Saturday, August 4, 2012

MENGHANCURKAN PEKERJAAN IBLIS (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2012 -

Baca:  Efesus 6:10-20

"Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu."  Efesus 6:13

Untuk tampil sebagai pemenang saat berperang melawan kuasa kegelapan Rasul Paulus menasihatkan beberapa hal:   1.  Berdiri tegap.  Artinya tidak boleh pesimis, kepala tertunduk dan takut, tapi harus tegas,  "Bersikaplah sebagai laki-laki!" (1 Korintus 16:13c, d).  2.  Berikatpinggangkan kebenaran.  Pinggang adalah gambaran dari kekuatan dan semangat, sedangkan sabuk yang dikenakan di pinggang berfungsi untuk menjaga agar senjata tetap pada tempatnya.  Kita harus tetap hidup dalam kebenaran dan tidak berkompromi dengan dosa sedikitpun.  3.  Berbajuzirahkan keadilan.  Baju zirah berfungsi untuk melindungi organ-organ vital seorang prajurit (jantung, paru-paru, hati dan sebagainya) dari serangan senjata musuh.  Dengan terlindunginya organ-organ vital, seorang prajurit akan semakin yakin dalam menghadapi musuh tanpa rasa takut sedikit pun.  Baju zirah keadilan menjaga dan melindungi hati dan pikiran kita dari hal-hal yang berlawanan dengan kebenaran.  Hati kita harus terbebas dari kekecewaan, ketidakadilan, kepahitan, sakit hati/dendam, kebencian, motivasi yang salah dan sebagainya, karena semuanya itu hanya akan merusak persekutuan di antara umat Tuhan dan akan menjadi titik lemah yang bisa dimanfaatkan Iblis untuk menyerang.  4.  Berkasutkan kerelaan memberitakan injil.  Artinya kita harus makin giat melayani Tuhan dengan roh yang menyala-nyala dan memiliki kehidupan yang bisa menjadi kesaksian bagi orang lain.  Rasul Paulus menasihati,  "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  (2 Timotius 4:2).  Kita harus mengerjakan tugas pemberitaan Injil ini dengan sungguh-sungguh.  5.  Berperisai iman.  Perisai berfungsi untuk melindungi diri dari serangan musuh dan juga menggambarkan perlindungan dan keamanan.  Dalam peperangan, perisai harus digunakan secara aktif.  Kita pun harus memiliki iman yang aktif.  Dikatakan,  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).

Iman yang aktif inilah yang mampu melindungi kita dari serangan Iblis.

Friday, August 3, 2012

MENGHANCURKAN PEKERJAAN IBLIS (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2012 -

Baca:  Efesus 6:10-20

"Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;"  Efesus 6:11

Kehidupan orang percaya tak lepas dari peperangan.  Melawan siapa?  Apakah melawan mertua yang galak, tetangga yang sok usik, atasan yang bawel, rekan sepelayanan yang jadi saingan terberat?  Bukan.  Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa  "...karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (ayat 12).  Iblislah yang harus kita perangi!  Karena ia selalu ingin menghancurkan kehidupan anak-anak Tuhan:  "Pencuri (Iblis - Red.) datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Iblis selalu mengincar kelemahan dan kelengahan orng percaya, dengan "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).

     Iblis sangat benci terhadap orang Kristen yang rajin beribadah, tekun berdoa, tekun membaca Alkitab dan aktif dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.  Karena itu ia selalu berusaha menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan dengan menebarkan ketakutan, kekuatiran, kekecewaan, kepahitan, kebencian, putus asa dan hal-hal negatif lainnya yang membuat kita makin ragu dan tidak percaya akan kuasa firman Tuhan.  Menghadapi pekerjaan Iblis ini kita tidak boleh tinggal diam, apalagi menyerah kalah, karena  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4b) dan "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).

     Kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus memberikan kunci untuk bisa menang melawan Iblis:  kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah sebagai pertahanan (ayat 11) dan pada saat yang tepat kita juga harus bertindak aktif untuk menyerang (ayat 13).  Di akhir zaman ini Iblis tidak asal-asalan dalam menyerang kehidupan orang percaya, justru ia akan menghimpun kekuatan yang berlipat-lipat dan semakin giat dengan menerapkan 1001 macam cara.

"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"  1 Korintus 10:12

Thursday, August 2, 2012

TUHAN SANGGUP: Mengubah Pahit Menjadi Manis (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2012 -

Baca:  Keluaran 15:22-27

"Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu."  Keluaran 15:27

Berapa banyak dari kita yang tidak sabar menantikan pertolongan Tuhan sehingga yang keluar dari mulut kita hanyalah omelan dan persungutan,  "Mengapa Tuhan membiarkan aku dalam kesulitan?  Mengapa Tuhan tidak segera menolongku?"  Kita tidak tahan dan gampang putus asa ketika situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan atau menyesakkan terjadi.  Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita bersikap demikian.  Mari belajar seperti Musa yang bertindak dengan benar dan tetap bisa menjaga hati saat masalah datang.

     Musa tidak menyalahkan Tuhan atau lari dari masalah tapi ia datang kepada Tuhan, berdoa dengan sepenuh hati dan berharap kepadaNya saja karena ia percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan perbuatan-perbuatan yang dahsyat dan ajaib.  Tatkala menyeberangi laut Teberau Musa diperintahkan Tuhan mengulurkan tangannya ke atas laut, maka terkuaklah  "...air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.  Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:21-22).  Musa pun percaya bahwa tidaklah terlalu sulit bagi Tuhan untuk mengubah air yang pahit menjadi manis.

     Sepahit apa pun masalah yang kita alami:  sakit-penyakit, masalah keuangan, masalah keluarga dan sebagainya, berhentilah bersungut-sungut.  Sebaliknya, tetaplah bertahan dan bersabar menantikan pertolongan dari Tuhan, karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11a) dan milikilah keyakinan seperti rasul Paulus yang sanggup berkata,  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Ketika Musa percaya kepada Tuhan, apa yang disediakan Tuhan jauh melebihi apa yang terpikirkan;  saat tiba di Elim, di sana terdapat dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma!

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui."  Yeremia 33:3

Wednesday, August 1, 2012

TUHAN SANGGUP: Mengubah Pahit Menjadi Manis (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2012 -

Baca:  Keluaran 15:22-27

"Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara."  Keluaran 15:23

Perjalanan kekristenan kita tidak selamanya berjalan mulus tanpa pencobaan, masalah, ujian dan tantangan.  Adakalanya kita harus melewati jalan yang penuh kerikil, berbatu, terjal, curam, berliku.  Pengalaman hidup yang manis dan pahit pun harus kita rasakan.

     Ketahuilah satu hal ini:  "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13).  Pengalaman ini juga dialami oleh bangsa Israel,  "...tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.  Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya."  (Keluaran 15:22b-23a).  Kita bisa bayangkan rasa pahit itu bagaimana, suatu rasa yang tidak enak seperti rasa empedu, suatu gambaran dari kesukaran dan kesesakan.  Tentunya itu berbeda dari rasa manis seperti gula dan madu yang menggambarkan suatu kehidupan yang menyenangkan dan indah.

     Bagaimana sikap hati kita tatkala dihadapkan pada yang 'pahit' ini?  Tetapkah kita bisa mengucap syukur atau berlaku seperti bangsa Israel yang tak berhenti untuk bersungut-sungut dengan berkata,  "Apakah yang akan kami minum?"  (Keluaran 15:24).  Bangsa Israel lupa begitu saja dengan pertolongan-pertolongan Tuhan di waktu-waktu sebelumnya.  Mengeluh, mengomel dan bersungut-sungut adalah tanda ketidakpercayaan mereka terhadap kuasa Tuhan.  Tetapi Musa sama sekali tidak terpengaruh oleh persungutan mereka dan tetap berharap kepada Tuhan.  Ketika ia berseru-seru kepada Tuhan, Tuhan memberikan jalan ke luar dengan menunjukkan kepadanya sepotong kayu, lalu  "...Musa melemparkan kayu itu ke dalam air;  lalu air itu menjadi manis."  (Keluaran 15:25a).  Oleh pertolongan Tuhan air yang pahit itu berubah menjadi manis dan mereka pun dapat meminum air itu.

Asal kita percaya kepada Tuhan tidak ada perkara yang mustahil, dan perkara besar pasti terjadi karena Dia Mahakuasa!

Tuesday, July 31, 2012

KESUNGGUHAN RAJA ASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2012 -

Baca:  2 Tawarikh 15:1-19

"Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya."  2 Tawarikh 15:2c

Sudah menjadi sifat manusia bila sedang dalam masalah dan kesesakan baru ingat kepada Tuhan.

     Suatu ketika bangsa Israel sedang berada dalam kesulitan yang hebat.  Kekacauan terjadi di mana-mana,  "Bangsa menghancurkan bangsa, kota menghancurkan kota,"  (ayat 6a).  Mengapa hal ini bisa terjadi?  Itu semua karena kesalahan dari bangsa Israel sendiri sehingga  "...Allah mengacaukan mereka dengan berbagai-bagai kesesakan."  (ayat 6b).  Mereka menjalani kehidupan yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan:  menyembah kepada dewa-dewa dan patung.  Untunglah keadaan itu tidak berlarut-larut.  Raja Asa segera sadar setelah menerima tegoran dari Azarya bin Oded.  Raja Asa dan rakyatnya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan untuk bertobat, sehingga  "...dalam kesesakan mereka berbalik kepada Tuhan, Allah orang Israel. Mereka mencari-Nya, dan Ia berkenan ditemui oleh mereka."  (ayat 4).  Tidak hanya itu, raja pun Asa memerintahkan rakyatnya untuk "...menyingkirkan dewa-dewa kejijikan dari seluruh tanah Yehuda dan Benyamin dan dari kota-kota yang direbutnya di pegunungan Efraim. Ia membaharui mezbah Tuhan yang ada di depan balai Bait Suci Tuhan."  (ayat 8).  Melihat kesungguhan mereka untuk berbalik ke jalan yang benar hati Tuhan pun tergerak untuk menolong dan memulihkan keadaan bangsa Israel.  Kalau kita memiliki kemauan keras untuk mencapai sesuatu kita akan mendapatkannya, bahkan segala tantangan dan hambatan akan mampu kita lewati.  Bila kita memiliki kesungguhan hati untuk mencari Tuhan kita pun akan menemukan Dia.  Karena kesungguhannya mencari Tuhan, maka  "Tidak ada perang sampai pada tahun ketiga puluh lima pemerintahan Asa."  (2 Tawarikh 15:19).

