Tuesday, June 26, 2012

MENGALAMI TITIK BALIK (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juni 2012 -

Baca:  1 Tesalonika 4:1-12

"Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."  1 Tesalonika 4:1

Sudahkah kita membuat keputusan untuk bersungguh-sungguh di dalam Tuhan?  Adakah suatu peristiwa yang membuat Saudara mengambil komitmen dan mengalami titik balik dalam hidup?  Misal:  saat kita disembuhkan dari sakit-penyakit dan mengalami mujizat dari Tuhan, kita berkomitmen melayani Tuhan dan makin sungguh-sungguh di dalam Dia;  saat kita ditinggalkan oleh orang kita kasihi untuk selama-lamanya, ini menyadarkan kita bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah fana, lalu kita berjanji untuk hidup benar di hadapan Tuhan.  Jangan sampai kita terlambat atau merasa terlambat mengambil keputusan.  Kalau tidak sekarang, kapan lagi?  Selagi kita masih bernafas dan memiliki kesempatan gunakan waktu yang ada untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan karena Dia segera datang.  Mari semakin giat melayani Tuhan dengan roh yang menyala-nyala.

     Apabila seorang hamba mengetahui bahwa tuannya akan segera datang, tidakkah ia mempersiapkan diri untuk menyambut tuannya itu?  Jadi  "Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang."  (Lukas 12:37a), dan "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya."  (Lukas 12:43-44).  Siapakah kita menyambut kedatangan Tuhan Yesus?  Henokh tidak menunda-nunda waktu untuk melekatkan hidupnya kepada Tuhan.  Selama 300 tahun ia terus membangun kekariban dengan Tuhan.  300 tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi waktu yang panjang dan lama, dan bisa dipastikan dalam kurun waktu itu juga dihadapkan pada ujian dan tantangan, namun Henokh tetap konsisten menjaga hubungannya dengan Tuhan.

     Bagaimana dengan Saudara?  Masihkah terus disibukkan mengejar materi lalu perkara-perkara rohani kita kesampingkan?  Pilihan ada di tangan Saudara!  Ingat, keputusan Saudara hari ini akan berdampak pada masa yang akan datang.

Henokh diangkat Tuhan hidup-hidup karena hidupnya sangat berkenan kepada Tuhan dan senantiasa bergaul karib dengan Dia.

Monday, June 25, 2012

MENGALAMI TITIK BALIK (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2012 -

Baca:  Ibrani 11:5-6

"Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya."  Ibrani 11:5a

Dalam Alkitab disebutkan ada dua orang yang tidak mengalami kematian dan diangkat hidup-hidup oleh Tuhan yaitu Henokh dan Elia.  "...tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai."  (2 Raja-Raja 2:11).  Mereka diangkat hidup-hidup oleh Tuhan dan tidak mengalami kematian karena mereka adalah orang-orang yang menjaga hidupnya berkenan kepada Tuhan.  Alkitab juga menyatakan bahwa pada saatnya nanti Tuhan akan mengangkat umatNya.  Inilah yang disebut dengan rapture.  Kata rapture merupakan terjemahan dari kata Yunani harpazo yang memiliki pengertian terangkat ke sorgaRapture dapat didefinisikan sebagai pengangkatan jemaat Tuhan untuk beroleh tubuh kemuliaan.  Peristiwa yang terjadi pada saat rapture adalah:  orang-orang yang masih hidup dalam Kristus diubahkan dalam tubuh kemuliaan.  Lalu mereka hidup dalam Kristus diubahkan dalam tubuh kemuliaan.  Lalu mereka yang telah dibangkitkan dan diubahkan diangkat dalam awan-awan menyongsong Tuhan di angkasa  (baca  1 Tesalonika 4:16-17).

     Tidak rindukah kita mengalami hal yang demikian?  Ataukah kita mau tertinggal pada waktu Tuhan Yesus datang kelak?  Sebelum semuanya terlambat dan ada penyesalan mari mempersiapkan diri dengan baik dan tidak lagi main-main dalam menjalani kehidupan ini,  "karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam."  (1 Tesalonika 5:2).

     "Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah.  Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah,..."  (Kejadian 5:21-22).  Henokh membuat keputusan penting yaitu berkomitmen untuk bergaul karib dengan Tuhan atau semakin melekat kepadaNya.  Ada pelajaran berharga dari Henokh ini di mana ia telah mengalami titik balik dalam hidupnya.  Pada saat usianya mencapai 65 tahun dan ia memiliki keturunan dari Tuhan dengan menamai anak itu Metusalah, Henokh memutuskan untuk makin bersungguh-sungguh di dalam Tuhan dan hidup benar di hadapanNya, bahkan Alkitab menyatakan bahwa ia bergaul dengan Tuhan selama tiga ratus tahun lagi.  Luar biasa!  (Bersambung)

Sunday, June 24, 2012

SULIT MENINGGALKAN DOSA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2012 -

Baca:  Roma 7:13-26

"Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat."  Roma 7:19

Siapakah yang tidak pernah berbuat dosa?  Semua orang tanpa terkecuali, yang tinggal di ujung bumi mana pun, adalah orang berdosa.  "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.  Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak."  (Roma 3:10, 12).  Artinya setiap langkah hidup kita ini selalu diwarnai khilaf dan kesalahan, dan dosa itulah yang menuntun kita kepada maut dan kebinasaan kekal karena  "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Setiap hari kita selalu dihadapkan pada pergumulan melawan dosa dan seringkali kita tak berdaya menghadapinya.  Akhirnya kita dijerat, dibuai, dikuasai dan dijajah oleh dosa.  Rasul Paulus mengakuinya:  "Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku."  (Roma 7:20).

     Bagaimana supaya kita bisa terlepas dari dosa yang membelenggu itu?  Dengan kekuatan sendiri kita pasti tidak akan mampu.  Satu-satunya Pribadi yang dapat menolong dan melepaskan kita dari dosa adalah Tuhan Yesus Kristus.  Rasul Paulus berkata,  "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?  Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."  (Roma 7:24-25).  Melalui pengorbanan Krisus di atas kayu salib kita telah dimerdekakan dari dosa;  kita bukan lagi menjadi hamba dosa melainkan sebagai hamba kebenaran.  Karena itu  "...kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan."  (Roma 6:19b).

     Kini tidak ada jalan lain selain kita harus terus melekat kepada Tuhan dan mensyukuri karya penebusan Kristus.  Dan selanjunya, milikilah komitmen untuk meninggalkan dosa dengan sepenuh hati.  FirmanNya berkata,  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).

"Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi."  Amsal 28:13

Saturday, June 23, 2012

MATI ADALAH KEUNTUNGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juni 2012 -

Baca:  Pengkotbah 7:1-22

"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya."  Pengkotbah 7:2

Sungguh benar kata Salomo:  pergi ke rumah duka adalah lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta.  Saat kita ditinggalkan orangtua, saudara, kerabat, sahabat dan orang-orang yang kita kasihi, hati kita sedih karena tidak bisa bertemu mereka lagi untuk selamanya.  Namun saat di rumah duka inilah kita mendapatkan pelajaran yang sangat berharga:  hidup di dunia ini hanyalah sementara;  sekaya apa pun seseorang, harta dan kekayaannya tak dibawa mati.  Ini peringatan bagi yang ditinggalkan agar hidup tidak sembrono.

     Tentang kematian ada hal yang harus kita perhatikan:  1.  Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi.  Suatu saat semua orang tanpa terkecuali akan menghadapi kematian.  "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,"  (Ibrani 9:27).  Kita tahu bahwa kematian tidak mengenal usia, jenis kelamin dan juga status sosial yang dimiliki oleh seseorang, dan tak seorang pun dari kita dapat menolak atau melarikan diri dari kematian.  Kematian juga tidak dapat kita wakilkan.

     2.  Kematian bukan akhir dari segalanya.  Banyak orang berpikir bahwa kematian adalah akhir dari segala sesuatu.  Memang, kematian berarti segala hal yang kita kerjakan di dunia yang fana ini usai.  Tapi bukan berarti semuanya sudah kelar, beres dan tidak ada apa-apanya lagi.  Justru kematian adalah jembatan yang menghubungkan antara yang fana menuju kepada kekekalan.  Pengkotbah 12:7 mengatakan,  "dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya."  Perhatikan bagaimana orang kaya ini:  "... Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?"  (Lukas 12:19-20).  Semuanya sia-sia, bukan?  Siap atau tidak siap, pada saatnya setiap kita akan menghadapi kematian.

Bagi orang percaya yang selama hidupnya tekun dan setia kepada Tuhan, kematian adalah keuntungan karena akan bertemu dengan Tuhan Yesus dalam kekekalan!

Friday, June 22, 2012

UMUR MANUSIA ADA BATASNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 39:1-14

"Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan!"  Mazmur 39:6

Sebagai raja israel hidup Daud penuh kenyamanan:  harta kekayaan yang melimpah dan memiliki pasukan tentara yang siap menjaga negerinya.  Meski demikian Daud tidak pernah memegahkan diri.  Dia sadar bahwa hidup di dunia ini tidak untuk selamanya, hanya sementara waktu.  Segala sesuatu ada akhirnya.  Daud berkata,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).  Itulah sebabnya Daud berdoa,  "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!"  (Mazmur 39:5).  Bukan saja alam semesta dan segala isinya, umur manusia pun ada akhirnya.

     Jika sadar bahwa umur kita ada batasnya, apa yang harus kita perbuat dengan waktu yang sangat singkat ini?  Waktu adalah anugerah Tuhan, karena itu jangan pernah sia-siakan.  Selagi kita masih bernafas berarti ada kesempatan bagi kita mengumpulkan harta di sorga dan berkarya bagi Tuhan.  Bagi kita sebagai orang percaya, kematian bukan lagi menakutkan, dan kita yang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi tidak perlu tenggelam dan duka yang berlarut-larut.  Rasul Paulus menasihatkan,  "...saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.  Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia."  (1 Tesalonika 4:13-14).

