Monday, December 23, 2013

TUHAN ADALAH GEMBALAKU (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 23:1-6

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."  Mazmur 23:1

Kekristenan adalah sebuah kehidupan, karena itulah harus menjadi realita dalam hidup orang percaya setiap hari.  Selama kita memandang kekristenan hanya sebatas agama dan bukan sebagai realita, sampai kapan pun kerohanian kita tidak akan maju, iman kita tidak akan bertumbuh dan pengenalan kita akan Pribadi Tuhan tetap saja dangkal.  Namun jika kita memandang kekristenan sebagai suatu kehidupan yang tak terpisahkan dengan pribadi Tuhan Yesus dan sebuah hubungan yang karib dengan Dia, maka kita akan menjadi orang Kristen yang jauh berbeda, karena mengalami perjalanan rohani yang nyata dengan Dia sebagai akibat perjumpaan dengan Dia secara pribadi.  Itulah sebabnya Daud berkata,  "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Artinya bagi setiap orang yang bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan membangun hubungan yang karib dengan Dia, Dia pasti akan menyatakan diriNya sehingga orang tersebut menyebut namaNya.

     Selain sebagai raja atas Israel, di masa hidupnya Daud memiliki pengalaman hidup sebagai gembala.  Meski kambing domba yang digembalakannya hanya berjumlah 2-3 ekor ia melakukan tugasnya dengan penuh kesetiaan.  Dengan penuh kesabaran ia membimbing kambing dombanya ke padang yang berumput hijau supaya cukup makanan dan ke air yang tenang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan kambing dombanya dari terkaman binatang buas.  "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya."  (1 Samuel 17:34-35).

     Berdasarkan pengalaman inilah terciptalah mazmur 23 ini.  Daud menyadari dan merasakan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan hidupnya seperti seorang gembala yang begitu mempedulikan domba-dombanya sehingga ia pun berkata,  "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku."  (Mazmur 23:2).  (Bersambung)

Sunday, December 22, 2013

MENIPU DIRI SENDIRI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2013 -

Baca:  1 Yohanes 2:1-6

"Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran."  1 Yohanes 2:4

Kita dikatakan menipu diri sendiri jika:  2.  Kita hidup dalam ketidaktaatan atau tidak melakukan perintah Tuhan.  Kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan mengenal Dia, tapi bila kita tidak menuruti perintahNya kita disebut sebagai pendusta atau penipu.  Yakobus pun juga menegaskan,  "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."  (Yakobus 1:22).  Seringkali kita tampak  'rohani'  di situasi-situasi tertentu saja, saat berada di gereja atau pada saat jam-jam ibadah saja.  Selebihnya di hari-hari biasa, saat menjalani kehidupan di tengah-tengah dunia, kita terbawa oleh arus dunia ini dan hidup serupa dengan dunia ini, padahal firmannya menyatakan:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Rasul Paulus mengingatkan,  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).

     Yakobus dalam suratnya berkata,  "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."  (Yakobus 1:26).  Sudahkah kita menguasai ucapan atau lidah kita?  Kita mudah sekali melakukan pelanggaran dalam hal ucapan.  Kita mudah sekali berkata jorok, mengumpat orang lain, mengeluarkan sumpah serapah, menggosip atau membicarakan orang lain dan sebagainya.  Berhati-hatilah!  Jika kita bertindak demikian, sia-sialah ibadah kita.  Itulah sebabnya pemazmur bertekad,  "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;"  (Mazmur 39:2), sebab  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).

     Selain daripada hal-hal di atas, Alkitab juga mencatat bahwa jika seseorang tidak mengembalikan persepuluhan yang merupakan milik Tuhan ia disebut juga sebagai orang yang telah menipu Tuhan  (baca  Maleakhi 3:8).

Ibadah yang tidak disertai dengan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah penipuan terhadap diri sendiri!

Saturday, December 21, 2013

MENIPU DIRI SENDIRI (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 5:1-13

"Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu."  Mazmur 5:7

Tak seorang pun dari kita yang mau jika dirinya disebut sebagai penipu.  Secara umum, gambaran kita tentang penipu adalah orang yang terlibat dalam aksi kejahatan atau kriminalitas.  Penipu adalah orang yang telah berkata bohong  (tidak jujur), menipu orang lain, memutarbalikkan fakta atau perkataannya menyimpang dari kebenaran.  Yang jelas tindakan penipuan itu sangat merugikan orang lain dan juga bertentangan dengan hukum;  dan penipu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga  (baca  1 Korintus 6:9-10).

     Alkitab menyatakan bahwa tindakan menipu itu tidak hanya sebatas berkenaan dengan ucapan atau perkataan seseorang, namun memiliki makna yang lebih luas.  Pertanyaan:  pernahkah kita menipu diri sendiri?  Dengan spontan kita akan berkata bahwa itu pertanyaan yang tidak masuk akal.  Masakan ada orang yang menipu dirinya sendiri?  Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan sebuah realita kehidupan.  Berikut ini adalah bukti bahwa seseorang telah menipu dirinya sendiri:  1.  Merasa diri tidak berdosa.  Ada tertulis:  "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita."  (1 Yohanes 1:8).  Adakah di antara kita yang sempurna, tidak berbuat dosa atau melakukan pelanggaran?  Alkitab menegaskan bahwa  "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak."  (Roma 3:10).  Tapi masih banyak orang Kristen yang merasa dirinya paling benar dan paling suci sehingga dengan mudahnya menghakimi orang lain.  Jika kita demikian tak ubahnya kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang dikecam oleh Tuhan Yesus,  "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:28).  Jika kita merasa diri benar dan tidak berdosa, berarti kita ini adalah orang-orang yang menipu diri sendiri.

     Jangan menjadi orang yang munafik!  Mari jujur dan mengakui segala dosa dan pelanggaran kita di hadapan Tuhan, sebab  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Merasa diri benar adalah salah satu bukti bahwa kita menipu diri sendiri.  (Bersambung)

Friday, December 20, 2013

BAPTISAN BAGI ORANG PERCAYA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2013 -

Baca:  Roma 6:1-14

"Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru."  Roma 6:4

Tidak sedikit orang Kristen yang walaupun sudah dibaptis belum paham benar arti dan tujuan dari baptisan itu.  baptisan bagi orang Kristen adalah sebagai deklarasi atau pernyataan iman kita kepada Tuhan Yesus.  "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 10:32).  Karena itu baptisan tidak bisa dianggap main-main karena merupakan komitmen kita kepada Tuhan.

     Memberikan diri untuk dibaptis berarti percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.  Jadi keinginan untuk dibaptis harus didasari oleh kerelaan, bukan karena terpaksa, desakan dari pihak lain atau hanya sekedar ikut-ikutan.  Dengan baptisan air hidup kita dibersihkan dari segala kotoran/kenajisan sehingga kita memiliki hati yang bersih dan murni.  "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus,"  (1 Petrus 3:21).

     Dibaptis juga berarti manusia lama kita turut dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dalam kematianNya, dan kemudian kita dibangkitkan sebagai manusia baru...  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17), yang artinya berkomitmen untuk tidak lagi hidup menurut keinginan daging, melainkan menurut pimpinan Roh.  Jadi baptisan adalah sebuah komitmen untuk hidup serupa dengan Kristus.  Ada pun persyaratan baptis adalah orang yang sudah bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang atas dasar kerelaannya sendiri memberi diri untuk dibaptis.  Alkitab menyatakan bahwa ada berkat di balik baptisan, yaitu kita beroleh pengampunan dosa dari Tuhan dan dariNya kita akan menerima karunia Roh Kudus  (baca  Kisah 2:38).  Maka dari itu jangan pernah main-main dengan baptisan!

Memberi diri untuk dibaptis berarti berkomitmen untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan kita telah mati bagi dosa.

