Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2011 -
Baca: 1 Timotius 6:11-16
"Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." 1 Timotius 6:14
Tuhan memanggil kita untuk menjadi alat kemuliaaNya di bumi, artinya hidup kita harus mencerminkan kemuliaan Kristus dengan mempraktekkan firman dan tegas terhadap dosa, serta berani melawan semua hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Inilah yang disebut panggilan hidup Kristen sebagaimana disampaikan rasul Paulus kepada Timotius.
Hal-hal apa saja yang harus kita lakukan untuk memenuhi panggilan hidup kita sebagai seorang Kristen? Pertama, kita harus menjauhi keinginan-keinginan duniawi yang sia-sia, yaitu segala jenis ketamakan, cinta harta dan uang, percekcokan dan gosip (ayat 4-5). Kita harus menjauhi perbuatan-perbuatan daging yang merusak kehidupan rohani kita, seperti "...percabulan, kecemaran, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a), karena keinginan-keinginan daging itu berlawanan dengan jiwa (baca 1 Petrus 2:11).
Rasul Paulus juga mengharapkan agar Timotius senantiasa mencukupkan diri dengan apa yang ada, tidak terfokus kepada materi atau hal-hal yang fana seperti yang dilakukan Paulus: "...aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan." (Filipi 4:11-12a), sebab di zaman sekarang ini banyak orang silau akan gemerlap dunia ini. Yang ada di pikiran adalah bagaimana memiliki harta kekayaan atau uang yang banyak. Tidak sedikit orang menjadi tamak dan individualistis, tidak peduli akan kesusahan atau kesulitan orang lain. Firman Tuhan menegaskan, "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:11).
Kedua, kejarlah perkara-perkara rohani yaitu "...keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Paulus mengibaratkan hidup ini sebagai arena pertandingan iman. Jadi kita harus berjuang dan bertanding dengan sungguh-sungguh karena tantangan dan ujian yang ada di depan kita semakin berat. Dan itu adalah proses ujian iman bagi kita. Jangan tunda-tunda waktu lagi, mari kita kerjakan panggilan hidup kita.
Bagaimana kita menjalani hidup saat ini akan menentukan apa yang akan kita raih kelak!
Sunday, January 16, 2011
Saturday, January 15, 2011
TUGAS DAN PEKERJAAN IBLIS: Menghancurkan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2011 -
Baca: 1 Tesalonika 2:13-20
"Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami." 1 Tesalonika 2:18
Hidup Kristen tindaklah mudah karena setiap saat kita harus memiliki kesiapan untuk berperang. Tapi peperangan yang kita hadapi bukanlah peperangan secara fisik, melainkan peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Kita tahu bahwa hari-hari ini adalah sangat jahat, di mana Iblis sedang berjuang keras untuk menipu, mengelabui dan menghancurkan manusia, karena memang dia (Iblis) adalah pendusta dan sangat ahli dalam hal menyamar. Oleh karenanya kita harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak terpedaya oleh tipu muslihat Iblis.
Tujuan utama Iblis adalah ingin memisahkan hidup manusia dari kasih Tuhan dan berusaha untuk mencuri firman dari kehidupan oang percaya. Seperti dalam perumpamaan tentang penabur, dikatakan bahwa "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (Markus 4:15). Tak bisa dibayangkan bila seseorang hidupnya menjauh dari Tuhan dan tidak lagi menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan dalam hidup, pastilah ia akan hancur. Memang itulah yang diingini Iblis atas hidup manusia mengalami kehancuran dan kebinasaan kekal! Tidak hanya itu, Iblis juga berusaha untuk mendakwa orang-orang percaya, siang dan malam, sehingga kita pun mulai meragukan status kita sebagai anak-anak Tuhan. Akibatnya kita semakin bimbang dan tidak lagi percaya akan janji firmanNya. Ada masalah sedikit saja kita langsung bersungut-sungut, marah dan menyalahkan Tuhan, lalu meninggalkanNya.
Di akhir zaman ini, di mana kesulitan demi kesulitan terjadi, adalah waktu yang tidak disia-siakan Iblis. Ia akan menyamar sebagai dewa penolong bagi manusia dengan menawarkan hal-hal yang indah dan gemerlap dari dunia ini, termasuk di dalamnya harta dan pangkat, sehingga banyak orang berduyun-duyun datang untuk meminta pertolongan kepadanya sehingga pikiran manusia hanya terfokus hal-hal duniawi.
Mari kita berjaga-jaga dan berdoa setiap waktu, supaya kita tidak masuk dalam perangkap Iblis!