     Jika saat ini kita sedang dalam pergumulan yang berat, datang kepada Tuhan Yesus, Ia akan segera menolong dan memulihkan asal kita datang kepadaNya dengan kesungguhan hati.

Jika saat ini kita jauh dari jalan Tuhan, datang kepadaNya dan segeralah bertobat karena tanganNya sealu terbuka untuk kita, hidup kita pasti dipulihkan!

Monday, July 30, 2012

SUKA MENOLONG, AKAN MENUAI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2012 -

Baca:  Galatia 6:1-10

"Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."  Galatia 6:2

Berbuat baik seperti orang menabur benih.  Pada saatnya ia akan menuai, tidak akan hilang.  Suatu saat ia akan mendapatkannya kembali asal tidak jemu-jemu melakukannya.

     Setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain selalu ada upahnya.  Memang saat menabur kita tidak langsung menuai, semua ada waktnya.  Kalau tidak menuai semasa hidup, kita akan mendapatkannya nanti di sorga.  Ingat, keturunan kita pun juga akan menuai dari apa yang telah kita perbuat bagi sesama.  Karena itu selama masih hidup di dunia ini banyak-banyaklah berbuat baik.  "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).

     Siapa yang perlu kita tolong?  Kita perlu menolong orang lain tanpa melihat warna kulit, keturunan, pendidikan, agama dan latar belakang hidupnya.  Tanpa juga melihat apakah orang yang kita tolong itu akan membalas balik perbuatan baik kita atau tidak.  Namun Alkitab dengan tegas menasihatkan bahwa yang perlu kita tolong terlebih dahulu adalah saudara seiman:  "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."  (Galatia 6:10).  Terlebih utama lagi kita harus memperhatikan dan menolong mereka yang mengajar kita tentang firman Tuhan, yang telah membimbing dan menuntun kita kepada kebenaran:  para hamba Tuhan, penginjil, pelayan Tuhan:  "Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu."  (Galatia 6:6).  Kita dapat menolong para hamba Tuhan itu bukan saja dalam bentuk uang atau materi, tetapi juga rasa hormat dan menjunjung mereka dalam kasih (baca 1 Tesalonika 5:12-13).  Karena itu kita harus berusaha mencukupkan kebutuhan para hamba Tuhan yang bekerja di ladang Tuhan seperti yang diperbuat oleh jemaat di Makedonia (baca 2 Korintus 11:9).  Ingat, segala pengorbanan yang kita lakukan untuk mereka itu tidak akan pernah sia-sia!

"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."  Galatia 6:9

Sunday, July 29, 2012

KESABARAN TUHAN TERHADAP ORANG BERDOSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2012 -

Baca:  Yohanes 8:1-11

"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."  Yohanes 8:11

Saat ini dunia benar-benar telah berada di penghujung zaman.  Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus dengan sangat jelas menyatakan tentang keadaan manusia pada akhir zaman, di antaranya: akan mencintai dirinya sendiri, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, tidak dapat mengekang diri, garang  (baca 2 Timotius 3:1-4), dan ini benar-benar terjadi di sekitar kita.  Sering kita lihat di TV orang-orang tidak segan main hakim sendiri menganiaya pelaku kejahatan, bahkan sampai membakarnya hidup-hidup.  Belas kasihan benar-benar sudah tidak ada lagi.

     Selama pelayanan di bumi Tuhan Yesus tidak pernah berhenti melayani jiwa-jiwa; kasihNya, kebaikanNya dan kemurahanNya terhadap orang-orang begitu luar biasa, tanpa pandang bulu.  Orang-orang yang sakit, buta, lumpuh disembuhkan, bahkan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari dibangkitkanNya.  Namun adakalanya Yesus mengeluarkan kata-kata pedas untuk menguji iman dan kesungguhan mereka seperti yang Ia katakan kepada perempuan Kanaan,  "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."  (Matius 15:26).

     Hati Yesus penuh kasih dan belas kasihan, tak terkecuali terhadap orang berdosa.  Suatu ketika ada seorang wanita yang tertangkap basah berbuat zinah.  Oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi wanita itu dibawa kepada Yesus dengan tujuan meminta persetujuanNya untuk menghukumnya.  Apa tindakan Yesus?  Mengijinkan orang-orang untuk main hakim sendiri?  Tidak, Yesus tidak menuruti permintaan orang-orang itu, bahkan Ia menantang mereka,  "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."  (Yohanes 8:7).  Akhirnya tak satu pun dari mereka berani menghakimi wanita itu.  Tuhan Yesus menunjukkan kesabaranNya terhadap orang berdosa dengan tujuan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat.  Karena itu jangan menghakimi orang lain!

"Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum."  (Yesaya 42:3).

Saturday, July 28, 2012

GEREJA BERTUMBUH: Melalui Firman Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2012 -

Baca:  2 Timotius 3:10-17

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  2 Timotius 3:16

Rasul Paulus melanjutkan,  "Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara."  (1 Tesalonika 5:27).

     Kunci berikutnya adalah firman Tuhan.  Gereja lahir karena pemberitaan firman Tuhan, jemaat dapat bertumbuh dalam iman dan makin dewasa rohaninya juga karena firman Tuhan, sebab  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Ayat nas menyatakan bahwa segala tulisan yang ada di dalam Injil bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran.  Itulah sebabnya firman Tuhan harus menempati di tempat utama dalam pelayanan gereja.  Gereja mula-mula bertumbuh karena jemaatnya  "...bertekun dalam pengajaran rasul-rasul..."  (Kisah 2:42a).  Gereja akan menjadi lemah dan jemaat akan mudah terombang-ambing oleh angin pengajaran lain bila pemberitaan firman sangat lemah di dalam gereja.  Jika kita memperhatikan kekristenan di zaman para rasul, yang menjadi daya tarik utama orang-orang untuk percaya kepada Tuhan yesus bukan karena mereka menerima tip yang berupa uang, barang, hadiah atau sembako, tapi murni karena pemberitaan Injil yang disampaikan oleh para rasul.  Contoh:  melalui kotbah yang disampaikan Rasul Paulus untuk Barnabas  "...datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah."  (Kisah 13:44).  Karena begitu pentingnya pengajaran firman Tuhan bagi jemaat, tak henti-hentinya Rasul Paulus mengingatkan Timotius,  "Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar."  (1 Timotius 4:13).

     Di akhir zaman ini banyak sekali penyesat-penyesat yang berusaha memutarbalikkan Injil dan tidak sedikit orang Kristen yang terpengaruh dan terseret di dalamnya.  Jika jemaat tidak dibekali dengan pendalaman firman Tuhan yang kuat akan sangat berbahaya.

Karena itu para hamba Tuhan harus benar-benar menyampaikan firman sesuai tuntunan Roh Kudus, bukan ditafsir menurut akal dan kepintaran manusia.

Friday, July 27, 2012

GEREJA BERTUMBUH: Melalui Persekutuan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2012 -

Baca:  Efesus 2:11-22

"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"  Efesus 2:19

Kepada jemaat Tesalonika paulus berkata,  "Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus."  (1 Tesalonika 5:26).  Cium kudus adalah ucapan lazim gereja mula-mula untuk menyatakan kasih dan persekutuan yang erat di antara jemaat Tuhan.

     Kunci kedua adalah persekutuan.  Jemaat bukan sekedar perkumpulan organisasi saja, tapi lebih dari pada itu;  setiap anggota jemaat menyadari bahwa mereka adalah 'satu tubuh' di dalam Kristus.  Kesatuan dan kebersamaan orang-orang percaya di dalam Kristus inilah yang disebut persekutuan.  Karena orang-orang percaya merupakan satu tubuh di mana setiap orang percaya adalah anggota tubuh itu, maka orang-orang Kristen dituntut untuk hidup sesuai dengan panggilan mereka.  Dikatakan,   "Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh."  (1 Korintus 12:20).  Jadi tubuh Kristus tidaklah terdiri dari satu anggota saja, melainkan banyak anggota yang telah dipersatukan dalam Kristus sebagai Kepala jemaat.

     Gereja yang bertumbuh dikenal melalui persekutuan jemaatnya yang saling mengasihi.  Mengasihi bukan hanya sekedar simpati atau dalam perkataan saja, tapi kasih itu dinyatakan dalam perbuatan nyata  (baca 1 Yohanes 3:18).  Dalam sebuah persekutuan masing-masing anggota harus saling melayani.  Tuhan Yesus telah memberikan teladan kepada kita di mana ia rela membasuh kaki murid-muridNya dan berkata,  "...Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."  (Yohanes 13:15).  Sebagai sesama anggota tubuh Kristus kita juga harus saling menanggung beban.  "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."  (Galatia 6:2).  Jadi  "...jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita."  (1 Korintus 12:26).  Karena itu, jangan sampai ada kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah di antara jemaat Tuhan (baca Efesus 4:31), sebaliknya kita harus selalu ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.

Mustahil gereja bertumbuh jadi kesaksian bagi dunia jika jemaatnya tidak bersatu atau berjalan sendiri-sendiri!

Thursday, July 26, 2012

GEREJA BERTUMBUH: Melalui Doa!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2012 -

Baca:  1 Tesalonika 5:23-28

"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita."  1 Tesalonika 5:23

Setiap hamba Tuhan pasti hatinya sangat sedih jika melihat gereja yang dilayaninya tampak lengang, jemaatnya sangat sedikit dan hanya bangku kosong di jam-jam ibadah.  Yah dirindukan dan diharapkan setiap hamba Tuhan, khususnya gembala sidang, adalah gerejanya terus mengalami pertumbuhan, bukan hanya kuantitas tapi juga kualitas jemaatnya.  Kita pun selaku jemaat pasti sangat berharap gereja tempat kita beribadah berkembang pesat, bukan adem ayem saja dan stagnan.  Apalagi Tuhan Yesus yang adalah Kepala Gereja pasti sangat menginginkan gerejaNya makin hari makin bertumbuh sehingga banyak jiwa-jiwa diselamatkan dan dimenangkan untuk Kerajaan Allah.

