melayani pekerjaan Tuhan yang terjadi justru sebaliknya, siapa yang mau menjadi besar atau terkemuka justru harus menjadi pelayan atau hamba bagi sesamanya, "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Dengan demikian orang yang menyebut diri sebagai pelayan Tuhan harus lebih banyak memberi, melayani dan memiliki hati seorang hamba. Maka, "Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10).
Seseorang yang dewasa rohani tentu memiliki kerinduan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan sehingga mendorongnya untuk terlibat dalam pelayanan. Mengapa kita harus melayani Tuhan? Karena kita adalah umat pilihan Tuhan, kita dipilih dan dipindahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dengan tujuan supaya kita melayani Dia dan menjadi partner kerjaNya. Dalam wujudnya, pelayanan kepada Tuhan tersebut kita tujukan kepada sesama: memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa yang terhilang, mendoakan orang sakit, menjadi donatur gereja, menasihati dan membimbing orang lain untuk bertobat dan sebagainya. Perhatikan! Pada saat percaya kepada Tuhan Yesus status kita bukan lagi menjadi hamba dosa, sebab Tuhan telah melepaskan kita dari dosa melalui pengorbananNya, namun kita menjadi hamba kebenaran sehingga kita pun dilayakkan untuk menjadi pelayanNya. Dahulu kita melayani dosa, tetapi sekarang kita dipanggil untuk melayani Tuhan karena kita telah menjadi hamba-hambaNya.
Kesempatan melayani merupakan wujud kebaikan dan kepercayaan Tuhan kepada kita sebagai orang percaya, karena itu jangan pernah sia-siakan!
Baca: Roma 12:1-8
"Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani;" Roma 12:7
Arti kata melayani berarti berkorban, memberi dan membagikan apa yang dimilikinya, seperti pelita atau lilin yang membagikan terang kepada sekelilingnya.
Melayani pekerjaan Tuhan berbeda dari konsep dunia: ada garis perintah menurut tingkat kedudukan atau jabatan, artinya siapa yang mempunyai kedudukan atau jabatan lebih tinggi berkuasa dan berhak untuk memerintah mereka yang berada di bawahnya. Namun dalam hal melayani pekerjaan Tuhan yang terjadi justru sebaliknya, siapa yang mau menjadi besar atau terkemuka justru harus menjadi pelayan atau hamba bagi sesamanya, "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Dengan demikian orang yang menyebut diri sebagai pelayan Tuhan harus lebih banyak memberi, melayani dan memiliki hati seorang hamba. Maka, "Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10).
Seseorang yang dewasa rohani tentu memiliki kerinduan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan sehingga mendorongnya untuk terlibat dalam pelayanan. Mengapa kita harus melayani Tuhan? Karena kita adalah umat pilihan Tuhan, kita dipilih dan dipindahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dengan tujuan supaya kita melayani Dia dan menjadi partner kerjaNya. Dalam wujudnya, pelayanan kepada Tuhan tersebut kita tujukan kepada sesama: memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa yang terhilang, mendoakan orang sakit, menjadi donatur gereja, menasihati dan membimbing orang lain untuk bertobat dan sebagainya. Perhatikan! Pada saat percaya kepada Tuhan Yesus status kita bukan lagi menjadi hamba dosa, sebab Tuhan telah melepaskan kita dari dosa melalui pengorbananNya, namun kita menjadi hamba kebenaran sehingga kita pun dilayakkan untuk menjadi pelayanNya. Dahulu kita melayani dosa, tetapi sekarang kita dipanggil untuk melayani Tuhan karena kita telah menjadi hamba-hambaNya.
Kesempatan melayani merupakan wujud kebaikan dan kepercayaan Tuhan kepada kita sebagai orang percaya, karena itu jangan pernah sia-siakan!
Thursday, March 6, 2014
MENJADI ORANG KRISTEN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2014
Baca: Kisah 11:19-30
"Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen." Kisah 11:26
Banyak orang Kristen sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan tapi masih belum memahami benar arti menjadi seorang Kristen. Yang mereka tahu orang kristen beribadah di gereja dan kitab yang dibaca adalah Injil. Sedangkal itukah pemahaman kita?
Kalau kita baca secara teliti di dalam Alkitab, kata Kristen memiliki beberapa arti, di antaranya adalah: 1. Kristen artinya pengikut Kristus. Kalau kita mengaku diri sebagai orang Kristen berarti kita telah berkomitmen seumur hidup untuk mengikut Yesus, bukan mengikut ilah lain. Mengikut Tuhan Yesus berarti kita mengikut jejakNya dan meneladani hidupNya. Nasihat Paulus kepada kita, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1 Korintus 11:1).
2. Orang Kristen adalah orang yang bersaksi tentang Kristus kepada orang lain. Inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus, bersaksi kepada Agripa tentang Kristus hingga Agripa menjawab, "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!" (Kisah 26:28). Sudahkah kita menjalankan tugas sebagai saksi-saksi Kristus yang baik di tengah dunia ini melalui perkataan dan perbuatan kita? Ingat, kita adalah garam dunia dan terang dunia. Menyedihkan sekali jika banyak orang Kristen yang malu bersaksi tentang Kristus. Jangankan bersaksi kepada orang lain, membuka jati dirinya sebagai orang Kristen saja enggan karena takut reputasinya hancur, takut kehilangan jabatan, takut popularitasnya menurun, ditinggalkan oleh fans dan sebagainya.
3. Orang Kristen adalah orang yang siap dan berani menderita bagi Kristus. "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." (1 petrus 4:14-16).
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:21-22
Baca: Kisah 11:19-30
"Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen." Kisah 11:26
Banyak orang Kristen sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan tapi masih belum memahami benar arti menjadi seorang Kristen. Yang mereka tahu orang kristen beribadah di gereja dan kitab yang dibaca adalah Injil. Sedangkal itukah pemahaman kita?
Kalau kita baca secara teliti di dalam Alkitab, kata Kristen memiliki beberapa arti, di antaranya adalah: 1. Kristen artinya pengikut Kristus. Kalau kita mengaku diri sebagai orang Kristen berarti kita telah berkomitmen seumur hidup untuk mengikut Yesus, bukan mengikut ilah lain. Mengikut Tuhan Yesus berarti kita mengikut jejakNya dan meneladani hidupNya. Nasihat Paulus kepada kita, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1 Korintus 11:1).
2. Orang Kristen adalah orang yang bersaksi tentang Kristus kepada orang lain. Inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus, bersaksi kepada Agripa tentang Kristus hingga Agripa menjawab, "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!" (Kisah 26:28). Sudahkah kita menjalankan tugas sebagai saksi-saksi Kristus yang baik di tengah dunia ini melalui perkataan dan perbuatan kita? Ingat, kita adalah garam dunia dan terang dunia. Menyedihkan sekali jika banyak orang Kristen yang malu bersaksi tentang Kristus. Jangankan bersaksi kepada orang lain, membuka jati dirinya sebagai orang Kristen saja enggan karena takut reputasinya hancur, takut kehilangan jabatan, takut popularitasnya menurun, ditinggalkan oleh fans dan sebagainya.
3. Orang Kristen adalah orang yang siap dan berani menderita bagi Kristus. "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." (1 petrus 4:14-16).
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:21-22
Wednesday, March 5, 2014
PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2014
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." 1 Yohanes 1:7
Persekutuan dengan Tuhan dapat terwujud salah satunya melalui ibadah, karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada, serta beribadahlah dengan hati yang takut akan Tuhan, bukan asal-asalan dan bukan pula karena terpaksa. "Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar," (Mazmur 2:11); "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2).
Kita diminta terus melatih diri dalam hal ibadah: "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Mengapa? Karena "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan, serta mendengar suaraNya melalui firman, sehingga kita bisa merasakan hadiratNya hadir di tengah-tengah kita. Hendaknya persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah ini kita lakukan dengan nyala cinta, bukan sekedar kebiasaan rutin. Daud menyukai berada di rumah Tuhan: "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!" (Mazmur 84:2).
Persekutuan dengan Tuhan hendaknya jangan hanya terucap di bibir saja, tetapi harus dilakukan dalam tindakan nyata. Jangan sampai Tuhan tidak berkenan dengan tindakan kita seperti ini: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Namun tidak mungkin orang beribadah kepada Tuhan dengan sungguh jika kehidupan sehari-harinya masih penuh tindakan tidak terpuji, hidup dalam kegelapan atau terus berkompromi dengan dosa. Orang yang demikian adalah pendusta. "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran." (1 Yohanes 1:6).
Bukti nyata kita beribadah sungguh kepada Tuhan adalah hidup taat dan hal itu terlihat nyata melalui perubahan karakter dan tingkah laku kita sehari-hari!
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." 1 Yohanes 1:7
Persekutuan dengan Tuhan dapat terwujud salah satunya melalui ibadah, karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada, serta beribadahlah dengan hati yang takut akan Tuhan, bukan asal-asalan dan bukan pula karena terpaksa. "Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar," (Mazmur 2:11); "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2).
Kita diminta terus melatih diri dalam hal ibadah: "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Mengapa? Karena "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan, serta mendengar suaraNya melalui firman, sehingga kita bisa merasakan hadiratNya hadir di tengah-tengah kita. Hendaknya persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah ini kita lakukan dengan nyala cinta, bukan sekedar kebiasaan rutin. Daud menyukai berada di rumah Tuhan: "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!" (Mazmur 84:2).
Persekutuan dengan Tuhan hendaknya jangan hanya terucap di bibir saja, tetapi harus dilakukan dalam tindakan nyata. Jangan sampai Tuhan tidak berkenan dengan tindakan kita seperti ini: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Namun tidak mungkin orang beribadah kepada Tuhan dengan sungguh jika kehidupan sehari-harinya masih penuh tindakan tidak terpuji, hidup dalam kegelapan atau terus berkompromi dengan dosa. Orang yang demikian adalah pendusta. "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran." (1 Yohanes 1:6).
Bukti nyata kita beribadah sungguh kepada Tuhan adalah hidup taat dan hal itu terlihat nyata melalui perubahan karakter dan tingkah laku kita sehari-hari!
Tuesday, March 4, 2014
KEDEWASAAN ROHANI: Membangun Persekutuan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2014
Baca: Mazmur 84:1-13
"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." Mazmur 84:11
Aspek lain yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani adalah apabila ia suka bersekutu dengan Tuhan dan juga dengan sesama saudara seiman. Persekutuan dengan Tuhan ini mutlak dimiliki setiap orang percaya, demikian juga persekutuan dengan sesama.
Kata persekutuan artinya dipersatukan menjadi satu. Jadi apabila ada persekutuan akan terjadi ikatan antara satu dengan lainnya begitu erat, bersatu dan tidak dapat dipisahkan. Betapa pentingnya ikatan persekutuan ini sehingga banyak ayat Alkitab yang menyatakan tentang hal ini, contoh: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10). Maka dari itu Rasul Paulus pun menasihati, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25).
Bersekutu dengan Tuhan berarti senantiasa melekat pada pokok anggur yaitu Tuhan Yesus, sebab kita ini adalah carang-carangNya. Tidak mungkin carang bisa hidup tanpa menempel pada pokoknya, demikian juga kita tidak dapat hidup tanpa bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. "Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4b). Jadi kalau kita tidak tinggal tetap di dalam Kristus kita tidak bisa menghasilkan buah. Bukan hanya tidak bisa berbuah, tapi lambat laun kita bisa mengalami kematian atau kekeringan rohani karena tidak ada siraman air hidup yang biasa diperoleh melalui persekutuan tersebut. Di luar Tuhan atau tanpa persekutuan dengan Tuhan Yesus mustahil kerohanian bisa bertumbuh.
Persekutuan dengan Tuhan harus selalu kita bina terus-menerus, bukan waktu-waktu tertentu saja.
Baca: Mazmur 84:1-13
"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." Mazmur 84:11
Aspek lain yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani adalah apabila ia suka bersekutu dengan Tuhan dan juga dengan sesama saudara seiman. Persekutuan dengan Tuhan ini mutlak dimiliki setiap orang percaya, demikian juga persekutuan dengan sesama.
Kata persekutuan artinya dipersatukan menjadi satu. Jadi apabila ada persekutuan akan terjadi ikatan antara satu dengan lainnya begitu erat, bersatu dan tidak dapat dipisahkan. Betapa pentingnya ikatan persekutuan ini sehingga banyak ayat Alkitab yang menyatakan tentang hal ini, contoh: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10). Maka dari itu Rasul Paulus pun menasihati, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25).
Bersekutu dengan Tuhan berarti senantiasa melekat pada pokok anggur yaitu Tuhan Yesus, sebab kita ini adalah carang-carangNya. Tidak mungkin carang bisa hidup tanpa menempel pada pokoknya, demikian juga kita tidak dapat hidup tanpa bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. "Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4b). Jadi kalau kita tidak tinggal tetap di dalam Kristus kita tidak bisa menghasilkan buah. Bukan hanya tidak bisa berbuah, tapi lambat laun kita bisa mengalami kematian atau kekeringan rohani karena tidak ada siraman air hidup yang biasa diperoleh melalui persekutuan tersebut. Di luar Tuhan atau tanpa persekutuan dengan Tuhan Yesus mustahil kerohanian bisa bertumbuh.
Persekutuan dengan Tuhan harus selalu kita bina terus-menerus, bukan waktu-waktu tertentu saja.
Monday, March 3, 2014
KEDEWASAAN ROHANI: Rela Meninggalkan Segala Sesuatu
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Maret 2014
Baca: Ibrani 6:1-8
"Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah," Ibrani 6:1
Bukti kedewasaan rohani orang Kristen adalah kesiapan meninggalkan segala sesuatu; rela meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru. Ada tindakan iman yaitu berani keluar dari comfort zone yang selama ini membelenggu dan enggan kita tinggalkan.