Baca: 1 Tesalonika 2:13-20
"Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami." 1 Tesalonika 2:18
Hidup Kristen tindaklah mudah karena setiap saat kita harus memiliki kesiapan untuk berperang. Tapi peperangan yang kita hadapi bukanlah peperangan secara fisik, melainkan peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Kita tahu bahwa hari-hari ini adalah sangat jahat, di mana Iblis sedang berjuang keras untuk menipu, mengelabui dan menghancurkan manusia, karena memang dia (Iblis) adalah pendusta dan sangat ahli dalam hal menyamar. Oleh karenanya kita harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak terpedaya oleh tipu muslihat Iblis.
Tujuan utama Iblis adalah ingin memisahkan hidup manusia dari kasih Tuhan dan berusaha untuk mencuri firman dari kehidupan oang percaya. Seperti dalam perumpamaan tentang penabur, dikatakan bahwa "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (Markus 4:15). Tak bisa dibayangkan bila seseorang hidupnya menjauh dari Tuhan dan tidak lagi menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan dalam hidup, pastilah ia akan hancur. Memang itulah yang diingini Iblis atas hidup manusia mengalami kehancuran dan kebinasaan kekal! Tidak hanya itu, Iblis juga berusaha untuk mendakwa orang-orang percaya, siang dan malam, sehingga kita pun mulai meragukan status kita sebagai anak-anak Tuhan. Akibatnya kita semakin bimbang dan tidak lagi percaya akan janji firmanNya. Ada masalah sedikit saja kita langsung bersungut-sungut, marah dan menyalahkan Tuhan, lalu meninggalkanNya.
Di akhir zaman ini, di mana kesulitan demi kesulitan terjadi, adalah waktu yang tidak disia-siakan Iblis. Ia akan menyamar sebagai dewa penolong bagi manusia dengan menawarkan hal-hal yang indah dan gemerlap dari dunia ini, termasuk di dalamnya harta dan pangkat, sehingga banyak orang berduyun-duyun datang untuk meminta pertolongan kepadanya sehingga pikiran manusia hanya terfokus hal-hal duniawi.
Mari kita berjaga-jaga dan berdoa setiap waktu, supaya kita tidak masuk dalam perangkap Iblis!
Friday, January 14, 2011
KALEB: Kesetiaan yang Beroleh Upah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2011 -
Baca: Yosua 14:10-15
"Jadi sekarang, sesungguhnya Tuhan telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya." Yosua 14:10a
Banyak orang suka sekali membangga-banggakan dan memegahkan diri sendiri, entah itu tentang prestasinya, keberhasilan usahanya, keluarganya, harta kekayaannya, mobilnya yang mewah, anak-anaknya dan sebagainya. Firman Tuhan tegas menyatakan, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11-11a). Tidak seharusnya kita bermegah tentang diri kita sendiri, "tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia,..." (Yeremia 9:24).
Inilah yang dilakukan Kaleb: ia menceritakan tentang Tuhan, bukan keberhasilan dan kesuksesannya. Kaleb tidak membanggakan kehebatan masa lalunya, tapi ia senantiasa mengarahkan pandangannya pada kesetiaan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. Selama 45 tahun Kaleb mengalamai pemeliharaan Tuhan, sejak ia masih muda hingga di masa tuanya. Kaleb berkata, "pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:11). Tuhan sangat menghargai orang yang senantiasa menceritakan pribadiNya. Memuliakan nama Tuhan dan menceritakan perbuatan-perbuatanNya yang besar adalah tugas dan komitmen kita sebagai orang percaya. Fokus hidup Kaleb mengacu pada janji Tuhan dan dia percaya bahwa "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:21). Yosua benar-benar bangga terhadap iman Kaleb, dan atas nama Tuhan Yosua memberkati Kaleb. Ini sebagai upah dari ketekunan dan kesetiaan Kaleb selama ini.
Kehidupan Kaleb ini menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun kita. Usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk melayani Tuhan. Hal ini sudah ditunjukkan Kaleb; di usia yang tidak muda lagi ia tidak menjadi lemah melainkan tetap semangat melayani Tuhan. Jadi tidak ada batas usia atau istilah pensiun dalam hal melayani Tuhan. Oleh karena ketekunan dan kesetiaannya Tuhan juga menyatakan kasih setianya kepada Kaleb. Tuhan memberikan apa yang dijanjikanNya kepada Kaleb.
"Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:24a), asal kita setia kepada Tuhan!