Thursday, December 19, 2013

BAPTISAN BAGI ORANG PERCAYA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2013 -

Baca:  Matius 28:16-20

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,"  Matius 28:19

Sebagai orang percaya kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah di tengah-tengah dunia ini, karena keberadaan kita adalah sebagai garam dan terang dunia, artinya harus menjadi kesaksian dan teladan yang baik bagi orang-orang yang belum percaya.  Bukan hanya sampai di situ, di atas pundak kita ada amanat agung yaitu pergi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh kudus  (ayat nas).  Memberitakan Injil dan melayani jiwa-jiwa adalah nilai mutlak dan tidak bisa ditawar lagi.  Di samping itu ada hal lain yang merupakan elemen penting dalam kehidupan orang percaya yaitu berkenaan dengan baptisan.

     Baptisan air merupakan keputusan yang harus kita ambil setelah diselamatkan, sebagai pernyataan iman percaya kita terhadap keselamatan yang telah kita terima berdasarkan anugerah dari Tuhan Yesus.  Ada pun baptisan itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, baptizo yang artinya  'to dip'  (menenggelamkan atau membenamkan ke dalam air lalu mengeluarkannya lagi).  Alkitab pun mencatat bahwa  'Yesus keluar dari air'  sebagai tanda bahwa Ia ditenggelamkan ke dalam air  (sungai Yordan).  Sebagai pengikut Kristus kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup  (baca  1 Yohanes 2:6).  Dengan kata lain kita harus meneladani Kristus.  Salah satu teladan yang telah Tuhan Yesus berikan adalah tentang baptisan, di mana Ia sendiri rela menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan dari tanah Galilea di utara menuju tanah Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sugai Yordan, maka dari itu kita pun harus mengikuti jejakNya.  "Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: 'Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?'  Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: 'Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.' Dan Yohanespun menuruti-Nya."  (Matius 3:13-15).

     Jadi baptisan adalah perintah Tuhan bagi orang percaya.  Yang telah bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus dibaptis.  Jika dilihat dari bahasa aslinya,  praktek baptisan adalah ditenggelamkan ke dalam air.  (Bersambung)

Wednesday, December 18, 2013

FIRMAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 119:129-160

"Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya."  Mazmur 119:160

Alkitab juga menyatakan bahwa firman Tuhan adalah perlengkapan senjata bagi orang percaya.  Ia diibaratkan sebagai pedang Roh yang dapat digunakan dalam peperangan rohani,  "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).  Bahkan,  "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."  (Ibrani 4:12).  Jadi kita harus tinggal di dalam firmanNya, dengan tidak  "...lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).

     Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi kita untuk mengoreksi diri dan berbenah.  "...jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin."  (Yakobus 1:23).  Dengan bercermin kita akan tahu bahwa di dalam diri kita mungkin masih ada ketidakberesan atau kotoran yang melekat yang harus segera dibersihkan.  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Firman itu laksana api dan palu yang siap untuk menghanguskan, memurnikan dan menghancurkan yang keras.  Tuhan berkata,  "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?"  (Yeremia 23:29).  Proses itu memang sakit, makanya tidak mudah seseorang bersikap  'legowo'  (rela, ikhlas)  untuk ditegur, dikoreksi dan ditelanjangi dosa-dosanya.

     Mari sadari proses itu bertujuan membentuk karakter kita lebih baik dan makin serupa dengan Kristus.

Jadikan firman Tuhan menu setiap hari supaya kerohanian kita kuat dan sehat!

Tuesday, December 17, 2013

FIRMAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 1:1-6

"...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam."  mazmur 1:2

Makanan adalah salah satu kebutuhan utama manusia, selain sandang dan juga papan.  Tubuh jasmani kita setiap hari membutuhkan makanan dan juga asupan gizi yang cukup supaya kuat dan kesehatannya tetap terjaga.  Jika kita tidak makan, tubuh jasmani kita pasti akan lemah dan tidak bertenaga.  Sama seperti tubuh jasmani, tubuh rohani pun membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari agar kerohaniannya terus bertumbuh makin hari makin kuat.

     Firman Tuhan diibaratkan seperti air susu murni yang dibutuhkan oleh seorang bayi.  Susu adalah makanan utama bagi bayi yang baru lahir supaya ia mengalami pertumbuhan.  "...jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,"  (1 Petrus 2:2).  Namun tidak mungkin kita terus-terusan menjadi bayi atau kanak-kanak rohani, karena kekristenan kita harus terus bertumbuh, semakin hari harus semakin dewasa di dalam Tuhan.  Kita pun perlu menyantap makanan yang keras, sebab  "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:14).  Namun masih banyak orang Kristen yang tidak suka dengan  'makanan keras', maunya  'susu'  saja seperti bayi.  Buktinya?  Ketika menerima teguran sedikit, kita mudah ngambek;  tertempelak firman Tuhan yang keras, kita pun langsung marah kepada hamba Tuhan, lalu mogok tidak mau ke gereja.  Bertambahnya usia atau lamanya kita mengikut Tuhan seharusnya membuat kedewasaan kita di dalam Tuhan juga makin bertambah.

     Di samping itu firman Tuhan berfungsi juga sebagi pelita yang dapat menerangi langkah hidup kita.  Hal ini diakui oleh Daud,  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Karena diterangi firman Tuhan langkah kaki kita tetap terarah, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, tidak terpelecok, serta kita dapat menahan kaki kita terhadap segala jalan kejahatan sehingga kelakuan kita tetap terjaga bersih.  Keberadaan kita di tengah dunia adalah sebagai anak-anak terang,  "Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,"  (Efesus 5:8b).  (Bersambung)

Monday, December 16, 2013

KEMENANGAN BAGI ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2013 -

Baca:  Yosua 5:13-15

"Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang."  Yosua 5:14

Bagi bangsa Israel, kota Yerikho adalah salah satu penghalang untuk mencapai tanah Perjanjian.  Yerikho adalah gambaran masalah yang besar.  Pada waktu itu Yosua sedang berada dekat kota itu.  Dengan kata lain Yosua sedang dekat dengan permasalahan.

     Meski berada dalam masalah besar Yosua tidak berkecil hati dan takut, mata rohaninya tetap tertuju kepada Tuhan.  Dengan penuh keyakinan ia berpegang kepada janji Tuhan:  "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."  (Yosua 1:3).  Saat berada di dekat Yerikho  (masalah)  ini Yosua justru mengalami perkara-perkara yang ajaib, di mana ia bertemu dengan Panglima Balatentara Tuhan.  "Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: 'Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?'"  (ayat 14b).  Yosua belajar untuk peka akan suara Tuhan, dan ia juga belajar taat melakukan kehendakNya.  "'Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.' Dan Yosua berbuat demikian."  (Yosua 5:15).

     Ketika dalam permasalahan yang berat kita seringkali tidak peka akan suara Tuhan dan memilih untuk tidak taat kepadaNya karena kita merasa bahwa perintah Tuhan itu tidak masuk di akal dan aneh.  Telinga kita pun tidak kita arahkan kepada Tuhan, tapi kepada suara Iblis yang membuat kita makin takut, kuatir dan cemas, padahal Tuhan telah berjanji,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Dalam keadaan yang demikian akhirnya ada banyak orang memilih untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan menggadaikan keselamatan demi mendapatkan materi/kekayaan yang berlimpah, jabatan, pasangan hidup atau pertolongan instan dari kuasa-kuasa gelap.  Padahal kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara belaka.  Apa pun bentuknya, perintah Tuhan itu demi kebaikan kita.  Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, janji Tuhan itu pun digenapiNya.  Yerikho akhirnya dapat ditaklukkan, artinya kemenangan besar menjadi milik Yosua dan bangsa Israel.

Dibutuhkan ketekunan, karena sedikit waktu lagi Tuhan pasti akan memberikan kemenangan dan mujizatNya bagi kita, asal kita tetap taat kepadaNya!    

Sunday, December 15, 2013

KUNCI MENGALAMI PEMULIHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2013 -

Baca:  Yoel 2:18-27

"Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu."  Yoel 2:25

Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak pernah dipandang hina oleh Tuhan  (baca  Mazmur 51:19).  Sebaliknya Tuhan sangat membenci orang yang suka meninggikan diri, angkuh dan sombong seperti yang diperbuat oleh seorang Farisi saat berdoa  (baca  Lukas 18:9-14).  Kesombongan adalah salah satu penyebab Tuhan memalingkan mukaNya terhadap seseorang, padahal yang meninggikan diri juga sulit mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya.  Jika demikian, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menemukan pemulihan.  "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;"  (Yesaya 2:11).  Jadi  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."   (Yakobus 4:6).