Abraham membuat tindakan iman ketika mendapat perintah dari Tuhan: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1). Lalu "...pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya," (Kejadian 12:4). Begitu juga dengan Musa: "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa." (Ibrani 11:24-25). Bangsa Israel, umat pilihan Tuhan, harus meninggalkan Mesir, berarti meninggalkan masa perbudakan di Mesir, termasuk meninggalkan segala pikiran dan kebiasaan hidup lama mereka meski di tengah perjalanan mereka seringkali mengeluh, bersungut-sungut dan berkeinginan untuk kembali. Rasul Paulus pun bertekad kuat, "...karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
Kita dikatakan dewasa rohani bila kita dengan sepenuh hati tunduk kepada pimpinan Roh kudus dan meninggalkan segala yang salah dan jahat. Artinya kita tidak lagi berkompromi dengan segala perkara yang mendatangkan kebencian dalam hati Tuhan. Setiap orang yang meninggalkan segala sesuatunya bagi Kristus tidak aakan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya ia akan memiliki pengalaman-pengalaman rohani yang luar biasa. Mengalami iman inilah yang akan menolong kita untuk meninggalkan segala perkara yang selama ini menjadi penghalang bagi kita untuk mengikut dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
Tuhan rela turun ke dunia melayani, bahkan memberikan nyawaNya bagi kita; biarlah dengan iman kita pun memiliki kerelaan meninggalkan segalanya bagi Dia.
Baca: Ibrani 6:1-8
"Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah," Ibrani 6:1
Bukti kedewasaan rohani orang Kristen adalah kesiapan meninggalkan segala sesuatu; rela meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru. Ada tindakan iman yaitu berani keluar dari comfort zone yang selama ini membelenggu dan enggan kita tinggalkan.
Abraham membuat tindakan iman ketika mendapat perintah dari Tuhan: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1). Lalu "...pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya," (Kejadian 12:4). Begitu juga dengan Musa: "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa." (Ibrani 11:24-25). Bangsa Israel, umat pilihan Tuhan, harus meninggalkan Mesir, berarti meninggalkan masa perbudakan di Mesir, termasuk meninggalkan segala pikiran dan kebiasaan hidup lama mereka meski di tengah perjalanan mereka seringkali mengeluh, bersungut-sungut dan berkeinginan untuk kembali. Rasul Paulus pun bertekad kuat, "...karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
Kita dikatakan dewasa rohani bila kita dengan sepenuh hati tunduk kepada pimpinan Roh kudus dan meninggalkan segala yang salah dan jahat. Artinya kita tidak lagi berkompromi dengan segala perkara yang mendatangkan kebencian dalam hati Tuhan. Setiap orang yang meninggalkan segala sesuatunya bagi Kristus tidak aakan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya ia akan memiliki pengalaman-pengalaman rohani yang luar biasa. Mengalami iman inilah yang akan menolong kita untuk meninggalkan segala perkara yang selama ini menjadi penghalang bagi kita untuk mengikut dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
Tuhan rela turun ke dunia melayani, bahkan memberikan nyawaNya bagi kita; biarlah dengan iman kita pun memiliki kerelaan meninggalkan segalanya bagi Dia.
Sunday, March 2, 2014
KEDEWASAAN ROHANI: Bertekun Dalam Doa
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2014
Baca: Yesaya 56:1-8
"sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa." Yesaya 56:7b
Daud senantiasa mencintai firman Tuhan, "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97) karena hidup tanpa firman Tuhan itu seperti hidup di dalam kegelapan yang pekat. Sungguh, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Tuhan juga mengingatkan Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Sudah seharusnya kita memiliki komitmen untuk menjadi pelaku firman Tuhan, supaya kita disebut berbahagia oleh setiap perbuatan yang kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan. "...barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25).
Komitmen hidup taat merupakan perekat hubungan kita dengan Tuhan, sebab jika tidak ada tekad untuk melakukan firman Tuhan secara terus-menerus, dalam waktu yang singkat iman kita akan goyah dan kerohanian kita akan merosot. Komitmen inilah yang makin mendewasakan kita di dalam iman sehingga kita semakin hari semakin berkenan di mata Tuhan. Selain itu kita harus bertekun dalam doa. Doa yang dimaksud bukanlah doa yang sarat kepentingan pribadi, atau doa yang dilakukan hanya saat ada persoalan, melainkan yang dibangun setiap waktu, yang didasari kerinduan untuk bersekutu dan bergaul karib dengan Tuhan, sehingga doa menjadi gaya hidup atau kebiasaan yang dilakukan setiap hari, seperti Daniel, "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).
Seorang yang belum dewasa rohani amatlah sulit untuk bercakap-cakap dengan Tuhan, kecuali hanya bisa meminta.
Seseorang dewasa rohani tahu membangun persekutuan intim dan menjaga komunikasi dengan Tuhan; isi doanya sarat pjji-pujian dan penyembahan bagiNya.
Baca: Yesaya 56:1-8
"sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa." Yesaya 56:7b
Daud senantiasa mencintai firman Tuhan, "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97) karena hidup tanpa firman Tuhan itu seperti hidup di dalam kegelapan yang pekat. Sungguh, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Tuhan juga mengingatkan Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Sudah seharusnya kita memiliki komitmen untuk menjadi pelaku firman Tuhan, supaya kita disebut berbahagia oleh setiap perbuatan yang kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan. "...barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25).
Komitmen hidup taat merupakan perekat hubungan kita dengan Tuhan, sebab jika tidak ada tekad untuk melakukan firman Tuhan secara terus-menerus, dalam waktu yang singkat iman kita akan goyah dan kerohanian kita akan merosot. Komitmen inilah yang makin mendewasakan kita di dalam iman sehingga kita semakin hari semakin berkenan di mata Tuhan. Selain itu kita harus bertekun dalam doa. Doa yang dimaksud bukanlah doa yang sarat kepentingan pribadi, atau doa yang dilakukan hanya saat ada persoalan, melainkan yang dibangun setiap waktu, yang didasari kerinduan untuk bersekutu dan bergaul karib dengan Tuhan, sehingga doa menjadi gaya hidup atau kebiasaan yang dilakukan setiap hari, seperti Daniel, "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).
Seorang yang belum dewasa rohani amatlah sulit untuk bercakap-cakap dengan Tuhan, kecuali hanya bisa meminta.
Seseorang dewasa rohani tahu membangun persekutuan intim dan menjaga komunikasi dengan Tuhan; isi doanya sarat pjji-pujian dan penyembahan bagiNya.
Saturday, March 1, 2014
KEDEWASAAN ROHANI: Merenungkan Firman
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2014
Baca: Mazmur 119:41-56
"Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu." Mazmur 119:48
Kedewasaan rohani seseorang tidak bisa kita ukur dengan umur atau usia orang tersebut. Mungkin kita akan dengan mudah menebak berapa umur seseorang dari cici-ciri fisiknya yang memang sudah nampak jelas dan bisa kita kira-kira. Namun menilai kedewasaan rohani seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kita hanya tahu orang tersebut secara sekilas tanpa pernah bergaul karib dengan waktu yang cukup lama.
Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari karakter dan buah Roh yang dihasilkannya, sebab "...dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20), karena itu "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Inilah kehendak Tuhan, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:13-15).
Ada aspek yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani, di antaranya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya. "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Sama halnya dengan tubuh jasmani yang terus mengkonsumsi makanan yang bergizi, tubuh rohani kita pun harus mengkonsumsi firman Tuhan. Semakin kita mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam, perbuatan dan karakter kita pun akan semakin diperbaharui dari hari ke sehari, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Semakin kita merenungkan firman Tuhan, maka semakin kita rindu untuk menyenangkan hati Tuhan di segala aspek kehidupan kita.
Pertanyaan: seberapa besar rasa haus dan lapar kita terhadap firman Tuhan?
Baca: Mazmur 119:41-56
"Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu." Mazmur 119:48
Kedewasaan rohani seseorang tidak bisa kita ukur dengan umur atau usia orang tersebut. Mungkin kita akan dengan mudah menebak berapa umur seseorang dari cici-ciri fisiknya yang memang sudah nampak jelas dan bisa kita kira-kira. Namun menilai kedewasaan rohani seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kita hanya tahu orang tersebut secara sekilas tanpa pernah bergaul karib dengan waktu yang cukup lama.
Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari karakter dan buah Roh yang dihasilkannya, sebab "...dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20), karena itu "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Inilah kehendak Tuhan, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:13-15).
Ada aspek yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani, di antaranya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya. "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Sama halnya dengan tubuh jasmani yang terus mengkonsumsi makanan yang bergizi, tubuh rohani kita pun harus mengkonsumsi firman Tuhan. Semakin kita mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam, perbuatan dan karakter kita pun akan semakin diperbaharui dari hari ke sehari, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Semakin kita merenungkan firman Tuhan, maka semakin kita rindu untuk menyenangkan hati Tuhan di segala aspek kehidupan kita.
Pertanyaan: seberapa besar rasa haus dan lapar kita terhadap firman Tuhan?
Friday, February 28, 2014
MURAH HATIKAH KITA?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2014
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." Matius 5:7
Ayat nas diatas menyatakan bahwa jika kita ingin beroleh kemurahan, maka kita pun harus bermurah hati. Adapun arti kata 'murah hati' adalah suka memberi, tidak pelit dan suka menolong. Karakter inilah yang harus dikembangkan dalam diri setiap diri anak-anak Tuhan, sebab keKristenan itu identik dengan kasih dan salah satu bukti bahwa kita memiliki kasih adalah murah hati. Kemurahan juga merupakan salah satu buah-buah Roh yang harus kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun faktanya? Banyak orang Kristen yang tidak punya sifat murah hati, mereka lebih suka menerima daripada memberi. Padahal Alkitab menyatakan, "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35). Seringkali kita berpikir bahwa yang berbahagia adalah orang yang suka menerima, karena ia mendapat sesuatu dari orang lain. Mulai hari ini mindset itu harus dirubah! Justru kebahagiaan itu ada dalam diri orang yang suka memberi. Memberi, saat memberi atau menabur, harus ada yang dikorbankan dan itu mungkin terasa sangat berat bagi kita, tapi percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, Dia melihat apa yang telah kita perbuat untuk-Nya dan juga sesama.
Mengapa kita harus murah hati? Karena Bapa kita di sorga "...seumur hidup Ia murah hati;" (Mazmur 30:6), dan sebagai anak-anak-Nya, kita wajib dan harus mengikuti jejak-Nya. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Bukti nyata bahwa Bapa itu Maha pemurah adalah Ia rela memberikan Putera-Nya Yesus Kristus untuk mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia, yang oleh-Nya kita diselamatkan. Selama pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus juga selalu menunjukkan kasih dan kemurahan hati terhadap semua orang. Maka dari itu, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Bermurah hati atau suka memberi itu tidak selalu identik dengan berkorban uang atau materi. Tapi kita yang diberkati Tuhan, adalah wajib bagi kita untuk memberkati orang lain, karena tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat.
"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." Mazmur 126:5
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." Matius 5:7
Ayat nas diatas menyatakan bahwa jika kita ingin beroleh kemurahan, maka kita pun harus bermurah hati. Adapun arti kata 'murah hati' adalah suka memberi, tidak pelit dan suka menolong. Karakter inilah yang harus dikembangkan dalam diri setiap diri anak-anak Tuhan, sebab keKristenan itu identik dengan kasih dan salah satu bukti bahwa kita memiliki kasih adalah murah hati. Kemurahan juga merupakan salah satu buah-buah Roh yang harus kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun faktanya? Banyak orang Kristen yang tidak punya sifat murah hati, mereka lebih suka menerima daripada memberi. Padahal Alkitab menyatakan, "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35). Seringkali kita berpikir bahwa yang berbahagia adalah orang yang suka menerima, karena ia mendapat sesuatu dari orang lain. Mulai hari ini mindset itu harus dirubah! Justru kebahagiaan itu ada dalam diri orang yang suka memberi. Memberi, saat memberi atau menabur, harus ada yang dikorbankan dan itu mungkin terasa sangat berat bagi kita, tapi percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, Dia melihat apa yang telah kita perbuat untuk-Nya dan juga sesama.
Mengapa kita harus murah hati? Karena Bapa kita di sorga "...seumur hidup Ia murah hati;" (Mazmur 30:6), dan sebagai anak-anak-Nya, kita wajib dan harus mengikuti jejak-Nya. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Bukti nyata bahwa Bapa itu Maha pemurah adalah Ia rela memberikan Putera-Nya Yesus Kristus untuk mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia, yang oleh-Nya kita diselamatkan. Selama pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus juga selalu menunjukkan kasih dan kemurahan hati terhadap semua orang. Maka dari itu, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Bermurah hati atau suka memberi itu tidak selalu identik dengan berkorban uang atau materi. Tapi kita yang diberkati Tuhan, adalah wajib bagi kita untuk memberkati orang lain, karena tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat.
"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." Mazmur 126:5
Thursday, February 27, 2014
JANGAN HITUNG-HITUNGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2014
Baca: Yohanes 6:1-15
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan;" Yohanes 6:9
Jika sampai saat ini kita tidak menuai apa-apa, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengoreksi diri sendiri, mungkin selama ini kita tidak pernah menabur, pelit dan menggenggap erat harta untuk diri sendiri. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua jenis orang sukar sekali mengalami berkat-berkat Tuhan. Mereka adalah orang yang sukar sekali mengalami berkat-berkat Tuhan. Mereka adalah seorang pemalas dan seorang kikir. Bagaimana kita bisa menikmati berkat Tuhan jika kita malas dan tidak mau bekerja? Rasul Paulus dengan tegas mengatakan, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Di dalam Amsal 20:4 juga tertulis, "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." Sementara, orang yang kikir tidak akan menerima berkat dari Tuhan, karena ia tidak pernah menabur, maunya hanya menerima saja. "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan." (Amsal 28:22).
Sesungguhnya, Tuhan memerintahkan kita untuk memberi adalah demi kebaikan kita, Tuhan sama sekali tidak diuntungkan dengan pemberian kita, karena Dia adalah Pemilik segala-galanya. Dibutuhkan iman untuk bisa melakukan kehendak Tuhan ini. Ketika seorang anak menyerahkan lima roti dan dua ikan, secara otomatis sudah tidak ada makanan untuk dimakan. tetapi karena ia rela berkorban dan memberikan semuanya kepada Yesus, maka terjadilah perlipatan yang luar biasa. Tidak ada rumus manapun yang bisa menyatakan bahwa dengan lima roti dan dua ikan, dapat memberi makan 5000 orang dengan kenyang, bahkan masih ada sisa sebanyak 12 bakul penuh.
Semakin kita memiliki keberanian untuk memberi, berarti kita memberi kesempatan seluas-luasnya kepada Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya. Oleh karena itu, "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, berilah yang terbaik yang kita miliki kepada Tuhan, maka pada saatnya Ia akan melimpahkan berkat-Nya dengan berlipatkali ganda, karena Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang kepada umat-Nya.