Baca: Yosua 14:10-15
"Jadi sekarang, sesungguhnya Tuhan telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya." Yosua 14:10a
Banyak orang suka sekali membangga-banggakan dan memegahkan diri sendiri, entah itu tentang prestasinya, keberhasilan usahanya, keluarganya, harta kekayaannya, mobilnya yang mewah, anak-anaknya dan sebagainya. Firman Tuhan tegas menyatakan, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11-11a). Tidak seharusnya kita bermegah tentang diri kita sendiri, "tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia,..." (Yeremia 9:24).
Inilah yang dilakukan Kaleb: ia menceritakan tentang Tuhan, bukan keberhasilan dan kesuksesannya. Kaleb tidak membanggakan kehebatan masa lalunya, tapi ia senantiasa mengarahkan pandangannya pada kesetiaan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. Selama 45 tahun Kaleb mengalamai pemeliharaan Tuhan, sejak ia masih muda hingga di masa tuanya. Kaleb berkata, "pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:11). Tuhan sangat menghargai orang yang senantiasa menceritakan pribadiNya. Memuliakan nama Tuhan dan menceritakan perbuatan-perbuatanNya yang besar adalah tugas dan komitmen kita sebagai orang percaya. Fokus hidup Kaleb mengacu pada janji Tuhan dan dia percaya bahwa "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:21). Yosua benar-benar bangga terhadap iman Kaleb, dan atas nama Tuhan Yosua memberkati Kaleb. Ini sebagai upah dari ketekunan dan kesetiaan Kaleb selama ini.
Kehidupan Kaleb ini menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun kita. Usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk melayani Tuhan. Hal ini sudah ditunjukkan Kaleb; di usia yang tidak muda lagi ia tidak menjadi lemah melainkan tetap semangat melayani Tuhan. Jadi tidak ada batas usia atau istilah pensiun dalam hal melayani Tuhan. Oleh karena ketekunan dan kesetiaannya Tuhan juga menyatakan kasih setianya kepada Kaleb. Tuhan memberikan apa yang dijanjikanNya kepada Kaleb.
"Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:24a), asal kita setia kepada Tuhan!
Thursday, January 13, 2011
EZRA: Kepercayaan Raja
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2011 -
Baca: Ezra 7:1-28a
"Ia (Ezra) adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel." Ezra 7:6b
Siapakah Ezra? Dia adalah salah satu dari orang-orang Israel yang dibuang di Babel. Menjadi orang buangan tidak selamanya hopeless, ada saatnya di mana Tuhan sanggup mengangkat dan memulihkan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).
Ezra, dari seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja. Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. Apakah tidak ada orang lain yang lebih terhormat yang bisa diutus raja? Tentunya raja Artahsasta tidak salah pilih. Kalau tidak memiliki reputasi yang baik mustahil raja mengutus Ezra. Mengapa Ezra begitu istimewa di mata raja Artahsasta? Meski sebagai orang buangan di Babel ia memiliki kehidupan yang berbeda, seorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan. Itulah sebabnya "...raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia." (Ezra 7:6c).
Memiliki hidup yang berbeda seperti Ezra adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Ketika orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, Ezra malah bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam. Disebut sebagai ahli Taurat Tuhan karena ketekunannya meneliti Taurat itu (Ezra 7:11,12, 21). Tidak hanya itu, ia tekun mengajar dan mendidik orang-orang buangan di Babel tentang Taurat Tuhan. Ketika diutus ke Yerusalem ia pun membawa juga sebuah kitab Taurat sebagai sumber pengajaran iman. Kehidupan Ezra benar-benar menjadi berkat/kesaksian bagi bangsanya. Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja. Ezra juga menerima kuasa penatalayanan (Ezra 7:17) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Ezra seorang yang takut akan Tuhan; tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari.
Baca: Ezra 7:1-28a
"Ia (Ezra) adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel." Ezra 7:6b
Siapakah Ezra? Dia adalah salah satu dari orang-orang Israel yang dibuang di Babel. Menjadi orang buangan tidak selamanya hopeless, ada saatnya di mana Tuhan sanggup mengangkat dan memulihkan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).
Ezra, dari seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja. Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. Apakah tidak ada orang lain yang lebih terhormat yang bisa diutus raja? Tentunya raja Artahsasta tidak salah pilih. Kalau tidak memiliki reputasi yang baik mustahil raja mengutus Ezra. Mengapa Ezra begitu istimewa di mata raja Artahsasta? Meski sebagai orang buangan di Babel ia memiliki kehidupan yang berbeda, seorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan. Itulah sebabnya "...raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia." (Ezra 7:6c).