     Dengan demikian kita dapat tabah menghadapi kematian, karena semua orang tanpa terkecuali akan mengalaminya.

Bila selama hidup di dunia ini kita dengan setia mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita dan menjalani hidup selaras dengan firman Tuhan, maka kita pun dapat berkata seperti Rasul Paulus,  "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:21-22a).

Thursday, June 21, 2012

INGIN MENDAPAT? HARUS RELA KEHILANGAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2012 -

Baca:  Kisah 20:17-38

"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  Kisah 20:35

Umumnya sifat manusia adalah ingin memiliki atau mendapatkan tetapi tidak mau kehilangan atau berkorban.  Maunya selalu menerima namun tidak mau memberi.  Jadi yang selalu ada dalam pikiran manusia adalah bagaimana caranya mendapatkan dan juga bagaimana caranya supaya tidak kehilangan sesuatu.

     Pikiran manusia sangat bertolak belakang dan berbeda dari pikiran dan jalan Tuhan.  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan."  (Yesaya 55:8).  Menurut pola dunia, semakin kita berhemat, harta kita semakin menumpuk dan kita akan semakin kaya.  Apa kata firman?  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.  Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."  (Amsal 11:24-25).  Alkitab menyatakan bahwa orang yang banyak memberi berkat atau menabur justru semakin diberkati dan diberi kelimpahan oleh Tuhan.

     Mengapa kita harus banyak memberi?  1.  Memberi adalah perintah Tuhan.  Tuhan memberkati kita dengan tujuan supaya kita menjadi berkat bagi orang lain.  "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  2.  Memberi adalah perwujudan kasih.  Kekristenan dan kasih merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.  Jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus tapi dalam kehidupan sehari-hari tidak punya kasih, sia-sialah kekristenan kita, karena Tuhan adalah kasih, dan kasih harus diwujudkan dalam tindakan nyata.  3.  Memberi adalah jalan untuk diberkati.  Melalui harta yang kita miliki kita dianjurkan untuk memuliakan Tuhan  (baca  Amsal 3:9).

Jadi, tujuan Tuhan memberkati kita bukan untuk kita nikmati sendiri, tapi supaya kita menjadi saluran berkat dan membantu pekerjaan Tuhan di bumi.

Wednesday, June 20, 2012

PERSEMBAHAN: Harus Rela dan Sukacita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2012 -

Baca:  2 Korintus 9:6-15

"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  2 Korintus 9:7

Setiap kita pasti berharap bahwa persembahan yang kita berikan saat beribadah di gereja,  - baik itu untuk kolekte, persepuluhan, membantu hamba-hamba Tuhan di pedesaan atau pedalaman, menjadi sponsor untuk ladang misi, persembahan untuk pembangunan gereja, menjadi orang tua asuh dan sebagainya, - diterima oleh Tuhan dan menyenangkan hatiNya.  Pertanyaannya:  apakah persembahan itu kita berikan dengan hati yang tulus, murni dan sukarela?  Ataukah kita memberikan persembahan itu oleh karena terpaksa atau supaya kita beroleh pujian dari manusia, sehingga nama kita kian populer dan gelar baru pun kita sandang yaitu sebagai seorang dermawan yang baik hati?

     Jika apa yang kita persembahkan itu ingin diterima Tuhan, maka kita harus memberinya dengan rela, tulus dan sukacita tanpa ada motivasi terselubung dibalik itu dan jangan sampai kita memberikan dengan terpaksa atau karena dipaksa oleh pihak lain.  Jika tidak, maka persembahan kita tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan dan tidak mendatangkan berkat bagi kita.  Mungkin dengan persembahan yang kita berikan orang lain disenangkan, tapi belum tentu hal itu menyenangkan hati Tuhan.  Karena itu  "...jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu."  (Matius 6:3).  Mari kita belajar seperti Daud yang senantiasa memberi persembahan kepada Tuhan dengan tulus dan rela.  "Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya Tuhan."  (Mazmur 54:8).  Jangan sekali-kali mencari pujian dari manusia ketika kita memberi persembahan, tetapi carilah pujian dari Tuhan!

     Tuhan tidak melihat besar kecilnya persembahan, namun motivasi dan ketulusan hati kita.  Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, apalagi menahan berkat yang seharusnya kita salurkan kepada yang berhak menerima.  "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."  (Lukas 12:48b).

Beri persembahan dengan hati tulus dan rela:  itu menyenangkan hati Tuhan!

Tuesday, June 19, 2012

BIJI MATA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 17:1-15

"Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu"  Mazmur 17:8

Siapa yang mau menjadi budak?  Tak seorang pun manusia di dunia ini mau menjadi budak bagi orang lain.  Budak identik dengan penderitaan dan penindasan.  Namun inilah yang dialami oleh bangsa Israel, menjadi budak di Mesir.  Sebagai budak hidup mereka sangat menderita dan berada dalam tekanan yang hebat.  Mengapa ini terjadi?  Ini adalah akibat pemberontakan mereka sendiri kepada Tuhan.  Apakah Tuhan tinggal diam?  Tidak!  Tuhan berkata,  "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.  Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:7-8)

     Tuhan sangat mengasihi bangsa Israel, Dia tidak akan membiarkan mereka hidup dalam penderitaan dan penindasan.  Ia memiliki rancangan luar biasa yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan hari depan yang penuh harapan  (baca  Yeremia 29:11);  Ia hendak membawa mereka menuju Tanah Perjanjian, suatu negeri yang berlimpah susu dan madunya.  "sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya--:"  (Zakharia 2:8b), karena itu  "Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."  (Ulangan 32:10b).

     Sebagai orang percaya kita sangat berharga di hadapan Tuhan, seperti biji mataNya;  berarti kita senantiasa dalam perlindungan dan pemeliharaanNya.  Pergumulan apa pun yang sedang kita alami pasti turut dirasakanNya.  Jadi jangan takut dan kuatir sebab Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia dan tidak pernah ingkar terhadap semua janjiNya.  Daud, yang walaupun adalah seorang raja besar, tetap menyadari bahwa ia hanyalah manusia biasa, di mana diluar Tuhan ia tidak bisa berbuat apa-apa dan tak berarti apa-apa.  Karena itu Daud sangat merindukan dirinya sebagai biji mata Tuhan.

Menjadi biji mata Tuhan berarti kita dijagaNya, dilindungiNya dan dipeliharaNya;  karena itu jangan takut!

Monday, June 18, 2012

PELAKU FIRMAN: Pasti Diberkati Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2012 -

Baca: Ulangan 7:12-26

"Engkau akan diberkati lebih dari pada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu."  Ulangan 7:14

Menjadi kaya dan memiliki materi yang berlimpah bagi orang percaya bukanlah dosa!  Tuhan sendiri berjanji bahwa berkat adalah bagian dari kehidupan orang percaya,  "Aku (Yesus) datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Namun yang harus diperhatikan adalah jangan sampai hati kita hanya terfokus pada kekayaan dan menjadikan kekayaan itu sebagai sandaran dan pengharapan kita,  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Sebaliknya,  "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..."  (Amsal 3:9).

     Dalam pembacaan hari ini ditegaskan bahwa Tuhan berjanji akan memberkati umatNya.  Pastilah Tuhan tidak akan membiarkan orang benar hidup dalam kekurangan, meski terkadang Ia mengijinkan itu terjadi supaya kita belajar untuk percaya dan bergantung penuh kepadaNya.  Namun jangan sekali-kali menjadikan Tuhan sebagai sumber untuk mencari kekayaan seperti orang-orang yang pergi ke gunung kawi, kuburan atau dukun.  Kalau itu yang menjadi motivasi kita mencari Tuhan, kelak kita akan kecewa.  Tuhan memberkati kita melimpah supaya hidup kita menjadi kesaksian bagi banyak orang, bukan untuk memuaskan keinginan kita;  Tuhan juga tidak ingin kita mengutamakan berkatNya melebihi PribadiNya yang adalah Sang Pemberi berkat itu sendiri;  Tuhan memberkati kita sebagai bukti bahwa Ia sangat mengasihi kita;  Tuhan memberkati kita untuk menegaskan bahwa Dia sanggup memelihara hidup kita sebagaimana tertulis:  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).

     Ada satu hal yang seringkali kita lupakan, bahwa untuk menikmati berkat-berkat Tuhan ada syaratnya,  "...karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu."  (Ulangan 7:12).  Perhatikan ini dengan sungguh!

Untuk diberkati Tuhan, syaratnya simple, yaitu setia mendengar firmanNya dan melakukannya.

Sunday, June 17, 2012

ORANG BENAR: Seperti Pohon Korma! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2012 -

Baca:  Wahyu 7:9-17

"sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka."  Wahyu 7:9

Untuk menjadi orang Kristen yang bertumbuh dan berbuah sampai masa tua tidak ada jalan lain selain harus berakar kuat kepada Tuhan Yesus yang adalah Sumber Air Kehidupan.  Seringkali kita ingin menikmati berkat-berkat Tuhan secara cepat tetapi tidak mau diproses.  Tuhan menghendaki agar anak-anakNya menjadi seperti pohon korma, tetapi kuat dan menghasilkan buah meski di tengah kegersangan dan badai kehidupan.

     Pohon korma melambangkan pertumbuhan rohani yang baik, keindahan, kemenangan, sukacita dan menjadi berkat bagi banyak orang.  Dalam kitab Raja-Raja disebutkan bahwa Bait Suci Salomo juga menggunakan lambang pohon korma sebagai motif untuk keindahan bangunanannya:  "Dan pada segala dinding rumah itu berkeliling ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, baik di ruang sebelah dalam maupun di ruang sebelah luar.  Pada kedua daun pintu yang dari kayu minyak itu ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, kemudian dilapisinya dengan emas; juga pada kerub dan pada pohon korma itu disalutkannya emas."  (1 Raja-Raja 6:29, 32).  Pohon korma atau palem juga berbicara tentang kemenangan dan sukacita.  Ini digambarkan ketika penduduk Yerusalem mengelu-elukan Yesus dengan daun-daun palem sebagai simbol kemenanganNya:  "mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"  (Yohanes 12:13).  Ayat nas menyatakan tentang sukacita orang-orang percaya yang setia sampai akhir hidupnya dan beroleh mahkota kehidupan dari Tuhan.  Masing-masing memegang daun-daun palem (korma) tanda kemenangan.