Baca: Yohanes 6:1-15
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan;" Yohanes 6:9
Jika sampai saat ini kita tidak menuai apa-apa, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengoreksi diri sendiri, mungkin selama ini kita tidak pernah menabur, pelit dan menggenggap erat harta untuk diri sendiri. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua jenis orang sukar sekali mengalami berkat-berkat Tuhan. Mereka adalah orang yang sukar sekali mengalami berkat-berkat Tuhan. Mereka adalah seorang pemalas dan seorang kikir. Bagaimana kita bisa menikmati berkat Tuhan jika kita malas dan tidak mau bekerja? Rasul Paulus dengan tegas mengatakan, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Di dalam Amsal 20:4 juga tertulis, "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." Sementara, orang yang kikir tidak akan menerima berkat dari Tuhan, karena ia tidak pernah menabur, maunya hanya menerima saja. "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan." (Amsal 28:22).
Sesungguhnya, Tuhan memerintahkan kita untuk memberi adalah demi kebaikan kita, Tuhan sama sekali tidak diuntungkan dengan pemberian kita, karena Dia adalah Pemilik segala-galanya. Dibutuhkan iman untuk bisa melakukan kehendak Tuhan ini. Ketika seorang anak menyerahkan lima roti dan dua ikan, secara otomatis sudah tidak ada makanan untuk dimakan. tetapi karena ia rela berkorban dan memberikan semuanya kepada Yesus, maka terjadilah perlipatan yang luar biasa. Tidak ada rumus manapun yang bisa menyatakan bahwa dengan lima roti dan dua ikan, dapat memberi makan 5000 orang dengan kenyang, bahkan masih ada sisa sebanyak 12 bakul penuh.
Semakin kita memiliki keberanian untuk memberi, berarti kita memberi kesempatan seluas-luasnya kepada Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya. Oleh karena itu, "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, berilah yang terbaik yang kita miliki kepada Tuhan, maka pada saatnya Ia akan melimpahkan berkat-Nya dengan berlipatkali ganda, karena Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang kepada umat-Nya.
Wednesday, February 26, 2014
MEMBERI SEBAGAI GAYA HIDUP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2014
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;" 2 Korintus 9:10
Untuk kesekiankalinya, kita diingatkan bahwa dalam kehidupan ini, ada yang namanya hukum tabur tuai. Semakin banyak kita menabur, semakin banyak pula yang akan kita tuai. Dan "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8).
Alkitab menyatakan bahwa kita akan menerima jika kita memberi, bahkan kita akan menerima lebih banyak dari yang kita beri. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Intinya adalah kita akan menerima setelah kita memberi. Dan Tuhan menghendaki kita untuk memberi dengan hati rela dan yang terbaik, sebab apa yang ditabur orang itu juga yang dituainya (baca Galatia 6:7).
Dunia memiliki prinsip yang berbeda dengan firman Tuhan dalam hal memberi. Dunia berprinsip bahwa jika kita banyak memberi, maka milik kita akan semakin berkurang dan kita akan mengalami kekurangan. Oleh karena itu, kita harus menghemat begitu rupa, kalau perlu kita menjadi orang yang kikir atau pelit. Perhatikan firman Tuhan ini! "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25). Secara logika dan rumus matematika, itu tidak masuk akal, sebab semua orang yang menyebar harta, tentunya ia akan kehilangan banyak harta. Namun, Tuhan berjanji bahwa orang yang banyak menabur tidak akan berkekurangan, malah akan berkelimpahan. Alkitab menambahkan, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri," (Amsal 11:17). Jadi, memberi adalah perintah Tuhan bagi setiap orang percaya, tanpa terkecuali. Perintah Tuhan adalah untuk ditaati, bukan untuk dilanggar.
Tuhan menghendaki kita menjadi orang yang murah hati, bukan pelit atau kikir.
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;" 2 Korintus 9:10
Untuk kesekiankalinya, kita diingatkan bahwa dalam kehidupan ini, ada yang namanya hukum tabur tuai. Semakin banyak kita menabur, semakin banyak pula yang akan kita tuai. Dan "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8).
Alkitab menyatakan bahwa kita akan menerima jika kita memberi, bahkan kita akan menerima lebih banyak dari yang kita beri. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Intinya adalah kita akan menerima setelah kita memberi. Dan Tuhan menghendaki kita untuk memberi dengan hati rela dan yang terbaik, sebab apa yang ditabur orang itu juga yang dituainya (baca Galatia 6:7).
Dunia memiliki prinsip yang berbeda dengan firman Tuhan dalam hal memberi. Dunia berprinsip bahwa jika kita banyak memberi, maka milik kita akan semakin berkurang dan kita akan mengalami kekurangan. Oleh karena itu, kita harus menghemat begitu rupa, kalau perlu kita menjadi orang yang kikir atau pelit. Perhatikan firman Tuhan ini! "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25). Secara logika dan rumus matematika, itu tidak masuk akal, sebab semua orang yang menyebar harta, tentunya ia akan kehilangan banyak harta. Namun, Tuhan berjanji bahwa orang yang banyak menabur tidak akan berkekurangan, malah akan berkelimpahan. Alkitab menambahkan, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri," (Amsal 11:17). Jadi, memberi adalah perintah Tuhan bagi setiap orang percaya, tanpa terkecuali. Perintah Tuhan adalah untuk ditaati, bukan untuk dilanggar.
Tuhan menghendaki kita menjadi orang yang murah hati, bukan pelit atau kikir.
Tuesday, February 25, 2014
KESEMBUHAN: Kehendak Tuhan Bagi Kita (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2014
Baca: 3 Yohanes 1:1-4
"...aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja." 3 Yohanes 1:2
Banyak orang Kristen mengakui bahwa firman Tuhan itu hidup dan berkuasa, tapi dalam hal kesembuhan, tidak sedikit dari mereka yang tidak percaya dan masih sangsi. Mereka baru mau percaya bila sudah merasakan dan melihat kesembuhan terlebih dahulu. Mereka minta bukti! Mereka lebih percaya kepada pendapat manusia daripada firman Tuhan. Disinilah terjadi peperangan yang besar antara panca indera dan iman.
Seorang anak Tuhan yang mempunyai iman yang teguh akan tampil sebagai pemenang dalam peperangan ini dan ia akan menyerahkan hidupnya secara penuh kepada Tuhan. Oleh imannya, ia akan tetap bisa mengucap syukur dan berpikiran positif, walaupun tubuh nya masih lemah dan sakit. Oleh imannya, mata terus memandang kepada Tuhan Yesus yang telah menanggung segala sakit-penyakitnya. Ketika bangsa Israel berjalan di padang gurun, dalam kurun waktu yang cukup lama, Tuhan memelihara mereka begitu rupa, sehingga tidak seorang pun dari mereka yang lemah dan sakit, semua sehat dan kuat, "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini." (Ulangan 8:4).
Ayub, seorang yang hidup saleh, jujur, takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan, suatu ketika harus mengalami penderitaan karena serangan iblis. "Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya." (Ayub 2:7). Ketika melihat orang lain sakit dan menderita, seringkali dengan gampangnya kita memvonis dan menghakimi mereka. Berhentilah untuk menghakimi! Sebab "...ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Ayub 7:2). Setelah mengerti kebenaran bahwa Tuhan merancangkan hal-hal yang baik, maka mulai sekarang janganlah pandang lagi kepada penyakit Saudara! Sebaliknya, percayalah kepada Tuhan Yesus dan firman-Nya, sebab di balik firman Tuhan ada kuasa yang ajaib: kuasa untuk mencipta, kuasa untuk melepaskan, kuasa untuk menyembuhkan dan kuasa untuk menyelamatkan. Jadi, kesehatan dan kesembuhan adalah berkat yang telah disediakan Tuhan bagi kita.
"Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." Matius 8:17
Baca: 3 Yohanes 1:1-4
"...aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja." 3 Yohanes 1:2
Banyak orang Kristen mengakui bahwa firman Tuhan itu hidup dan berkuasa, tapi dalam hal kesembuhan, tidak sedikit dari mereka yang tidak percaya dan masih sangsi. Mereka baru mau percaya bila sudah merasakan dan melihat kesembuhan terlebih dahulu. Mereka minta bukti! Mereka lebih percaya kepada pendapat manusia daripada firman Tuhan. Disinilah terjadi peperangan yang besar antara panca indera dan iman.
Seorang anak Tuhan yang mempunyai iman yang teguh akan tampil sebagai pemenang dalam peperangan ini dan ia akan menyerahkan hidupnya secara penuh kepada Tuhan. Oleh imannya, ia akan tetap bisa mengucap syukur dan berpikiran positif, walaupun tubuh nya masih lemah dan sakit. Oleh imannya, mata terus memandang kepada Tuhan Yesus yang telah menanggung segala sakit-penyakitnya. Ketika bangsa Israel berjalan di padang gurun, dalam kurun waktu yang cukup lama, Tuhan memelihara mereka begitu rupa, sehingga tidak seorang pun dari mereka yang lemah dan sakit, semua sehat dan kuat, "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini." (Ulangan 8:4).
Ayub, seorang yang hidup saleh, jujur, takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan, suatu ketika harus mengalami penderitaan karena serangan iblis. "Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya." (Ayub 2:7). Ketika melihat orang lain sakit dan menderita, seringkali dengan gampangnya kita memvonis dan menghakimi mereka. Berhentilah untuk menghakimi! Sebab "...ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Ayub 7:2). Setelah mengerti kebenaran bahwa Tuhan merancangkan hal-hal yang baik, maka mulai sekarang janganlah pandang lagi kepada penyakit Saudara! Sebaliknya, percayalah kepada Tuhan Yesus dan firman-Nya, sebab di balik firman Tuhan ada kuasa yang ajaib: kuasa untuk mencipta, kuasa untuk melepaskan, kuasa untuk menyembuhkan dan kuasa untuk menyelamatkan. Jadi, kesehatan dan kesembuhan adalah berkat yang telah disediakan Tuhan bagi kita.
"Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." Matius 8:17
Monday, February 24, 2014
KESEMBUHAN: Kehendak Tuhan Bagi Kita (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2014
Baca: Mazmur 41:1-14
"TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya." Mazmur 41:4
Menderita sakit atau mengalami penderitaan tubuh yang disebabkan oleh penyakit itu bukanlah kehendak Tuhan, karena Dia tidak senang melihat umat-Nya menderita, sama halnya ketika Ia melihat umat-Nya hidup dalam dosa. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus rela menanggung segala dosa dan penyakit kita, melalui kematian-Nya di bukit Golgota. Tertulis, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24), dan Ia melakukan itu sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. "...Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya." (Ibrani 9:26b).
Darah Kristus telah menyucikan segala dosa kita dan bilur-Nya menyembuhkan segala penyakit kita. Hal ini menunjukkan bahwa dari pihak Tuhan, memang sudah pasti Tuhan merancangkan kesembuhan bagi kita dan harga untuk penebusan penyakit kita, sudah dibayar oleh-Nya di Kalvari. Tuhan Yesus telah menggenapkan keselamatan dengan sempurna, karena Ia sudah bangkit dengan kemenangan yang gilang gemilang, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya, beroleh keselamatan, termasuk di dalam kesembuhan dan kesehatan.
Jika diantara pembaca renungan ini sedang menderita sakit, mari kita memegang teguh kebenaran firman Tuhan ini: Tuhan mau menyembuhkan semua orang yang percaya kepada-Nya. Tidak ada alasan sedikitpun bagi untuk ragu dan bimbang terhadap janji firman-Nya, sebab Tuhan bukanlah manusia yang mudah sekali ingkar dan berdusta, "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Memiliki keyakinan yang kuat bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan sakit kita adalah langkah awal kepada kehidupan yang sehat. Jangan pedulikan bisikan iblis yang tak pernah berhenti melemahkan iman kita dengan berkata: "Engkau masih terbaring di tempat tidur. Engkau masih sakit. Sakitmu tidak mungkin sembuh dan dokter sudah mengangkat tangan!" Dan berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah dan putus asa.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, percaya itu!
Baca: Mazmur 41:1-14
"TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya." Mazmur 41:4
Menderita sakit atau mengalami penderitaan tubuh yang disebabkan oleh penyakit itu bukanlah kehendak Tuhan, karena Dia tidak senang melihat umat-Nya menderita, sama halnya ketika Ia melihat umat-Nya hidup dalam dosa. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus rela menanggung segala dosa dan penyakit kita, melalui kematian-Nya di bukit Golgota. Tertulis, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24), dan Ia melakukan itu sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. "...Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya." (Ibrani 9:26b).
Darah Kristus telah menyucikan segala dosa kita dan bilur-Nya menyembuhkan segala penyakit kita. Hal ini menunjukkan bahwa dari pihak Tuhan, memang sudah pasti Tuhan merancangkan kesembuhan bagi kita dan harga untuk penebusan penyakit kita, sudah dibayar oleh-Nya di Kalvari. Tuhan Yesus telah menggenapkan keselamatan dengan sempurna, karena Ia sudah bangkit dengan kemenangan yang gilang gemilang, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya, beroleh keselamatan, termasuk di dalam kesembuhan dan kesehatan.
Jika diantara pembaca renungan ini sedang menderita sakit, mari kita memegang teguh kebenaran firman Tuhan ini: Tuhan mau menyembuhkan semua orang yang percaya kepada-Nya. Tidak ada alasan sedikitpun bagi untuk ragu dan bimbang terhadap janji firman-Nya, sebab Tuhan bukanlah manusia yang mudah sekali ingkar dan berdusta, "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Memiliki keyakinan yang kuat bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan sakit kita adalah langkah awal kepada kehidupan yang sehat. Jangan pedulikan bisikan iblis yang tak pernah berhenti melemahkan iman kita dengan berkata: "Engkau masih terbaring di tempat tidur. Engkau masih sakit. Sakitmu tidak mungkin sembuh dan dokter sudah mengangkat tangan!" Dan berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah dan putus asa.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, percaya itu!