Memiliki hidup yang berbeda seperti Ezra adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Ketika orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, Ezra malah bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam. Disebut sebagai ahli Taurat Tuhan karena ketekunannya meneliti Taurat itu (Ezra 7:11,12, 21). Tidak hanya itu, ia tekun mengajar dan mendidik orang-orang buangan di Babel tentang Taurat Tuhan. Ketika diutus ke Yerusalem ia pun membawa juga sebuah kitab Taurat sebagai sumber pengajaran iman. Kehidupan Ezra benar-benar menjadi berkat/kesaksian bagi bangsanya. Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja. Ezra juga menerima kuasa penatalayanan (Ezra 7:17) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Ezra seorang yang takut akan Tuhan; tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari.
Wednesday, January 12, 2011
SAUL: Merosot dan Hancur
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2011 -
Baca: 1 Samuel 28:1-20
"Dan Saul bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi." 1 Samuel 28:6
Tuhan menyediakan berkat dan pemulihan bagi anak-anakNya, dan secara terperinci berkat-berkat itu bisa kita baca dalam Ulangan 28:1-14, salah satunya adalah: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,..." (Ulangan 28:13). Banyak orang Kristen yang mengklaim janji Tuhan ini tanpa memperhatikan lebih dahulu kelanjutan ayatnya: "...apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14).
Saul adalah salah satu contoh orang yang justru menglami kemunduran atau kemerosotan dalam hidupnya. Sebelumnya, Saul adalah seorang raja Israel yang diurapi Tuhan. Tapi sayang, pemerintahannya tidak langgeng. Penyebabnya adalah ketidaktaatan Saul sendiri; ia telah menyimpang dari kehendak Tuhan sehingga Tuhan pun menolak dia sebagai raja, dan RohNya pun undur dari dia. Akibatnya tidak ada lagi penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan Saul. Terlebih lagi hati Saul telah berpaling dari Tuhan. Pada saat melihat bahwa tentara Filistin berkumpul di dekat Sunem untuk menyerang Israel, Saul menjadi sangat takut dan gemetar. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawab. Saul menjadi sangat panik, apalagi Samuel sudah meninggal dunia sehingga tidak ada petunjuk dari Tuhan untuk menghadapi orang Filistin tersebut. Di tengah kekalutannya Saul mengambil jalan pintas dengan bertanya kepada dukun agar dipanggilkan arwah. Saul tidak sabar menantikan Tuhan bertindak. Jelas bahwa apa yang dilakukan Saul ini merupakan kekejian bagi Tuhan! Akibatnya, perlahan tapi pasti, hidup Saul semakin merosot dan menjadi hancur.
Bukankah banyak orang Kristen yang juga tidak sabar menantikan jawaban dari Tuhan dan mengambil jalan pintas mencari pertolongan kepada manusia (dukun atau paranormal)? Bila Saudara tidak ingin mengalami nasib tragis seperti Saul, mari segera bertobat!
Jangan sampai Tuhan murka, lalu Dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
Baca: 1 Samuel 28:1-20
"Dan Saul bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi." 1 Samuel 28:6
Tuhan menyediakan berkat dan pemulihan bagi anak-anakNya, dan secara terperinci berkat-berkat itu bisa kita baca dalam Ulangan 28:1-14, salah satunya adalah: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,..." (Ulangan 28:13). Banyak orang Kristen yang mengklaim janji Tuhan ini tanpa memperhatikan lebih dahulu kelanjutan ayatnya: "...apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14).
Saul adalah salah satu contoh orang yang justru menglami kemunduran atau kemerosotan dalam hidupnya. Sebelumnya, Saul adalah seorang raja Israel yang diurapi Tuhan. Tapi sayang, pemerintahannya tidak langgeng. Penyebabnya adalah ketidaktaatan Saul sendiri; ia telah menyimpang dari kehendak Tuhan sehingga Tuhan pun menolak dia sebagai raja, dan RohNya pun undur dari dia. Akibatnya tidak ada lagi penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan Saul. Terlebih lagi hati Saul telah berpaling dari Tuhan. Pada saat melihat bahwa tentara Filistin berkumpul di dekat Sunem untuk menyerang Israel, Saul menjadi sangat takut dan gemetar. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawab. Saul menjadi sangat panik, apalagi Samuel sudah meninggal dunia sehingga tidak ada petunjuk dari Tuhan untuk menghadapi orang Filistin tersebut. Di tengah kekalutannya Saul mengambil jalan pintas dengan bertanya kepada dukun agar dipanggilkan arwah. Saul tidak sabar menantikan Tuhan bertindak. Jelas bahwa apa yang dilakukan Saul ini merupakan kekejian bagi Tuhan! Akibatnya, perlahan tapi pasti, hidup Saul semakin merosot dan menjadi hancur.