     Yang kedua, kita harus memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan.  Banyak orang Kristen yang tekun berdoa ketika dalam masalah saja, namun saat segala sesuatunya berjalan baik dan lancar mereka tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan.  Tuhan mau kita berdoa dengan tiada berkeputusan dan tidak jemu-jemu di segala keadaan.  Itulah jawaban mengapa kita jarang beroleh jawaban atas doa-doa kita, yaitu karena kita tidak tekun berdoa.  Mencari Tuhan harus menjadi fokus utama dalam kehidupan kita,  "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."  (Mazmur 9:11), oleh karena itu,  "Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!"  (Mazmur 105:4).  Jangan hanya menginginkan berkatNya saja, sementara kita tidak mau mencari wajah-nya.  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).

     Selanjutnya, kita harus bertobat dengan sungguh:  meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru  (baca  2 Korintus 5:17), artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi menurut pimpinan Roh Kudus.

Tuhan pasti pulihkan hidup kita asal kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki!

Saturday, December 14, 2013

KUNCI MENGALAMI PEMULIHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 126:1-6

"Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!"  Mazmur 126:4

Kita harus percaya bahwa di dalam Tuhan ada berkat, pertolongan, kesembuhan dan juga pemulihan di segala aspek kehidupan kita.  Tuhan Yesus sendiri berkata,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Namun untuk mengalami berkat dan pemulihan Tuhan ada syaratnya, sebagaimana yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel,  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).

     Inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat supaya beroleh pemulihan:  pertama, kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa-dosa kita.  Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa  "...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."  (Matius 23:12).  Merendahkan diri memiliki arti yang berbeda dari rendah diri atau minder.  Merendahkan diri merupakan lawan kata dari meninggikan diri;  merendahkan diri berarti membiarkan diri kita berada di tempat yang lebih rendah dari orang lain, di mana kita bersikap apa adanya, terbuka dengan kelemahan kita.  Merendahkan diri di hadapan Tuhan berarti menyadari akan kekurangan, keterbatasan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan;  kita sadar bahwa di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa  (baca  Yohanes 15:5).  Juga berarti menyadari akan keberadaan kita sebagai orang berdosa dan memohon pengampunanNya.  Dan  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Merendahkan diri di hadapan Tuhan disebut pula sebagai orang yang rendah hati dan  "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya."  (Amsal 3:34).  Oleh karena itu marilah kita berkata jujur kepada Tuhan, mengakui segala dosa dan pelanggaran yang telah kita perbuat, maka Dia akan mengampuni dan memulihkan kita.

     Merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa adalah awal menuju kepada pemulihan!  (Bersambung)

Friday, December 13, 2013

RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2013 -

Baca:  Kejadian 2:1-25

"Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu."  Kejadian 2:8

Rancangan Tuhan bagi kita selanjutnya adalah untuk berkuasa.  "...berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  (Kejadian 1:28).  Kuasa untuk menaklukkan segala kedagingan;  menaklukkan segala pikiran negatif;  menaklukkan kegagalan, kemiskinan, sakit penyakit;  menaklukkan segala tipu muslihat Iblis;  menaklukkan segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk meraih kemenangan.  Firman Tuhan menegaskan bahwa kita ini dirancang untuk menjadi pemenang dan bukan pecundang.  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37), karena Roh yang ada di dalam kita itu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia ini  (baca  1 Yohanes 4:4),  yaitu  "...roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).

     Di samping itu Tuhan merancang kita untuk bekerja dan melayani Dia.  Dikatakan,  "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu."  (Kejadian 2:15).  Ketika Adam diciptakan, Tuhan menempatkan dia di taman Eden.  Tuhan memberikan tugas kepadanya untuk mengusahakan dan merawat taman itu.  Kata  'mengusahakan dan memelihara'  memiliki arti melakukan pekerjaan.  Jadi Tuhan menghendaki Adam bekerja, bukan bermalas-malasan atau berpangku tangan saja.  Demikian pula kita ini dirancang Tuhan untuk bekerja bagi Dia.  Bahkan rasul Paulus dengan keras mengatakan,  "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  (2 Tesalonika 3:10).  Yakobus pun menambahkan bahwa,  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).

     Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bekerja bagi Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kepada kita talenta dan karunia yang berbeda-beda.  Jadi  "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).

Rancangan Tuhan bagi kita sungguh luar biasa, jangan sia-siakan waktu yang ada!

Thursday, December 12, 2013

RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2013 -

Baca:  Kejadian 1:1-31

"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."  Kejadian 1:26

Keberadaan kita di bumi ini bukanlah hasil evolusi, melainkan dirancang dan diciptakan oleh Tuhan.  Bahkan kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia melebihi ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya, karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Dia.  Jadi kita ada bukan karena kebetulan, di balik itu semua Tuhan memiliki rancangan yang indah dan luar biasa atas hidup kita.

     Adapun rancangan Tuhan dalam hidup kita adalah:  Pertama, untuk memperoleh berkat Tuhan.  Tertulis:  "Allah memberkati mereka,"  (ayat 28).  Jika keadaan kita sepertinya belum berubah dan belum mengalami berkat-berkat Tuhan, jangan kecewa.  Kita harus dengan iman berkata bahwa hidup kita pasti diberkati Tuhan.  Memang, akibat dosa, manusia hidup di bawah kutuk, tapi Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mengubah kutuk itu menjadi berkat.  Ia datang untuk memulihkan segala sesuatu yang telah rusak.  "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'"  (Galatia 3:13).  Tuhan Yesus sendiri menegaskan,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).

     Kedua, untuk beranak cucu dan hidup produktif.  "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..."  (ayat 28).  Kata  'produktif'  di sini bukan hanya dalam hal keturunan, tetapi juga menghasilkan hal-hal yang baik bagi Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang Dia berikan.  "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Efesus 2:10).  Tuhan menghendaki kita menghasilkan keturunan-keturunan yang berkarakter Ilahi;  dan melalui pekerjaan baik yang kita lakukan, kehidupan kita akan menjadi berkat dan kesaksian bagi dunia.  Inilah kehendak Tuhan bagi kita, karena keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah sebagai terang dunia dan garam dunia  (baca  Matius 5:13-16).  Kalau garam itu menjadi tawar, bukankah ia tidak berguna lagi, selain dibuang?  (Bersambung)

Wednesday, December 11, 2013

BERUBAH DAN BERBUAH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2013 -

Baca:  Roma 7:1-12

"Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah."  Roma 7:4

Buah merupakan indikator sebuah pohon sehat.  Setiap pohon sehat pasti akan menghasilkan buah pada waktunya.  Sebaliknya pohon yang tidak sehat sulit sekali untuk berbuah.  Demikian pula orang percaya yang  'sehat'  rohaninya pasti menghasilkan buah-buah sesuai pertobatannya.  Buah-buah yang dimaksudkan adalah buah-buah Roh, yaitu  "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."  (Galatia 5:22-23a).  Sedangkan di dalam diri orang Kristen yang  'sakit'  rohaninya mustahil ada buah-buah Roh.

     Keberadaan kita ini diibaratkan sebuah ranting dan Tuhan Yesus adalah pokok anggurnya.  Tuhan berkata,  "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."  (Yohanes 15:2).  Dikatakan bahwa ranting yang tidak berbuah akan dipotongNya dan kemudian dicampakkan ke dalam api dan dibakar.  Itulah akhir dari pohon yang tidak menghasilkan buah.  Demikian pula perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah:  sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun tidak menemukan buah pada pohon aranya sehingga ia pun memerintahkan pengurus kebunnya untuk menebang pohon itu dengan berkata,  "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!"  (baca  Lukas 13:6-9).

     Setiap orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari proses  'berubah dan berbuah'  ini.  Mengapa demikian?  Karena hidup yang berubah dan berbuah adalah syarat untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita.  Kadangkala kita merasa bahwa janji Tuhan itu sangat jauh dari kehidupan kita;  dan kita pun berpikir bahwa Tuhan itu ingkar akan janji-janjiNya.  Tidak sama sekali!  Tak satu pun janji Tuhan yang tidak ditepatiNya.  Pada saat yang tepat pasti digenapiNya!