     Bagaimana supaya gereja dapat bertumbuh?  Ada beberapa hal yang penting yang harus kita perhatikan supaya gereja kita bertumbuh yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika,  "Saudara-saudara, doakanlah kami."  (1 Tesalonika 5:25).  Kunci pertama adalah doa.  Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang berdoa.  Doa adalah nafas hidup orang percaya, artinya tanpa doa kita akan mengalami kematian rohani.  Gereja yang meremehkan kuasa doa lambat laun akan mati.  Hanya melalui doa, gereja beroleh kuasa dan kekuatan menghadapi setiap tantangan.  Sehebat apa pun program tanpa disertai doa pasti tidak akan berdampak.  Gereja mula-mula bertumbuh begitu cepat karena senantiasa bertekun di dalam doa.  "Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa."  (Kisah 2:42b), sehingga  "...tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan."  (Kisah 2:47b).

     Karena itu Rasul Paulus menasihatkan,  "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus."  (Efesus 6:18b), dan Yakobus menegaskan, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa  "Rumah-Ku akan disebut rumah doa."  (Matius 21:13a).

Wednesday, July 25, 2012

TUGAS KITA ADALAH BERSAKSI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2012 -

Baca:  Markus 5:1-20

"Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau"  Markus 5:19

Sebelum Yesus naik ke sorga Ia meninggalkan pesan kepada murid-muridNya,  "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Setelah kuasa Roh Kudus turun di hari Pentakosta,  "...penuhlah mereka dengan Roh kudus,..."  (Kisah 2:4).  Sejak saat itu para murid Yesus mengalami perubahan hidup yang luar biasa, mereka tidak lagi takut atau ragu, melainkan dengan penuh keberanian bersaksi tentang Kristus kepada siapa pun yang dijumpainya, dan melayani Tuhan dengan semangat yang menyala-nyala.

     Menjadi saksi Kristus adalah tugas setiap orang percaya tanpa terkecuali.  Bersaksi berarti memberi kesaksian atas apa yang dialami, dilihat dan dirasakannya secara pribadi, bukan menceritakan pengalaman orang lain.  Tuhan Yesus pernah menyampaikan perihal seseorang yang telah disembuhkan secara ajaib dari kuasa setan yang telah menguasainya sekian lama, bahkan membuatnya tidak normal:  ia berada di kuburan siang malam dan berteriak-teriak sambil memukul-mukul badannya dengan batu.  Setelah disembuhkan dan dipulihkan, orang itu rindu untuk mengikut Tuhan Yesus, tapi Tuhan melarangnya dan menganjurkan dia untuk pulang ke rumah dan bersaksi kepada orang-orang di kampungnya,  "Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran."  (Markus 5:20).

     Sudahkah kita bersaksi kepada orang lain tentang Tuhan Yesus?  Ataukah kita enggan bersaksi karena menyadari bahwa kehidupan kita sendiri belum bisa menjadi kesaksian bagi orang lain?  Setiap kita pasti pernah mengalami pertolongan Tuhan:  disembuhkan dari sakit, dipulihkan rumah tangganya dan sebagainya.  Inilah yang harus kita saksikan kepada orang lain.  Jadi tugas kita hanya bersaksi, sedangkan yang membuat orang lain menjadi percaya kepada Tuhan Yesus adalah pekerjaan Roh Kudus.

Jangan tunda waktu menceritakan kebaikan Tuhan atas kita kepada orang lain.

Tuesday, July 24, 2012

ORANG KAYA SUKAR MASUK SORGA? (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2012 -

Baca:  Lukas 12:13-21

"Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."  Lukas 12:21

Fakta telah membuktikan bahwa harta kekayaan seringkali membuat seseorang menjadi sombong atau tinggi hati, lupa bahwa semua itu karena anugerah Tuhan semata.  Hal ini diakui oleh Daud,  "Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."  (1 Tawarikh 29:12).  Tidak ada alasan apa pun bagi kita untuk bermegah atau meninggikan diri.

     Orang kaya sulit masuk ke dalam Kerajaan Sorga selama hatinya hanya terpaut kepada harta kekayaannya dan tidak lagi mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati.  Ketika Tuhan Yesus berkata kepada anak muda yang kaya,  "'...pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.'  Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya."  (Matius 19:21-22), ternyata anak muda ini lebih mencintai hartanya dari pada Tuhan.  Ia enggan melepaskan keterikatannya pada harta.  Namun ini bukan berarti seseorang harus dalam posisi miskin terlebih dahulu baru bisa masuk sorga.  Juga bukan berarti bahwa orang miskin pasti akan masuk sorga.  Yang menjadi pokok persoalan adalah hati kita, karena harta kekayaan seringkali memperhamba manusia.  Itulah sebabnya Salomo dalam doanya berkata,  "Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.  Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku."  (Amsal 30:8b-9).

     Tuhan tidak melarang seseorang menjadi kaya karena Ia sendiri ingin memberkati umatNya.  Yang tidak dikehendaki adalah kita menjadi sombong dan hati kita terikat pada harta semata.  Firman Tuhan mengingatkan,  "...walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  (Lukas 12:15).

Apalah gunanya memiliki harta melimpah jika akhirnya harus mengalami kebinasaan kekal;  karena itu muliakan Tuhan dengan hartamu  (baca Amsal 3:9).

Monday, July 23, 2012

ORANG KAYA SUKAR MASUK SORGA? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2012 -

Baca:  Matius 19:16-26

"Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."  Matius 19:24

Menyimak pernyataan ayat firman Tuhan di atas semua orang pasti terkejut.  Terbesitlah suatu pernyataan di hati kita:  "Apakah untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga kita harus terlebih dahulu jadi orang yang miskin atau dalam keadaan yang serba pas-pasan?"  Jawabannya:  tidaklah demikian!

     Sejak dari semula Tuhan memiliki rencana yang indah bagi kehidupan setiap orang percaya sebagaimana tertulis:  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Jadi rencana Tuhan bagi kita adalah hari depan yang penuh harapan,  'MDC' (masa depan cerah), bukan 'MDS' (masa depan suram).  Tuhan ingin setiap anakNya mengalami berkat-berkatNya sehingga hidupnya pun menjadi berkat bagi orang lain dan dapat membantu pekerjaan Tuhan di muka bumi ini.

     Namun seringkali terjadi kekayaan atau materi yang dimiliki seseorang dapat mengubah sikap hati dan membuatnya lupa diri, bahkan tidak sedikit yang semakin jauh dari Tuhan.  Tuhan tidak lagi sebagai yang utama dalam hidup.  Keberadaan Tuhan sebagai Sang Pemberi berkat telah tergantikan oleh harta/kekayaannya.  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Padahal ketika masih hidup pas-pasan banyak orang Kristen yang begitu tekun mencari Tuhan, rajin beribadah dan aktif di persekutuan.  Dalam segala hal mereka senantiasa mengandalkan Tuhan.  Tetapi setelah hidupnya dipulihkan dan diberkati, secara perlahan mulai berubah, hatinya tidak lagi melekat kepada Tuhan karena sudah merasa nyaman dengan kekayaan yang dimilikinya.  Sepertinya Tuhan sudah tidak terlalu diperlukan lagi.  Rasul Paulus berpesan kepada Timotius,  "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.  Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi"  (1 Timotius 6:17-18).  (Bersambung)

Sunday, July 22, 2012

BERKAT ROHANI: Lebih Berharga dari Berkat Jasmani!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2012 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  2 Korintus 4:18

Pada umumnya orang beranggapan bahwa berkat dari Tuhan itu identik dengan uang atau kekayaan (materi) yang tampak terlihat jelas secara kasat mata, sehingga kita pun menyimpulkan bahwa keadaan seseorang diberkati Tuhan selalu ditandai dengan melimpahnya harta kekayaan yang dimilikinya:  seperti rumah yang berada di kawasan elit, memiliki mobil yang mewah, anak-anak sekolah di luar negeri, atau memiliki pabrik atau usaha yang mapan dan sebagainya.  Sebaliknya pula, keadaan orang yang tidak diberkati Tuhan akan ditandai dengan kehidupannya yang serba pas-pasan, tinggal di kos atau rumah kontrakan, atau tidak punya kendaraan.

     Benarkah demikian?  Kita tidak dapat mengukur dan menilai berkat Tuhan dari sudut materi semata semata atau apa yang kelihatan.  Bagaimana pun kondisi kehidupan kita, baik itu kaya, miskin, sehat, sakit, berlimpah atau dalam kekurangan, seharusnya tidak mempengaruhi kondisi hati kita.  Berkat Tuhan bisa datang dalam segala bentuk;  berkat tidak harus berarti materi, tetapi lebih besar daripada sekedar menerima materi, tidak peduli apa pun kondisi kita, sepanjang kita menerima janji Tuhan dan mampu mengucap syukur kepadaNya atas apa pun yang terjadi.  Inilah pengertian yang benar dari hidup yang diberkati oleh Tuhan meskipun keadaan yang ada sepertinya kelihatan kurang baik di pemandangan manusia.  Sesungguhnya wujud nyata dari berkat Tuhan sangat beragam, walau umumnya orang lebih mudah melihat dan mengukur besarnya berkat Tuhan dari aspek lahiriah saja yaitu materi, sedangkan berkat Tuhan yang tidak berupa uang atau kekayaan akhirnya kurang kita hargai.

     Bukankah berkat rohani:  keselamatan, perlindungan, kesehatan, sukacita, damai sejahtera, kebahagiaan, umur panjang dan sebagainya lebih berharga daripada uang atau kekayaan yang kita miliki?  Ingat, berkat rohani tidak akan pernah bisa dibeli dengan berapa pun jumlah uang atau kekayaan yang ada pada kita.