Sunday, February 23, 2014
KUNCI KESEMBUHAN: Hidup Dalam Ketaatan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2014
Baca: Amsal 3:1-35
"...takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu." Amsal 3:7-8
Jika kita baca di dalam Alkitab, salah satu pekerjaan penting yang dilakukan Tuhan Yesus adalah menyembuhkan semua orang sakit yang datang kepada-Nya dengan iman: yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang kusta ditahirkan, segala dapat disembuhkan oleh kuasa Tuhan dengan heran dan ajaib. Kuncinya adalah datang kepada Yesus dengan penuh iman. Dan kuasa kesembuhan itu masih berlaku hingga detik ini.
Selain daripada itu, untuk mengalami kesembuhan dari Tuhan adalah kita harus hidup dalam ketaatan. "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau." (Keluaran 15:26). Daud berkata, "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103:13). Kata 'takut' disini artinya seseorang yang memiliki kesadaran penuh akan kekudusan dan kebenaran Tuhan, sehingga ia pun berketetapan hati untuk tidak mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan, tindakan atau perbuatan untuk hidup menurut firman-Nya dan menjauhi segala bentuk kejahatan (dosa), atas dasar kasih kepada Tuhan, bukan karena terpaksa atau desakan dari pihak lain. Terhadap orang yang demikian, Tuhan akan menyatakan kasih dan sayang-Nya. Dan ketika orang tersebut datang kepada Tuhan dengan sikap hidup yang benar, berdoa memohon kesembuhan, maka Tuhan akan senang memberikan segala berkat-Nya, termasuk kesembuhan bagi tubuhnya. Apabila kita datang kepada Tuhan dengan sikap hidup yang benar, maka kita pasti akan mengalami mujizat Tuhan, sebab Tuhan selalu menepati janji-Nya.
Berdoalah minta kesembuhan kepada Tuhan karena Dia adalah Jehovah Rophe. Arti kata 'Rophe' adalah seseorang yang memperbaiki dan membetulkan yang rusak dengan sangat teliti agar mencapai hasil yang maksimal.
Rencana Tuhan atas umat-Nya bukanlah penyakit, melainkan kesembuhan yang sempurna!
Baca: Amsal 3:1-35
"...takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu." Amsal 3:7-8
Jika kita baca di dalam Alkitab, salah satu pekerjaan penting yang dilakukan Tuhan Yesus adalah menyembuhkan semua orang sakit yang datang kepada-Nya dengan iman: yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang kusta ditahirkan, segala dapat disembuhkan oleh kuasa Tuhan dengan heran dan ajaib. Kuncinya adalah datang kepada Yesus dengan penuh iman. Dan kuasa kesembuhan itu masih berlaku hingga detik ini.
Selain daripada itu, untuk mengalami kesembuhan dari Tuhan adalah kita harus hidup dalam ketaatan. "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau." (Keluaran 15:26). Daud berkata, "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103:13). Kata 'takut' disini artinya seseorang yang memiliki kesadaran penuh akan kekudusan dan kebenaran Tuhan, sehingga ia pun berketetapan hati untuk tidak mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan, tindakan atau perbuatan untuk hidup menurut firman-Nya dan menjauhi segala bentuk kejahatan (dosa), atas dasar kasih kepada Tuhan, bukan karena terpaksa atau desakan dari pihak lain. Terhadap orang yang demikian, Tuhan akan menyatakan kasih dan sayang-Nya. Dan ketika orang tersebut datang kepada Tuhan dengan sikap hidup yang benar, berdoa memohon kesembuhan, maka Tuhan akan senang memberikan segala berkat-Nya, termasuk kesembuhan bagi tubuhnya. Apabila kita datang kepada Tuhan dengan sikap hidup yang benar, maka kita pasti akan mengalami mujizat Tuhan, sebab Tuhan selalu menepati janji-Nya.
Berdoalah minta kesembuhan kepada Tuhan karena Dia adalah Jehovah Rophe. Arti kata 'Rophe' adalah seseorang yang memperbaiki dan membetulkan yang rusak dengan sangat teliti agar mencapai hasil yang maksimal.
Rencana Tuhan atas umat-Nya bukanlah penyakit, melainkan kesembuhan yang sempurna!
Saturday, February 22, 2014
KUNCI KESEMBUHAN: Menjamah Jubah Yesus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2014
Baca: Markus 5:25-34
"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Markus 5:28
Ada seorang wanita yang kondisi kesehatannya sangat buruk, karena "...sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan." (Markus 5:25). Ia sudah pergi berobat kemana-mana, sampai harta bendanya ludes untuk biaya berobat, tapi hasilnya tetap saja nihil dan keadaannya makin memburuk. Tak dapat dibayangkan betapa menderitanya wanita itu. Secara manusia, ia sudah tidak punya harapan lagi. Meski demikian, ia tidak menyerah dengan keadaan yang ada. Itulah sebabnya, ketika melihat Yesus dari dekat, dengan sisa-sisa kekuatannya ia berusaha untuk menjamah jubah-Nya, karena ia sangat percaya bahwa dengan menjamah jubah Yesus saja sudah cukup baginya untuk mengalami kesembuhan, karena ia tahu bahwa segala kuasa ada dalam diri Yesus. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18), bahkan "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," (Filipi 2:10).
Saat mengalami pergumulan berat, seringkali kita berharap dan mencari pertolongan kepada manusia, padahal kita tahu bahwa manusia "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22), dan akhirnya kita pun kecewa dan putus asa. Ada kabar baik hari ini! Masih ada harapan bagi orang percaya, datanglah kepada Tuhan Yesus dan jamahlah Dia. Saat jubah-Nya dijamah oleh wanita itu, Yesus merasakan ada tenaga yang keluar dari dalam diri-Nya; Ada kuasa yang keluar dari diri Yesus (baca Lukas 8:46), dan kuasa-Nya pun sanggup menyembuhkan dan memulihkan keadaan wanita itu. Setelah menjamah jubah Yesus, "Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya." (Markus 5:29). Jubah Yesus pasti tidak jauh berbeda dengan jubah yang dikenakan orang-orang pada saat itu, tapi yang membedakannya adalah jubah itu melekat pada diri Yesus.
Jubah Yesus tidak bisa menyembuhkan, jubah Yesus hanyalah sarana atau alat saja, yang menyembuhkan adalah Pribadi Yesus. Akhirnya, wanita ini pun pulang dengan sukacita yang luar biasa karena selain mengalami kesembuhan total, ia juga beroleh keselamatan.
"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Markus 5:34
Baca: Markus 5:25-34
"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Markus 5:28
Ada seorang wanita yang kondisi kesehatannya sangat buruk, karena "...sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan." (Markus 5:25). Ia sudah pergi berobat kemana-mana, sampai harta bendanya ludes untuk biaya berobat, tapi hasilnya tetap saja nihil dan keadaannya makin memburuk. Tak dapat dibayangkan betapa menderitanya wanita itu. Secara manusia, ia sudah tidak punya harapan lagi. Meski demikian, ia tidak menyerah dengan keadaan yang ada. Itulah sebabnya, ketika melihat Yesus dari dekat, dengan sisa-sisa kekuatannya ia berusaha untuk menjamah jubah-Nya, karena ia sangat percaya bahwa dengan menjamah jubah Yesus saja sudah cukup baginya untuk mengalami kesembuhan, karena ia tahu bahwa segala kuasa ada dalam diri Yesus. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18), bahkan "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," (Filipi 2:10).
Saat mengalami pergumulan berat, seringkali kita berharap dan mencari pertolongan kepada manusia, padahal kita tahu bahwa manusia "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22), dan akhirnya kita pun kecewa dan putus asa. Ada kabar baik hari ini! Masih ada harapan bagi orang percaya, datanglah kepada Tuhan Yesus dan jamahlah Dia. Saat jubah-Nya dijamah oleh wanita itu, Yesus merasakan ada tenaga yang keluar dari dalam diri-Nya; Ada kuasa yang keluar dari diri Yesus (baca Lukas 8:46), dan kuasa-Nya pun sanggup menyembuhkan dan memulihkan keadaan wanita itu. Setelah menjamah jubah Yesus, "Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya." (Markus 5:29). Jubah Yesus pasti tidak jauh berbeda dengan jubah yang dikenakan orang-orang pada saat itu, tapi yang membedakannya adalah jubah itu melekat pada diri Yesus.
Jubah Yesus tidak bisa menyembuhkan, jubah Yesus hanyalah sarana atau alat saja, yang menyembuhkan adalah Pribadi Yesus. Akhirnya, wanita ini pun pulang dengan sukacita yang luar biasa karena selain mengalami kesembuhan total, ia juga beroleh keselamatan.
"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Markus 5:34
Friday, February 21, 2014
KUNCI KESEMBUHAN: Datang Kepada Yesus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2014
Baca: Matius 8:1-4
"Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya." Matius 8:3b
Bagaimana supaya kuasa kesembuhan dari Tuhan itu terjadi dalam kehidupan kita? Syarat satu-satunya adalah percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus. Tanpa iman yang sungguh, tidak mungkin terjadi kesembuhan. Kita tidak akan beroleh kesembuhan jika kita tidak percaya dan masih meragukan kuasa Tuhan sanggup menyembuhkan segala penyakit dan menghancurkan segala kuasa setan. Dimana ada kebimbangan dan keragu-raguan, disitu pasti tidak ada iman. Alkitab menyatakan bahwa, "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6) dan orang yang bimbang tidak akan menerima sesuatu dari Tuhan (baca Yakobus 1:6-7), artinya mustahil kita akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas kita.
Saat berada di Nazaret, Yesus tidak banyak melakukan mujizat disana. Hal ini bukan karena Yesus tidak sanggup, tapi karena orang-orang Nazaret tidak percaya kepada-Nya, dengan berkata: "Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Lalu mereka kecewa dan menolak Dia." (Matius 13:55-57a).
Langkah awal untuk mengalami kesembuhan dari Tuhan adalah datang kepada Tuhan Yesus dengan iman. Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, "...lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." (Matius 8:2). Kata 'sujud menyembah' berarti datang dengan penuh kerendahan hati. Banyak orang sakit tidak mau datang kepada Tuhan Yesus, yang adalah sang Juruselamat, tetapi mereka lebih memilih untuk mencari pertolongan kepada kuasa-kuasa gelap. Dan pernyataan, 'jika Tuhan mau, Tuhan dapat mentahirkan aku' adalah kata-kata yang positif sebagai ekspresi iman yang hidup. Iman itu mengalahkan perasaan dan logika! Iman itu tidak bergantung pada panca indera dan tidak terpengaruh oleh keadaan yang ada. Iman itulah percaya yang sungguh akan perkara-perkara yang diharapkan dan keyakinan akan hal-hal yang tidak kelihatan. Dan akhirnya, "...Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: 'Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya." (Matius 8:3).
Mujizat pun dinyatakan!
Baca: Matius 8:1-4
"Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya." Matius 8:3b
Bagaimana supaya kuasa kesembuhan dari Tuhan itu terjadi dalam kehidupan kita? Syarat satu-satunya adalah percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus. Tanpa iman yang sungguh, tidak mungkin terjadi kesembuhan. Kita tidak akan beroleh kesembuhan jika kita tidak percaya dan masih meragukan kuasa Tuhan sanggup menyembuhkan segala penyakit dan menghancurkan segala kuasa setan. Dimana ada kebimbangan dan keragu-raguan, disitu pasti tidak ada iman. Alkitab menyatakan bahwa, "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6) dan orang yang bimbang tidak akan menerima sesuatu dari Tuhan (baca Yakobus 1:6-7), artinya mustahil kita akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas kita.
Saat berada di Nazaret, Yesus tidak banyak melakukan mujizat disana. Hal ini bukan karena Yesus tidak sanggup, tapi karena orang-orang Nazaret tidak percaya kepada-Nya, dengan berkata: "Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Lalu mereka kecewa dan menolak Dia." (Matius 13:55-57a).
Langkah awal untuk mengalami kesembuhan dari Tuhan adalah datang kepada Tuhan Yesus dengan iman. Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, "...lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." (Matius 8:2). Kata 'sujud menyembah' berarti datang dengan penuh kerendahan hati. Banyak orang sakit tidak mau datang kepada Tuhan Yesus, yang adalah sang Juruselamat, tetapi mereka lebih memilih untuk mencari pertolongan kepada kuasa-kuasa gelap. Dan pernyataan, 'jika Tuhan mau, Tuhan dapat mentahirkan aku' adalah kata-kata yang positif sebagai ekspresi iman yang hidup. Iman itu mengalahkan perasaan dan logika! Iman itu tidak bergantung pada panca indera dan tidak terpengaruh oleh keadaan yang ada. Iman itulah percaya yang sungguh akan perkara-perkara yang diharapkan dan keyakinan akan hal-hal yang tidak kelihatan. Dan akhirnya, "...Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: 'Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya." (Matius 8:3).
Mujizat pun dinyatakan!
Thursday, February 20, 2014
TUHAN YESUS: Sang Penyembuh (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2014
Baca: Kisah Para Rasul 10:1-48
"...Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia." Kisah 10:38
Kesembuhan adalah salah satu berkat yang kita terima dari Allah melalui Yesus Kristus. Tertulis, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24). Yesus Kristus telah menderita dan rela mati untuk menanggung dosa dan segala penyakit kita. Kesembuhan telah diberikan oleh Yesus di atas Kalvari. Artinya Yesus telah membayar kehidupan kita melalui kematian-Nya, sehingga kita terbebas dari dosa dan juga segala akibatnya.
Saat melayani di bumi, ada banyak cara yang dilakukan Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Salah satunya ketika bertemu dengan seorang perwira Romawi, Yesus melihat iman perwira itu sangat besar, bahkan Ia tidak pernah menjumpai iman sebesar itu diantara orang Israel. Perwira itu berkata, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." (Matius 8:8). Perkataan perwira ini menunjukkan imannya yang besar kepada Yesus. Perwira ini sangat percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan. Dengan berkata-kata saja, tanpa harus datang ke rumah dan menumpangkan tangan-Nya kepada si sakit, ia sangat yakin bahwa hambanya itu pasti sembuh. Dan ketika Yesus berkata, "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." (Matius 8:13a), maka saat yang sama juga sembuhlah hambanya itu. Hanya dengan mendengar perkataan Yesus, orang sakit disembuhkan.