Sebelum Tuhan menggenapi janjiNya Ia terlebih dahulu memproses dan membentuk kita supaya kita benar-benar menjadi orang Kristen yang makin hari makin dewasa di dalam Dia, sehingga kehidupan kita pun menjadi kesaksian yang memuliakan namaNya.

Tuesday, December 10, 2013

BERUBAH DAN BERBUAH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 92:1-15

"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya."  Mazmur 92:15

Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia.  Dengan demikian kebenaran kita itu berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan namaNya.

     Kita dapat dikatakan  'berbeda'  bila ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh.  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya.  Inilah kehendak Tuhan itu:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2), dan  "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."  (Yohanes 15:8).

     Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah?  Seorang Kristen dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah.  "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  (1 Korintus 13:11).  Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani.  Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil?  "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil."  (Ibrani 5:12-13).

     Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani!  Jadilah orang Kristen yang makin hari makin dewasa.  Perubahan karakter adalah salah satu tandanya.  (Bersambung)

Monday, December 9, 2013

MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Perbuatan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2013 -

Baca:  Amsal 4:1-27

"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan."  Amsal 4:27

Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani.  Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita.  Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh.  Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan.  Hal ini pun berimbas pada keseharian kita:  malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah.  Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama.  Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging.  Alkitab menegaskan,  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).

     Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan?  Iblis!  Ia  (Iblis)  akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh.  Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor.  Dalam Roma 12:11 dikatakan,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati.  Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan  (baca  Ibrani 12:16-17).  Akhirnya penyesalan pun tiada guna.  Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu.  Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan  (baca  1 Samuel 30:6).

     Daud melakukan tindakan yang benar:  datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya.  Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.

Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.

Sunday, December 8, 2013

MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Ucapan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 39:1-14

"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;"  Mazmur 39:2

Ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan seringkali yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata negatif sebagai ungkapan rasa kesal, kecewa dan marah.  Berhati-hatilah, sebab ucapan kita ibarat benih, suatu saat akan tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah.  Ada tertulis:  "Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya."  (Amsal 18:20).  Pilihan ada pada kita:  memperkatakan yang baik atau buruk.  Bila sampai hari ini kita belum melihat apa yang baik janganlah bersungut-sungut atau mengomel, tetap perkatakan yang positif, ucapkanlah berkat, maka suatu saat berkat atau hal-hal positif itu akan benar-benar terjadi dalam hidup kita.  Ada kalimat bijak:  'Your word will save your world!'  Artinya perkataan kita dapat menyelamatkan dunia, perkataan kita dapat membentuk hidup kita.  Jika kita memperkatakan yang positif, maka yang positif ini akan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita.  Begitu pula sebaliknya!  Karena itu  "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  (Kolose 4:6).

     Sebagai orang percaya kita memiliki kuasa perkataan yaitu perkataan di dalam nama Yesus.  Itu bukanlah perkataan biasa, melainkan perkataan yang mengandung kuasa dahsyat bila diucapkan dengan iman,  "... bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu."  (Bilangan 14:28).  Ini berarti Tuhan akan mengerjakan apa yang kita perkatakan.  Jika Tuhan yang melakukan, tidak ada yang mustahil, karena Ia sanggup menjadikan yang tidak ada menjadi ada.  Namun kadang yang kita lihat dan alami justru sebaliknya, yaitu kesulitan demi kesulitan.  Jangan berkecil hati, percayalah dan terus perkatakanlah, maka seperti Tuhan menggenapi janjiNya kepada Yusuf, hal yang sama akan dilakukanNya bagi kita.

     Sebesar apa pun persoalan kita hari-hari ini jangan sampai menyurutkan iman kita sehingga kita tidak berani berkata-kata positif.  Perkatakan firman setiap hari, maka kuasa Tuhan akan bekerja dalam hidup kita.  Sesuatu yang luar biasa pasti akan terjadi!

"...tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  Markus 11:23

Saturday, December 7, 2013

MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Ucapan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2013 -

Baca:  Habakuk 3:1-19

"namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."  Habakuk 3:18

Setiap kita pasti mengharapkan janji-janji Tuhan yang tertulis dalam Alkitab tergenapi dalam hidup kita meski hal itu membutuhkan proses penantian;  dalam menantikan janji Tuhan tersebut mungkin kita mengalami pergumulan yang tidak mudah:  masalah, kesesakan, situasi, keadaan sulit acapkali melemahkan iman dan membuat kita kehilangan fokus, padahal kita butuh iman yang teguh dan juga tindakan sebagai langkah iman.

     Habakuk mengalami situasi yang buruk dan berada di tengah-tengah keadaan yang tidak pasti, di mana pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang.  Secara manusia tidak ada harapan!  Jadi sebenarnya Habakuk punya alasan untuk menjadi lemah, kecewa dan putus asa, namun ia tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan.  Hal yang sama dilakukan Daud saat Ziklag terbakar, di mana ia tetap  "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya."  (1 Samuel 30:6b).

     Kita harus menyadari bahwa untuk dapat menerima janji Tuhan dibutuhkan tindakan dari pihak kita, sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17), karena  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).  Maka kita harus melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan.  Mungkin saja keadaan di sekitar kita begitu buruk, tidak ada sesuatu pun yang baik nampaknya, tapi kita harus tetap percaya kepada Tuhan dan melangkah dengan iman.

     Kita pun harus bisa menjaga sikap kita sembari menantikan janji Tuhan tersebut, antara lain menjaga lidah atau ucapan kita.  Lidah memegang peranan yang sangat penting dalam hidup seseorang,  "...walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar."  (Yakobus 3:5a).  Banyak orang Kristen tidak menyadari akan hal ini.  Akibatnya kita mudah sekali memperkatakan hal-hal yang buruk dan negatif.  Alkitab dengan tegas menyatakan,  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).  (Bersambung)

Friday, December 6, 2013

RAHASIA HIDUP DANIEL (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2013 -

Baca:  Daniel 2:1-49

"Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel."  Daniel 2:48

Rahasia hidup Daniel kedua adalah memiliki pergaulan yang baik.  Ia tidak sembarangan bergaul dan sangat selektif memiliki teman, sebab ia sadar bahwa  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Karena itulah Daniel membangun hubungan dengan teman-teman yang sama-sama takut akan Tuhan dan memiliki kerohanian yang baik pula, sehingga mereka dapat saling mendukung, menasihati, mengingatkan dan menguatkan.  "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  (Amsal 27:17).  Berhati-hatilah dalam bergaul!  Dengan siapa kita bergaul dan siapa teman-teman di sekitar kita sangat mempengaruhi pola pikir dan juga menentukan perjalanan hidup kita, akan seperti apa kita dikemudian hari, sebab  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).  Daniel pun memilih Hananya, Misael dan Azarya sebagai sahabat-sahabatnya. 

     Hal ketiga adalah Daniel berkomitmen untuk memelihara kehidupan doanya setiap hari.  Ia senantiasa menyediakan waktu khusus untuk Tuhan tiga kali sehari berlutut, berdoa dan memuji-muji Tuhan.  Tertulis:  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).  Sebagai pejabat pemerintahan tentunya Daniel punya banyak aktivitas dan kesibukan;  meski demikian ia tidak pernah lalai menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan.  Di segala keadaan Daniel tetap tekun berdoa.  Hal ini menunjukkan bahwa ia senantiasa mengandalkan Tuhan dan melibatkan Dia di segala aspek hidupnya.

     "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).  Itulah sebabnya apa saja yang dikerjakan Daniel senantiasa berhasil dan beruntung, karena tangan Tuhan selalu campur tangan.