Kebahagiaan bukan terletak pada banyaknya harta di dunia, melainkan bagaimana bisa tetap mengucap syukur dan memuliakan Tuhan dengan keadaan yang ada!

Saturday, July 21, 2012

ORANG KRISTEN: Harus Bisa Menjaga Perkataan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2012 -

Baca:  Kolose 4:1-6

"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  Kolose 4:6

Topik hari ini adalah mengingatkan kita agar berhati-hati dengan mulut/ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan adalah sangat luar biasa.  Apalagi kita sebagai anak-anak Tuhan harus bisa menjadi teladan/kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui ucapan mulut kita.  "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12b).

     Banyak orang Kristen yang ketika berada di luar 'area suci' (gereja) tidak bisa menguasai mulutnya:  masih suka mengumpat, berkata-kata kasar, jorok, membicarakan kelemahan/kekurangan pendeta (gosip) dan sebagainya.  Dalam amsal 20:19 dikatakan,  "Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut."  Mulut kita bisa menjadi sangat powerful (berkuasa).  Ada banyak orang yang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan dari orang lain.  Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustasi dan putus asa oleh karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan oleh orang lain.

     Lalu, bagaimana seharusnya perkataan orang Kristen itu?  1.  Perkataan penuh kasih.  Artinya suatu perkataan yang penuh dengan keramahan dan didasari oleh kasih setelah terlebih dahulu dipertimbangkan dengan matang, sehingga orang lain yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur serta didorong ke arah yang baik.  Karena itu  "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."  (Efesus 4:29).  2.  Perkataan yang menyampaikan firman.  Tertulis:  "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;"  (1 Petrus 4:11a).  Ini bukan berarti kita menggurui atau sok pintar, tetapi perkataan kita hendaknya sesuai dengan firman Tuhan, bermuatan kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati.

Bagaimana dengan perkataan Saudara selama ini?

Friday, July 20, 2012

HORMAT DAN PUJIAN UNTUK DIRI SENDIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2012 -

Baca:  2 Korintus 10:12-18

"Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan."  2 Korintus 10:18

Apa tujuan Saudara melayani Tuhan atau terlibat pelayanan pekerjaan Tuhan?  Memberikan yang terbaik untuk Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang Dia beri, ingin tampil dan dilihat banyak orang, atau supaya terkenal dan beroleh pujian dari orang lain?

     Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa setiap kita, terlebih para pelayan Tuhan, tidak diperkenankan mencari penghargaan, hormat dan pujian dari orang lain ketika kita melayani pekerjaan Tuhan.  Itu sangat dibenci oleh Tuhan!  Dia berkata,  "Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri? Janganlah mencarinya! Sebab, sesungguhnya, Aku mendatangkan malapetaka atas segala makhluk,..."  (Yeremia 45:5).  Bila kita berusaha untuk menjadi yang terbesar di dalam pelayanan, kita tidak akan pernah dapat mencapainya karena hal itu sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan.  Dalam Kerajaan Sorga justru mereka yang dianggap 'kecil' di pemandangan manusialah akan menjadi yang terbesar (baca Lukas 9:48c).  Nabi Yesaya pun telah menubuatkan,  "Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, Tuhan, akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya."  (Yesaya 60:22).  Karena itulah Rasul Paulus sangat berhati-hati dalam pelayanan, tak membiarkan dirinya terlena oleh sanjungan manusia, apalagi sampai memuji diri sendiri atau membanggakan diri.  Ia berusaha rendah hati dan sebisa mungkin tidak meninggikan diri, tapi memberikan segala hormat, pujian dan kemuliaan hanya bagi Tuhan.  Inilah pernyataannya,  "juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus."  (1 Tesalonika 2:6).

     Keberhasilan seseorang dalam pelayanan adalah karena campur tangan Tuhan, bukan karena kuat dan gagahnya.  Seorang pelayan Tuhan yang benar tidak akan memperhatikan penghormatan dan pujian dari manusia.  Ia akan berusaha menarik perhatian orang hanya kepada Tuhan Yesus, bukan pada dirinya sendiri.

Tujuan utama pelayanan adalah memuliakan nama Tuhan, bukan mencari hormat dan pujian bagi diri sendiri!

Thursday, July 19, 2012

HIDUP KUDUS DAN TAK BERCELA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2012 -

Baca:  Ibrani 9:11-28

"betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup."  Ibrani 9:14

Tuhan memilih kita untuk tujuan pengudusan.  Sering kita mendengar kata kudus, dan sebagai orang Kristen kita pun sadar bahwa kita disebut orang-orang kudus, bahkan kita mengakui bahwa hidup kita telah dikuduskan oleh darah Kristus.  Tetapi dalam praktek kehidupan sehari-hari kita sering tidak menjalani kehidupan yang kudus.  Kita masih hidup menurut keinginan daging dan mengumbar hawa nafsu.  Ke mana-mana kita memakai label 'Kristen' sementara perilaku kita tidak mencerminkan Kristus, padahal Alkitab menegaskan:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Seorang Kristen sudah seharusnya memiliki kehidupan yang senantiasa memancarkan karakter Kristus sehingga orang lain melihat Kristus ada di dalam kita.

     Sebagai orang Kristen kita diharapkan untuk hidup kudus dan tidak lagi berkompromi dengan dunia ini.  Ingat, ketika kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, saat itu kita  "...dimeteraikan dengan Roh kudus,"  (Efesus 1:13).  Kuasa Roh Kudus inilah yang senantiasa menuntun dan membimbing kita kepada segala kebenaran.  Namun kuasa itu tidak akan menyertai kita jika kita tidak menjalani kehidupan yang kudus.  Kehendak Tuhan atas kita adalah hidup yang kudus, tak bercacat dan cela sampai Ia datang menjemput kita.

     Saat ini dunia sedang dalam situasi yang semakin buruk dan jahat;  jika kita tidak terus berada dalam kekudusan kita tidak akan dapat bergerak maju bersama dengan Tuhan, kita akan makin terbawa oleh arus dunia ini.  Perhatikan!  "...hari Tuhan akan tiba seperti pencuri...betapa suci dan salehnya kamu harus hidup."  (2 Petrus 3:10a-11).  Apa yang harus kita kerjakan supaya kita dapat menjalani kehidupan yang kudus di dalam Tuhan?  (Baca dalam 2 Petrus 1:5-8).

Marilah makin hari makin intim dengan Tuhan;  salah satu tanda bahwa seseorang itu intim dengan Tuhan adalah tidak mau berbuat dosa lagi.

Wednesday, July 18, 2012

ISTIMEWA DAN PILIHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2012 -

Baca:  Efesus 1:3-14

"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."  Efesus 1:4

Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa keberadaannya di bumi sangat berbeda dari orang-orang dunia pada umumnya.  Kita bukan orang 'biasa-biasa' saja, tapi kita adalah orang-orang yang sangat istimewa di pemandangan Tuhan dan merupakan umat pilihan.

     Apa buktinya kalau kita adalah orang-orang pilihanNya?  Kita semua telah dipilih sebelum dunia dijadikan (ayat nas).  Luar biasa!  Hal ini juga disampaikan Tuhan kepada Yeremia,  "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."  (Yeremia 1:5).  Lalu dalam Perjanjian Baru kembali ditegaskan bahwa  "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib."  (1 Petrus 2:9).  Kriteria Tuhan dalam memilih seseorang sudah pasti berbeda dari cara manusia memilih.  Yang jelas Tuhan tidak akan pernah salah dalam memilih dan ia juga tidak pernah menyesali apa yang telah dipilihNya.

     Sebagai umat pilihan Tuhan kita pun dituntut memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia.  Untuk apakah Tuhan memilih kita?  Dia memilih kita dengan tujuan untuk pengudusan, artinya kita ini dikhususkan dan dipisahkan.  Melalui karya penebusan Kristus di atas kayu salib kita beroleh pengampunan dosa, kita yang sebelumnya berada dalam kegelapan masuk kepada terangNya yang ajaib.  Oleh karena itu Rasul Petrus menasihatkan,  "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,"  (1 Petrus 1:14-15).

Banyak orang Kristen hidup semborono, memandang rendah pengorbanan Yesus sehingga hidupnya tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia sehingga hidupnya tidak menjadi kesaksian, padahal kita telah dipilih Tuhan begitu rupa!

Tuesday, July 17, 2012

MENCUKUPKAN DIRI DENGAN APA YANG ADA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2012 -

Baca:  Filipi 4:11

"...sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan."  Filipi 4:11

Sudah menjadi sifat manusia tidak puas dengan apa yang ada atau dimilikinya.  Inginnya mendapatkan lebih dan lebih seperti ada tertulis:  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya."  (Pengkotbah 5:9a).  Sifat tidak puas terhadap uang atau kekayaan telah mendorong banyak orang untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum atau bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan, dan rasa-rasanya tradisi tidak punya malu ini sudah kian mewabah di berbagai kalangan.  Itulah sebabnya sejak dulu Yohanes Pembaptis memperingatkan para pemungut pajak  (yaitu orang-orang yang bekerja di kantor pajak),  "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu."  (Lukas 3:13), dan juga para prajurit (yaitu karyawan, pegawai),  "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  (Lukas 3:14b).

     Mari belajar dari sikap hidup Rasul paulus yang di segala keadaan tetap bisa mengucap syukur:   "Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan."  (Filipi 4:12).  Mengapa Rasul Paulus tetap bisa puas dan bersyukur?  Karena dia tahu bahwa  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Bagi Paulus kepuasan bukan lagi ditentukan oleh kekurangan atau kelebihan, melainkan menerima dengan sukacita berapa pun porsi berkat yang Tuhan tetapkan untuk kita.

     Ketidakpuasan yang tanpa batas dalam diri seseorang akan membawa kepada keserakahan dan ketamakan, akibatnya orang akan selalu merasa kurang dan tidak pernah cukup.  Meski telah mengecap pertolongan dan kebaikan Tuhan, bangsa Israel tidak pernah merasa puas sehingga yang keluar dari mulutnya hanyalah keluh kesah dan persungutan.  Maka, mari belajar untuk mengucap syukur di segala keadaan!

"Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.  Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar."  1 Timotius 6:6-7

Monday, July 16, 2012

IMAN: Kunci Mengalahkan Ketakutan! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juli 2012 -

Baca:  Markus 4:35-41

"Lalu Ia berkata kepada mereka: 'Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?'"  Markus 4:40

Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menegaskan bahwa Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan.  Artinya bahwa roh ketakutan itu bukan berasal dari Tuhan melainkan dari Iblis yang berusaha untuk melemahkan dan menghancurkan kehidupan orang percaya.

     Jika seseorang terus dikuasai oleh rasa takut, ia tidak akan dapat melangkah maju menggapai berkat Tuhan karena yang tertanam di hatinya hanyalah:  "Tidak mungkin, terlalu sukar, aku pasti tidak mampu" seperti yang dialami oleh 10 pengintai yang diutus Musa.  Mereka dan orang-orang yang terpengaruh laporannya akhirnya tidak bisa menikmati janji Tuhan.  Sebaliknya Kaleb dan Yosua dapat mencapai tanah Perjanjian karena keduanya dapat mengalahkan roh ketakutan itu.  Ketakutan yang terus dipelihara hanya akan membawa kita kepada kegagalan, dan menghalangi kita untuk melihat perkara-perkara besar yang dikerjakan Tuhan.  Tidak seharusnya anak-anak Tuhan menjalani hari-harinya dengan penuh ketakutan sebab Tuhan Yesus sudah memberikan kepada kita seorang Penolong yaitu Roh Kudus, di mana  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4b).  Ada dasar yang sangat kuat bagi kita untuk tidak takut menghadapi apa pun, yaitu Roh Kudus yang ada di dalam kita, dimana Ia lebih besar daripada roh apa pun yang ada di dunia ini; itulah sumber kekuatan kita.

     Begitu banyak peristiwa yang sedang terjadi di dunia ini;  krisis, bencana alam, huru-hara, ataupun yang diprediksi akan terjadi di waktu-waktu mendatang.  Jangan takut dan gemetar!  Tetap kuatkan iman dan percayakan hidup kita kepada Tuhan.  Para murid menjadi sangat ketakutan ketika ada  "...taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu,"  (Markus 4:37).  Bukankah hidup kita ini ibarat perahu yang sedang berlayar di tengah lautan luas, yang kadangkala dihantam ombak dan gelombang besar?  Ketakutan datang ketika kita mengandalkan kekuatan sendiri.

Bila kita memiliki iman dan percaya penuh kebenaran firmanNya, kita dapat melewati badai apa pun dengan penuh kemenangan, karena Tuhan di pihak kita!

Sunday, July 15, 2012

IMAN: Kunci Mengalahkan ketakutan! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juli 2012 -

Baca:  Mazmur 27:1-14

"Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?"  Mazmur 27:1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi takut adalah merasa gemetar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana;  tidak berani.  Ketakutan adalah salah satu masalah terbesar dalam kehidupan manusia.  Rasa takut yang berlebihan bisa dikategorikan sebagai suatu kelainan yang disebut fobia, yaitu kecemasan yang luar biasa, terus-menerus, tidak realistis sebagai respons terhadap keadaan eksternal tertentu.

     Penyebab rasa takut dalam diri tiap-tiap orang tentunya berbeda-beda:  takut terkena bencana alam, takut ketinggian, takut ditinggalkan pacar, takut terhadap anjing yang galak, takut serangga, takut gemuk, takut tidak bisa menyenangkan suami/isteri, takut tidak bisa membayar uang sewa rumah (kontrakan), takut gagal dalam ujian, takut terhadap masa depan anak, takut sakitnya tidak bisa sembuh, takut mati dan sebagainya.

     Ayub berkata,  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).  Karena itu sebagai orang percaya tidak seharusnya kita mengalami ketakutan.  Ketakutan membuat seseorang kehilangan damai sejahtera.  Ketakutan juga salah satu penghalang untuk mengalami berkat-berkat Tuhan, karena rasa takut dalam diri orang percaya membuktikan bahwa ia meragukan kuasa Tuhan alias tidak percaya penuh kepadaNya.  Banyak sekali ayat dalam Alkitab yang menasihatkan agar kita tidak  takut dalam menjalani hidup ini, tidak takut terhadap masalah/pergumulan yang sedang terjadi.  Salah satunya dalam Yesaya 41:10,  "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat rindu melepaskan anak-anakNya dari ketakutan, bahkan ia sendiri yang berjanji untuk menyertai, meneguhkan, menolong, memegang tangan kita dan memberikan kemenangan.

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  2 Timotius 1:7

Saturday, July 14, 2012

TUHAN: Sumber Kemenangan Kita! (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2012 -

Baca:  1 Yohanes 5:1-5

"sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita."  1 Yohanes 5:4

Kemenangan gilang-gemilang Daud atas Goliat menjungkirbalikkan perkiraan semua orang.  Kunci kemenangan Daud bukan pada perlengkapan senjata perangnya yang canggih, tapi karena mengandalkan Tuhan.  Bangsa Filistin yang begitu membangga-banggakan Goliat, dipermalukan!  Akhirnya seluruh bumi tau bahwa bangsa Israel mempunyai Allah yang hidup.  Dia adalah El-Gibor, Tuhan panglima perang yang gagah perkasa;  Dia adalah sumber kemenangan kita.

     Sebesar apa pun masalah dan pergumulan kita, serahkan semua kepada Tuhan, maka Dia "...akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja"  (Keluaran 14:14).  Jika kita mengangkat tangan tanda berserah penuh kepada Tuhan, Dia akan segera turun tangan menolong kita.  "...bagi Allah tidak ada yang mustahil."  (Lukas 1:37) dan "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?  Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"  (Roma 8:31b-32).  Jika Tuhan ada di pihak kita, kemenangan demi kemenangan akan menjadi bagian hidup kita hari lepas hari.  Saat menghadapi masalah/pergumulan berat belajarlah selalu mengingat-ingat pertolongan Tuhan di masa lalu seperti yang dilakukan Daud,  "Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."  (1 Samuel 17:37a), sehingga iman Daud dikuatkan.  Apakah Saudara pernah mengecap pertolongan Tuhan?  Jangan pernah lupa akan kebaikanNya!

     Stop pula memperkatakan hal-hal negatif.  Disiplinkan lidah kita untuk selalu memperkatakan positif (perkataan iman).  Adakalanya Tuhan ijinkan masalah terjadi dengan tujuan untuk melatih iman kita dan membawa kita semakin melekat kepadaNya.

"Sekarang aku tahu, bahwa Tuhan memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya."  Mazmur 20:7

  

Friday, July 13, 2012

TUHAN: Sumber Kemenangan Kita! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2012 -

Baca:  1 Samuel 17:40-58

"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu."  1 Samuel 17:45

Goliat memiliki perawakan seperti raksasa:  "Tingginya enam hasta sejengkal.  Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga.  Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga.  Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya."  (1 Samuel 17:4b-7a).  Melihat Goliat lengkap dengan perlengkapan perangnya, wajar jika Saul menyuruh Daud mengenakan baju perang layaknya prajurit siap berperang.  Tapi usulan itu ditolak Daud,  "'Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya.' Kemudian ia menanggalkannya."  (1 Samuel 17:39b).  Akhirnya hanya berbekal tongkat di tangan, lima batu licin dan umban, Daud dengan penuh keberanian maju berperang.

     Mengapa Daud begitu yakin?  Tindakan Daud ini bukanlah tindakan nekat atau untung-untungan, tapi ini adalah tindakan iman karena ia percaya bahwa ada Tuhan yang menyertainya.  Jika kita mengandalkan Tuhan dan mempercayai Dia sebagai pihak yang memberikan kemenangan, kuasaNya akan bekerja melampaui logika manusia sehingga kemenangan pun menjadi milik kita, karena  "...Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing."  (1 Samuel 17:47a).  Tuhan memiliki 1001 cara untuk menolong kita, dan caraNya itu selalu heran dan ajaib.  Ada tertulis,  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     Goliat merupakan gambaran dari masalah dan ujian yang seringkali kita hadapi.  Besarnya masalah yang kita alami laksana  'Goliat'  yang rasa-rasanya tidak mungkin kita kalahkan.  Belum lagi kata-kata negatif yang selalu dibisikkan Iblis ke telinga kita semakin membuat kita pesimis, kuatir, takut dan akhirnya putus asa...

Kita pun menjadi lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang Mahadahsyat dan tak terbatas kuasaNya.


Thursday, July 12, 2012

TUHAN: Sumber Kemenangan Kita! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2012 -

Baca:  Mazmur 44:1-27

"Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku kemenangan, tetapi Engkaulah yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami Kauberi malu."  Mazmur 44:7-8

Siapa dan apa yang menjadi andalan Saudara dalam menjalani hidup ini, terlebih ketika menghadapi masalah dan pergumulan?  Orangtua, suami, isteri, bos, jabatan atau harta kekayaan?  Simak ayat ini:  "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan."  (Yesaya 31:1).

     Bangsa Israel memiliki pengalaman yang luar biasa di sepanjang perjalanannya menuju Tanah Perjanjian.  Kemenangan selalu mereka raih ketika berperang melawan bangsa mana pun selama mereka senantiasa mengandalkan Tuhan.  Jadi hanya karena campur tangan Tuhanlah bangsa Israel tampil sebagai pemenang di setiap peperangan.  Tanpa Tuhan, itu mustahil!  Prajurit, panah, pedang dan kereta berkuda tak menjamin kemenangan,  "...tetapi Engkaulah (Tuhan) yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami,"  Benar sekali!  Ketika kita mengandalkan Tuhan dan menaruh pengharapan penuh kepadaNya saat dalam masalah/pergumulan, kita tidak akan pernah dikecewakan.  Sebaliknya, kekecewaan acapkali menjadi jawaban ketika kita mengandalkan manusia dan apa yang ada pada kita (harta kekayaan).  Siapa yang kebal terhadap masalah?  Tak ada!  Justru seringkali masalah begitu mempengaruhi hidup kita sehingga kita pun tak berdaya dan makin tenggelam di dalamnya.