Bukankah banyak orang Kristen yang juga tidak sabar menantikan jawaban dari Tuhan dan mengambil jalan pintas mencari pertolongan kepada manusia (dukun atau paranormal)? Bila Saudara tidak ingin mengalami nasib tragis seperti Saul, mari segera bertobat!
Jangan sampai Tuhan murka, lalu Dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
Tuesday, January 11, 2011
YOSUA: Setia Kepada Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2011 -
Baca: Yosua 24:14-28
"Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" Yosua 24:15c
Siapakah Yosua? Tentu kita sudah tahu siapa itu Yosua. Guru-guru Sekolah Minggu pun sudah mengajarkan kepada anak didiknya tentang tokoh ini. Yosua adalah salah satu tokoh Alkitab yang luar biasa, berasal dari kaum keturunan orang benar.
Setelah kematian Musa Tuhan berfirman kepada Yosua, "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu." (Yosua 1:2). Mengapa Yosua dipilih Tuhan? Karena "...Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa." (Ulangan 34:9). Dalam Alkitab tercatat bahwa Yosua bin Nun berhasil membawa bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian disertai mujizat Tuhan yang heran. Bahkan tembok Yerikho dapat diruntuhkan dengan caraNya yang sangat mustahil bagi manusia yaitu hanya dengan mengelilingi tembok itu selama enam hari. Lalu di hari yang ketujuh mereka mengelilingi tembok itu sambil bersorak sehingga runtuhlah tembok itu, sehingga bangsa Israel dapat masuk dan merebut kota itu. Bangsa Israel menang tanpa harus berperang karena Tuhan yang menyertainya.
Sebagai umat pilihan Tuhan kita pun bisa mengalami pertolongan dan mujizat seperti yang dialami Yosua. Bila Yosua dapat dipakai secara luar biasa, kita pun bisa dipakai Tuhan, asalkan hidup kita berkenan kepadaNya. Yosua tidak dengan serta merta dipilih Tuhan; ia harus melewati proses pembentukan didikan dari Tuhan. Kesetiaannya telah teruji benar; selama mendampingi Musa ia tidak pernah memberontak, tapi memiliki hati yang taat. Komitmennya untuk melayani Tuhan luar biasa sebagaimana yang dikatakanya di hadapan umat Israel, "Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!" (Yosua 24:16).
Apakah kita setia seperti Yosua? Dalam segala hal Yosua senantiasa mengandalkan Tuhan. Itulah sebabnya langkah hidupnya selalu di tuntun Tuhan. Bahkan Tuhan berjanji, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu,..." (Yosua 1:3).
Alangkah bahagianya kehidupan orang yang berkenan di hadapan Tuhan, apa saja yang diperbuatnya dijadikan berhasil oleh Tuhan!
Baca: Yosua 24:14-28
"Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" Yosua 24:15c
Siapakah Yosua? Tentu kita sudah tahu siapa itu Yosua. Guru-guru Sekolah Minggu pun sudah mengajarkan kepada anak didiknya tentang tokoh ini. Yosua adalah salah satu tokoh Alkitab yang luar biasa, berasal dari kaum keturunan orang benar.
Setelah kematian Musa Tuhan berfirman kepada Yosua, "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu." (Yosua 1:2). Mengapa Yosua dipilih Tuhan? Karena "...Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa." (Ulangan 34:9). Dalam Alkitab tercatat bahwa Yosua bin Nun berhasil membawa bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian disertai mujizat Tuhan yang heran. Bahkan tembok Yerikho dapat diruntuhkan dengan caraNya yang sangat mustahil bagi manusia yaitu hanya dengan mengelilingi tembok itu selama enam hari. Lalu di hari yang ketujuh mereka mengelilingi tembok itu sambil bersorak sehingga runtuhlah tembok itu, sehingga bangsa Israel dapat masuk dan merebut kota itu. Bangsa Israel menang tanpa harus berperang karena Tuhan yang menyertainya.
Sebagai umat pilihan Tuhan kita pun bisa mengalami pertolongan dan mujizat seperti yang dialami Yosua. Bila Yosua dapat dipakai secara luar biasa, kita pun bisa dipakai Tuhan, asalkan hidup kita berkenan kepadaNya. Yosua tidak dengan serta merta dipilih Tuhan; ia harus melewati proses pembentukan didikan dari Tuhan. Kesetiaannya telah teruji benar; selama mendampingi Musa ia tidak pernah memberontak, tapi memiliki hati yang taat. Komitmennya untuk melayani Tuhan luar biasa sebagaimana yang dikatakanya di hadapan umat Israel, "Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!" (Yosua 24:16).