     Bagaimana dengan kita?  Dalam menjalani hidup yang penuh ujian dan tantangan ini tidak seharusnya kita mengeluh dan menjadi lemah, sebaliknya harus makin kuat dan hidup dalam kemenangan senantiasa meski di tengah situasi dan kondisi yang penuh tekanan dan ujian.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita ini lebih daripada pemenang!

Saturday, June 16, 2012

ORANG YANG BENAR: Seperti Pohon Korma! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 92:1-16

"Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;"  Mazmur 92:13

Bukanlah asal jika pemazmur menggambarkan kehidupan yang benar akan bertunas seperti pohon korma.  Pohon korma atau pohon palem adalah salah satu jenis pohon yang paling sering ditulis di dalam Alkitab, terutama Perjanjian Lama.  Pasti ada alasannya mengapa Tuhan sering menggunakan lambang pohon korma ini di dalam firmanNya.

     Pohon korma dapat hidup dan tumbuh secara ajaib di padang gurun.  Di padang yang kering dan berpasir itu biji korma yang ditanam tidak akan langsung bertumbuh ke atas, namun membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai bertahun-tahun.  Ternyata pada masa-masa itu biji korma akan bertumbuh ke bawah, mencari dan menuju kepada sumber air yang tersembunyi di bawahnya hingga biji itu semakin besar dan semakin kuat berakar ke dalam.  Bahkan sudah menjadi tradisi jika seorang petani menanam biji korma akan dengan sengaja menekan biji itu sedemikian rupa dengan menggunakan batu besar supaya biji itu makin terbenam ke dalam dan makin bertumbuh ke bawah, sehingga aman dari badai gurun yang sewaktu-waktu menerpa.  Pada saatnya, tunas korma itu akan menggulingkan batu yang menekannya itu, lalu bertumbuh ke atas dan tidak tergoyahkan meski ada badai sekalipun, karena akarnya telah kuat mengakar ke dalam, dan pada waktunya, tanaman korma itu akan menghasilkan buah dan terus berbuah sampai pada masa tuanya.

     Proses perjuangan pohon korma untuk bertumbuh dan menghasilkan buah meski hidup di tengah padang gurun adalah simbol dari kehidupan orang percaya yang dikehendaki Tuhan.  Berakar kuat, terus bertumbuh dan menghasilkan buah yang lebat meski harus diperhadapkan pada masalah dan penderitaan.  Masalah dan penderitaan adalah proses menuju kepada pendewasaan iman.  Alkitab menyatakan, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).  Namun banyak anak-anak Tuhan tidak tahan ketika ia harus berada di 'padang gurun'.  Mereka terus mengeluh, bersungut-sungut, mengomel, menyalahkan Tuhan.  Akibatnya iman mereka tidak bisa bertumbuh.
(Bersambung)

Friday, June 15, 2012

ORANG KRISTEN KANAK-KANAK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2012 -

Baca:  1 Korintus 13:1-13

"Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  1 Korintus 13:11

Jika kita dikatakan sebagai orang Kristen yang masih kanak-kanak kita pasti tidak mau dan langsung protes.  Kita akan berkata,  "Saya sudah menjadi Kristen bertahun-tahun, bahkan sudah ikut pelayanan, masak saya masih dibilang Kristen kanak-kanak."  Perlu ditegaskan lagi bahwa lama telah menjadi Kristen atau bertahun-tahun tidak menjamin seseorang itu dewasa rohani.  Karena itu kita perlu berhati-hati dan jangan sampai kita membangga-banggakan kekristenan kita.

     Salah satu sifat kanak-kanak adalah tidak sabar.  Bukankah masih banyak orang Kristen yang memiliki sifat tidak sabar?  Kita langsung bersungut-sungut, mengeluh dan menggerutu ketika doa kita belum juga dijawab oleh Tuhan.  Kita tidak sabar menantikan pertolongan Tuhan:  Hari ini minta, maunya hari ini pula dipenuhi.  Kita berusaha menyuruh Tuhan dan memaksaNya untuk menuruti segala kemauan dan keinginan kita sesuai dengan cara yang kita tetapkan.

     Tak beda jauh dengan bangsa Israel, meski sudah mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa tetap saja mengeluh dan bersungut-sungut padahal Tuhan telah membawa mereka keluar dari negeri perbudakan (Mesir).  Di padang gurun perbuatan ajaib Tuhan senantiasa menyertai mereka.  Namun mulut mereka tetap saja dipenuhi keluh kesah dan persungutan.  Mereka tidak sabar dengan cara Tuhan bekerja.  Akibatnya Tuhan mengijinkan mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun sebelum mencapai Tanah Perjanjian (Kanaan), walau sesungguhnya  "Sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai kadesh-Barnea, melalui jalan pegunungan Seir."  (Ulangan 1:2).

     Apakah kita suka bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan?  Ini adalah tanda bahwa kita masih tergolong orang Kristen kanak-kanak.  Sifat kekanak-kanakan tidak tergantung umur karena banyak orang dewasa masih saja bersifat kekanak-kanakan.

Tujuan hidup kita bukan sebatas mengejar materi atau perkara-perkara duniawi saja, karena itu buang sifat kanak-kanak dan belajarlah dewasa supaya kita dapat mengerti kehendak Tuhan!

Thursday, June 14, 2012

HARTA MELIMPAH: Inikah Sukses Sesungguhnya?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juni 2012 -

Baca:  Efesus 2:1-10

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  Efesus 2:10

Adalah hal yang wajar jika orang dunia menilai bahwa kesuksesan seseorang diukur berdasarkan uang yang banyak, rumah di kawasan elite, mobil mewah lebih dari satu dan ketenaran atau jabatan yang tinggi.  Apa itu sukses?  Sukses berarti berhasil atau mencapai suatu hasil akhir yang memuaskan.  Istilah sukses itu sinonim dengan pencapaian (achievement), keberuntungan, kemakmuran dan kemenangan.  Namun inikah yang sukses sesungguhnya?  Ketahuilah bahwa segala yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa jika semua itu tidak menolong kita untuk meraih kehidupan yang kekal.  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"  (Matius 16:26).  Tidak salah memiliki segala sesuatu secara materi, namun jika hidup kita hanya dimulai dan diakhiri dengan tujuan materi saja, maka kita disebut sebagai orang yang paling malang.  Rasul Paulus berkata,  "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia."  (1 Korintus 15:19).

     Sukses menurut Alkitab adalah memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan dan mampu memenuhi tujuan hidup yang Tuhan kehendaki.  Ada banyak orang yang menjalani hidup seolah-olah tujuan hidup mereka adalah untuk bersenang-senang dan mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya.  Bukankah hidup di dunia ini hanyalah sementara?  Tuhan Yesus saat berada di bumi tidak memiliki apa-apa.  Tertulis:  "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."  (Matius 8:20).  Tujuan hidup Yesus adalah untuk melakukan kehendak Bapa di sorga.

     Kita sukses bukan karena memiliki harta melimpah atau lain-lain secara materi.  Kita bisa dikatakan sukses jika kita sedang mengerjakan sesuatu yang Tuhan tetapkan dan sedang menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak dan rencanaNya.

Harta kekayaan tidak menyelamatkan, tapi ketaatan dan kesetiaan mengerjakan kehendak Tuhan itu yang membawa kita kepada kehidupan kekal kelak!

Wednesday, June 13, 2012

YESUS ADALAH SUMBER PERTOLONGAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2012 -

Baca:  2 Raja-Raja 1:1-18

"Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati."  2 Raja-Raja 1:4

Di akhir zaman ini Iblis beserta pasukannya bekerja secara luar biasa:  menipu, menghasut dan memprovokasi manusia supaya mereka percaya kepadanya.  Terlebih lagi bagi orang-orang yang sedang tertimpa masalah berat, sakit-penyakit, berat jodoh dan sebagainya menjadi sasaran empuk Iblis.  Banyak berita menggemparkan tersiar di televisi:  ada seorang anak kecil yang bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit hanya dengan media batu.  Tanpa berpikir panjang banyak orang berbondong-bondong datang kepada si anak kecil itu untuk meminta kesembuhan.  Ada berita lagi, di suatu tempat ada sumber mata air yang berkhasiat.  Apalagi kita datang ke sana meneguk air itu maka segala sakit-penyakit kita akan sembuh, kita akan segera menemukan jodoh, dan bila air itu kita siramkan di tempat usaha kita, maka tempat kita itu (pabrik, toko) akan laris dan berhasil.  Semua yang serba instan kini sedang dicari orang.  Itulah tipu muslihat Iblis!

     Ahazia adalah seorang raja Israel yang sedang menderita sakit parah.  Sebagai raja Israel seharusnya ia tahu kemana mencari pertolongan dan kesembuhan yaitu kepada Allah yang hidup, Sang Jehovah Rapha.  Ia sudah diperingatkan,  "Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron?"  (2 Raja-Raja 1:3).  Tetapi hal ini tidak dilakukan oleh Ahazia, ia tetap meminta petunjuk kepada Ball-Zebub, allah di Ekron tersebut.  Alkitab menegaskan bahwa mencari pertolongan kepada dukun, paranormal dan lain-lain adalah kekejian di mata Tuhan!  Itu adalah dosa besar.  Akibat dari kebodohannya itu bukannya kesembuhan yang Ahazia dapatkan melainkan kematian.  Melalui renungan ini kita diingatkan untuk tidak mencari pertolongan kepada allah lain selain daripada Tuhan Yesus Kristus.

     Seberat apa pun masalah yang kita alami, kuatkan hati dan jangan sekali-kali mengambil jalan pintas, termakan bujuk rayu Iblis dan mencari pertolongan kepadanya.  Bagi orang percaya, Tuhan Yesus lebih daripada cukup, Dialah sumber pertolongan kita, bukan yang lain.