Selain itu, Yesus juga sering menumpangkan tangan-Nya atau menjamah orang yang sakit dan mereka disembuhkan: seorang yang sakit kusta (Matius 8:3), ibu mertua Petrus (Matius 8:15), seorang buta (Matius 9:29), orang sakit di Nazaret (Markus 6:5) dan lain sebagainya. Tetapi, ada saatnya pula, Yesus harus berbicara langsung kepada penyakit, menghardik dan kemudian memerintahkan 'roh penyakit' itu pergi, karena Ia tahu benar bahwa penyakit adalah pekerjaan Iblis dan Yesus datang untuk menghancurkan dan memusnahkan pekerjaan iblis itu (baca Lukas 4:31-37).
Tuhan Yesus memiliki kuasa dan otoritas, karena itu Ia sanggup menyembuhkan segala sakit-penyakit umatNya!
Baca: Kisah Para Rasul 10:1-48
"...Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia." Kisah 10:38
Kesembuhan adalah salah satu berkat yang kita terima dari Allah melalui Yesus Kristus. Tertulis, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24). Yesus Kristus telah menderita dan rela mati untuk menanggung dosa dan segala penyakit kita. Kesembuhan telah diberikan oleh Yesus di atas Kalvari. Artinya Yesus telah membayar kehidupan kita melalui kematian-Nya, sehingga kita terbebas dari dosa dan juga segala akibatnya.
Saat melayani di bumi, ada banyak cara yang dilakukan Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Salah satunya ketika bertemu dengan seorang perwira Romawi, Yesus melihat iman perwira itu sangat besar, bahkan Ia tidak pernah menjumpai iman sebesar itu diantara orang Israel. Perwira itu berkata, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." (Matius 8:8). Perkataan perwira ini menunjukkan imannya yang besar kepada Yesus. Perwira ini sangat percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan. Dengan berkata-kata saja, tanpa harus datang ke rumah dan menumpangkan tangan-Nya kepada si sakit, ia sangat yakin bahwa hambanya itu pasti sembuh. Dan ketika Yesus berkata, "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." (Matius 8:13a), maka saat yang sama juga sembuhlah hambanya itu. Hanya dengan mendengar perkataan Yesus, orang sakit disembuhkan.
Selain itu, Yesus juga sering menumpangkan tangan-Nya atau menjamah orang yang sakit dan mereka disembuhkan: seorang yang sakit kusta (Matius 8:3), ibu mertua Petrus (Matius 8:15), seorang buta (Matius 9:29), orang sakit di Nazaret (Markus 6:5) dan lain sebagainya. Tetapi, ada saatnya pula, Yesus harus berbicara langsung kepada penyakit, menghardik dan kemudian memerintahkan 'roh penyakit' itu pergi, karena Ia tahu benar bahwa penyakit adalah pekerjaan Iblis dan Yesus datang untuk menghancurkan dan memusnahkan pekerjaan iblis itu (baca Lukas 4:31-37).
Tuhan Yesus memiliki kuasa dan otoritas, karena itu Ia sanggup menyembuhkan segala sakit-penyakit umatNya!
Wednesday, February 19, 2014
TUHAN YESUS: Sang Penyembuh (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2014
Baca: Yeremia 30:1-24
"Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorangpun menanyakannya." Yeremia 30:17
Seseorang yang mengalami 'sakit' rohani, akan mudah sekali untuk marah, benci, iri hati, dengki, benci, dendam, sakit hati, kecewa dan putus asa. Selain itu, orang akan menjadi malas dan tidak lagi bersemangat untuk beribadah atau bersekutu dengan Tuhan, bahkan untuk memuji Tuhan dan mengucap syukur saja, bibir terasa kelu dan tak berdaya, yang ada hanyalah omelan, keluhan dan persungutan belaka.
Adalah anugerah yang luar biasa, karena kita memiliki Tuhan Yesus, yang adalah Sumber kesembuhan bagi kita. Ia telah menanggung semua penyakit kita di kayu salib. Inilah harga yang Dia bayar untuk kesembuhan kita, "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5). Hal ini menunjukkan bahwa sumber kesembuhan bagi manusia adalah Allah sendiri yang telah menyatakan kuasa dan kasih-Nya melalui Putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Inilah kesembuhan yang paling aman, mudah dan tanpa biaya apapun, suatu kesembuhan sempurana bagi sakit jasmani dan rohani. Kesembuhan Ilahi adalah mujizat yang disediakan Allah kepada setiap orang percaya dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada penyakit yang terlalu berat atau besar, sehingga Ia tidak dapat menyembuhkannya, karena Dia adalah Dokter di atas segala dokter, Tabib di atas segala tabib.
Mengapa Tuhan menyediakan 'kesembuhan' bagi umat-Nya? Karena Tuhan selalu mengerjakan hal-hal yang baik bagi anak-anakNya. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang;" (Yakobus 1:17). Salah satunya adalah dengan melepaskan dan membebaskan kita dari penderitaan dan kesengsaraan yang diakibatkan oleh sakit penyakit, melalui kesembuhan Ilahi. Kesembuhan adalah kehendak Tuhan dan sekaligus menjadi hak mutlak bagi setiap orang percaya, bukan monopoli para hamba Tuhan atau gereja dengan merk tertentu.
Jangan pernah ragukan Tuhan, karena kuasa-Nya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan sampai selamanya!
Baca: Yeremia 30:1-24
"Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorangpun menanyakannya." Yeremia 30:17
Seseorang yang mengalami 'sakit' rohani, akan mudah sekali untuk marah, benci, iri hati, dengki, benci, dendam, sakit hati, kecewa dan putus asa. Selain itu, orang akan menjadi malas dan tidak lagi bersemangat untuk beribadah atau bersekutu dengan Tuhan, bahkan untuk memuji Tuhan dan mengucap syukur saja, bibir terasa kelu dan tak berdaya, yang ada hanyalah omelan, keluhan dan persungutan belaka.
Adalah anugerah yang luar biasa, karena kita memiliki Tuhan Yesus, yang adalah Sumber kesembuhan bagi kita. Ia telah menanggung semua penyakit kita di kayu salib. Inilah harga yang Dia bayar untuk kesembuhan kita, "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5). Hal ini menunjukkan bahwa sumber kesembuhan bagi manusia adalah Allah sendiri yang telah menyatakan kuasa dan kasih-Nya melalui Putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Inilah kesembuhan yang paling aman, mudah dan tanpa biaya apapun, suatu kesembuhan sempurana bagi sakit jasmani dan rohani. Kesembuhan Ilahi adalah mujizat yang disediakan Allah kepada setiap orang percaya dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada penyakit yang terlalu berat atau besar, sehingga Ia tidak dapat menyembuhkannya, karena Dia adalah Dokter di atas segala dokter, Tabib di atas segala tabib.
Mengapa Tuhan menyediakan 'kesembuhan' bagi umat-Nya? Karena Tuhan selalu mengerjakan hal-hal yang baik bagi anak-anakNya. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang;" (Yakobus 1:17). Salah satunya adalah dengan melepaskan dan membebaskan kita dari penderitaan dan kesengsaraan yang diakibatkan oleh sakit penyakit, melalui kesembuhan Ilahi. Kesembuhan adalah kehendak Tuhan dan sekaligus menjadi hak mutlak bagi setiap orang percaya, bukan monopoli para hamba Tuhan atau gereja dengan merk tertentu.
Jangan pernah ragukan Tuhan, karena kuasa-Nya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan sampai selamanya!
Tuesday, February 18, 2014
PENYAKIT SEBAGAI MUSUH MANUSIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2014
Baca: Mazmur 91:1-16
"terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang." Mazmur 91:6
Semua orang tanpa terkecuali pasti menginginkan tubuhnya sehat wal'afiat. Siapa diantara kita yang mau menderita sakit? Tak seorang pun tidak. Sakit-penyakit adalah musuh atau momok utama manusia dibelahan bumi manapun. Itulah sebabnya, berbagai upaya dilakukan orang untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan bugar, salah satu caranya adalah dengan melakukan olahraga. Bahkan, tidak sedikit orang rela menghabiskan banyak uang untuk berolahraga. Semua orang pasti setuju dengan pernyataan ini, "Sehat itu mahal, tetapi sakit itu lebih mahal lagi, karena membutuhkan banyak biaya untuk menjadi sembuh."
Adalah wajar bila semua orang berusaha mencari kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Ada yang mencari kesembuhan dari sumber alamiah yaitu melalui pengobatan ilmu kedokteran. Tetapi banyak juga yang akhirnya terjerat dalam perangkap perdukunan, jampi-jampi, ocultisme dan bentuk-bentuk lain dari kuasa gelap. Hal itu menunjukkan bahwa kesembuhan benar-benar menjadi kebutuhan yang paling utama bagi orang yang menderita sakit.
Berbicara tentang kesembuhan, tentu tidak terlepas dari apa yang disebut dengan sakit-penyakit, karena keduanya saling berkaitan. Kesembuhan akan dialami oleh seseorang setelah ia menderita sakit dahulu. Kabar buruknya, dunia tempat dimana kita hidup sekarang ini adalah dunia yang tidak dapat menjamin kita tetap sehat atau melindungi kita dari sakit-penyakit. Sakit bisa datang kapan saja, dimana saja tanpa mengenal tempat, dapat menyerang manusia siapapun itu tanpa mengenal batas usia, warna kulit, ataupun tingkat pendidikan. Saat kita tidak bisa menjaga kesehatan, terlebih lagi saat kondisi tubuh kita lemah, maka semakin mudah penyakit datang menyerang, mulai dari penyakit yang ringan sampai yang berat, yang dapat mengancam keselamatan jiwa. Selain itu, ada pula penyakit lain yang seringkali tidak kita sadari, padahal itu sangat berbahaya dan berdampak luar biasa yaitu penyakit 'rohani'. Jenis penyakit ini jika dibiarkan terus, akan membawa seseorang kepada 'kematian' rohani.
Kepada siapa seharusnya kita datang untuk mencari pertolongan? Datanglah kepada Yesus, Dia lebih dari cukup, karena Dialah yang sanggup menyembuhkan segala penyakit kita.
Baca: Mazmur 91:1-16
"terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang." Mazmur 91:6
Semua orang tanpa terkecuali pasti menginginkan tubuhnya sehat wal'afiat. Siapa diantara kita yang mau menderita sakit? Tak seorang pun tidak. Sakit-penyakit adalah musuh atau momok utama manusia dibelahan bumi manapun. Itulah sebabnya, berbagai upaya dilakukan orang untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan bugar, salah satu caranya adalah dengan melakukan olahraga. Bahkan, tidak sedikit orang rela menghabiskan banyak uang untuk berolahraga. Semua orang pasti setuju dengan pernyataan ini, "Sehat itu mahal, tetapi sakit itu lebih mahal lagi, karena membutuhkan banyak biaya untuk menjadi sembuh."
Adalah wajar bila semua orang berusaha mencari kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Ada yang mencari kesembuhan dari sumber alamiah yaitu melalui pengobatan ilmu kedokteran. Tetapi banyak juga yang akhirnya terjerat dalam perangkap perdukunan, jampi-jampi, ocultisme dan bentuk-bentuk lain dari kuasa gelap. Hal itu menunjukkan bahwa kesembuhan benar-benar menjadi kebutuhan yang paling utama bagi orang yang menderita sakit.
Berbicara tentang kesembuhan, tentu tidak terlepas dari apa yang disebut dengan sakit-penyakit, karena keduanya saling berkaitan. Kesembuhan akan dialami oleh seseorang setelah ia menderita sakit dahulu. Kabar buruknya, dunia tempat dimana kita hidup sekarang ini adalah dunia yang tidak dapat menjamin kita tetap sehat atau melindungi kita dari sakit-penyakit. Sakit bisa datang kapan saja, dimana saja tanpa mengenal tempat, dapat menyerang manusia siapapun itu tanpa mengenal batas usia, warna kulit, ataupun tingkat pendidikan. Saat kita tidak bisa menjaga kesehatan, terlebih lagi saat kondisi tubuh kita lemah, maka semakin mudah penyakit datang menyerang, mulai dari penyakit yang ringan sampai yang berat, yang dapat mengancam keselamatan jiwa. Selain itu, ada pula penyakit lain yang seringkali tidak kita sadari, padahal itu sangat berbahaya dan berdampak luar biasa yaitu penyakit 'rohani'. Jenis penyakit ini jika dibiarkan terus, akan membawa seseorang kepada 'kematian' rohani.
Kepada siapa seharusnya kita datang untuk mencari pertolongan? Datanglah kepada Yesus, Dia lebih dari cukup, karena Dialah yang sanggup menyembuhkan segala penyakit kita.
Monday, February 17, 2014
MENGAKHIRI DENGAN DAGING
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2014
Baca: 2 Korintus 6:11-18
"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." 2 Korintus 6:17
Jika ada orang Kristen yang kembali kepada dunia dan menyangkal imannya berarti sedang berbalik arah, ke luar dari jalan kehidupan kekal (sorga) ke jalan kebinasaan kekal (neraka).
Kembali kepada dunia berarti berkompromi dengan dosa dan tidak lagi hidup dalam kekudusan. Yang Tuhan kehendaki adalah kita tetap bertahan di segala situasi, baik kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka sampai akhir hidup kita, sebab apa yang akan kita peroleh di kekekalan kelak tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan di dunia ini. "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18). Terhadap orang percaya yang murtad itu Alkitab menyatakan, "...mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." (Ibrani 6:4-6). Adalah lebih baik jika seseorang tidak pernah mengenal kebenaran sama sekali, daripada sudah mengenal kebenaran tapi berbalik lagi kepada dunia, karena orang yang demikian keadaannya akan lebih buruk dari keadaan sebelumnya. Tidak saja lebih buruk, namun ia telah melakukan penghinaan besar terhadap pengorbanan Kristus di atas Kalvari demi menebus dosa-dosanya.
Bukankah saat ini banyak orang Kristen yang meremehkan korban Kristen di kayu salib? Mereka menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang telah diterimanya, menjual dan menukarnya dengan apa yang ada di dunia ini. Mereka rela menyangkal Kristus demi harta kekayaan, uang, pasangan hidup, jabatan, popularitas dan sebagainya. Ironis sekali!
"Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! Galatia 3:3-4
Baca: 2 Korintus 6:11-18
"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." 2 Korintus 6:17
Jika ada orang Kristen yang kembali kepada dunia dan menyangkal imannya berarti sedang berbalik arah, ke luar dari jalan kehidupan kekal (sorga) ke jalan kebinasaan kekal (neraka).