     Mari belajar dari Daud, orang yang diurapi oleh Tuhan.  Tidak jauh berbeda dengan kita, kehidupan Daud pun tak luput dari masalah/pergumulan.  Suatu ketika Daud harus menghadapi pergumulan yang sangat berat, yang secara manusia tidak akan mungkin mampu diatasinya.  Kalau kita baca dalam 1 Samuel 17 ada peristiwa heroik terjadi:  Daud seorang muda yang sangat sederhana harus berhadapan dengan Goliat, pahlawan kebanggaan bangsa Filistin.  Ditinjau dari sudut mana pun Goliat memiliki kelebihan segala-galanya jika dibandingkan dengan Daud.  (Bersambung)

Wednesday, July 11, 2012

DIPERHAMBA UANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2012 -

Baca:  1 Timotius 6:2b-10

"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  1 Timotius 6:10

Uang adalah sesuatu yang sangat penting dan begitu berharga bagi kehidupan manusia.  Semua orang di mana pun berada, apa pun status sosialnya, bagaimana pun keadaannya, membutuhkan uang.  Adalah bohong besar jika orang mengatakan tidak membutuhkan uang.  Kita perlu uang untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari:  membeli bahan makanan; membeli pakaian; membeli BBM; membayar tagihan listrik, air dan telepon; membayar biaya sekolah anak; membayar kontrakan rumah, semua memerlukan uang.  Bahkan dalam kehidupan rohani pun uang juga sangat diperlukan:  menerbitkan buku renungan harian memerlukan uang; hamba-hamba Tuhan dalam menjalankan tugas pelayanannya butuh uang; pembangunan gereja memerlukan uang; untuk menjangkau jiwa-jiwa di pedalaman/pelosok, para misionaris juga perlu uang, dan lain-lain.

     Uang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita.  Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan jangan sekali-kali meremehkan uang ini.  Ayat nas di atas dengan sangat jelas mengingatkan, jangan sampai kita diperhamba oleh uang.  Memiliki uang banyak bukanlah dosa, tapi jangan sampai kita diperhamba oleh uang.  Memiliki uang banyak bukanlah dosa, tapi jangan sampai kita menjadikan uang itu sebagai berhala dalam kehidupan kita sehingga hati dan pikiran kita hanya terfokus pada uang.  Ingat, cinta uang adalah akar dari segala kejahatan!  Demi mendapatkan uang dengan cepat banyak orang rela melakukan apa saja, bahkan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani mereka sekali pun:  memanipulasi pajak, menyalahgunakan jabatan dengan melakukan korupsi, dan lain-lain.  Bukankah sekarang ini korupsi sepertinya menjadi trademark para pejabat pemerintahan di negara kita?  Sering kita saksikan di televisi bagaimana para koruptor masih bisa tersenyum lebar ketika tertangkap kamera; penyesalan dan malu rasa-rasanya sudah tidak ada lagi.

     Sebagai orang percaya kita diingatkan:  "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."  (Ibrani 13:5a).

"Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  Amsal 10:22

Tuesday, July 10, 2012

MENELADANI HIDUP SEORANG ATLET (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2012 -

Baca:  Ibrani 12:1-17

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."  Ibrani 12:1

Semua atlet di seluruh cabang olahraga, tanpa terkecuali, pasti memiliki tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.  Untuk apa berlatih keras jika tidak memiliki tujuan yang jelas?  Goal setiap atlet dalam sebuah kejuaraan adalah menjadi juara atau meraih medali.  Untuk mewujudkan itu para atlet giat berlatih tanpa mengenal lelah.  Mereka tidak pernah mengeluh, bersungut-sungut apalagi sampai membantah instruksi pelatih.

     Begitu pula dalam kehidupan orang percaya, ada goal yang harus kita capai yaitu memperoleh mahkota kehidupan.  Ada tertulis:  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).  Mahkota yang disediakan Tuhan bagi setiap kita yang dapat menyelesaikan perlombaan sampai garis akhir bukanlah mahkota yang fana, melainkan mahkota yang kekal dan abadi yang jauh lebih mulia dan berharga dari mahkota apa pun yang ada di dunia ini.  Namun untuk mencapai kita semua ada harga yang harus dibayar.  Kita harus tunduk kepada pimpinan Roh dan tidak lagi hidup menuruti keinginan daging.

     Bagi seorang atlet kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, justru itu menjadi cambuk dan pengalaman berharga baginya untuk lebih tekun giat dan berlatih.  Apakah Susi Susanti tidak pernah kalah dalam pertandingan?  Tentu saja pernah.  Tapi ia tidak menyerah begitu saja dan segera bangkit.  Maka keuletan dan sikap pantang menyerah juga harus dimiliki oleh setiap orang percaya.  Masalah, ujian dan tantangan adakalanya menghadang langkah kita, namun kita tidak boleh menyerah begitu saja pada keadaan.  Kita harus bangkit dan tetap semangat, karena  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).  Arahkan pandangan kepada Tuhan Yesus, maka Ia akan memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita mampu menanggung segala sesuatunya.

Kehidupan kekal disediakan Tuhan bagi kita yang mampu bertahan sampai akhir pertandingan iman!

Monday, July 9, 2012

MENELADANI HIDUP SEORANG ATLET (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2012 -

Baca:  1 Timotius 2:1-7

"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."  2 Timotius 2:5

Susi Susanti adalah salah satu atlet legenda yang dimiliki bangsa Indonesia.  Prestasinya sangat fenomenal di cabang bulutangkis.  Gelar yang diraih Susi Susanti diantaranya adalah:  juara All England 4 kali  (1990, 1991, 1993 dan 1994), juara dunia tahun 1993, juara final grandprix sebanyak 6 kali  (1990-1994 dan 1996), dan belum termasuk gelar di turnamen-turnamen terbuka lainnya.  Ada pun gelar terbesarnya adalah ketika ia merebut mendali emas di ajang Olimpiade Barcelona 1992.  Ini adalah sejarah emas pertama yang diraih bangsa Indonesia sepanjang keikutsertaannya dalam olimpiade.

     Meraih prestasi seperti Susi Susanti adalah pekerjaan yang tidak mudah bagi seorang atlet, ada harga yang harus dibayar.  Tekun dalam berlatih, mau bekerja keras, tidak manja, tidak mudah putus asa dan berkeyakinan kuat (mental juara) adalah kunci kemenangan seorang atlet.  Tanpa itu semua mustahil seorang atlet akan meraih prestasi yang luar biasa.  Itulah sebab Rasul Paulus menasihatkan agar kita mau belajar dan meneladani perjuangan atlet di gelanggang pertandingan, karena perjalanan kekristenan kita juga diibaratkan seperti berada di gelanggang pertandingan iman:  "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.  Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.  Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:25-27).  Jadi tidak ada istilah 'leha-leha' dalam menjalankan kekristenan kita.  Sebaliknya kita harus berusaha keras mengerjakan keselamatan kita ini dengan hati yang takut dan gentar karena kedatangan Tuhan yang sudah semakin dekat.

     Jika saat ini kita dipercaya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, biarlah kita lakukan dengan setia dan penuh ketaatan karena tidak semua orang beroleh kesempatan itu.  Inilah yang dilakukan Rasul Paulus:  "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  Filipi 3:14
(Bersambung)

Sunday, July 8, 2012

BERMULA DARI HAL-HAL KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2012 -

Baca:  Lukas 16:10-12

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."  Lukas 16:10a

Saudara, jangan pernah meremehkan atau mengabaikan perkara-perkara kecil dalam kehidupan kita.  Bermula dari hal-hal kecillah perkara besar akhirnya terjadi.  Banyak orang merasa enggan memulai sesuatu dari hal-hal kecil, maunya langsung mengerjakan perkara-perkara besar.  Contohnya dalam hal pelayanan, tidak sedikit jemaat yang inginnya langsung terlibat dalam pelayanan yang besar, berada di atas mimbar atau bisa dilihat oleh banyak orang:  menjadi pembicara (pengkhotbah) atau worship leader di gereja-gereja besar.  Sementara ketika diutus untuk memulai pelayanan di gereja-gereja kecil, gereja di desa atau di kampung yang jumlah jemaatnya hanya sedikit dan dari kalangan orang-orang sederhana, kita merasa enggan dan berbagai alasan kita kemukakan untuk menghindar dari pelayanan.

     Untuk menjadi 'besar' harus dimulai dari bawah, melalui proses, baik dalam hal kesetiaan, ketekunan dan juga komitmen.  Jika dari hal-hal kecil saja kita tidak mau setia, bagaimana Tuhan akan mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita?  Karena itu mari belajar setia mengerjakan tugas dan kepercayaan dari Tuhan meski kelihatannya itu sederhana dan 'kecil' menurut penilaian manusia.  Daud adalah contoh orang yang setia dari hal-hal kecil.  Ketika diperintahkan menggembalakan domba oleh ayahnya, yang hanya berjumlah 2-3 ekor saja, ia begitu setia dan tekun, bahkan rela mempertaruhkan nayawanya untuk melindungi domba-dombanya dari binatang buas.  Karena kesetiaannya, akhirnya Tuhan mempercayakan hal besar kepada Daud:  menjadi raja atas Israel.

     Kesetiaan adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya jika ingin mendapatkan promosi dari Tuhan atau dipercaya hal-hal besar.  Dalam Amsal 19:22 dikatakan:  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  Harus kita ingat bahwa keberhasilan tidak bisa diraih dalam sekejap mata, semuanya melalui tahap demi tahap dan pastilah dimulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu.  Jadi kesetiaan kita mengerjakan perkara-perkara kecil akan menuntun kita kepada keberhasilan.

Kesalahan-kesalahan kecil yang terus kita abaikan pada saatnya akan berakibat fatal yaitu kegagalan.

Saturday, July 7, 2012

MARIA MAGDALENA: Dipilih Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2012 -

Baca:  Yohanes 20:11-18

"Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: 'Aku telah melihat Tuhan!' dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya."  Yohanes 20:18

Seseorang yang mengalami kebaikan Tuhan dan memiliki pengalaman pribadi bersama Tuhan pasti mempunyai 'gelora' yang meluap-luap dalam hatinya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan karena ia sangat mengasihi Tuhan dan sebagai respons atas apa yang telah diterimanya, sebab "Dosanya yang banyak itu telah diampuni,"  (Lukas 7:47a).  Bahkan Tuhan berfirman,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18b).