Segala sakit-penyakit kita telah ditanggungNya di atas kayu salib, dan oleh bilur-bilurNya kita telah sembuh!  (baca 1 Petrus 2:24b)

Tuesday, June 12, 2012

DI TENGAH MUSIM GUGUR, BERSABARLAH!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juni 2012 -

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan."  Yakobus 5:10

Kita masih ingat peristiwa yang terjadi di negeri ini beberapa waktu yang lalu, dimana demonstrasi terjadi secara besar-besaran menuntut dibatalkannya rencana kenaikan harga BBM.  Kita tahu bila harga BBM naik akan berdampak terhadap harga-harga kebutuhan pokok rakyat.  Bisa dibayangkan betapa nasib masyarakat kelas bawah:  makin hidup dalam kesukaran dan penderitaan.  Jangankan menatap masa depan, menjalani hidup hari demi hari saja sudah sangat terasa berat.  Firman Tuhan ini menasihatkan agar kita tetap sabar dan kuat dalam menghadapi masa-masa sukar di akhir zaman ini.  Dikatakan, "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!"  (Yakobus 5:7a).  Kata  'bersabar'  disebutkan berulang-ulang dengan harapan supaya setiap anak Tuhan menyadari akan hal ini.  Bersabar adalah kunci untuk menghadapi situasi kehidupan sekarang ini.

     Tuhan mengajar kita untuk belajar dari kehidupan seorang petani yang begitu sabar menantikan masa panen, karena kehidupan petani sangat bergantung pada hasil panennya.  Karenanya mereka terus bersabar mulai dari saat menanam benih, merawat tanaman itu tumbuh, hingga musim panen tiba.  Itu bukanlah waktu yang singkat, tapi melalui proses yang begitu panjang.  Dikatakan oleh yakobus para petani melewati 2 musim yaitu musim gugur dan musim semi.  Ketika musim gugur datang semua tanaman mengalami terik, di mana dedaunan dan bunga-bunga rontok;  pohon-pohon menjadi gundul.  Meski demikian para petani tidak menjadi kecewa apalagi putus asa, mereka tetap sabar dan bertekun karena tahu bahwa pada saatnya masa itu akan lewat dan berganti dengan musim semi.  Di musim semi inilah daun-daun mulai menghijau, tunas bermunculan, bunga-bunga bermekaran, dan pohon-pohon pun mulai menghasilkan buah pertanda bahwa masa panen telah tiba.

     Jika kita sedang ada di 'musim gugur', seolah-olah tidak ada harapan, menderita sakit-penyakit, kesulitan ekonomi, jangan bersungut-sungut dan menggerutu.

Tetapi tetap sabar dan nantikan Tuhan karena pada saatnya 'musim semi' itu tiba dan semua indah pada waktuNya!

Monday, June 11, 2012

PERCAYA: Mengalami Penggenapan Janji Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2012 -

Baca:  Roma 4:18-25

"Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa,"  Roma 4:18

Iman Abraham mulai timbul dan makin kuat karena ia telah mendengar sendiri bagaimana Tuhan berjanji kepadanya bahwa keturunannya akan tak terhitung seperti bintang-bintang di langit.

     Di dalam Roma 10:17 dikatakan,  "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  Supaya iman kita kuat kita harus banyak mendengarkan firman Tuhan.  Banyak orang Kristen imannya lemah oleh karena lebih suka dan selalu ingin mendengar apa kata orang.  Kalau kita bergantung pada apa kata orang, kita akan mudah terombang-ambing dan iman kita menjadi lemah.  Tetapi jika kita menyediakan banyak waktu untuk membaca firman Tuhan dan mendengar janji Tuhan melalui firmanNya, kita akan beroleh kekuatan meski kenyataan yang ada masih bertolak belakang dengan janji Tuhan.  Ketika kita percaya firman Tuhan lebih dari fakta yang ada, cepat atau lambat janjiNya pasti akan digenapi dalam hidup kita.  Namun banyak dari kita yang menutup telinga kepada firman Tuhan tetapi membuka telinga lebar-lebar terhadap perkataan orang lain yang melemahkan dan yang membuat kita makin kuatir.

     Abraham mengalami mujizat Tuhan bukan hanya karena percaya, tapi ia juga taat kepada Tuhan.  Ketika Tuhan memerintahkannya untuk mempersembahkan anaknya yang semata wayang, ia pun taat.  Tidak hanya itu, apa yang keluar dari mulut Abraham adalah perkataan iman.  Hal ini tersirat dengan jelas ketika ia berkata kepada kedua bujangnya yang turut serta pergi ke gunung Moria,  "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."  (Kejadian 22:5).  Orang yang percaya akan terbukti dari perkataan yang keluar dari mulutnya.  Ucapan kita ibarat benih, kalau kita mengucapkan sesuatu, kita seperti sedang menabur benih, pada saat yang tepat kita akan menuainya.  Tertulis:  "Hidup dan mati dikuasai lidah,"  (Amsal 18:21).  Karena itu marilah kita belajar mengucapkan kata-kata iman, kata-kata berkat dan semua hal yang positif seperti Abraham;  pada saat yang tepat, Tuhan pasti akan menggenapi janjiNya.

Percaya, percaya dan percaya adalah kunci mengalami berkat Tuhan!

Sunday, June 10, 2012

PERCAYA: Mengalami Penggenapan Janji Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2012 -

Baca:  Markus 11:20-26

"Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  Markus 11:23

Sebagai pemberita Injil, Rasul Paulus banyak dihadapkan ujian, tantangan, aniaya dan juga kesesakan.  Meski begitu tak sedikit pun ia merasa kecewa, mengeluh, bersungut-sungut, apalagi putus asa dan patah semangat.  Sebaliknya rohnya selalu menyala-nyala untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan karena ia tahu bahwa penderitaan yang ia alami selama di dunia ini  "...tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan..."  (Roma 8:18).  Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata,  "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintis 5:7).

     'Percaya' adalah bagian terpenting dalam kehidupan anak-anak Tuhan, karena dengan memiliki percaya, mujizat dan perkara-perkara ajaib dapat terjadi.  "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  (Markus 9:23b).  Bahkan  ayat nas di atas menyatakan bahwa dengan 'percaya' maka gunung pun dapat tercampakkan ke dalam lautan.  Amin!  Orang Kristen yang mempunyai percaya, pasti memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang lain.  Perihal 'percaya' ini kita dapat belajar pula dari kehidupan Abraham yang adalah bapa orang percaya.  Ketika Abraham sudah berusia lanjut Tuhan berjanji akan memberikan kepadanya anak atau keturunan, namun sampai berumur 100 tahun barulah ia mendapatkan anak sesuai yang dijanjikan.  Secara manusia hal ini adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal, tetapi mujizat itu terjadi karena Abraham tetap percaya.  "...Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan."  (Roma 4:20).

     Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya karena iman percayanya.  Mengapa ia begitu percaya kepada Tuhan?  Karena ia telah mendengar bagaimana Tuhan berbicara dan berjanji kepadanya,  "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'"  (Kejadian 15:5).

Itulah yang menguatkan iman Abraham!

Saturday, June 9, 2012

PERCERAIAN KEBENCIAN TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2012 -

Baca:  Maleakhi 2:10-16

"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel..."  Maleakhi 2:16

Kawin-cerai sepertinya menjadi hal yang biasa banyak orang, terutama di kalangan para artis atau selebritis.  Menikah baru beberapa tahun, ada yang hanya dalam hitungan bulan, kemudian memutuskan untuk bercerai karena merasa sudah tidak cocok lagi.  Bahkan ada yang kawin-cerai sampai 2-3 kali.  Banyak orang berpikir bahwa ketika rumah tangganya dalam masalah, perceraian adalah jalan terbaik.  Salah besar!  Perceraian adalah jalan terburuk dan ini merupakan perbuatan keji di mata Tuhan.  Mengapa?  "Oleh sebab Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.  Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya."  (ayat 14-15).

     Ingat, pernikahan bukanlah perjanjian antara dua orang saja, tetapi melibatkan tiga pribadi yaitu suami, isteri dan juga Tuhan.  Dalam janji pernikahan, suami dan isteri saling menandatangani sebuah surat perjanjian untuk saling mengasihi, menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dan berjanji sehidup semati atau setia sampai maut memisahkan mereka berdua.  Tuhan adalah saksi utama yang juga turut menandatangani dan mensahkannya.  Sesuai dengan rencana Tuhan, pria dan wanita dipertemukan untuk menjadi satu daging supaya mereka saling melengkapi, mengasihi, bersekutu dan bersama-sama melayani Tuhan.

     Jadi, perceraian tidak hanya melanggar sebuah perjanjian kudus, tetapi juga merupakan kebencian Tuhan.  Suami dan isteri yang telah dipersatukan dalam ikatan pernikahan bukan lagi dua tetapi menjadi satu daging, dan apabila dipisahkan pasti akan terasa sakit sekali.  Tuhan tahu itu karena Ia turut juga merasakan kelemahan kita, karena itulah Dia sangat membenci perceraian.  Apa pun alasannya, perceraian bukanlah jalan Tuhan.  Pikirkan dampak yang ditimbulkan, di mana anak-anak pasti menjadi korban.

Seberat apa pun badai menyerang dalam rumah tangga, jangan putus asa, datang pada Tuhan Yesus, Dia pasti akan memberi jalan keluarnya!

Catatan:   
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21

Friday, June 8, 2012

TANDA-TANDA KEDEWASAAN ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2012 -

Baca:  Roma 12:9-21 

"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Roma 12:11

Tanda seseorang dewasa rohani adalah apabila hidupnya benar-benar berubah dan makin sungguh-sungguh dalam Tuhan.  Ayat nas mengingatkan agar kita rajin beribadah apa pun keadaan kita, sebab  "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Biarlah roh kita terus menyala-nyala bagi Tuhan, kian rajin berdoa dan melayani Tuhan.  Orang Kristen dewasa akan senantiasa penuh kesungguhan melakukan kehendak Tuhan.  Terkadang kita diijinkan mengalami dan melewati masa-masa sukar, penderitaan dan dalam tekanan supaya kita benar-benar merasakan dan mengalami kasih Tuhan nyata.