Apakah kita setia seperti Yosua? Dalam segala hal Yosua senantiasa mengandalkan Tuhan. Itulah sebabnya langkah hidupnya selalu di tuntun Tuhan. Bahkan Tuhan berjanji, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu,..." (Yosua 1:3).
Alangkah bahagianya kehidupan orang yang berkenan di hadapan Tuhan, apa saja yang diperbuatnya dijadikan berhasil oleh Tuhan!
Monday, January 10, 2011
HAMBA TUHAN, JANGAN MEMEGAHKAN DIRI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2011 -
Baca: 1 Korintus 9:1-18
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." 1 Korintus 9:16
Banyak yang terjadi di kalangan kita, orang Kristen suka menilai, mengukur atau membanding-bandingkan hamba Tuhan yang melayani di gereja masing-masing. Berbagai faktor digunakan untuk menilai siapakah di antara mereka yang layak disebut sebagai hamba Tuhan yang berhasil, hebat, berpengaruh, banyak karunia, terkenal dan sebagainya.
Bukanlah pada tempatnya bila kita menilai atau mengukur pelayanan seorang hamba Tuhan menurut kriteria kita sendiri. Popularitas, jabatan dan jumlah anggota jemaat yang dilayani oleh seorang hamba Tuhan tidak sepenuhnya menjadi ukuran keberhasilan seorang pelayan Tuhan. Yang berhak untuk menilai dan punya kriteria itu adalah Tuhan, bukan kita, "Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:13b-14). Jadi para hamba Tuhan itu tidak seharusnya dinilai oleh sesamanya manusia yang biasanya punya kecenderungan untuk menghakimi, dan juga tidak boleh menilai diri sendiri, yang mengarah pada kemegahan diri.
Rasul Paulus menyatakan hal yang harus diperhatikan oleh hamba Tuhan supaya pelayanannya dikenan Tuhan. Kata hamba secara harafiah berarti: orang yang berada di bawah perintah; tingkatan para budak yang paling rendah atau hina. Sebagai hamba Tuhan berarti kita adalah hamba-hamba Kristus, artinya di dalam segala hal kita harus tunduk kepadaNya. Paulus, meski sebagai seorang rasul, tidak memegahkan diri; ia tetap menilai dirinya sendiri sebagai seorang hamba, seorang budak hina dari Tuhannya. Kata Paulus, "Karena jika akau memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri." (1 Korintus 9:16a). Harus kita sadari bahwa seorang 'hamba' itu, kapan pun dan di mana pun dia berada selalu berada di posisi terendah, paling sedikit dihargai orang. Nah, karena memberitakan Injil itu adalah sebuah tanggung jawab dan perintah dari Tuan kita (Yesus Kristus), maka tujuan utamanya adalah hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk mencari hormat dan pujian diri sendiri.
Sebagai hamba, bagian kita adalah taat!
Baca: 1 Korintus 9:1-18
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." 1 Korintus 9:16
Banyak yang terjadi di kalangan kita, orang Kristen suka menilai, mengukur atau membanding-bandingkan hamba Tuhan yang melayani di gereja masing-masing. Berbagai faktor digunakan untuk menilai siapakah di antara mereka yang layak disebut sebagai hamba Tuhan yang berhasil, hebat, berpengaruh, banyak karunia, terkenal dan sebagainya.
Bukanlah pada tempatnya bila kita menilai atau mengukur pelayanan seorang hamba Tuhan menurut kriteria kita sendiri. Popularitas, jabatan dan jumlah anggota jemaat yang dilayani oleh seorang hamba Tuhan tidak sepenuhnya menjadi ukuran keberhasilan seorang pelayan Tuhan. Yang berhak untuk menilai dan punya kriteria itu adalah Tuhan, bukan kita, "Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:13b-14). Jadi para hamba Tuhan itu tidak seharusnya dinilai oleh sesamanya manusia yang biasanya punya kecenderungan untuk menghakimi, dan juga tidak boleh menilai diri sendiri, yang mengarah pada kemegahan diri.
Rasul Paulus menyatakan hal yang harus diperhatikan oleh hamba Tuhan supaya pelayanannya dikenan Tuhan. Kata hamba secara harafiah berarti: orang yang berada di bawah perintah; tingkatan para budak yang paling rendah atau hina. Sebagai hamba Tuhan berarti kita adalah hamba-hamba Kristus, artinya di dalam segala hal kita harus tunduk kepadaNya. Paulus, meski sebagai seorang rasul, tidak memegahkan diri; ia tetap menilai dirinya sendiri sebagai seorang hamba, seorang budak hina dari Tuhannya. Kata Paulus, "Karena jika akau memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri." (1 Korintus 9:16a). Harus kita sadari bahwa seorang 'hamba' itu, kapan pun dan di mana pun dia berada selalu berada di posisi terendah, paling sedikit dihargai orang. Nah, karena memberitakan Injil itu adalah sebuah tanggung jawab dan perintah dari Tuan kita (Yesus Kristus), maka tujuan utamanya adalah hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk mencari hormat dan pujian diri sendiri.