     Apakah tanda-tanda orang mengasihi Tuhan?  Ia tidak hitung-hitungan dengan Tuhan, suka memberi dan tidak menahan berkat untuk dirinya sendiri melainkan sangat terbeban mendukung pekerjaan Tuhan dengan kekayaan yang dimilikinya, seperti yang dilakukan maria magdalena ini.  Minyak wangi yang ia gunakan untuk meminyaki Yesus itu berharga sangat mahal, bahkan pada waktu itu hanya bisa dibeli dengan gaji seorang pekerja selama setahun;  tapi Maria rela mempersembahkan harta miliknya untuk Yesus sebagai wujud betapa ia mengasihiNya.  Terbukti pagi-pagi buta ia datang ke kubur Yesus dan Yesus melihat ketulusan hatinya, karena itu ketika Ia bangkit, orang pertama yang dijumpaiNya adalah Maria Magdalena.

     Perjumpaan pribadi dengan Yesus telah mengubah hidupnya.  Harta kekayaan dan segala yang ada di dunia ini tidak berarti apa-apa, hanya Yesus yang utama dan lebih dari segala-galanya.  Hal ini juga dirasakan oleh Rasul Paulus, setelah bertemu dengan Yesus hidupnya diubahkan dan dia berkata,  "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:7-8).  Apakah Saudara pernah mersakan pertolongan Tuhan?  Bahkan karena kasihNya Ia rela mati bagi Saudara.

Sudahkah Saudara berbuat sesuatu untuk membalas kebaikan Tuhan itu?

Thursday, July 5, 2012

MEMPERSEMBAHKAN API ASING

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2012 -

Baca:  Imamat 10:1-7

"Maka keluarlah api dari hadapan Tuhan, lalu menghanguskan keduanya (Nadab dan Abihu - - Red.), sehingga mati di hadapan Tuhan."  Imamat 10:2

Judul perikop firman Tuhan yang kita baca hari ini adalah kematian Nadab dan Abihu.  Anak-anak imam Harun harus mengalami nasib yang sangat tragis.  Tertulis,  "Maka keluarlah api dari hadapan Tuhan, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan Tuhan."

     Mengapa Tuhan sampai menghukum Nadab dan Abihu?  Karena kedua anak imam Harun itu telah melanggar firman Tuhan yaitu mempersembahkan persembahan kepada Tuhan dengan menghadirkan api asing yang tidak diperintahkan Tuhan kepadanya.  Api asing adalah api yang tidak semestinya berada dalam persembahan.  Itu sama artinya mereka telah mempermainkan atau menghina Tuhan yang adalah Pribadi yang kudus.  Ada tertulis.  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).  Tuhan tidak mau kekudusanNya dilanggar dan dipermainkan oleh kedua anak Harun.

     Peristiwa yang menimpa Nadab dan Abihu ini menjadi peringatan keras bagi para imam lainnya, di mana ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat tegas terhadap dosa.  Tidak ada istilah kompromi sedikit pun terhadap perbuatan yang menyimpang dari firman Tuhan!  Seorang imam harus benar-benar kudus ketika mempersembahkan korban kepada Tuhan, dan siapa pun yang melanggar kekudusan Tuhan akan menanggung akibatnya.

     Begitu juga kita yang saat ini dipercaya melayani Tuhan di ladangNya, apa pun bentuk pelayanannya, haruslah kita lakukan dengan penuh ketaatan.  Tidak ada istilah melayani Tuhan setengah-setengah atau suam-suam kuku, karena kalau kita suam-suam kuku, firman Tuhan dengan keras mengatakan,  "Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi masih melakukan perbuatan-perbuatan  dosa.  Tanpa kekudusan, kita tidak layak melayani Tuhan!

Sekalipun Tuhan tidak menghukum secara langsung seperti peristiwa di atas, namun kalau kita terus-menerus mempermainkan kekudusan dan kesabaranNya, pada saatnya Tuhan akan berperkara atas kita.

Tuesday, July 3, 2012

PERSEPULUHAN: Perintah Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juli 2012 -

Baca:  Maleakhi 3:6-12

"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."  Maleakhi 3:10

Berbicara tentang perpuluhan, timbul pertanyaan di kalangan orang percaya.  Apakah perpuluhan itu sebuah keharusan?  Apakah perpuluhan harus diberikan pada gereja lokal?  Hari ini kita kembali diingatkan tentang pentingnya persepuluhan (perpuluhan), sehingga kita menyadari kebenaran persepuluhan dan semua janji Tuhan berkenaan dengan hal itu.

     Apakah persepuluhan itu?  Secara matematika, persepuluhan adalah sepersepuluh.  Persepuluhan adalah sepuluh persen dari hasil pendapatan bersih seseorang.  Pendapatan yang dimaksud tidak harus berupa uang tetapi bisa juga berupa barang, dan itu harus dikembalikan kepada Tuhan.  Mungkin ada di antara kita yang memberikan persepuluhan lebih dari seharusnya dibayar, dengan harapan Tuhan juga akan menambah berkat untuk kita;  semisal gaji saya sebulan Rp. 2.000.000, seharusnya persepuluhan yang harus saya kembalikan kepada Tuhan adalah Rp. 200.000, tapi saya memberinya lebih yaitu Rp. 250.000.  Bagaimana?  Persepuluhan itu hanya sepuluh persen dari total pendapatan, dan pemberian yang melebihi sepuluh persen dianggap sebagai persembahan.

     Saat mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan seharusnya kita tidak memiliki motivasi agar Tuhan memberkati kita, meskipun kita percaya bahwa Dia pasti akan memberikan berkat itu kepada kita.  Jadi kita harus dapat membedakan antara persepuluhan dan persembahan.  Persepuluhan adalah sepuluh persen dari penghasilan yang diterima seseorang, sedangkan semua pemberian kepada Tuhan setelah kita kurangi persepuluhan disebut persembahan.  Sebagai umat yang sudah mengecap kasih dan kebaikanNya sudah seharusnya kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan tidak hanya sebatas persepuluhan.  Setiap orang Kristen harus mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan apa pun keadaannya, karena itu adalah perintah Tuhan dan kita harus menaatinya.

Alkitab menegaskan bahwa yang tidak mengembalikan persepuluhan kepadaNya berarti telah menipu Tuhan, jadi kita disebut sebagai penipu!

NB: Mohon maaf, renungan ini mengalami salah ketik. Sebelumnya memang tertulis Rp. 20.000.000 (dua puluh juta), seharusnya Rp. 2.000.000 (Dua juta). Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. (~penyadur~)

Monday, July 2, 2012

PERLINDUNGAN TUHAN ITU SEMPURNA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juli 2012 -

Baca: Mazmur 121:1-8

"Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu."  Mazmur 121:5

Saat ini banyak orang yang tidak lagi mengandalkan Tuhan dalam hidupnya tetapi lebih condong kepada uang dan harta kekayaan yang ia miliki.  Pertanyaannya: apakah uang dan harta kekayaan dapat menyelamatkan dan memberikan perlindungan bagi kita?

     Berhati-hatilah!  Satu-satunya perlindungan sumber pengharapan bagi orang percaya adalah Tuhan, bukan uang atau harta kekayaan.  Janganlah sekali pun meragukan apalagi meremehkan perlindungan Tuhan, karena Dia adalah Tuhan Yang Mahatinggi dan Yang Mahakuasa.  Yang Mahatinggi artinya Tuhan di atas segala tuhan, Raja diatas segala raja, tak ada yang dapat menandingi kebesaranNya karena Dia adalah Pencipta manusia, langit dan bumi dan segala isinya.  Ancaman sebesar apa pun tak sebanding dengan kebesaranNya.  Yang Mahakuasa artinya kuasa Tuhan tak terbatas, Dia sanggup lakukan segala perkara tak ada yang tak dapat dilakukanNya.  "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a).  Perlindungan Tuhan mencakup seluruh aspek kehidupan kita, tidak ada batasnya selama kita berada dalam naunganNya.  Pemazmur berkata,  "Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.  Tuhan akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.  Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya."  (Mazmur 121:3, 7, 8).  Mazmur 91:14 berkata, "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku."

     Jadi kunci untuk mengalami perlindungan yang sempurna dari Tuhan adalah harus melekat kepada Tuhan dan mengenal namaNya Artinya  "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,"  (Yohanes 15:7).

Bila kita selalu karib dengan Tuhan, senantiasa membangun persekutuan pribadi denganNya, hidup menurut segala apa yang difirmankanNya sehingga kita semakin mengerti kehendak dan rencanaNya, maka kita tidak akan merasa takut, tidak lagi kuatir masa depan karena hanya dekat Tuhan saja kita merasakan dan mengalami ketenangan, sebab Dialah Sumber perlindungan kita.

Sunday, July 1, 2012

PERLINDUNGAN TUHAN ITU SEMPURNA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2012 -

Baca:  Mazmur 91:1-6

"Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,"  Mazmur 91:9

Mazmur 91 ini adalah satu mazmur yang berisikan tentang janji perlindungan Tuhan bagi orang percaya.  Keamanan, ketenangan dan kedamaian adalah dambaan semua insan di dunia ini.  Namun, adakah tempat di mana seseorang dapat terlindungi dengan aman?  Tidak ada tempat di belahan bumi mana pun yang dapat menjamin seseorang merasa aman dan terlindungi.  Seorang presiden, pejabat tinggi Negara atau artis bisa saja punya pengawal bersenjata yang menyertainya ke mana saja mereka pergi bertugas; orang kaya boleh saja memiliki satpam yang berjaga-jaga selama 24 jam di rumahnya, namun tidak bisa menjamin keamanan mereka 100% karena bagaimanapun juga para pengawal adalah manusia biasa yang terbatas kekuatan dan kemampuannya.