Kembali kepada dunia berarti berkompromi dengan dosa dan tidak lagi hidup dalam kekudusan. Yang Tuhan kehendaki adalah kita tetap bertahan di segala situasi, baik kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka sampai akhir hidup kita, sebab apa yang akan kita peroleh di kekekalan kelak tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan di dunia ini. "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18). Terhadap orang percaya yang murtad itu Alkitab menyatakan, "...mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." (Ibrani 6:4-6). Adalah lebih baik jika seseorang tidak pernah mengenal kebenaran sama sekali, daripada sudah mengenal kebenaran tapi berbalik lagi kepada dunia, karena orang yang demikian keadaannya akan lebih buruk dari keadaan sebelumnya. Tidak saja lebih buruk, namun ia telah melakukan penghinaan besar terhadap pengorbanan Kristus di atas Kalvari demi menebus dosa-dosanya.
Bukankah saat ini banyak orang Kristen yang meremehkan korban Kristen di kayu salib? Mereka menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang telah diterimanya, menjual dan menukarnya dengan apa yang ada di dunia ini. Mereka rela menyangkal Kristus demi harta kekayaan, uang, pasangan hidup, jabatan, popularitas dan sebagainya. Ironis sekali!
"Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! Galatia 3:3-4
Sunday, February 16, 2014
KEMBALI KEPADA DUNIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2014
Baca: 2 Petrus 2:1-22
"Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: 'Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.'" 2 Petrus 2:22
Di zaman sekarang ini banyak anak Tuhan mengalami kejatuhan. Mereka tak segan-segan meninggalkan Tuhan karena tergiur segala perkara yang ditawarkan oleh dunia. Padahal awalnya mereka begitu mengasihi Tuhan, memiliki semangat yang berkobar-kobar dalam melayani pekerjaan Tuhan, dan tiada hari tanpa membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Sebuah langkah awal yang sangat indah! Sangat disesalkan, dalam perjalanan selanjutnya kerohanian mereka bukannya makin bertumbuh, namun sebaliknya makin merosot. Mereka kehilangan kasih mula-mula kepada Tuhan seperti yang dialami jemaat di Efesus sehingga Tuhan menegur mereka dengan keras, "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 2:5).
Mengapa banyak orang Kristen kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan? Karena mereka telah terpesona dan terpikat oleh gemerlap dunia ini sehingga mereka mengalami kesuaman, tidak dingin dan tidak panas, berkompromi lagi dengan dosa. Firman Tuhan menegaskan, "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Jika kita tidak waspada dan tak segera menyadari hal ini tidak tertutup kemungkinan kita yang sudah melayani Tuhan pun bisa kembali kepada kehidupan lama dan bersahabat dengan dunia yang sarat dengan segala keinginan dan rupa-rupa kecemaran ini...lupa atau sengaja lupa status kita sebagai anak-anak terang, yang telah dipindahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dengan tujuan supaya kita menceritakan perbuatan-perbuatan besar dari Tuhan.
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8).
Sebagai orang percaya kita dipanggil bukan untuk melakukan hal-hal yang cemar, melainkan apa yang kudus (baca 1 Tesalonika 4:7). Masakan kita kembali lagi kepada dunia?
Baca: 2 Petrus 2:1-22
"Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: 'Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.'" 2 Petrus 2:22
Di zaman sekarang ini banyak anak Tuhan mengalami kejatuhan. Mereka tak segan-segan meninggalkan Tuhan karena tergiur segala perkara yang ditawarkan oleh dunia. Padahal awalnya mereka begitu mengasihi Tuhan, memiliki semangat yang berkobar-kobar dalam melayani pekerjaan Tuhan, dan tiada hari tanpa membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Sebuah langkah awal yang sangat indah! Sangat disesalkan, dalam perjalanan selanjutnya kerohanian mereka bukannya makin bertumbuh, namun sebaliknya makin merosot. Mereka kehilangan kasih mula-mula kepada Tuhan seperti yang dialami jemaat di Efesus sehingga Tuhan menegur mereka dengan keras, "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 2:5).
Mengapa banyak orang Kristen kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan? Karena mereka telah terpesona dan terpikat oleh gemerlap dunia ini sehingga mereka mengalami kesuaman, tidak dingin dan tidak panas, berkompromi lagi dengan dosa. Firman Tuhan menegaskan, "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Jika kita tidak waspada dan tak segera menyadari hal ini tidak tertutup kemungkinan kita yang sudah melayani Tuhan pun bisa kembali kepada kehidupan lama dan bersahabat dengan dunia yang sarat dengan segala keinginan dan rupa-rupa kecemaran ini...lupa atau sengaja lupa status kita sebagai anak-anak terang, yang telah dipindahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dengan tujuan supaya kita menceritakan perbuatan-perbuatan besar dari Tuhan.
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8).
Sebagai orang percaya kita dipanggil bukan untuk melakukan hal-hal yang cemar, melainkan apa yang kudus (baca 1 Tesalonika 4:7). Masakan kita kembali lagi kepada dunia?
Saturday, February 15, 2014
MELAYANI TUHAN: Komitmen Seumur Hidup
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2014
Baca: Roma 14:1-12
"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." Roma 14:9
Tanpa memiliki komitmen yang kuat sulit rasanya seseorang dapat bertahan lama melayani Tuhan. Sedangkan untuk dapat berkomitmen melayani Tuhan seumur hidup kita harus mendasarinya dengan kasih dan kesetiaan. Jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh, apa pun yang kita perbuat akan kita lakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (baca Kolose 3:23). Apabila kasih kepada Tuhan ini sudah menjadi dasar, kita pun akan setia mengerjakan segala perkara, baik itu perkara kecil maupun besar sampai akhir hidup kita.
Raja Saul adalah contoh orang yang tidak bisa memegang komitmennya dalam melayani Tuhan sampai akhir: berhasil pada tahap awal, tetapi gagal pada akhirnya. Begitu juga dengan Salomo, setelah dipercaya Tuhan dengan segala kekayaan dan hikmat yang luar biasa, ia akhirnya gagal menjaga kekudusan hidupnya dan jatuh dalam penyembahan berhala. "Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya." (1 Raja-Raja 11:4). Lebih baik kita gagal di awal tetapi berhasil sampai garis akhir seperti Rasul Paulus. "Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati." (Pengkotbah 7:8). Bukan langkah pertama yang penting tapi langkah yang terakhir itulah yang menentukan. "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30). Meski demikian, yang terbaik adalah berkomitmen dan setia dari awal sampai akhir seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.
Di akhir zaman ini banyak orang yang begitu mudah berubah. Mereka tidak lagi setia melayani Tuhan oleh karena masalah sakit-penyakit, penderitaan, bahkan juga berkelimpahan. Mereka berkata, "Percuma melayani Tuhan, hanya buang-buang waktu dan uang." Kita lupa bahwa dengan melayani tuhan seumur hidup kita akan diberkati oleh Tuhan sehingga pekerjaan kita berhasil dan tahan uji.
Tuhan Yesus sudah berkorban dan rela mati bagi kita, masakan kita tidak mau melayani dan melakukan yang terbaik bagi Dia seumur hidup kita?
Baca: Roma 14:1-12
"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." Roma 14:9
Tanpa memiliki komitmen yang kuat sulit rasanya seseorang dapat bertahan lama melayani Tuhan. Sedangkan untuk dapat berkomitmen melayani Tuhan seumur hidup kita harus mendasarinya dengan kasih dan kesetiaan. Jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh, apa pun yang kita perbuat akan kita lakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (baca Kolose 3:23). Apabila kasih kepada Tuhan ini sudah menjadi dasar, kita pun akan setia mengerjakan segala perkara, baik itu perkara kecil maupun besar sampai akhir hidup kita.
Raja Saul adalah contoh orang yang tidak bisa memegang komitmennya dalam melayani Tuhan sampai akhir: berhasil pada tahap awal, tetapi gagal pada akhirnya. Begitu juga dengan Salomo, setelah dipercaya Tuhan dengan segala kekayaan dan hikmat yang luar biasa, ia akhirnya gagal menjaga kekudusan hidupnya dan jatuh dalam penyembahan berhala. "Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya." (1 Raja-Raja 11:4). Lebih baik kita gagal di awal tetapi berhasil sampai garis akhir seperti Rasul Paulus. "Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati." (Pengkotbah 7:8). Bukan langkah pertama yang penting tapi langkah yang terakhir itulah yang menentukan. "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30). Meski demikian, yang terbaik adalah berkomitmen dan setia dari awal sampai akhir seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.
Di akhir zaman ini banyak orang yang begitu mudah berubah. Mereka tidak lagi setia melayani Tuhan oleh karena masalah sakit-penyakit, penderitaan, bahkan juga berkelimpahan. Mereka berkata, "Percuma melayani Tuhan, hanya buang-buang waktu dan uang." Kita lupa bahwa dengan melayani tuhan seumur hidup kita akan diberkati oleh Tuhan sehingga pekerjaan kita berhasil dan tahan uji.
Tuhan Yesus sudah berkorban dan rela mati bagi kita, masakan kita tidak mau melayani dan melakukan yang terbaik bagi Dia seumur hidup kita?
Friday, February 14, 2014
MELAYANI TUHAN: Jangan Dengar Suara Iblis
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2014
Baca: 1 Yohanes 3:1-10
"Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu." 1 Yohanes 3:7a
Jika suara Tuhan adalah suara yang membawa seseorang kepada keselamatan, kesembuhan dan keberkatan, sebaliknya suara Iblis adalah suara yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran dan kegagalan, karena misi Iblis adalah untuk mencuri, membunuh dan membinasakan manusia (baca Yohanes 10:10a).
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa dan harus terusir dari taman Eden karena mereka mendengar suara Iblis (baca Kejadian 3:1-7). Tidak ada kebenaran di dalam diri Iblis karena suaranya adalah dusta dan kebohongan, "...sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." (Yohanes 8:44). Maka jangan sekali-kali membuka telinga atau memberi kesempatan sedikit pun kepada Iblis untuk memperdengarkan suaranya. Suara Iblis hanyalah menghasut, mengintimidasi, melemahkan dan mendakwa manusia. Iblis memakai dunia ini sebagai sarana untuk memikat, menggoda, memperdaya dan menyeret manusia agar semakin jauh dari kebenaran. Firman Tuhan memperingatkan, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:15-17).
Karena mendengar suara Iblis banyak orang lebih memilih berkompromi dengan dosa dan mengasihi dunia ini daripada Tuhan. "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?" (Yakobus 4:4). Akhirnya fokus hidup mereka hanya untuk mengejar materi semata sehingga hari-hari mereka dipenuhi segala keinginan untuk memuaskan nafsu kedagingannya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya...barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (Galatia 5:19-21).
Semakin mendengar suara Iblis semakin kita hidup dalam kekuatiran, ketakutan dan kebimbangan, yang kesemuanya adalah tanda ketidakpercayaan kepada Tuhan.
Baca: 1 Yohanes 3:1-10
"Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu." 1 Yohanes 3:7a
Jika suara Tuhan adalah suara yang membawa seseorang kepada keselamatan, kesembuhan dan keberkatan, sebaliknya suara Iblis adalah suara yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran dan kegagalan, karena misi Iblis adalah untuk mencuri, membunuh dan membinasakan manusia (baca Yohanes 10:10a).
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa dan harus terusir dari taman Eden karena mereka mendengar suara Iblis (baca Kejadian 3:1-7). Tidak ada kebenaran di dalam diri Iblis karena suaranya adalah dusta dan kebohongan, "...sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." (Yohanes 8:44). Maka jangan sekali-kali membuka telinga atau memberi kesempatan sedikit pun kepada Iblis untuk memperdengarkan suaranya. Suara Iblis hanyalah menghasut, mengintimidasi, melemahkan dan mendakwa manusia. Iblis memakai dunia ini sebagai sarana untuk memikat, menggoda, memperdaya dan menyeret manusia agar semakin jauh dari kebenaran. Firman Tuhan memperingatkan, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:15-17).
Karena mendengar suara Iblis banyak orang lebih memilih berkompromi dengan dosa dan mengasihi dunia ini daripada Tuhan. "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?" (Yakobus 4:4). Akhirnya fokus hidup mereka hanya untuk mengejar materi semata sehingga hari-hari mereka dipenuhi segala keinginan untuk memuaskan nafsu kedagingannya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya...barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (Galatia 5:19-21).
Semakin mendengar suara Iblis semakin kita hidup dalam kekuatiran, ketakutan dan kebimbangan, yang kesemuanya adalah tanda ketidakpercayaan kepada Tuhan.
Thursday, February 13, 2014
MELAYANI TUHAN: Peka Suara Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2014
Baca: Pengkotbah 4:7-17
"Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh," Pengkotbah 4:17
Supaya dapat menghasilkan perkataan atau ucapan yang positif seorang pelayan Tuhan harus mempertajam pendengarannya setiap hari untuk mendengar seperti seorang murid. "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4b). Kita tidak akan mampu berkata-kata tentang hal-hal yang baik dan benar sebelum kita membiasakan diri mendengar kebenaran, di mana sumber kebenaran itu adalah firman Tuhan. "Dasar firman-Mu adalah kebenaran" (Mazmur 119:160).
Memperkatakan kebenaran adalah tugas pelayan Tuhan. Memperkatakan kebenaran berarti apa yang keluar dari mulut kita adalah perkataan yang senantiasa memberitakan kabar keselamatan kepada orang lain, menghibur, menguatkan, mendorong dan dipenuhi oleh kasih, dan untuk itu diperlukan suatu proses atau latihan seumur hidup kita yaitu dengan mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari. Saat kita mendengarkan firman Tuhan kita sedang mendengar suara Tuhan. Mengapa kita harus selalu mendengar suara Tuhan? Karena suaraNya adalah suara yang mendatangkan iman dan kehidupan. "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Saat berada di bumi kehadiran Yesus benar-benar membawa dampak yang luar biasa. Di mana ada Yesus di situ selalu terjadi mujizat. Ketika mendengar suaraNya orang sakit disembuhkan, angin ribut menjadi teduh saat Yesus memperdengarkan suaraNya. Ketika Yesus berkata, "...marilah keluar!", maka Lazarus yang sudah empat hari terbaring di dalam kubur pun bangkit dan hidup kembali.