     Seorang Kristen yang dewasa pasti memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan.  Ada pun tanda bahwa seseorang bisa dikatakan Kristen yang dewasa antara lain adalah:  Pertama, fokus kepada Tuhan.  orang kristen yang dewasa rohani pasti tidak akan terpengaruh oleh keadaan;  senantiasa mengandalkan Tuhan dan memiliki penyerahan penuh kepadaNya sehingga di segala keadaan masih tetap bisa mengucap syukur.  Berbeda dengan seorang Kristen kanak-kanak, yang karena kerohaniannya suam-suam kuku, biasanya mudah sekali goyah dan terombang-ambing oleh situasi;  percaya kepada Tuhan Yesus tetapi masih juga pergi dan mencari pertolongan kepada dukun atau paranormal, masih saja percaya kepada primbon, hongsui, ramalan bintang dan lain-lain.  Ada juga yang rajin beribadah ke gereja tapi di rumah masih menyimpan jimat.

     Kedua, hidup dalam pimpinan Roh Kudus.  Artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging karena sudah mampu menimbang dan membedakan mana yang berkenan kepada Tuhan dan mana yang tidak.  Dalam Ibrani 5:14 dikatakan,  "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."

     Ketiga, menghasilkan buah.  Hidupnya menjadi berkat bagi orang lain dan memiliki komitmen dalam pelayanan;  dan semua itu ia lakukan bukan karena rutinitas belaka, tapi didasari oleh kasihnya kepada Tuhan.

Renungkan:  sudahkah kita mencapai kedewasaan rohani?

Thursday, June 7, 2012

MEMPELAI KRISTUS: Harus Dewasa Rohani! (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2012 -

Baca:  Ibrani 5:11-14

"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil."  Ibrani 5:13

Saat ini semua umat Tuhan sedang menanti-nantikan kedatangan Tuhan.  Jadi waktu yang singkat ini harus kita gunakan sebaik mungkin untuk mengerjakan bagian kita yaitu melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hidup seturut dengan kehendakNya supaya pada saatnya kita tidak bernasib seperti lima gadis bodoh, di mana ketika Sang Mempelai Laki-Laki datang mereka tidak dapat masuk ke dalam ruang perjamuan kawin  (baca Matius 25:1-13).  Menjadi orang Kristen yang dewasa rohani haruslah menjadi tujuan dan goal kita.  Kedewasaan rohani memerlukan hati yang mau belajar dan siap untuk dibentuk.  Maukah kita dibentuk dan diproses Tuhan?

     Banyak yang memberontak, kecewa, mengeluh, mengomel, bersungut-sungut ketika mengalami proses pembentukan Tuhan, padahal setiap proses yang Tuhan ijinkan terjadi selalu mendatangkan kebaikan bagi kita.  "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  (Ayub 23:10).  Lama atau cepatnya proses pembentukan dari Tuhan sangat bergantung pada 'tanah' hati kita.  Semakin kita memberontak, semakin lama proses yang harus kita jalani.  "Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?"  (Yesaya 28:24).

     Jika hari ini kita rindu menjadi orang Krisen yang dewasa rohani haruslah ada bukti, artinya kekristenan harus dipraktekkan dan diwujudkan dalam tindakan nyata sehingga orang lain melihat bahwa kehidupan orang Kristen berbeda, seperti tertulis:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihati,  "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!"  (1 Korintus 14:20), sebab orang dunia tidak peduli dengan keaktifan kita di gereja atau pelayanan, tetapi yang mereka perhatikan adalah perbuatan kita saat berada di tengah-tengah mereka.

Bukan teori, tapi yang lebih utama adalah action!

Wednesday, June 6, 2012

MEMPELAI KRISTUS: Harus Dewasa Rohani! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2012 -

Baca:  Efesus 4:1-16

"sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,"  Efesus 4:13

Orang Kristen yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi tetap saja  'kanak-kanak'  rohaninya bisa diibaratkan seperti pohon bonsai, pohon yang sudah ditanam selama berpuluh-puluh tahun tapi tetap saja kerdil.  Kemarin disampaikan bahwa untuk bisa bertumbuh menjadi dewasa harus melalui proses, maka dari itu dibutuhkan komitmen yang sungguh.  Tanpa komitmen yang sungguh kita tidak akan mencapai kedewasaan rohani.  Komitmen itu harus dilakukan dan dipraktekkan, tidak hanya lips service.  Aktif di setiap ibadah dan persekutuan tanpa ada komitmen untuk melakukan firman Tuhan adalah sia-sia belaka, karena  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).

     Jadi beriman saja tidak cukup, mendengarkan firman saja juga tidak cukup, tapi kita juga harus taat dan mempraktekkan apa yang sudah kita dengar dan pelajari supaya dapat bertumbuh.  Alkitab menyatakan,  "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."  (Matius 5:20).  Ahli- ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat fasih dengan isi Alkitab, menguasai ilmu teologia dan sebagainya, tapi mereka tidak menjadi pelaku firman dengan sungguh.

     "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Pertumbuhan rohani seseorang pasti disertai dengan adanya perubahan karakter.  Bukankah masih sering ditemukan orang Kristen yang sudah mengerti firman Tuhan, bahkan sudah terlibat dalam pelayanan, tapi hidupnya belum juga menunjukkan perubahan, masih hidup menuruti keinginan daging:  tidak bisa menguasai ucapan, masih menyimpan dendam, kebencian, kepahitan, terlibat dalam perzinahan?  Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak memiliki komitmen untuk berubah dan bertumbuh.  Kalau seperti itu terus, sampai kapan pun kita tetap menjadi Kristen kanak-kanak.

Padahal untuk bisa memerintah dengan Kristus dan layak menjadi mempelaiNya kita haruslah dewasa rohani!

Tuesday, June 5, 2012

MEMPELAI KRISTUS: Harus Dewasa Rohani! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2012 -

Baca:  Wahyu 19:6-10

"Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia."  Wahyu 19:7

Secara umum orang Kristen terbagi menjadi dua kelompok yaitu orang Kristen kanak-kanak dan orang Kristen dewasa.  Ayat di atas menunjukkan bahwa ada 2 jenis orang Kristen yaitu orang Kristen kanak-kanak rohani dan orang Kristen yang dewasa rohani.  Jika menyimak perjalanan hidup kita sebagai orang percaya, kita ini masuk dalam kategori yang mana?  Masa-masa sekarang adalah masa-masa akhir di mana setiap orang percaya sedang menanti-nantikan kedatangan Tuhan Yesus kali yang ke-2.  Saat Yesus datang ke dunia kelak, Ia datang bukan lagi sebagai bayi mungil, namun Dia datang sebagai Pengantin Laki-Laki Sorga yang hendak menjemput mempelai wanitaNya.

     Siapa itu mempelai wanitaNya?  'Mempelai wanita'  berbicara mengenai gereja Tuhan yang dewasa atau orang-orang Kristen yang dewasa rohaninya, bukan kekristenan yang kanak-kanak.  Yang dapat menjadi mempelai wanita haruslah orang yang telah dewasa, bukan kanak-kanak.  Begitu pula untuk bisa menjadi mempelai Kristus kita harus benar-benar telah meninggalkan semua sifat kanak-kanak kita dan menuju kepada kedewasaan secara penuh.  Rasul Paulus berkata,  "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  (1 Korintus 13:11).  Jadi Tuhan tidak menghendaki kita menjadi orang Kristen yang kanak-kanak seumur hidup alias mengalami  'kerdil'  rohani, tetapi Tuhan ingin kita terus mengalami pertumbuhan rohani dari hari ke sehari sampai kita menjadi  "...orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah."  (Kolose 4:12).

     Kita tahu bahwa kedewasaan rohani tidak otomatis terjadi namun perlu proses dan waktu, sama seperti anak yang untuk mencapai kedewasaan harus melewati masa bayi, kanak-kanak, remaja, pemuda dan dewasa hingga akhirnya menjadi orang tua.  Namun kita harus ingat bahwa menjadi Kristen bertahun-tahun atau lama tetap tidak menjamin bahwa ia telah menjadi dewasa rohani dalam Kristus.

Dewasa rohani selalu ditandai oleh perubahan karakter!

Monday, June 4, 2012

PERCAYA DAN JANGAN LAGI KUATIR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 56:1-14

"Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?"  Mazmur 56:9

Mengapa kita sering merasa takut dan kuatir?  Karena kita suka sekali menghitung-hitung masalah, kesukaran dan penderitaan yang kita alami.  Jika hal itu terus kita lakukan, kita akan semakin kecewa dan terpuruk.  Sesungguhnya kita tidak memiliki kuasa untuk menghitung-hitung masalah dan penderitaan kita.  Semakin kita menghitungnya, semakin kita menjadi lemah.  Ingat, ketika berdoa dan menyerahkan seluruh beban hidup kita kepada Tuhan dengan linangan air mata, air mata kita telah Tuhan daftarkan.  Artinya, air mata kita telah ditampung di dalam kirbat Tuhan dan Ia hendak menggantikannya dengan berkat dan sukacita yang berkelimpahan.  Karena itu berhentilah menghitung-hitung, milikilah iman yang teguh bahwa Tuhan sangat peduli dengan apa yang kita alami.

     Kita harus sadar bahwa kekuatiran, ketakutan dan kebimbangan adalah bentuk serangan Iblis bagi orang percaya di akhir zaman.  Iblis selalu memiliki rancangan yang buruk bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi orang percaya.  Iblis sangat suka melihat orang Kristen yang selalu kuatir, takut dan bimbang.  Memang itulah agenda Iblis:  menyerang manusia di segala aspek kehidupannya, baik lewat perekonomian, keluarga atau rumah tangga, pelayanan dan sebagainya sehingga manusia akan kehilangan damai sejahtera, sukacita, dan tidak percaya lagi alias mulai ragu akan kuasa Tuhan.  Akibatnya manusia mulai mencari pertolongan instan kepada ilah-ilah lain.