"Dan Daniel ini mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pada zaman pemerintahan Koresh, orang Persia itu."  Daniel 6:29

Thursday, December 5, 2013

RAHASIA HIDUP DANIEL (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2013 -

Baca:  Daniel 1:1-21

"Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya."  Daniel 1:20

Hari ini kita belajar dari seorang muda yang mampu  'mengalahkan'  dunia.  Daniel adalah orang muda yang memiliki roh luar biasa dan memiliki kualitas hidup di atas rata-rata.  Dalam bahasa Ibrani nama  'Daniel'  memiliki arti  'Tuhanlah hakimku'.  Kata  'hakim'  sendiri memiliki makna yang sangat luar biasa, suatu gambaran tentang kebijaksanaan yang di dalamnya terkandung hikmat, kekudusan, intelektual dan juga integritas.  Daniel adalah salah seorang dari orang-orang muda pilihan yang ditangkap dan dibawa oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem runtuh.  "...orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim."  (Daniel 1:4).  Di negeri Babel, oleh pemimpin pegawai istana, nama Daniel diganti menjadi Beltsazar.

     Meski berada di negeri pembuangan, grafik kehidupan Daniel bukannya makin merosot, justru sebaliknya makin hari makin naik seperti janji firmanNya,  "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,"  (Ulangan 28:13).  Keberhasilan Daniel didapat bukan karena melakukan kecurangan, suap atau kompromi, tapi karena ia memiliki kualitas hidup yang  'berbeda'  dari orang lain.  Inilah yang dilakukan Daniel:  pertama, ia berkomitmen untuk hidup kudus.  Bukanlah perkara yang mudah bagi anak muda untuk tidak menajiskan diri dari perkara-perkara duniawi.  "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya."  (Daniel 1:8).

     Daniel bersikap tegas dan tidak mau berkompromi sedikit pun dengan dosa dan tetap berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidupnya.  Apa kuncinya?  "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.  (Mazmur 119:9).  (Bersambung) 

Wednesday, December 4, 2013

ORANG PERCAYA: Mengalahkan Dunia (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2013 -

Baca:  Yesaya 42:1-9

"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,"  Yesaya 42:6

Ada tertulis:  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).  Jadi  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).  Ini menunjukkan ada harga yang harus kita bayar untuk bisa mengalahkan dunia dan menjadi orang-orang yang berdampak.  Pertanyaannya:  "Siapakah kita menjadi perhatian dunia?"  Kita bisa mengalahkan dan bahkan mengubah dunia di mana pun kita berada, tempat di mana kita berinteraksi langsung.  Inilah yang dimaksud  "...kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Jadi kita tidak harus menjangkau tempat yang jauh-jauh, namun di lingkungan terdekat sudahkah kita menjadi berkat?

     Siap atau tidak siap, mau tidak mau, Tuhan ingin kita menjadi berkat supaya melalui perbuatan kita namaNya dipermuliakan.  "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  (Matius 5:16).  Kalau yang kita lakukan itu tidak baik, lebih jelek atau  'setali tiga uang'  dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, apa istimewanya kita?  Pasti orang dunia tidak akan mau melihat kita.  Satu-satunya jalan adalah memiliki kehidupan dan karya yang lebih baik dari orang dunia, barulah mereka akan tertarik membicarakan kita, melihat kita dan akhirnya datang kepada kita.

     Akhirnya, bagaimana kita bersikap dan bertindak akan menentukan  'kualitas dan posisi'  kita di mata dunia.  Karena itu kita harus mengarahkan iman kita kepada Tuhan, mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif.  "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Filipi 4:8), dan praktekkan iman itu dalam perbuatan nyata.

Orang Kristen yang benar mampu mengalahkan dunia dengan iman dan perbuatannya!

Tuesday, December 3, 2013

ORANG PERCAYA: Mengalahkan Dunia (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2013 -

Baca:  1 Yohanes 5:1-5

"sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita."  1 Yohanes 5:4

Ada banyak orang Kristen yang terheran-heran dan kasak-kusuk ketika melihat rekan sesama orang Kristen melakukan pekerjaan dengan sangat baik, rajin, jujur, disiplin, tekun sehingga menjadi orang yang berhasil bukan hanya dalam bidang konvensional saja, dalam hal pelayanan pun dipakai Tuhan secara luar biasa.  Aneh bukan?!!  Sesungguhnya itu adalah hal yang wajar.  Sebaliknya jika ada orang Kristen yang malas, yang melakukan pekerjaan dengan sangat buruk, pelayanannya amburadul dan tidak bisa menjadi kesaksian yang baik, kita menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan biasa.  Inilah yang seharusnya membuat kita terkejut dan terheran-heran.

     Sejak semula Tuhan memiliki rancangan luar biasa bagi setiap orang percaya.  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Kita dirancang Tuhan untuk menjadi pribadi luar biasa dan berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.  Bukan menjadi looser, tapi winner.  Perlu kita sadari bahwa di dalam diri setiap orang percaya terdapat potensi Ilahi, suatu benih luar biasa yang merupakan modal bagi kita untuk menjadi pribadi luar biasa dan memiliki kehidupan yang luar biasa pula.  Benih itu adalah iman kita.  Iman inilah yang memampukan kita untuk  'mengalahkan'  dunia.  Tapi ingat, benih tidak akan tumbuh dan menghasilkan buah yang lebat jika ia dibiarkan begitu saja.  Jadi benih itu harus ditumbuhkan terlebih dahulu:  dirawat, diberi pupuk, diairi, dibersihkan ranting-rantingnya.  Karena itulah keberadaan kita di tengah dunia ini harus berdampak positif.  Dengan kata lain kita harus bisa menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi orang-orang di luar Tuhan, bukan batu sandungan.

     Bila sampai saat ini kita belum bisa mengalahkan dunia, melainkan hanya menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, bukan pribadi yang luar biasa, pasti ada yang salah dalam diri kita, artinya masalahnya ada pada diri kita sendiri.  Seringkali kita menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan yang ada, bahkan kita complain dan berani menyalahkan Tuhan.  (Bersambung)

Monday, December 2, 2013

MENGASIHI TUHAN: Banyak Keuntungan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2013 -

Baca:  1 Korintus 2:6-16

"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  1 Korintus 2:9

Bisakah kita disebut mengasihi Tuhan bila kita sendiri tidak bisa mengasihi orang lain, hati kita dipenuhi dengan kebencian, kepahitan, dendam, sakit hati dan tidak mau mengampuni?  Tertulis:  "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya."  (1 Yohanes 4:20-21).  Artinya, orang Kristen hanya akan dapat mengasihi saudara-saudaranya seiman dengan benar setelah ia lebih dahulu mengasihi Tuhan dengan benar.  Mustahil mengasihi Tuhan dengan benar bila masih membenci saudara seiman lainnya.

     Ada banyak keuntungan jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh:  1.  Tidak hidup dalam ketakutan.  "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih."  (1 Yohanes 4:18).  Semakin besar kasih kita kepada Tuhan semakin hilang pula rasa takut yang menyerang kita.  Sebaliknya semakin kita memusatkan pikiran kepada perkara-perkara duniawi ini kita akan sangat mudah dikuasai oleh ketakutan.  Karena itu Tuhan mengingatkan kita untuk tidak takut, meainkan makin percaya dan mengasihi Dia lebih lagi.  Inilah janjiNya,  "Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."  (Matius 10:30-31).  Ia menegaskan,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  2.  Mampu mengatasi semua persoalan.  Tuhan berkata,  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).

     Orang benar adalah orang yang melakukan kehendak Tuhan dan mengasihiNya.  Terhadap orang benar Tuhan akan menyatakan kasih, pemeliharaan dan pertolonganNya.

Jika Tuhan di pihak kita, kita akan tampil sebagai pemenang karena Dia turut bekerja dalam perkara hidup kita.

Sunday, December 1, 2013

MENGASIHI TUHAN: Melakukan KehendakNya!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2013 -

Baca:  Matius 22:34-40

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu."  Matius 22:37

Waktu bergulir begitu cepatnya, tiada terasa kaki kita telah memasuki bulan penghujung di tahun 2013.  Masihkah kita secara konsisten mengasihi Tuhan?