Sebagai hamba, bagian kita adalah taat!
Sunday, January 9, 2011
PESAN TUHAN: Taat dan Bersyukurlah!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2011 -
Baca: Ulangan 10:12-22
"Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk." Ulangan 10:16
Adakah di antara kita yang tidak pernah megecap kebaikan Tuhan? Pastilah tak seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Daud juga mengakuinya, "Engkau Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!" (Mazmur 16:2). Sungguh, "Tuhan itu baik kepada semua orang," (Mazmur 145:9a).
Apa yang dialami bangsa Israel menjadi contoh nyata betapa Tuhan itu baik! Saat berjalan keluar meninggalkan negeri perbudakan (Mesir), tak sekali pun dibiarkanNya bangsa itu berjalan sendirian, Tuhan senantiasa menuntun dan menyertai mereka. Ketika mereka harus melewati padang gurun "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (Keluaran 13:21-22). Kebaikan Tuhan tidak hanya sampai di situ, perihal makanan jasmani pun dicukupinya. "Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya,..." (Keluaran 16:35), bahkan sandang pun Dia perhatikan. "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini." (Ulangan 8:4).
Meski telah mengecap kebaikan Tuhan secara luar biasa, bangsa Israel masih sulit mengucap syukur. pandangan mereka hanya terarah pada roti (berkat) atau perkara-perkara lahiriah saja. Ketika mengalami masalah sedikit saja mereka langsung memberontak kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan membawa mereka ke padang gurun untuk proses pendewasaan. Bukannya Tuhan bermaksud jahat atas bangsa ini, tetapi Tuhan hendak mengajar supaya mereka sadar bahwa kehidupan ini bukan hanya urusan perut atau makan minum melulu, tapi ada perkara rohani yang harus diperhatikan karena itu jauh lebih penting, yaitu bagaimana hubungan kita dengan Tuhan dan ketaatan kita melakukan firmanNya. Kadang Tuhan mengijinkan kesulitan dengan segala bentuknya dalam kehidupan kita sebagai bentuk disiplin. Juga melalui setiap kesulitan yang Tuhan ijinkan hadir dalam hidup kita Dia ingin melatih kita untuk benar-benar bergantung kepadaNya saja.
Mari camkan ini: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Matius 4:4
Baca: Ulangan 10:12-22
"Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk." Ulangan 10:16
Adakah di antara kita yang tidak pernah megecap kebaikan Tuhan? Pastilah tak seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Daud juga mengakuinya, "Engkau Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!" (Mazmur 16:2). Sungguh, "Tuhan itu baik kepada semua orang," (Mazmur 145:9a).
Apa yang dialami bangsa Israel menjadi contoh nyata betapa Tuhan itu baik! Saat berjalan keluar meninggalkan negeri perbudakan (Mesir), tak sekali pun dibiarkanNya bangsa itu berjalan sendirian, Tuhan senantiasa menuntun dan menyertai mereka. Ketika mereka harus melewati padang gurun "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (Keluaran 13:21-22). Kebaikan Tuhan tidak hanya sampai di situ, perihal makanan jasmani pun dicukupinya. "Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya,..." (Keluaran 16:35), bahkan sandang pun Dia perhatikan. "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini." (Ulangan 8:4).
Meski telah mengecap kebaikan Tuhan secara luar biasa, bangsa Israel masih sulit mengucap syukur. pandangan mereka hanya terarah pada roti (berkat) atau perkara-perkara lahiriah saja. Ketika mengalami masalah sedikit saja mereka langsung memberontak kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan membawa mereka ke padang gurun untuk proses pendewasaan. Bukannya Tuhan bermaksud jahat atas bangsa ini, tetapi Tuhan hendak mengajar supaya mereka sadar bahwa kehidupan ini bukan hanya urusan perut atau makan minum melulu, tapi ada perkara rohani yang harus diperhatikan karena itu jauh lebih penting, yaitu bagaimana hubungan kita dengan Tuhan dan ketaatan kita melakukan firmanNya. Kadang Tuhan mengijinkan kesulitan dengan segala bentuknya dalam kehidupan kita sebagai bentuk disiplin. Juga melalui setiap kesulitan yang Tuhan ijinkan hadir dalam hidup kita Dia ingin melatih kita untuk benar-benar bergantung kepadaNya saja.