     Semakin kita memandang sekeliling kita, kita akan semakin memikirkan masalah dan hal itu membuat kita menjadi lemah.  Mari kita arahkan pandangan kita pada kebesaran dan kedahsyatan kuasa Tuhan saja.  Tidak seharusnya kita kuatir dan bimbang sebab kita memiliki Tuhan yang besar, yang jauh melebihi besarnya semua masalah yang kita alami di dunia ini.  Apakah dengan kuatir, masalah kita terselesaikan?  Justru sebaliknya, kekuatiran dan kebimbangan semakin menjauhkan kita dari mujizat Tuhan, karena  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.  Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).

Buang semua kekuatiran, dan percayalah!

Sunday, June 3, 2012

TUHAN DAPAT MEMAKAI SIAPA SAJA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2012 -

Baca:  Amos 7:10-17

"Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan."  Amos 7:14

Banyak orang Kristen berpikir bahwa yang boleh melayani Tuhan atau memberitakan firman Tuhan hanyalah orang-orang yang menyandang gelar sarjana teologia atau para lulusan sekolah Alkitab, pendeta, mereka yang sudah lama menjadi Kristen, atau yang punya keahlian bermain musik dan talenta lain.  Perhatikan!  Semua anak Tuhan tanpa terkecuali, besar atau kecil, tua atau muda, pendeta atau bukan, sekolah Alkitab atau tidak, punya tugas dan kewajiban untuk melayani Tuhan dan turut ambil bagian dalam pelebaran kerajaan Allah di muka bumi ini.  Jadi tidak ada batasannya karena tingkat pelayanan masing-masing orang berbeda, dari yang paling sederhana hingga yang paling besar tanggung jawab serta konsekuensinya di hadapan Tuhan dan juga manusia.

     Salah satu contohnya adalah Amos.  Siapakah Amos?  Amos adalah orang biasa yang hanya berprofesi sebagai peternak dan juga pemungut buah ara di hutan.  Meski demikian, bukanlah halangan bagi dia untuk dipakai Tuhan menjadi alatNya yang luar biasa.  Amos dipanggil Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang berada di Israel Utara, di mana kejahatan pada waktu itu sangat merajarela dan mereka tidak takut akan Tuhan.  Itulah sebabnya Tuhan mengutus Amos untuk menyampaikan nubuatan-nubuatan tentang penghukuman atas mereka.  Nama  'Amos'  sendiri berarti  'yang diangkat atau ditopang oleh Tuhan'.  Sesuai dengan namanya, dalam menjalankan tugasnya Amos mendapat topangan langsung dari Tuhan, karena dengan kekuatan sendiri ia pasti tidak akan mampu mengerjakan tugas dari Tuhan ini.

     Dengan penyertaan tangan Tuhan, Amos rela meninggalkan kampung halamannya di Tekoa (Israel Selatan), pergi ke tempat di mana Tuhan telah tunjukkan.  Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak perlu takut atau merasa kecil hati untuk melayani Tuhan.  Ingat, Tuhan tidak pernah memanggil dan memilih seseorang menurut kriteria manusia, tapi Ia melihat hati.

Yang pasti  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  Roma 8:28

Saturday, June 2, 2012

YANG DIPAKAI TUHAN ADALAH....

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2012 -

Baca:  1 Korintus 1:18-31

"Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita."  1 Korintus 1:30

Rasul Paulus menyadari bahwa keberadaannya sebagai pemberita Injil tak lebih sebagai  "...hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah."  (1 Korintus 4:1).  Sebagai seorang hamba, tugasnya hanyalah taat dan tak punya hak untuk menuntut;  baginya, dipercaya sebagai pemberita Injil sudah merupakan anugerah yang luar biasa, karena itulah kepercayaan ini tidak pernah disia-siakannya.  Setiap kita adalah hamba-hamba Tuhan dan kita punya kesempatan untuk dipakai Tuhan seperti Rasul Paulus.

     Siapa yang Tuhan pakai?  Pertama, Tuhan akan memakai orang-orang yang setia.  Tuhan sangat memperhatikan orang-orang yang setia mengerjakan perkara-perkara kecil.  Contohnya adalah Daud.  Sebelum menjadi raja, Daud hanyalah seorang penggembala domba yang jumlahnya hanya 2-3 ekor, tapi ia begitu setia mengerjakan tugas itu.  Banyak orang maunya langsung memulai perkara-perkara besar tapi tidak suka dan tidak setia mengerjakan perkara-perkara kecil.  Justru orang yang telah teruji kesetiaannya dalam mengerjakan perkara-perkara kecil pada saatnya akan dipercaya Tuhan untuk perkara-perkara yang lebih besar.  Tertulis,  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10).  Oleh karena itu setialah terhadap perkara apa pun yang dipercayakan Tuhan kepada kita saat ini meski itu perkara-perkara kecil, karena cepat atau lambat Ia akan memberikan upah kepada setiap orang yang setia kepadaNya.

     Kedua, Tuhan memakai orang-orang yang rendah hati yang memberikan segala kemuliaan kepadaNya, yaitu orang yang rela memberikan segenap hidupnya untuk Tuhan tanpa mencari hormat dan pujian dari manusia.  Itulah sebabnya mengapa Tuhan memakai orang-orang yang dipandang kurang berarti oleh dunia supaya jangan ada seorang pun yang memegahkan diri di hadapan Tuhan dan manusia, yaitu orang-orang yang mau dibentuk, dibersihkan dan dipotong, karena tidak ada seorang pun bisa langsung siap dipakai Tuhan tanpa melalui proses.

Mari sabar saat Ia membentuk kita, karena rencanaNya selalu sempurna atas kita!

Friday, June 1, 2012

DARI BIASA MENJADI LUAR BIASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juni 2012 -

Baca:  Efesus 3:14-21

"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  Efesus 3:20

Banyak dari kita yang berpikir Tuhan hanya memakai orang-orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau pintar, kaya dan kuat saja untuk Ia pakai sebagai kemuliaanNya.  Lalu, kita yang merasa diri sebagai orang yang biasa-biasa saja dan tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan, menjadi rendah diri dan merasa tidak layak di hadapan Tuhan.  Perhatikan ayat ini:  "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah."  (1 Korintus 1:27-29).  Justru orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh dunia dan orang-orang  "biasa"  dapat dipakai Tuhan secara ajaib, karena  "...Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan,"  Jadi kita pun dapa melakukan perkara-perkara besar dan ajaib asal kita percaya bahwa Tuhan sanggup memakai hidup kita menurut kuasaNya.

     Tokoh-tokoh besar seperti Abraham, Musa, Daud, Gideon, Yosua dan lain-lain adalah orang-orang biasa yang dipakai dan diurapi Tuhan menjadi orang-orang yang luar biasa.  Tuhan tidak mencari orang-orang yang mampu, kuat atau pintar, tetapi Dia mencari orang yang mau, yaitu mau untuk diproses dan dibentuknya menjadi bejanaNya yang mulia dan berharga.  Saat ini Tuhan sedang mencari orang-orang yang mengasihi Dia dengan sungguh, memiliki hati yang benar dan memiliki tekad untuk memberi yang terbaik bagiNya.  Manusia melihat penampilan luar seseorang dan apa yang terlihat secara kasat mata, tetapi Tuhan melihat hati  (baca 1 Samuel 16:7). 

     Jika saat ini Tuhan memilih dan mengurapi kita menjadi alatNya, itu semata-mata karena anugerahNya.  Karena itu jangan ada yang membanggakan diri atau menyombongkan diri.  Tidak ada alasan sedikit pun bagi kita untuk bermegah.

Tetaplah rendah hati dalam pelayanan, jangan sekali-kali mencari hormat pujian manusia, karena segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan saja!

Thursday, May 31, 2012

ORANG KRISTEN HARUS PUNYA KASIH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Mei 2012 -

Baca:  1 Yohanes 4:1-21 

"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  1 Yohanes 4:8

Tuhan Yesus berkata,  "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."  (Matius 22:37-40).  Itulah sebabnya jika kita menguasai semua hukum atau ajaran Kristen tapi kita kehilangan kasih sebagai inti dan yang utama, maka semua yang kita miliki dan semua yang kita lakukan tidak ada artinya sama sekali.  Bila saat ini yang kita pikirkan hanyalah diri sendiri, kesibukan kita, kesenangan kita tanpa kita mau mempedulikan orang lain yang sangat membutuhkan uluran tangan kita, ini adalah tanda bahwa kasih kita mulai luntur, dan bisa dipastikan kita tidak lagi mencintai Tuhan dengan sungguh dan terhadap sesama kita.

     Kedua, kasih adalah Allah itu sendiri.  Jadi Allah bukan saja memiliki kasih, tetapi Dia adalah kasih.  Tidak ada sifat yang lebih agung daripada kasih Allah.  Bukti nyata kasih Allah adalah  "...Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Jika kita mengaku bahwa kita adalah anak-anak Allah, kasih harus menjadi bagian hidup kita.  Bukan kasih yang hanya digembar-gemborkan melalui ucapan saja, tapi kasih yang diwujudkan dalam tindakan yang konkrit.  Jika orang Kristen yang tidak memiliki kasih ia telah gagal dalam pengiringannya kepada Tuhan dan sia-sialah kekristenannya.  Ditegaskan:  "...jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."  (1 Yohanes 4:11).  Sudahkah kasih itu terpancar melalui hidup kita?  Ataukah banyak orang sudah terlanjur kecewa karena melihat tidak ada kasih di dalam kita?

     Ketiga, kasih adalah perintah Tuhan.  Dikatakan:  "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."  (Yohanes 13:34).  Karena memiliki kasih itu adalah perintah dari Tuhan, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus taat.

Kasih adalah untuk membuktikan bahwa kita ini adalah murid-murid Yesus;  jika tidak ada kasih di dalam kita, kita tidak layak disebut murid Yesus!