     Adalah mudah bagi setiap orang Kristen untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan.  Namun dalam prakteknya tidaklah semudah yang dikatakan.  Mengasihi Tuhan harus diwujudkan dengan perbuatan atau tindakan nyata.  Tuhan berkata,  "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."  (Yohanes 14:21).  Tanda utama yang membuktikan bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah ketika ia hidup dalam ketaatan.  Karena itu setiap anak Tuhan harus giat mengembangkan hubungan secara pribadi dengan Tuhan.  Membangun keintiman dengan Tuhan adalah langkah awal untuk mengasihi Tuhan.  Semakin kita intim dengan Tuhan semakin kita mengenal PribadiNya dan semakin kita dikenal oleh Tuhan, seperti tertulis,  "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah."  (1 Korintus 8:3).  Namun ada tercatat demikian:  "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:21-23).  Orang yang bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat bukanlah orang Kristen biasa atau jemaat awam, tapi sudah terlibat dalam pelayanan atau hamba Tuhan yang memiliki 'jam terbang' pelayanan sangat tinggi.  Tapi Tuhan menegaskan bahwa Ia tidak mengenal mereka.

     Ternyata keaktifan seseorang dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak menjamin bahwa ia dikenal oleh Tuhan secara pribadi, bila ia sendiri tidak hidup dalam ketaatan dan melakukan kehendakNya.  (Bersambung)

Saturday, November 30, 2013

MULTIPLIKASI BERKAT YUSUF

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2013 -

Baca:  Kejadian 41:37-57

"Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On."  Kejadian 41:50

Jika memperhatikan kisah perjalanan hidup Yusuf yang penuh liku dan diwarnai banyak penderitaan, serta kemudian ada happy ending yang dialaminya, pemazmur berkata,  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).  Yusuf mengalami kebahagiaan di akhir hidupnya.  "Dari dalam gelap akan terbit terang!"  (2 Korintus 4:6).

     Sejak masih tinggal di rumah Yusuf sudah harus mengalami penderitaan oleh karena mimpi-mimpinya dan perlakuan istimewa ayahnya, yang membuat saudara-saudaranya membenci dan berkeinginan membunuhnya.  Yusuf pun dibuang ke dalam sumur kering kemudian dijual ke Mesir kepada Potifar.  Berakhirkah penderitaan Yusuf?  Tidak.  Di rumah Potifar Yusuf difitnah secara keji oleh isteri Potifar sehingga ia harus dijebloskan ke dalam penjara.  Di dalam penjara inilah Yusuf bertemu dengan juru roti dan juru minuman Firaun yang juga sama-sama dipenjara, dan Yusuf mengartikan mimpi kedua hamba Firaun tersebut.  Suatu kali bermimpilah Firaun dan tidak ada seorang pun orang berilmu di Mesir yang sanggup mengartikan mimpi tersebut.  Atas informasi juru minuman sampailah Yusuf di istana Firaun.  Dengan hikmat Tuhan Yusuf mengartikan mimpi Firaun sang raja hingga akhirnya ia diangkat sebagai penguasa di tanah Mesir.

     Kasih dan kemurahan Tuhan tidak berhenti sampai di situ.  Saat berada di Mesir lahirlah dua anak laki-laki bagi Yusuf:  "Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: 'Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.' Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: 'Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.'"  (Kejadian 41:51-52).  Kebaikan dan kemurahan yang diterima dari Tuhan membuatnya lupa atas segala kesukaran dan kesengsaraan di masa lalu.  Yusuf mengalami multiplikasi berkat dalam hidupnya.  Mimpi yang dialami Yusuf benar-benar menjadi kenyataan.  Itu adalah upah ketekunan, kesabaran dan ketaatannya kepada Tuhan.

Seberat apa pun keadaan kita tetaplah kuat dan belajarlah untuk selalu taat, sebab  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  Pengkotbah 3:11

Friday, November 29, 2013

MENCARI TUHAN: Ada Kehidupan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2013 -

Baca:  Yesaya 55:1-13

"Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"  yesaya 55:6

Renungan kita hari ini menegur dan mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu.  Kesempatan yang ada mari kita gunakan untuk terus menerus mencari Tuhan.  Mencari Tuhan adalah sebuah keputusan penting bagi orang percaya, terlebih saat kita berada dalam situasi-situasi yang sulit.  Ketika jalan yang kita tempuh terbentur tembok yang tebal alias jalan buntu, sedangkan berbagai upaya telah kita lakukan dan kesemuanya berujung kepada kegagalan, tiada jalan lain selain kita harus datang kepada Tuhan dan mencari wajahNya.  Mencari Tuhan berarti menyadari akan keterbatasan dan ketidakberdayaan kita, lalu dengan penuh kerendahan hati mencariNya.  Mencari Tuhan juga berarti berharap dan mengandalkan Dia saja.

     Mengapa kita harus mencari Tuhan?  Karena Dia adalah sumber pertolongan sejati.  Sementara segala hal yang ada di dunia ini tak bisa memberikan jawaban dan jaminan yang pasti bagi kita.  Karena itu jangan sekali-kali kita menggantungkan harapan pada uang, kekayaan, jabatan, pengalaman, kepintaran atau kemampuan, semuanya adalah sia-sia.  Gantungkan harapan sepenuhnya kepada Tuhan sebab Dia selalu punya jalan ajaib untuk menolong kita.  Dia tidak pernah kehabisan cara melepaskan kita dari berbagai masalah.  "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:9).  Apa yang didapatkan bila bersungguh hati mencari Tuhan?  "...kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!"  (Yesaya 55:9).  Juga melalui nabi Amos Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar mereka mencari Dia,  "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!"  (Amos 5:4, 6a).

     Perjalanan hidup bangsa Israel hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini.  Ketika mereka mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh ada keamanan, perlindungan dan kemenangan.  Namun, ketika mereka meninggalkan Tuhan, berkompromi dengan dosa dan mencari pertolongan kepada ilah lain, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.

"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan."

Thursday, November 28, 2013

MENEMPUH JALAN YANG BENAR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2013 -

Baca:  Mazmur 119:1-32

"Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku."  Mazmur 119:30

Tak seorang pun dari kita ingin mengalami kegagalan, berantakan, amburadul dan pada akhirnya mengalami kebinasaan.  Kita semua pasti ingin berhasil, diberkati dan menuju kepada kehidupan kekal.  Inilah jalan yang telah ditempuh oleh pemazmur  (ayat nas)  yaitu memilih jalan kebenaran dengan menempatkan firman Tuhan sebagai pedoman hidupnya.

     Adapun jalan kebenaran itu adalah Tuhan Yesus.  Dia berkata,  "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  Percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus adalah langkah awal dan merupakan fondasi hidup orang percaya.  Inilah kunci hidup berkemenangan dan berkelimpahan:  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10).  Alkitab menyatakan,  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Jadi keberadaan orang Kristen adalah ciptaan baru, yaitu sebagai manusia baru.  Karena itu jangan lagi kembali kepada kehidupan yang lama atau menempuh jalan yang salah.  Kalau kita kembali ke  'manusia lama'  berarti langkah kita menuju ke jalan yang menurun, artinya kehancuran dan kebinasaan sedang menanti!  Kita harus memiliki tekad seperti rasul Paulus:  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,"  (Filipi 3:13).  Mari kenakan  'manusia baru'  setiap hari dengan hidup menurut pimpinan Roh Kudus.  "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,"  (Ulangan 28:1, 13). 

     Masa depan yang penuh harapan, keberhasilan, kemenangan dan hidup yang berkelimpahan akan menjadi kenyataan asal kita mau menempuh jalan yang benar yaitu jalan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."  Amsal 3:6

Wednesday, November 27, 2013

MENEMPUH JALAN YANG BENAR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2013 -

Baca:  Matius 7:12-14

"karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."  Matius 7:14

Ingatkah Saudara akan lagu rohani lama berikut ini?  "Di dunia ada dua jalan, lebar dan sempit, mana kau pilih?  Yang lebar api, jiwamu mati, tapi yang sempit jiwa berglori."  Melalui lagu ini kita diingatkan bahwa dalam perjalanan hidup ini kita diperhadapkan dengan pilihan-pilihan.  Jika kita membuat pilihan hidup yang benar atau menempuh jalan yang benar, kita akan mengalami berhasilan dan keberuntungan.  Sebaliknya jika jalan yang kita tempuh itu salah, kita akan menuai kegagalan dan kehancuran.  "Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar."  (Amsal 2:20)  dan  "Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus."  (Amsal 4:14-15).  Ini menunjukkan bahwa keberhasilan atau kegagalan seseorang di kemudian hari sangat ditentukan oleh langkahnya sendiri, bukan ditentukan oleh langkah orang lain.