     Pemazmur berkata,  "Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga."  (Mazmur 127:1b).  Satu-satunya Pribadi yang dapat memberikan perlindungan yang sempurna, sehingga kita akan merasa aman, tenang dan damai adalah Tuhan.  Tidak ada yang lain!  Memang, Tuhan tidak pernah berjanji perjalanan hidup kita tidak akan terlepas dari masalah, tantangan dan pergumulan, tapi Ia berjanji akan senantiasa menyertai kita, menopang, menguatkan, melindungi dan memberi pertolongan saat kita diperhadapkan dengan semuanya itu.

     Jadi perlindungan yang sempurna akan dialami oleh orang-orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.  Perlindungan adalah satu bagian berkat yang Tuhan sediakan.  "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!"  (Yeremia 17:7), sebaliknya, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!"  (Yeremia 17:5), dan "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan."  (Yesaya 31:1).

Jaminan perlindungan kita adalah Tuhan!

Saturday, June 30, 2012

HIDUP YANG BERHASIL ADALAH RENCANA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2012 -

Baca:  Ayub 42:1-6

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  Ayub 42:2

Tak seorang pun dari kita ingin menjadi orang gagal dan terpuruk, melainkan menjadi orang berhasil dan sukses dalam segala hal.  Mungkinkah?  Sangat mungkin!  Karena hidup yang berhasil dan diberkati adalah rancangan Tuhan bagi anak-anakNya.  Memang untuk berhasil tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Terkadang kita harus menghadapi banyak sekali ujian, tantangan dan harga yang harus dibayar.  Banyak contoh tokoh besar dalam Alkitab yang sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan dan diberkati harus mengalami proses demi proses lebih dahulu.

     Ayub adalah seorang yang berhasil.  Sebagai orang yang berhasil bukan berarti Ayub tidak pernah gagal dalam hidupnya.  Ayub pun harus mengalami kegagalan demi kegagalan, penderitaan dan keterpurukan.  Namun Ayub tidak pernah menyerah dan putus asa di tengah jalan.  Ia tetap bangkit dan mengarahkan pandangannya kepada Tuhan.  Ayub tetap bersyukur kepada Tuhan.  Di tengah keterpurukannya Ayub masih bisa berkata,  "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!"  (Ayub 1:21) dan "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."  (Ayub 2:10b).

     Gagal bukan akhir segalanya.  Tetaplah mengucap syukur seperti Ayub, karena kegagalan bukan rencana Tuhan walau terkadang Tuhan ijinkan kegagalan itu terjadi supaya kita belajar tidak sombong, dan belajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.  Kegagalan mengingatkan kita untuk introspeksi diri, mungkin selama ini kita mengandalkan kekuatan sendiri dan tidak melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kita.  Kadang kita diijinkan gagal supaya kita tidak sombong dan mengajar kita untuk berharap dan bergantung kepada Tuhan dalam segala hal.

Di tengah proses yang ada Ayub tidak keluar dari jalan Tuhan dan tetap melekat kepadaNya;  dan janji Tuhan itu ya dan amin, Tuhan memberkati Ayub  "...dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu."  Ayub 42:10

Friday, June 29, 2012

SAMGAR: Dari Zero Menjadi Hero

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juni 2012 -

Baca:  Hakim-Hakim 3:31

"Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel."  Hakim-Hakim 3:31

Kitab Hakim-Hakim adalah kitab yang mencatat tentang penderitaan dan kesesakan yang dialami oleh bangsa Israel dan karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan, sehingga mereka secara silih berganti dikuasai oleh bangsa lain (musuh).  Meski demikian Tuhan tidak tinggal diam membiarkan bangsa Israel hidup menderita.  Untuk membela umatNya, Tuhan membangkitkan hakim-hakim.

     Salah satu orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi hakim atas Israel adalah Samgar.  Arti nama Samgar adalah pedang.  Ia dipilih Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari tangan orang-orang Filistin.  Dilihat dari latar belakangnya, Samgar bukanlah tentara atau orang yang ahli dalam berperang.  Ia berasal dari kalangan orang biasa, seorang petani.  Kalau Samgar seorang tentara atau prajurit tentunya senjata yang ia pegang adalah pedang, tetapi Alkitab jelas menyatakan bahwa senjata yang ia bawa adalah tongkat penghalau lembu yang terbuat dari kayu, yang biasa digunakan petani untuk menusuk lembu agar bergerak maju.  Tetapi di tangan Tuhan yang Mahakuasa, Samgar diangkatNya dan beroleh peninggian, ia menjadi pahlawan bagi bangsanya.  Sungguh benar apa yang dikatakan Pemazmur bahwa  "...bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  (Mazmur 75:7-8).  Sesuai dengan namanya yang berarti 'pedang', Tuhan memakai tongkat penghalau lembu yang Ia ubah menjadi seperti mata pedang sehingga 600 tentara Filistin terbunuh di medan perang.  Samgar tampil sebagai pahlawan dan penyelamat bangsanya.

     Mungkin kita berkata,  "Tidak ada yang bisa saya banggakan."  Jangan pernah menyerah!  Ia mampu mengubah yang biasa menjadi luar biasa.  Yang tidak diperhitungan dan tidak punya arti di hadapan manusia dapat dipilih Tuhan menjadi alat kemuliaanNya.  Apakah kita sedang menghadapi masalah dan pergumulan berat?

Ingat, kita punya Yesus yang kuasa dan kekuatanNya sangat tak terbatas, Dia pasti sanggup menolong kita.

Thursday, June 28, 2012

BERANI MELAWAN ARUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juni 2012 -

Baca:  Ibrani 2:1-4

"Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus."  Ibrani 2:1

Ada satu jenis ikan yang mempunyai keunikan, karena selain dapat berkembang biak di air tawar (daerah pegunungan), ia dapat pula hidup di air asin (laut) setelah dewasa.  Ikan itu adalah ikan salmon.  Ketika tiba waktunya untuk bertelur dan berkembang biak, ikan jenis ini akan melawan arus air untuk kembali ke habitat asalnya yaitu air tawar di daerah pegunungan, meski harus bersusah payah bahkan berusaha untuk melompat apabila airnya menurun.  Tidak jarang sebelum sampai ke habitat asalnya, mereka dimakan oleh binatang lain yaitu beruang.  Jadi ikan salmon dapat menempuh jarak ratusan kilometer.  Terkadang untuk mencapai daerah pegunungan sekujur tubuhnya harus terluka.  Dan barulah setelah tiba di habitat asalnya, ikan salmon itu bertelur dan kemudian mati.

     Berani melawan arus dunia ini dan memiliki kehidupan yang berbeda adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya.  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Namun banyak orang Kristen lebih suka mengikuti arus dunia, memiliki kehidupan yang tidak berbeda dari orang-orang dunia dan mengabaikan jalan-jalan Tuhan.

     Mari belajar dari Kaleb dan Yosua yang berani bertindak sebaliknya, berani melawan arus saat kesepuluh rekannya merasa pesimis untuk dapat masuk ke tanah Kanaan.  Kaleb dengan berani berkata,  "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"  (Bilangan 13:30).  Kaleb dan Yosua tetap berpegang pada iman dan keteguhan hatinya.  Berani menentang arus berarti berani membayar harga, siap menanggung resiko dan bahkan nyawa menjadi taruhannya.  Ketika tetap teguh mengikuti jalan Tuhan dan tidak mau mengikuti arus, Kaleb dan Yosua nyaris mati karena orang-orang Israel hendak melempari mereka dengan batu.  Namun Tuhan membela dan meluputkan yang bersungguh hati melayani Dia.  Beranikah kita melawan arus dan mempertahankan hidup benar meski di tengah dunia yang bobrok ini?

Berani melawan arus berarti tidak lagi berkompromi dengan dosa!

Wednesday, June 27, 2012

HIDUP YANG DIURAPI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 28:1-9

"Tuhan adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"  Mazmur 28:8

Istilah 'pengurapan' bukanlah kata yang asing, ini sudah sangat familiar di kalangan orang percaya atau orang-orang Kristen.  Kita sering mendengar ajakan dari teman,  "Ayo datang ke ibadah, karena nanti disertai pengurapan oleh hamba Tuhan."  Atau saat altar call hamba Tuhan berkata,  "Bagi Saudara-saudara yang rindu diurapi, silahkan maju ke depan."  Namun seringkali banyak orang Kristen yang tidak mengerti dan memahami apa makna dari pengurapan itu.  Adapun makna pengurapan adalah Tuhan mengambil alih segenap kehidupan kita;  Tuhan mengatur dan mengendalikan hidup kita dan Tuhan mematikan manusia lama kita sehingga kita hidup menurut pimpinan Roh kudus.

     Salah satunya adalah pengurapan minyak.  Dalam Perjanjian Lama, pengurapan minyak digunakan untuk mengurapi kepala Imam Besar dan keturunannya serta mengurapi Bait Suci dan perabotnya sebagai tanda disucikan dan dikuduskan bagi Tuhan.  Sedangkan dalam Perjanjian Baru, pengurapan minyak digunakan murid-murid Yesus untuk mengurapi orang sakit dan menyembuhkan mereka  (baca  Markus 6:13).  Dalam Yakobus 5:14 disebutkan bahwa para penatua jemaat mengurapi orang sakit dengan minyak untuk pelayanan kesembuhan bagi orang sakit.

     Terjadi aliran kuasa Tuhan setiap kali pengurapan minyak dilakukan hamba Tuhan.  Artinya kuasa Tuhan yang dahsyat akan mengalir dan bekerja atas orang itu.  Daud adalah contoh pribadi yang mengalami pengurapan luar biasa dari Tuhan.  Dalam 1 Samuel 16:12-13 a-b dinyatakan bahwa Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengurapi Daud,  "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.  Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud."  Ada dampak yang luar biasa dalam diri Daud setelah ia diurapi Tuhan.  Kuasa Tuhan senantiasa menyertai hidup Daud.  Berkat yang berkelimpahan, kemenangan, kekuatan dan perlindungan senantiasa menyertai perjalanan hidupnya.

Sebagai orang percaya, kita diberi pengurapan sesuai dengan janji Tuhan asalkan kita intim denganNya, hidup taat, senantiasa menyenangkan hatiNya.!