Wednesday, May 30, 2012

ORANG KRISTEN HARUS PUNYA KASIH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2012 -

Baca:  1 Korintus 13:1-13

"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."  1 Korintus 13:13

Jika memperhatikan keadaan yang ada di sekeliling kita, sungguh kaki kita sudah menapak di hari-hari di mana Tuhan segera datang menjemput umatNya.  Berita-berita di surat kabar atau pun tayangan-tayangan televisi menunjukkan betapa dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan:  bencana alam, konflik antargolongan, demonstrasi diwarnai dengan kekerasan dan kebrutalan terjadi di mana-mana, belum lagi kejahatan yang kian merajalela.  Sekarang ini  "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah."  (2 Timotius 3:2-4).  Dunia ini benar-benar telah mengalami krisis, bahkan kehilangan kasih.

     Bagaimana dengan keberadaan orang Kristen sendiri?  Kasih adalah satu aspek yang harus menjadi bagian hidup orang percaya dan itu tidak bisa diganggu gugat.  Jika kasih yang seharusnya terus memancar di tengah-tengah kehidupan orang percaya sudah hilang dan luntur, bisa dibayangkan betapa gelapnya dunia ini, betapa keringnya dunia ini.  Di saat kasih sudah hilang, sudah bisa ditebak, yang muncul adalah sifat egois, sombong, dingin, kejam, manusia tidak lagi punya perasaan dan tidak mau mengerti orang lain.  Sangat menyedihkan jika di antara orang Kristen sendiri sudah tidak memiliki kasih, padahal tugas dan tanggung jawab orang Kristen di tengah dunia ini adalah menjadi berkat dan menunjukkan kasih itu kepada dunia.  Itulah sebabnya Tuhan tak henti-hentinya dan begitu tegas menuntut agar kehidupan orang percaya dipenuhi dengan kasih.  Mengapa?  Pertama, kasih merupakan dasar utama seluruh pengajaran Injil.

Kepada jemaat Korintus Paulus menegaskan:  meskipun seseorang dapat melakukan segala sesuatu, punya karunia yang hebat, dapat menyembuhkan orang sakit, bisa berbahasa malaikat, memiliki pengetahuan dan menguasai isi Alkitab, sudah melayani Tuhan sampai ujung bumi tidak ada arti apa-apa jika ia tidak memiliki kasih.

Tuesday, May 29, 2012

YOHANES PEMBAPTIS: Berani Menyatakan Kebenaran!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2012 -

Baca:  Matius 3:1-12

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  Matius 3:8

Sebagai hamba Tuhan biarlah kita memiliki kerendahan hati dalam pelayanan karena semua itu adalah anugerah Tuhan semata.  Jika dipercaya dan dipakai olehNya, itu bukan karena kuat dan gagah kita, bukan karena kita pintar dan bukan karena kita kaya.  Jadi tidak ada alasan sedikit pun untuk kita menjadi sombong, apalagi sampai mencari hormat dan pujian dari manusia.  Tugas kita adalah menyatakan kebenaran dan membawa umat kepada pertobatan.

     Sarana dan prasana di mana seseorang berkhotbah itu tidak penting.  Buktinya Yohanes pembaptis tidak berkhotbah di tempat-tempat yang besar atau gereja yang megah, tapi justru berkhotbah di padang gurun Yudea.  Baginya yang penting adalah menyelesaikn tugas dan misinya bagi Kerajaan Sorga.  Tuhan Yesus sendiri  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7), demi menyelesaikan tugas dari Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib.  Dalam pelayanan pun Yohanes pembaptis adalah seorang yang tegas.  Dia berkata,  "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"  (Matius 3:2).  Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak takut untuk menyerukan supaya semua orang bertobat;  ia tidak takut menelanjangi dosa-dosa manusia;  ia tidak takut menegakkan kebenaran Injil, sebab jika manusia tidak segera bertobat mereka akan mengalami kebinasaan kekal, sebab  "...upah dosa ialah maut;  tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Satu-satunya jalan memperoleh keselamatan kekal adalah percaya kepada Yesus Kristus, bukan yang lain, karena Dialah satu-satunya jalan keselamatan itu.  Tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

     Bukankah kita seringkali takut dan malu menyerukan kata pertobatan?  Kita tidak berani menyinggung dosa secara terang-terangan karena kita takut dibenci dan dijauhi oleh teman atau rekan bisnis.  Jika dengan tegas menegur dosa, kita takut tidak diundang lagi untuk berkhotbah sehingga isi khotbah kita pun hanyalah berbicara tentang berkat, berkat dan berkat.

Jangan pernah takut menyerukan kebenaran Injil karena Roh Kudus turut bekerja dan menyertai kita!

Monday, May 28, 2012

YOHANES PEMBAPTIS: Pribadi yang Rendah Hati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2012 -

Baca:  Matius 3:1-12

"Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."  Matius 3:3

Alkitab menyatakan bahwa Yohanes pembaptis memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus (sepupu) karena ibunya (Elisabet) masih ada hubungan kekerabatan (sepupu pula) dengan Maria (ibu Yesus).  Selain itu kelahiran Yohanes pembaptis juga ajaib dan mengherankan sebab ia dilahirkan dari seorang wanita yang sebenarnya mandul.  Juga ketika ia berada dalam kandungan, ayahnya mendadak menjadi bisu, dan baru dapat berbicara ketika ia lahir.

     Sesungguhnya ada banyak alasan bagi Yohanes untuk membanggakan diri atau menjadi seorang yang 'besar'.  Namun Yohanes tidak melakukan itu, ia tetaplah seorang yang rendah hati.  Padahal ia adalah pembuka jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat yang sudah dinubuatkan sejak zaman nabi Yesaya (baca Yesaya 40:3).  Yohanes berkata,  "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." (Matius 3:11).  Simak pula pernyataan Yohanes,  "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  (Yohanes 3:30).  Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes tidak haus pujian atau ingin dihormati, ia tetap menempatkan Yesus sebagai yang utama dan terbesar.  Dialah yang patut ditinggikan dan diagungkan, bukan dirinya.

     Yohanes pembaptis telah memberikan teladan yang luar biasa bagi setiap orang percaya, terlebih lagi bagi para pelayan Tuhan bagaimana memiliki hati hamba dan rendah hati.  Seringkali ketika seseorang sudah dipercaya untuk melayani Tuhan, hatinya mulai berubah.  Apalagi yang sudah menyandang predikat 'hamba Tuhan' dengan 'jam terbang' yang sudah tinggi, penuh urapan dan terkenal.  Kita mulai membusungkan dada sehingga dalam hal pelayanan kita pun pilih-pilih, bahkan berani memasang bandrol alias pasang tarif:  mau melayani asal fasilitas yang disediakan sesuai dengan yang dikehendaki.  Kita sudah lupa dengan esensi seorang 'hamba':  tugas seorang hamba adalah untuk melayani, bukan dilayani.

Tuhan Yesus berkata,  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu,"  Matius 20:26b-27

Sunday, May 27, 2012

INJIL ADALAH PENGHARAPAN ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2012 -

Baca:  Kolose 1:15-23

"Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya."  Kolose 1:23

Sungguh ironis jika orang Kristen meninggalkan imannya dan berpaling kepada ilah lain.  Mereka menukar Tuhan Yesus dengan jabatan, harta kekayaan, ketenaran, jodoh dan sebagainya.  Sekian lama mengiring Tuhan, masakan mereka tidak tahu tentang pengharapan yang terkandung di dalam Injil?  Tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

     Jadi, kita yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus telah memiliki kepastian keselamatan dan kehidupan yang kekal.  Hal ini seharusnya menjadi pengharapan yang kokoh bagi kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini.  Karena itu kita tidak perlu takut dan kuatir akan hidup kita.  Masalah, penderitaan, tantangan dan cobaan hidup hendaknya tidak membuat kita menyerah dan putus asa, lalu berpaling dari Injil.  Tetapi justru kita harus tetap taat dan mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (baca Filipi 2:12), karena "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."  (Roma 8:18).

     Inilah pengharapan iman di dalam Kristus yaitu kepastian kehidupan kekal.  Karena kepastian hidup kekal itu ada di dalam Yesus Kristus, maka Injil harus terus diberitakan ke seluruh penjuru bumi.  Itulah sebabnya, rasul Paulus tidak pernah berhenti untuk memberitakan Injil meski harus menghadapi penderitaan dan membayarnya dengan nyawa.  Rasul Paulus juga tak henti-hentinya memberi semangat kepada Timotius dan Titus untuk tetap kuat dan tidak setengah-setengah dalam melayani Tuhan.  Tertulis:  "Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah."  (2 Timotius 1:8) dan "Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu."  (Titus 2:15a).

Injil adalah berita tentang pengharapan kepastian kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus;  karena itu jangan sekali-kali menolak Injil apalagi melecehkannya, kita akan menyesal di kemudian hari.

Saturday, May 26, 2012

BERKORBAN UNTUK TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2012 -

Baca:  1 Timotius 1:12-17

"Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku--"  1 Timotius 1:12

Mengapa kita harus mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan?  Karena tubuh kita ini adalah milik Tuhan dan  "...kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:20).

     Jangan tunda-tunda waktu lagi untuk melayani Tuhan.  Banyak dari kita enggan terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan karena berbagai alasan.  Sementara, waktu kita habiskan untuk bekerja, jalan-jalan dengan keluarga ke luar kota, shopping atau ke salon berjam-jam yang masih bisa kita sempatkan.  Atau mungkin kita berkata,  "Maaf aku sangat sibuk, nanti saja kalau ada waktu luang.  Melayani Tuhan nanti saja, kalau saya sudah menikah.  Ah, terlibat dalam pelayanan itu tak penting, toh aku sudah rajin ibadah di hari Minggu."  Namun justru di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat kita harus giat dalam perkara-perkara rohani.  "...selama masih siang;  akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).  Banyak hal yang bisa kita kerjakan untuk Tuhan.  Mungkin kita tidak bisa berkhotbah, suara kita fals dan tidak mungkin menjadi worship leader.  Namun mungkin kita bisa menjadi singer, anggota paduan suara, usher, tim pendoa syafaat dan sebagainya.  Jika kita tidak juga punya waktu untuk itu, kita yang diberkati Tuhan lebih dapat mempersembahkan uang kita untuk membantu pekerjaan Tuhan, menjadi donatur untuk siswa-siswi sekolah teologia, memberkati hamba-hamba Tuhan di desa-desa terpencil dan lain-lain.