     Untuk menggapai keberhasilan jalan yang harus kita tempuh tidak mudah dan tentu ada "harganya".  Terkadang kita harus melewati kerikil, bebatuan yang cadas, serta jalan yang mendaki.  Itu terasa berat, sangat melelahkan dan kita pun harus bermandi peluh.  Namun semuanya akan terbayar lunas ketika kita sudah mencapai puncak, di mana terpampang nyata di hadapan kita suatu pemandangan yang menakjubkan, hamparan hijau yang membentang, bahkan kita pun dapat melihat kemegahan kota dengan gedung-gedung pencakar langit serta gemerlap lampu-lampunya.  Namun sedikit orang yang menempuhnya!  Sebaliknya jalan yang menurun, yang mudah dilalui dan tidak memerlukan kerja keras banyak orang yang menempuhnya.  Padahal mereka tidak tahu ada bahaya sedang menanti.  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Benarlah bahwa  "...lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;"  (Matius 7:13).

     Manakah jalan yang akan kita tempuh?  Ingat, pilihan kita hari ini menentukan akan seperti apa masa depan kita.  Sebelum semuanya terlambat buatlah pilihan-pilihan hidup yang benar.  (Bersambung)

Tuesday, November 26, 2013

ORANG PERCAYA: Melakukan Kehendak Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2013 -

Baca:  Yohanes 14:15-31

"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku..."  Yohanes 14:23

Ketika kita mengasihi seseorang atau pasangan kita, segala cara akan kita tempuh untuk memenuhi setiap keinginan dan kehendak orang yang kita cintai.  Atas dasar cinta inilah segala sesuatu tidak ada yang dirasa berat, bahkan kita akan rela mengorbankan apa saja.  Begitu juga jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan kita akan melakukan apa pun yang menjadi kehendakNya.  Seringkali kita begitu mudah berkata,  "Aku mengasihi Tuhan!"  Namun kita tidak mau melakukan kehendakNya dengan alasan bahwa kehendak Tuhan itu sangat berat.  "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia."  (1 Yohanes 5:3-4a).  Dengan kekuatan sendiri memang kita tidak akan mampu melakukan kehendak Tuhan dengan sempurna.  Bukankah di dalam diri orang percaya ada Roh kudus?  "...yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;"  (Yohanes 16:13).

     Tujuan kehendak Tuhan sesungguhnya semata-mata untuk kebaikan kita.  Tidak ada satu pun yang merugikan, apalagi mencelakai kita.  Seringkali kita beranggapan bahwa kehendak Tuhan bertujuan mengekang dan membatasi kebebasan kita.  Padahal Tuhan memberikan 'rambu-rambu' atau aturan-aturan justru untuk memberkati dan melindungi kita dari hal-hal yang jahat.  Ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan ada banyak keuntungan dan berkat yang tersedia bagi kita.  Jadi tidak ada kata rugi atau sia-sia!  Itulah sebabnya Daud berkata,  "aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."  (Mazmur 40:9).  Karena itu kita harus punya banyak waktu bersekutu dengan Tuhan supaya kita dapat mengerti kehendak Tuhan.

     Banyak orang kristen membuang-buang waktu mereka untuk hal-hal yang tak berfaedah.  Firman Tuhan mengingatkan,  "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."  (Efesus 5:15-16).  Perhatikanlah Maria yang lebih memilih  "...duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,"  (Lukas 10:39b), itu adalah langkah awal mencari kehendak Tuhan.

Tanpa ketaatan melakukan kehendak Tuhan kekristenan kita tidak ada artinya!

Monday, November 25, 2013

ORANG PERCAYA: Melakukan Kehendak Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2013 -

Baca:  Matius 7:15-23

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."  Matius 7:21

Seberapa lama kita menjadi Kristen, seberapa sibuk kita melayani pekerjaan Tuhan, seberapa pintar kita memainkan alat musik di gereja, seberapa bagus suara kita saat memimpin pujian atau seberapa tinggi ilmu teologia kita tidak menjadi jaminan bahwa kehidupan kita berkenan pada Tuhan dan menyenangkan hatiNya.  Yang menyita perhatian Tuhan dan membuat mataNya tertuju kepada kita adalah ketaatan kita dalam melakukan kehendakNya.  "Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar,"  (Mazmur 34:16).  Namun bukanlah perkara yang mudah melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini, terlebih-lebih kita berada di tengah-tengah dunia yang dipenuhi keinginan daging, keinginan mata dan segala keangkuhan hidup  (baca  1 Yohanes 2:16).

     Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak aturan-aturan yang dibuat dengan tujuan untuk ditaati.  Contohnya rambu-rambu lalu lintas.  Banyak orang patuh pada rambu-rambu hanya karena mereka takut pada polisi/petugas atau takut kena tilang/hukuman.  Jadi yang mendasari mereka untuk taat kepada peraturan bukanlah kesadaran dari dalam diri sendiri.  Tuhan senang jika anak-anakNya melakukan kehendakNya dan taat kepadaNya bukan karena takut kepadaNya, mengira Ia Pribadi yang kejam dengan murka yang menyala-nyala, siap menghukum siapa saja yang melanggar firmanNya.  Namun sebagai Bapa yang baik Dia lebih senang jika Ia dikasihi, dihormati dan dipercayai daripada ditakuti.  Tanda seorang anak mengasihi menghormati dan mempercayai Bapanya adalah melalui ketaatannya.  Sebaliknya bukti anak yang tidak mengasihi, tidak menghormati dan tidak menghargai bapanya adalah ketidaktaatan.

     Pertanyaan:  sudahkah aktivas-aktivitas rohani yang kita lakukan selama ini berjalan beriringan dengan ketaatan kita melakukan kehendak Tuhan?  Orang kristen disebut juga sebagai orang percaya.  Tapi bila pengiringan kita kepada Tuhan tidak disertai ketaatan kita akan disebut sebagai orang yang tidak percaya, sebab ketidaktaatan adalah bukti ketidakpercayaan, sekalipun kita percaya dalam hati bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat.  (Bersambung)

Sunday, November 24, 2013

FIRMAN TUHAN: Tidak Pernah Kembali Sia-Sia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2013 -

Baca:  Yehezkiel 12:1-28

"Tidak satupun dari firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang Kufirmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan ALLAH."  Yehezkiel 12:28

Rasul Paulus menegaskan bahwa Injil adalah  "...kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,...  Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.'"  (Roma 1:16-17).  Injil adalah buah pikiran atau isi hati Tuhan sendiri.  Di dalamnya terkandung hikmat Tuhan, janji Tuhan, rencana Tuhan, jalan Tuhan, tuntunan, bimbingan dan pedoman hidup bagi orang percaya.  Dikatakan:  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Seluruh jawaban dari permasalahan hidup yang dialami manusia ada di dalam firman Tuhan:  mulai dari masalah yang sangat simple sampai kepada masalah yang paling complicated.  Jadi tidak ada masalah yang tidak terselesaikan ketika kita menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan hidup kita.  Firman Tuhan adalah solusi terbaik.

     Daud mengalami pengalaman luar biasa bersama Tuhan.  Di setiap pergumulan yang dihadapi ia senantiasa berpegang teguh pada firman Tuhan.  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Akhirnya terbukti bahwa  "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).  Serahkan semua permasalahan kepada Tuhan sebab Dia sama sekali tidak merasa terganggu.  Abraham pun mengalami penggenapan janji Tuhan secara luar biasa, sekalipun janji itu tidak masuk akal.  Tuhan berjanji bahwa keturunannya akan seperti bintang dan debu tanah banyaknya, padahal usia Abraham 100 tahun dan Sara 90 tahun ketika itu.  Tetapi tiada yang mustahil bagi Tuhan, semua yang dijanjikanNya ditepati.

     Nantikanlah janji Tuhan dengan setia, jangan terpengaruh situasi dan keadaan, karena apa yang difirmankan Tuhan tidak akan pernah kembali dengan sia-sia.