Perkataan Tuhan Yesus adalah firman yang berkuasa, yang sanggup menyelamatkan, menyembuhkan, memulihkan dan mengubahkan hidup siapa pun yang mau mendengar dan percaya kepadaNya; dan kita yang sudah mendengar suara Tuhan ini memiliki tugas sebagai penyambung lidahNya untuk memberitakan kebenaran dan bersaksi tentang Dia.
"demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." Yesaya 55:11.
Baca: Pengkotbah 4:7-17
"Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh," Pengkotbah 4:17
Supaya dapat menghasilkan perkataan atau ucapan yang positif seorang pelayan Tuhan harus mempertajam pendengarannya setiap hari untuk mendengar seperti seorang murid. "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4b). Kita tidak akan mampu berkata-kata tentang hal-hal yang baik dan benar sebelum kita membiasakan diri mendengar kebenaran, di mana sumber kebenaran itu adalah firman Tuhan. "Dasar firman-Mu adalah kebenaran" (Mazmur 119:160).
Memperkatakan kebenaran adalah tugas pelayan Tuhan. Memperkatakan kebenaran berarti apa yang keluar dari mulut kita adalah perkataan yang senantiasa memberitakan kabar keselamatan kepada orang lain, menghibur, menguatkan, mendorong dan dipenuhi oleh kasih, dan untuk itu diperlukan suatu proses atau latihan seumur hidup kita yaitu dengan mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari. Saat kita mendengarkan firman Tuhan kita sedang mendengar suara Tuhan. Mengapa kita harus selalu mendengar suara Tuhan? Karena suaraNya adalah suara yang mendatangkan iman dan kehidupan. "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Saat berada di bumi kehadiran Yesus benar-benar membawa dampak yang luar biasa. Di mana ada Yesus di situ selalu terjadi mujizat. Ketika mendengar suaraNya orang sakit disembuhkan, angin ribut menjadi teduh saat Yesus memperdengarkan suaraNya. Ketika Yesus berkata, "...marilah keluar!", maka Lazarus yang sudah empat hari terbaring di dalam kubur pun bangkit dan hidup kembali.
Perkataan Tuhan Yesus adalah firman yang berkuasa, yang sanggup menyelamatkan, menyembuhkan, memulihkan dan mengubahkan hidup siapa pun yang mau mendengar dan percaya kepadaNya; dan kita yang sudah mendengar suara Tuhan ini memiliki tugas sebagai penyambung lidahNya untuk memberitakan kebenaran dan bersaksi tentang Dia.
"demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." Yesaya 55:11.
Wednesday, February 12, 2014
MELAYANI TUHAN: Mengekang Lidah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2014
Baca: Yesaya 50:4-11
"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu." Yesaya 50:4a
Yakobus dalam suratnya mengatakan, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (1:26). Sia-sialah melayani jika kita tidak bisa mengekang lidah atau menjaga ucapan. Orang lain akan menertawakan pelayanan kita jika kita tidak bisa menguasai diri dalam bertutur kata: bergosip, berkata jorok, mengumpat, dan lain-lain.
Menjadi pelayan Tuhan bukanlah pekerjaan mudah, karena selain perbuatan, ucapannya pun harus benar-benar bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan juga manusia. Lidah pelayan Tuhan seharusnya lidah yang sudah dikendalikan sehingga perkataan yang keluar tidak sembarangan. "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6). Maka dari itu "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkotbah 5:1). Hati-hatilah dengan ucapan kita, sebab "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Jangan sampai karena ucapan kita orang lain kecewa, sakit hati, terluka, patah semangat, apalagi sampai mundur meninggalkan Tuhan.
Supaya lidah atau mulut berfungsi seperti yang Tuhan kehendaki kita harus senantiasa mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya setiap hari dan bergaul karib dengan Roh Kudus melalui jam-jam doa. Dengan demikian pikiran kita dipenuhi perkara-perkara positif, dan secara otomatis yang keluar dari mulut kita juga positif. Inilah yang harus dilakukan oleh orang yang melayani: mengekang lidah!
"Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" 1 Petrus 4:11
Baca: Yesaya 50:4-11
"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu." Yesaya 50:4a
Yakobus dalam suratnya mengatakan, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (1:26). Sia-sialah melayani jika kita tidak bisa mengekang lidah atau menjaga ucapan. Orang lain akan menertawakan pelayanan kita jika kita tidak bisa menguasai diri dalam bertutur kata: bergosip, berkata jorok, mengumpat, dan lain-lain.
Menjadi pelayan Tuhan bukanlah pekerjaan mudah, karena selain perbuatan, ucapannya pun harus benar-benar bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan juga manusia. Lidah pelayan Tuhan seharusnya lidah yang sudah dikendalikan sehingga perkataan yang keluar tidak sembarangan. "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6). Maka dari itu "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkotbah 5:1). Hati-hatilah dengan ucapan kita, sebab "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Jangan sampai karena ucapan kita orang lain kecewa, sakit hati, terluka, patah semangat, apalagi sampai mundur meninggalkan Tuhan.
Supaya lidah atau mulut berfungsi seperti yang Tuhan kehendaki kita harus senantiasa mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya setiap hari dan bergaul karib dengan Roh Kudus melalui jam-jam doa. Dengan demikian pikiran kita dipenuhi perkara-perkara positif, dan secara otomatis yang keluar dari mulut kita juga positif. Inilah yang harus dilakukan oleh orang yang melayani: mengekang lidah!
"Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" 1 Petrus 4:11
Tuesday, February 11, 2014
MELAYANI TUHAN: Punya Kasih dan Empati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2014
Baca: Yakobus 1:19-27
"setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;" Yakobus 1:19
Kehidupan orang yang berkomitmen melayani Tuhan adalah kehidupan yang harus memancarkan terang bagi sekelilingnya, seperti sebuah pelita yang diletakkan "...di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (Matius 5:15). Jika tidak, ia hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Ada banyak orang yang mengeluh dan kecewa ketika melihat pelayan Tuhan yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak menunjukkan sifat atau karakter kristus. Bukankah hal ini sangat menyedihkan? Padahal Alkitab menegaskan, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Di lingkup gereja mereka tampak begitu rohani dan berhati seperti Yesus, tapi begitu berada di tengah-tengah dunia ia sama sekali tidak peduli dengan orang lain dan sangat egois. Kasih mereka menjadi sangat dingin. Jika demikian, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum percaya? Padahal Tuhan Yesus telah memberikan teladan hidup yang luar biasa, Ia datang "...bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45).
Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah jika kita sendiri tidak mengasihi jiwa-jiwa? Namanya pelayan Tuhan, berarti tugas kita adalah melayani seperti Tuhan Yesus melayani karena hati Yesus selalu dipenuhi belas kasihan dan empati terhadap orang lain. Namun kita seringkali dengan sengaja menghindar dan menjauhi orang lain karena kita tidak mau berkorban dan direpotkan. Mengasihi orang lain atau memiliki kepedulian terhadap orang lain tidak harus berkorban secara materi. Salah satu wujud kasih kepada orang lain adalah kerelaan kita mendengar ungkapan hati mereka, belajar menjadi good listener (pendengar yang baik) untuk setiap keluh kesah mereka. Jadi permulaan kasih kepada sesama dimulai dari belajar mendengarkan; dan kemauan untuk mendengar adalah syarat utama yang dibutuhkan dengan muatan belas kasihan dan kesabaran. Dengan belajar mendengar ungkapan hati orang lain kita sedang mendisiplinkan diri untuk mendengarkan suara Tuhan.
Bisakah kita disebut melayani jika kita tidak punya kasih dan empati?
Baca: Yakobus 1:19-27
"setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;" Yakobus 1:19
Kehidupan orang yang berkomitmen melayani Tuhan adalah kehidupan yang harus memancarkan terang bagi sekelilingnya, seperti sebuah pelita yang diletakkan "...di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (Matius 5:15). Jika tidak, ia hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Ada banyak orang yang mengeluh dan kecewa ketika melihat pelayan Tuhan yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak menunjukkan sifat atau karakter kristus. Bukankah hal ini sangat menyedihkan? Padahal Alkitab menegaskan, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Di lingkup gereja mereka tampak begitu rohani dan berhati seperti Yesus, tapi begitu berada di tengah-tengah dunia ia sama sekali tidak peduli dengan orang lain dan sangat egois. Kasih mereka menjadi sangat dingin. Jika demikian, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum percaya? Padahal Tuhan Yesus telah memberikan teladan hidup yang luar biasa, Ia datang "...bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45).
Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah jika kita sendiri tidak mengasihi jiwa-jiwa? Namanya pelayan Tuhan, berarti tugas kita adalah melayani seperti Tuhan Yesus melayani karena hati Yesus selalu dipenuhi belas kasihan dan empati terhadap orang lain. Namun kita seringkali dengan sengaja menghindar dan menjauhi orang lain karena kita tidak mau berkorban dan direpotkan. Mengasihi orang lain atau memiliki kepedulian terhadap orang lain tidak harus berkorban secara materi. Salah satu wujud kasih kepada orang lain adalah kerelaan kita mendengar ungkapan hati mereka, belajar menjadi good listener (pendengar yang baik) untuk setiap keluh kesah mereka. Jadi permulaan kasih kepada sesama dimulai dari belajar mendengarkan; dan kemauan untuk mendengar adalah syarat utama yang dibutuhkan dengan muatan belas kasihan dan kesabaran. Dengan belajar mendengar ungkapan hati orang lain kita sedang mendisiplinkan diri untuk mendengarkan suara Tuhan.
Bisakah kita disebut melayani jika kita tidak punya kasih dan empati?
Monday, February 10, 2014
MELAYANI TUHAN: Rajin dan Tidak Malas
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2014
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Jika saat ini kita beroleh kesempatan dan kepercayaan untuk terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan mari kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Sering kita jumpai banyak orang Kristen yang tidak menunjukkan kesungguhannya dalam melayani Tuhan: ogah-ogahan, malas dan asal-asalan dalam melayani. Kalau sudah berkomitmen untuk melayani maka kita harus memiliki kemauan untuk bekerja. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor," (ayat nas), artinya kita harus melayani Tuhan dengan rajin.
Rajin berarti sungguh-sungguh bekerja dan berusaha dengan giat. Tidak ada kerugian sama sekali jika kita melakukan segala sesuatu dengan rajin, bahkan Alkitab mencatat ada banyak berkat yang tersedia bagi orang-orang rajin. "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4), "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24). Rajin adalah salah satu kunci meraih keberhasilan. Orang yang rajin pasti tidak menunggu sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari ini; orang yang rajin pasti berusaha menggunakan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya orang yang malas pasti punya seribu satu alasan untuk lari dari tanggung jawab dan menghindari tugas. Alkitab menyebut orang yang malas sebagai orang yang jahat di mata Tuhan karena telah menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Kemalasan berbicara tentang rendahnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, atau keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia bisa lakukan. Malas berarti menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun dan tidak produktif. Mustahil kita bisa mewujudkan segala keinginan dan cita-cita jika masih 'memeluk erat' rasa malas. Ada tertulis: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Selagi ada waktu mari kita melayani Tuhan dengan rajin, jangan malas.
"...dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 1 Korintus 15:58
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Jika saat ini kita beroleh kesempatan dan kepercayaan untuk terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan mari kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Sering kita jumpai banyak orang Kristen yang tidak menunjukkan kesungguhannya dalam melayani Tuhan: ogah-ogahan, malas dan asal-asalan dalam melayani. Kalau sudah berkomitmen untuk melayani maka kita harus memiliki kemauan untuk bekerja. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor," (ayat nas), artinya kita harus melayani Tuhan dengan rajin.
Rajin berarti sungguh-sungguh bekerja dan berusaha dengan giat. Tidak ada kerugian sama sekali jika kita melakukan segala sesuatu dengan rajin, bahkan Alkitab mencatat ada banyak berkat yang tersedia bagi orang-orang rajin. "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4), "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24). Rajin adalah salah satu kunci meraih keberhasilan. Orang yang rajin pasti tidak menunggu sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari ini; orang yang rajin pasti berusaha menggunakan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya orang yang malas pasti punya seribu satu alasan untuk lari dari tanggung jawab dan menghindari tugas. Alkitab menyebut orang yang malas sebagai orang yang jahat di mata Tuhan karena telah menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Kemalasan berbicara tentang rendahnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, atau keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia bisa lakukan. Malas berarti menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun dan tidak produktif. Mustahil kita bisa mewujudkan segala keinginan dan cita-cita jika masih 'memeluk erat' rasa malas. Ada tertulis: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Selagi ada waktu mari kita melayani Tuhan dengan rajin, jangan malas.
"...dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 1 Korintus 15:58
Sunday, February 9, 2014
MELAYANI TUHAN: Kerendahan Hati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2014
Baca: Markus 10:35-45
"dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." Markus 10:44
Tuhan Yesus memberikan teladan yang luar biasa bagaimana seharusnya seorang Kristen melayani. Saat jamuan menjelang hari raya Paskah, Tuhan Yesus dan para muridNya berkumpul, namun tidak seorang pun dari antara mereka yang mau saling melayani. "Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu." (Yohanes 13:4-5).
Membasuh kaki orang biasanya dilakukan oleh orang yang paling rendah jabatannya, tapi Tuhan Yesus rela melakukanya. KataNya, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:14-15). Memiliki kerendahan hati seperti Yesus adalah syarat mutlak yang harus dimiliki setiap orang percaya, dan pelayanan adalah cara yang paling efektif menghasilkan sifat rendah hati. "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Kalau kita rindu pelayanan kita berkenan kepada Tuhan kita harus membuang sifat sombong dan belajar untuk rendah hati; jadi jangan buru-buru menyebut diri kita sebagi pelayan Tuhan, sebab karakter yang baik itulah yang akan menentukan kualitas pelayanan kita. Sering dijumpai ada banyak orang Kristen yang terlibat dalam pelayanan tapi memiliki karakter yang kurang baik. Jika demikian, bagaimana kita bisa menjadi berkat? Kita juga tidak boleh menilai kerohanian seseorang dari talenta atau karunia yang dimiliki, tetapi dari buah yang dihasilkannya. "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:17, 20).
Seberapa banyak buah-buah Roh yang kita hasilkan itulah yang terpenting dan terutama, bukan aktivitas pelayanan semata!
Baca: Markus 10:35-45
"dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." Markus 10:44
Tuhan Yesus memberikan teladan yang luar biasa bagaimana seharusnya seorang Kristen melayani. Saat jamuan menjelang hari raya Paskah, Tuhan Yesus dan para muridNya berkumpul, namun tidak seorang pun dari antara mereka yang mau saling melayani. "Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu." (Yohanes 13:4-5).