     Mempersembahkan hidup kepada Tuhan juga berarti kita mematikan segala keinginan daging kita dan mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus, supaya persembahan hidup kita ini berkenan kepada Tuhan dan dapat dipakai sebagai senjata kebenaran  (baca Roma 6:13).  Karena itu perbuatan daging dan hal-hal duniawi yang ada dalam diri kita harus benar-benar mati,  "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,"  (Galatia 6:8).  Ingat!  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Ada harga yang harus kita bayar!  Di akhir zaman ini kita jangan main-main lagi dengan dosa.

Marilah kita menjaga hidup kita tetap kudus dan tidak bercela sebagai persembahan terbaik kita bagi Tuhan!

Friday, May 25, 2012

BERKORBAN UNTUK TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Mei 2012 -

Baca:  1 Tawarikh 29:10-19

"Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas."  1 Tawarikh 29:17a

Daud adalah salah satu tokoh besar di dalam Alkitab yang begitu mengasihi Tuhan.  Ratusan pasal yang termuat dalam Mazmur itu adalah bukti betapa ia sangat karib dengan Tuhan dan mengasihi Dia dengan segenap hati.

     Bukti lain betapa kasih Daud kepada Tuhan adalah ketika Salomo hendak membangun Bait Suci.  Ia dengan sukarela dan tulus ikhlas mempersembahkan harta miliknya untuk membantu pekerjaan Tuhan ini.  Daud berkata,  "... karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni..."  (1 Tawarikh 29:3-4).  Begitu pula dari pemimpin-pemimpin lainnya terkumpul 5.000 talenta emas dan 10.000 talenta perak, belum termasuk persembahan-persembahan lainnya.  Bayangkan, persembahan yang demikian besarnya diserahkan untuk pembangunan rumah Tuhan dengan sukarela, tulus ikhlas, bahkan dengan sukacita.  Persembahan seperti inilah yang berkenan kepada Tuhan, karena Dia  "...mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).  Mereka sadar betapa Ia mengasihi umat Israel dengan menuntun nenek moyang mereka keluar dari Mesir, berjalan di padang gurun dengan mujizat-mujizatNya yang ajaib hingga sampai ke Tanah Perjanjian  (Kanaan).  Sudah seharusnya jika mereka membalas kasih Tuhan itu dengan apa yang mereka miliki.

     Mungkin saat ini kita berpikir,  "Saya tidak punya harta atau materi yang bisa kupersembahkan untuk Tuhan.  Apa yang bisa kuberikan untuk Tuhan?"  Jangan pernah berpikir bahwa yang dapat kita pesembahkan kepada Tuhan itu hanyalah berkaitan dengan harta, materi atau uang.  Banyak hal yang dapat kita persembahkan kepada Tuhan sebagai wujud kasih kita kepadaNya.  Tertulis:  "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:  itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Kita dapat memberikan hidup kita untuk Tuhan.  Waktu, tenaga dan juga talenta yang kita miliki dapat kita persembahkan melalui pelayanan di gereja kita masing-masing.

Masih banyak orang Kristen yang menolak untuk melayani Tuhan!

Thursday, May 24, 2012

PEMIMPIN ROHANI: Harus Memberi Teladan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2012 -

Baca: 1 Timotius 3:1-7

"Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis."  1 Timotius 3:7

Menjadi berkat bagi orang lain adalah syarat mutlak bagi seorang pemimpin rohani.  Karena itulah kita mempunyai tugas menunjukkan prinsip-prinsip hidup ilahi secara nyata kepada orang lain sehingga mereka melihat bahwa kehidupan orang Kristen itu baik dan memiliki perilaku yang bersih.  Dikatakan pula bahwa seorang pemimpin rohani haruslah  "seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.  Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?"  (ayat 4-5).  Artinya, ia harus dapat mengatur rumah tangganya dengan baik:  dapat mendidik anak-anak untuk memiliki rasa takut akan Tuhan dan juga punya rasa hormat kepada orangtua.  Salomo menasihatkan,  "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.  Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu."  (Amsal 29:15, 17).

     Jika seseorang tidak tahu bagaimana mengatur rumah tangganya, bagaimana mungkin ia bisa mengatur jemaat?  Mengatur rumah tangga yang dimaksud bukan berbicara tentang bagaimana ia menerapkan aturan-aturan yang keras, ketat dan otoriter, tetapi bagaimana ia sebagai pemimpin mampu membimbing, memperlakukan dan juga mengarahkan seisi keluargaya dengan kasih Kristus.  Di samping itu seorang pemimpin rohani  "Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis."  (1 Timotius 3:6).  Seorang pemimpin rohani haruslah orang yang sudah memiliki pengalaman alias punya  "jam terbang"  tinggi, terbukti kemampuannya dan telah teruji kesetiaan dan ketekunannya melalui proses waktu.  Itulah sebabnya rasul Paulus melarang untuk menempatkan seseorang yang masih baru pada posisi kepemimpinan.  Ia harus ditempa dan dipersiapkan terlebih dahulu melalui ujian demi ujian supaya karakternya benar-benar kuat, dan yang lebih penting lagi dia harus dewasa secara rohani.  Jika tidak, itu akan sangat berbahaya!

     Tanpa persiapan yang matang seorang pemimpin akan mudah menjadi sombong dan membanggakan diri sendiri.

Pemimpin rohani yang benar selalu menjadi teladan dalam segala hal dan teguh mengerjakan panggilan Tuhan!

Wednesday, May 23, 2012

PEMIMPIN ROHANI: Harus Memberi Teladan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2012 -

Baca:  1 Timotius 3:1-7

"Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."  1 Timotius 3:1

Menjadi seorang pemimpin ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah, terlebih lagi menjadi seorang pemimpin rohani atau pemimpin gereja.  Seorang pemimpin rohani  "...Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,"  (ayat 2-3).  Artinya ia haruslah seorang yang bisa menjadi teladan dalam segala hal.  Menjadi teladan berarti memiliki perilaku yang sangat baik sehingga tidak ada alasan bagi orang lain untuk menuduhkan suatu kesalahan atau memberikan dakwaan apa pun terhadap dirinya.

     Seseorang tidak layak menempati posisi sebagai pemimpin dan mengajar orang lain bagaimana seharusnya menjalani hidup dengan benar apabila ia sendiri tidak menunjukkan tingkah laku yang benar dan rohani.  Karena itu jika kita berkeinginan untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus menjadi teladan bagi orang lain terlebih dahulu.  Orang lain akan mentertawakan kita jika kita begitu getol mengajar orang lain untuk hidup benar sedangkan kita sendiri masih hidup dalam ketidakbenaran.  Bukankah kita justru akan menjadi batu sandungan bagi orang lain?  Jika demikian, kita ini  "setali tiga uang"  dengan kehidupan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi:  mereka paham firman Tuhan dan mengajar orang lain bagaimana hidup benar tetapi mereka sendiri tidak hidup dalam kebenaran, sehingga Tuhan Yesus sangat mengecam keras kehidupan mereka dan menyebutnya sebagai orang-orang munafik,  "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.  Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:27-28).

     Seorang pemimpin rohani bukan hanya fasih bicara tapi perlu mengoreksi diri apakah perkataannya sesuai dengan perbuatannya.  Jika tidak, mereka tidak layak menjadi seorang pemimpin.

"Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  1 Timotius 4:12b

Tuesday, May 22, 2012

TERBEBAS DARI RASA KUATIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2012 -

Baca: Filipi 4:1-9

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  Filipi 4:6

Seringkali kita berpikir bahwa memiliki kekuatiran adalah hal yang biasa, wajar dan normal bagi kehidupan manusia.  Namun bagi kehidupan orang percaya hal itu tidak seharusnya terjadi, karena kekuatiran adalah salah satu bentuk penjajahan Iblis.  Kekuatiran membuat seseorang larut dalam kesedihan, murung sehingga sukacita dan damai sejahtera menjadi hilang.  Ingat, ketika kita kuatir berarti kita sedang meragukan kuasa Tuhan.  Kebenarannya adalah Tuhan tidak pernah memberikan roh yang mendatangkan kekuatiran dalam hidup orang percaya.  Normalnya, hidup seorang Kristen adalah hidup yang terbebas dari rasa kuatir.  Itulah sebabnya rasul Paulus menasihatkan,  "Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran."  (1 Korintus 7:32a).  Mana mungkin kita hidup tanpa rasa kuatir?  Tidak ada perkara yang mustahil!  Asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.

     Tuhan Yesus berkata,  "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"  (Matius 6:25).  Karena itu  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Jadi terbebas dari rasa kuatir adalah pilihan hidup karena kekuatiran itu adalah serangan.  Dengan kata lain, ketika serangan kekuatiran itu datang, dan tidak kita lawan, ia akan menjajah dan mengintimidasi kita.  Karena itu ketika serangan kekuatiran itu datang kita harus bertindak dan melawannya dengan percaya kepada Tuhan.

     Mengapa kita tidak boleh kuatir?  Karena itu merupakan perintah Tuhan dan kita pun harus mentaatinya.  Bukankah firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan kita untuk tidak kuatir?  Di dalam Amsal 12:25a dikatakan,  "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kekuatiran sama sekali tidak mendatangkan kebaikan atau keuntungan bagi hidup kita, sebaliknya, malah merugikan.  Jadi kekuatiran itu sama sekali tidak ada gunanya.

Buang semua kekuatiran karena kita memiliki Bapa yang sanggup memelihara hidup kita dan tidak pernah meninggalkan kita!