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  Ayub 42:2

Saturday, November 23, 2013

BERTAHAN DI TENGAH KESUKARAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2013 -

Baca:  Daniel 6:1-29

"Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa."  Daniel 6:17

Dalam doa juga terkandung kuasa menghasilkan sesuatu yang mustahil menjadi mungkin.  Hana adalah wanita mandul yang secara manusia mustahil dapat memiliki anak.  Tapi karena ia terus bertekun di dalam doa perkara yang ajaib pun terjadi.  Tuhan mendengarkan seruan doanya sehingga  "...mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki."  (1 Samuel 1:20a).  Kata Hana,  "Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya."  (1 Samuel 1:27).  Jadi doa yang dilakukan dengan iman dan penuh keyakinan sangat besar kuasanya.  saat menghadapi kesukaran kita harus makin meningkatkan jam-jam doa kita.  Daniel pun melakukan hal ini:  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).

     Meski harus dimasukkan ke dalam gua singa Daniel terluputkan dari maut karena tangan Tuhan sanggup mengatupkan mulut singa-singa itu.  Kita tidak akan mampu bertahan di tengah kesukaran bila kita mengandalkan kekuatan kita yang sangat terbatas ini.  Sungguh benar apa yang dikatakan oleh pemazmur,  "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:2).  2.  Kita harus memegang teguh janji Tuhan.  Janji manusia seringkali berujung kepada ingkar dan mengecewakan, namun bila Tuhan yang berjanji cepat atau lambat pasti akan digenapi, sebab  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Itulah sebabnya Daud berkata,  "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau."  (Mazmur 119:11).  Karena keteguhannya dalam meegang janji Tuhan ini Daud memiliki keberanian Ilahi saat berhadapan dengan Goliat, karena ia sangat percaya akan kebesaran dan kuasa Tuhan.

Di tengah kesukaran dan goncangan yang terjadi mari makin melekat kepada Tuhan melalui doa dan iman percaya kita kepadaNya, Sebab  "...inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita."  1 Yohanes 5:4b

Friday, November 22, 2013

BERTAHAN DI TENGAH KESUKARAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2013 -

Baca:  Timotius 3:1-9

"Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."  2 Timotius 3:1

Kepada Timotius rasul Paulus mengingatkan bahwa pada hari-hari terakhir menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kalinya akan datang masa yang sukar.  Bukankah apa yang disampaikan oleh rasul Paulus ini benar-benar sedang kita rasakan? Saat ini semua umat manusia di belahan bumi mana pun tanpa terkecuali mengalami masa-masa sukar di segala aspek kehidupan ini.  Keberadaan kita ini tak ubahnya seperti seorang prajurit yang sedang bertempur di medan peperangan, sehingga kita tidak boleh bersikap santai, berleha-leha, apalagi sampai tertidur, sebab jika kita lengah sedikit saja kita akan menjadi korban perang.  Maka dari itu  "...hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya."  (Efesus 6:10).

     Situasi-situasi sukar yang sedang terjadi tentunya membuat banyak orang menjadi lemah, takut, kuatir dan putus asa.  Namun sebagai anak-anak Tuhan yang mempunyai sandaran firman Tuhan tentunya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia, karena melalui firmannya Tuhan telah memberikan kepada kita kiat-kiat dalam menghadapi masa-masa sukar itu.  Hal yang harus kita lakukan agar dapat bertahan di tengah kesukaran yang terjadi adalah:  1.  Kita harus berdoa.  Doa merupakan salah satu kebenaran penting yang dilakukan dan diajarkan Tuhan Yesus kepada semua orang percaya.  Tanpa doa, kita akan mengalami kematian rohani karena doa adalah nafas hidup kita, juga sebagai sarana mendekat kepada Tuhan dan berbicara denganNya.  Tuhan Yesus menasihati kita untuk terus berdoa dengan tidak jemu-jemu.  Di segala keadaan kita harus tetap berdoa  (baca  1 Tesalonika 5:17).  Mengapa demikian?  Sebab  "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).  Di dalam doa ada kuasa mengubah ketakutan menjadi kekuatan.  Yosafat, ketika bangsanya diserang bani Moab dan Amon, menjadi sangat takut, lalu ia mengambil keputusan mencari Tuhan.  Bahkan,  "Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa."  (2 Tawarikh 20:3).

     Ketakutan yang ada dalam diri Yosafat berubah menjadi kekuatan yang dahsyat.  Ia dengan penuh keberanian maju berperang dan akhirnya tampil sebagai pemenang oleh karena Tuhan turut bekerja dengan caraNya yang heran dan ajaib.  (Bersambung)

Thursday, November 21, 2013

IBADAH YANG SUNGGUH: Mendatangkan Berkat (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2013 -

Baca:  Hagai 1:1-4

"Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN."  Hagai 1:8

Mengapa kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh?  Karna di balik ibadah ada berkat-berkat yang luar biasa, baik berkat jasmani maupun rohani.

     Di dalam Keluaran 23:25 tertulis:  "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu."  Roti dan air berbicara tentang kebutuhan hidup kita.  Tuhan akan mencukupkan apa yang kita perlukan asal kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh.  Firmannya menyatakan,  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Asal kita mengutamakan Tuhan tidak ada hal-hal yang perlu kita kuatirkan, karena Tuhan akan mengerjakan bagiannya yaitu menyediakan apa yang kita perlukan:  apa yang hendak kita makan, minum dan pakai.  Marilah kita mengoreksi diri, mungkin selama ini kita kurang serius menjalankan ibadah kita sehingga berkat-berkat Tuhan sepertinya tertahan.  "Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri."  (Hagai 1:9).

     Nasihat Rasul Paulus:  "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Ketika kita beribadah dengan sungguh Tuhan menggenapi janji-janjiNya saat kita masih berada di dunia ini, terlebih lagi untuk hidup yang akan datang ada mahkota kehidupan dan kehidupan kekal disediakan.  Melalui ibadah hubungan kita dengan sesama anggota keluarga Kerajaan Allah pun makin erat dan rukun.  Di mana ada umat Tuhan hidup rukun di situ pula Tuhan akan mencurahkan berkat-berkatNya  (baca Mazmur 133).

Tuhan akan membuat perbedaan antara orang yang sungguh beribadah kepadaNya dan yang tidak.  Karena itu tetap setialah beribadah kepadaNya!

Wednesday, November 20, 2013

IBADAH YANG SUNGGUH: Mendatangkan Berkat! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2013 -

Baca:  Mazmur 122:1-9

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'"  Mazmur 122:1

Daud adalah salah satu tokoh di antara banyak tokoh di dalam Alkitab yang memiliki kehidupan yang luar biasa.  Bagaimana Daud bisa seperti itu?  Apa rahasianya?  Karena Daud sangat dekat dengan Tuhan.

     Daud memiliki kehidupan rohani yang berkualitas.  Kesungguhannya dalam beribadah kepada Tuhan tak diragukan lagi.  Tiada hari terlewatkan tanpa membangun keintiman dengan Tuhan.  Di mana pun dan kapan pun ia suka sekali memuji-muji Tuhan.  "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2).  Berdoa serta merenungkan firman Tuhan siang dan malam adalah gaya hidup Daud setiap hari.  Ia berkata,  "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  (Mazmur 84:11).  Ini menunjukkan bahwa Daud sangat mengasihi Tuhan.  Karena kasihnya kepada Tuhan Daud lebih menyukai berada di pelataran Tuhan meskipun itu hanya satu hari dibandingkan seribu hari berada di tempat lain.  Dengan kata lain Daud rindu berada di dalam hadirat Tuhan.

     Ayat nas menyatakan betapa daud memiliki respons yang baik ketika orang lain mengajaknya untuk beribadah kepada Tuhan, bahkan sangat bersukacita.  Bagaimana dengan kita?  Ada banyak orang Kristen yang justru memiliki respons sebaliknya ketika diajak untuk beribadah.  Mereka tidak semangat, malas, ogah-ogahan dan cenderung bersikap skeptis, apalagi jika dihimbau untuk turut terlibat dalam pelayanan.  Mereka lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan urusan pribadi sehingga urusan rohani menjadi urusan nomor sekian.  Dengan berbagai alasan mereka pun berusaha menghindarkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada dengan alasan banyak pekerjaan, terlalu sibuk atau sangat lelah.  Firman Tuhan mengingatkan kita,  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  (Bersambung)