Membasuh kaki orang biasanya dilakukan oleh orang yang paling rendah jabatannya, tapi Tuhan Yesus rela melakukanya. KataNya, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:14-15). Memiliki kerendahan hati seperti Yesus adalah syarat mutlak yang harus dimiliki setiap orang percaya, dan pelayanan adalah cara yang paling efektif menghasilkan sifat rendah hati. "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Kalau kita rindu pelayanan kita berkenan kepada Tuhan kita harus membuang sifat sombong dan belajar untuk rendah hati; jadi jangan buru-buru menyebut diri kita sebagi pelayan Tuhan, sebab karakter yang baik itulah yang akan menentukan kualitas pelayanan kita. Sering dijumpai ada banyak orang Kristen yang terlibat dalam pelayanan tapi memiliki karakter yang kurang baik. Jika demikian, bagaimana kita bisa menjadi berkat? Kita juga tidak boleh menilai kerohanian seseorang dari talenta atau karunia yang dimiliki, tetapi dari buah yang dihasilkannya. "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:17, 20).
Seberapa banyak buah-buah Roh yang kita hasilkan itulah yang terpenting dan terutama, bukan aktivitas pelayanan semata!
Saturday, February 8, 2014
MELAYANI TUHAN: Motivasi dan Terbeban
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2014
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." 2 Korintus 5:15
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam melayani Tuhan adalah motivasi kita. Motivasi pelayanan yang berkenan kepada Tuhan bukan semata-mata supaya diberkati, melainkan kita rela melayani oleh karena kasih. "Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil," (Filipi 1:16).
Adapun ciri-ciri orang yang melayani Tuhan karena kerelaan dan kasih adalah: tidak memperhitungkan untung-rugi, tidak menonjolkan diri sendiri dan tidak mencari hormat dan pujian dari manusia. Hal ini sangat bertolak belakang dengan orang yang melayani Tuhan karena terpaksa dan memiliki motivasi terselubung: selalu menghitug jasa, ingin dihormati dan beroleh pujian dari manusia, ingin diutamakan, tidak mau menanggung rugi, mudah sekali mengeluh, kecewa dan akhirnya pelayanannya pun tidak bertahan lama. Orang yang melayani Tuhan harus memiliki beban yang dalam untuk melayani. Seperti Tuhan Yesus yang melayani jiwa-jiwa karena hatinya tergerak oleh belas kasihan. "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." (Matius 9:36). Sedangkan keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk menjadi saksiNya: menjadi garam dan terang dunia, "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Jadi ladang pelayanan itu sesungguhnya sangat luas, tapi seringkali kita salah dalam memahami arti sebuah pelayanan. Kita beranggapan bahwa melayani Tuhan berarti harus menjadi pendeta, penginjil atau terlibat dalam pelayanan mimbar, dan terlebih dahulu masuk Sekolah Alkitab. Padahal Tuhan ingin agar kita memberitakan Injil melalui sikap dan tindakan kita sehari-hari, di mana pun kita berada dan kapan saja, sesuai dengan profesi kita masing-masing.
Melayani Tuhan adalah jika kita melakukan firmanNya dan menyelesaikan pekerjaanNya. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34).
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." 2 Korintus 5:15
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam melayani Tuhan adalah motivasi kita. Motivasi pelayanan yang berkenan kepada Tuhan bukan semata-mata supaya diberkati, melainkan kita rela melayani oleh karena kasih. "Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil," (Filipi 1:16).
Adapun ciri-ciri orang yang melayani Tuhan karena kerelaan dan kasih adalah: tidak memperhitungkan untung-rugi, tidak menonjolkan diri sendiri dan tidak mencari hormat dan pujian dari manusia. Hal ini sangat bertolak belakang dengan orang yang melayani Tuhan karena terpaksa dan memiliki motivasi terselubung: selalu menghitug jasa, ingin dihormati dan beroleh pujian dari manusia, ingin diutamakan, tidak mau menanggung rugi, mudah sekali mengeluh, kecewa dan akhirnya pelayanannya pun tidak bertahan lama. Orang yang melayani Tuhan harus memiliki beban yang dalam untuk melayani. Seperti Tuhan Yesus yang melayani jiwa-jiwa karena hatinya tergerak oleh belas kasihan. "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." (Matius 9:36). Sedangkan keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk menjadi saksiNya: menjadi garam dan terang dunia, "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Jadi ladang pelayanan itu sesungguhnya sangat luas, tapi seringkali kita salah dalam memahami arti sebuah pelayanan. Kita beranggapan bahwa melayani Tuhan berarti harus menjadi pendeta, penginjil atau terlibat dalam pelayanan mimbar, dan terlebih dahulu masuk Sekolah Alkitab. Padahal Tuhan ingin agar kita memberitakan Injil melalui sikap dan tindakan kita sehari-hari, di mana pun kita berada dan kapan saja, sesuai dengan profesi kita masing-masing.
Melayani Tuhan adalah jika kita melakukan firmanNya dan menyelesaikan pekerjaanNya. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34).
Friday, February 7, 2014
TIDAK MELAYANI: Berhutang Kepada Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2014
Baca: 1 Petrus 4:7-11
"Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah." 1 Petrus 4:10
Rasul Paulus menegaskan, "...kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." (Roma 12:6-8). Kita harus melayani karena kita dirancang dan diciptakan Tuhan dengan tujuan "...melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10).
Siapakah yang harus kita layani? Tuhan adalah pribadi utama yang harus kita layani. Maka dari itu haruslah "dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku." (Kisah 20:19). Hidup Paulus sepenuhnya dicurahkan untuk melayani Tuhan. Ujian dan tantangan yang ada tak menyurutkan semangatnya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Jangan sekali-kali kita melayani Tuhan hanya karena mengikuti tren atau sekedar ikut-ikutan. Rasul Paulus menyadari, "...Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi," (Galatia 1:15-16).
Paulus merasa dirinya berhutang kepada Kristus jika tidak melayani Tuhan, sebab "...kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19).
"Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." Lukas 12:43
Baca: 1 Petrus 4:7-11
"Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah." 1 Petrus 4:10
Rasul Paulus menegaskan, "...kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." (Roma 12:6-8). Kita harus melayani karena kita dirancang dan diciptakan Tuhan dengan tujuan "...melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10).
Siapakah yang harus kita layani? Tuhan adalah pribadi utama yang harus kita layani. Maka dari itu haruslah "dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku." (Kisah 20:19). Hidup Paulus sepenuhnya dicurahkan untuk melayani Tuhan. Ujian dan tantangan yang ada tak menyurutkan semangatnya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Jangan sekali-kali kita melayani Tuhan hanya karena mengikuti tren atau sekedar ikut-ikutan. Rasul Paulus menyadari, "...Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi," (Galatia 1:15-16).
Paulus merasa dirinya berhutang kepada Kristus jika tidak melayani Tuhan, sebab "...kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19).
"Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." Lukas 12:43
Thursday, February 6, 2014
HIDUP KEKRISTENAN ADALAH MELAYANI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2014
Baca: 1 Petrus 4:1-6
"supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah." 1 Petrus 4:2
Setelah beroleh keselamatan secara cuma-cuma dari Tuhan ada bagian yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai umat tebusanNya yaitu memelihara, mengerjakan dan mempertahankan keselamatan tersebut dengan takut dan gentar. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan diri dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.
Ada dua kata kunci bagi setiap orang Kristen yaitu marilah dan pergilah. Tuhan berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28), dan juga "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Matius 28:19). Jadi kita dipanggil bukan hanya untuk menerima karunia keselamatan, tetapi juga untuk melaksanakan Amanat AgungNya: pergi dan menghasilkan buah. Tuhan tidak ingin kita hidup tanpa bekerja, tetapi aktif bekerja bagi Dia.
Kita memiliki tugas memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah. Inilah undangan Yesus kepada setiap orang percaya, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19). Mengapa kita harus melayani? 1. Karena Tuhan Yesus telah terlebih dahulu memberikan teladan hidup kepada kita. "...sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Sebagai pengikut Kristus adalah mutlak bagi kita mengikuti teladanNya. 2. Karena Tuhan telah memberikan talenta dan karunia kepada kita yang kesemuanya itu harus kita kembangkan dan maksimalkan. Jangan sekali-kali kita berlaku seperti hamba yang mendapat satu talenta dan menyembunyikan talentanya itu di dalam tanah. Ia tidak mau bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Akhirnya hamba itu pun harus menanggung akibatnya (baca Matius 25:30).
Jika kita tidak berbuat apa-apa bagi kerajaan Allah kita bersikap sama seperti hamba yang jahat, malas dan tidak berguna. Dosanya tidak terletak pada apa yang dilakukannya, melainkan pada apa yang tidak dilakukannya, di mana ia telah menyia-nyiakan kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh tuannya itu.
Tanggapilah panggilan Tuhan dengan benar!
Baca: 1 Petrus 4:1-6
"supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah." 1 Petrus 4:2
Setelah beroleh keselamatan secara cuma-cuma dari Tuhan ada bagian yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai umat tebusanNya yaitu memelihara, mengerjakan dan mempertahankan keselamatan tersebut dengan takut dan gentar. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan diri dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.
Ada dua kata kunci bagi setiap orang Kristen yaitu marilah dan pergilah. Tuhan berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28), dan juga "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Matius 28:19). Jadi kita dipanggil bukan hanya untuk menerima karunia keselamatan, tetapi juga untuk melaksanakan Amanat AgungNya: pergi dan menghasilkan buah. Tuhan tidak ingin kita hidup tanpa bekerja, tetapi aktif bekerja bagi Dia.
Kita memiliki tugas memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah. Inilah undangan Yesus kepada setiap orang percaya, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19). Mengapa kita harus melayani? 1. Karena Tuhan Yesus telah terlebih dahulu memberikan teladan hidup kepada kita. "...sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Sebagai pengikut Kristus adalah mutlak bagi kita mengikuti teladanNya. 2. Karena Tuhan telah memberikan talenta dan karunia kepada kita yang kesemuanya itu harus kita kembangkan dan maksimalkan. Jangan sekali-kali kita berlaku seperti hamba yang mendapat satu talenta dan menyembunyikan talentanya itu di dalam tanah. Ia tidak mau bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Akhirnya hamba itu pun harus menanggung akibatnya (baca Matius 25:30).
Jika kita tidak berbuat apa-apa bagi kerajaan Allah kita bersikap sama seperti hamba yang jahat, malas dan tidak berguna. Dosanya tidak terletak pada apa yang dilakukannya, melainkan pada apa yang tidak dilakukannya, di mana ia telah menyia-nyiakan kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh tuannya itu.
Tanggapilah panggilan Tuhan dengan benar!
Wednesday, February 5, 2014
HIDUP BENAR ADALAH KUNCI BERTAHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2014
Baca: Mazmur 25:1-22
"Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" mazmur 25:3
Jika menghadapi situasi yang serba tidak menentu, kita sebagai anak-anak Tuhan harus memiliki sikap yang berbeda, karena kita memiliki keyakinan bahwa bersama Roh Kudus kita memiliki kesanggupan untuk menjalani hari-hari berat kita. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7) dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Kekuatan adikodrati inilah yag senantiasa menguatkan, menopang dan menyertai kita. Pemazmur menyatakan, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Tantangan, penderitaan, masalah, ancaman dan sebagainya akan selalu ada dan mewarnai hari-hari manusia. Bagi orang dunia itu adalah hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan, tapi bagi kita adalah kesempatan untuk melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan. "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Keluaran 14:14).
Supaya kita dapat bertahan di tengah pergumulan yang berat kita perlu tetap fokus pada janji Tuhan, sebab "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,..." (2 Petrus 3:9). Apa pun keadaannya kita harus tetap menanti-nantikan Tuhan karena Dia tidak pernah lalai menepati janjiNya. Dalam menantikan Tuhan terkandung beberapa aspek yang harus dipenuhi, yaitu kesabaran, ketekunan dan penguasaan diri; dan kesemuanya itu tidak terlepas dari tindakan kita membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Ketika kita sabar dan tekun menanti-nantikan Tuhan, iman kita sedang dilatih supaya kuat.
Fokus pada janji Tuhan berarti memahami bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu 'saya', sehingga kita tidak berubah sikap sampai Tuhan bertindak. Fokus pada janji Tuhan berarti kita 'tinggal' di dalam firmanNya, artinya kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup dalam kebenaran dengan melakukan firmanNya setiap hari.
"Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." Mazmur 25:10
Baca: Mazmur 25:1-22
"Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" mazmur 25:3
Jika menghadapi situasi yang serba tidak menentu, kita sebagai anak-anak Tuhan harus memiliki sikap yang berbeda, karena kita memiliki keyakinan bahwa bersama Roh Kudus kita memiliki kesanggupan untuk menjalani hari-hari berat kita. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7) dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Kekuatan adikodrati inilah yag senantiasa menguatkan, menopang dan menyertai kita. Pemazmur menyatakan, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Tantangan, penderitaan, masalah, ancaman dan sebagainya akan selalu ada dan mewarnai hari-hari manusia. Bagi orang dunia itu adalah hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan, tapi bagi kita adalah kesempatan untuk melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan. "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Keluaran 14:14).
Supaya kita dapat bertahan di tengah pergumulan yang berat kita perlu tetap fokus pada janji Tuhan, sebab "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,..." (2 Petrus 3:9). Apa pun keadaannya kita harus tetap menanti-nantikan Tuhan karena Dia tidak pernah lalai menepati janjiNya. Dalam menantikan Tuhan terkandung beberapa aspek yang harus dipenuhi, yaitu kesabaran, ketekunan dan penguasaan diri; dan kesemuanya itu tidak terlepas dari tindakan kita membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Ketika kita sabar dan tekun menanti-nantikan Tuhan, iman kita sedang dilatih supaya kuat.
Fokus pada janji Tuhan berarti memahami bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu 'saya', sehingga kita tidak berubah sikap sampai Tuhan bertindak. Fokus pada janji Tuhan berarti kita 'tinggal' di dalam firmanNya, artinya kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup dalam kebenaran dengan melakukan firmanNya setiap hari.
"Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." Mazmur 25:10
Subscribe to:
Posts (Atom)