Mari camkan ini: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Matius 4:4
Saturday, January 8, 2011
SUDAHKAH KITA MEMBERI YANG TERBAIK?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2011 -
Baca: Mazmur 4:1-9
"Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada Tuhan." Mazmur 4:6
Kepada umat Israel Tuhan berfirman, "Janganlah engkau mempersembahkan bagi Tuhan, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk; sebab yang demikian adalah kekejian bagi Tuhan Allahmu." (Ulangan 17:1). Di zaman Perjanjian Lama dulu, setiap kali bangsa Israel datang menghadap kepada Tuhan mereka harus selalu membawa persembahan berupa hewan korban. Tetapi tidak sembarang hewan persembahan itu berkenan di hati Tuhan. Jadi mereka harus membawa hewan-hewan yang terbaik: gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.
Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau saat datang menghadap Tuhan. Lalu, apa yang kita bawa kepada Tuhan sebagai persembahan? Persembahan itu adalah hidup kita sendiri seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Maka dari itu kita harus bisa menjaga hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah yang Tuhan kehendaki: suatu kehidupan yang tidak bercacat cela. Yang terbaiklah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita! Dikatakan, "Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24)
Jadi, sebagai balasannya kita juga harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara menyembah Dia dengan segenap hati, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan juga melayani Dia dengan penuh komitmen. Banyak orang Kristen yang datang ke gereja hanya sebagai rutinitas semata, cuma duduk diam, memuji Tuhan tanpa ekspresi dan saat mendengarkan kotbah pun sambil bersenda gurau atau memainkan handphone. Itukah yang dinamakan memberikan yang terbaik?
Memberikan yang terbaik kepada Tuhan berarti tidak "...menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa....Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." Roma 6:13
Baca: Mazmur 4:1-9
"Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada Tuhan." Mazmur 4:6
Kepada umat Israel Tuhan berfirman, "Janganlah engkau mempersembahkan bagi Tuhan, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk; sebab yang demikian adalah kekejian bagi Tuhan Allahmu." (Ulangan 17:1). Di zaman Perjanjian Lama dulu, setiap kali bangsa Israel datang menghadap kepada Tuhan mereka harus selalu membawa persembahan berupa hewan korban. Tetapi tidak sembarang hewan persembahan itu berkenan di hati Tuhan. Jadi mereka harus membawa hewan-hewan yang terbaik: gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.
Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau saat datang menghadap Tuhan. Lalu, apa yang kita bawa kepada Tuhan sebagai persembahan? Persembahan itu adalah hidup kita sendiri seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Maka dari itu kita harus bisa menjaga hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah yang Tuhan kehendaki: suatu kehidupan yang tidak bercacat cela. Yang terbaiklah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita! Dikatakan, "Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24)
Jadi, sebagai balasannya kita juga harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara menyembah Dia dengan segenap hati, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan juga melayani Dia dengan penuh komitmen. Banyak orang Kristen yang datang ke gereja hanya sebagai rutinitas semata, cuma duduk diam, memuji Tuhan tanpa ekspresi dan saat mendengarkan kotbah pun sambil bersenda gurau atau memainkan handphone. Itukah yang dinamakan memberikan yang terbaik?
Memberikan yang terbaik kepada Tuhan berarti tidak "...menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa....Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." Roma 6:13
Friday, January 7, 2011
KETIDAKSETIAAN BANGSA ISRAEL: Menjadi Orang Buangan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2011 -
Baca: 1 Tawarikh 9:1-13
"...sedang orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia." 1 Tawarikh 9:1b
Bangsa Israel adalah bangsa yang paling beruntung dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, karena bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan dan umat kepunyaanNya sendiri. Begitu luar biasanya Tuhan menuntun dan membela umatNya ini. Setiap kali mereka berperang melawan musuh, kemenangan menjadi milik bangsa Israel karena Tuhan ada di pihak mereka. Namun jika kita membaca ayat nas di atas, masa-masa kejayaan bangsa Israel sudah hilang lenyap. Kemegahan, kebesaran dan kejayaan Israel di masa-masa Salomo memerintah sepertinya hilang tak berbekas, tinggal puing-puing kehancuran, padahal pada waktu itu semua bangsa di dunia begitu mengagumi dan menghormatinya. Kini mereka tak berdaya dan takluk di tangan tentara-tentara Babel. Kerajaan Israel menjadi hancur dan semua penduduknya diangkut keluar dari Israel dan menjadi tawanan di Babel. Umat Israel harus menyandang status sebagai orang-orang buangan.
Nasib bangsa Israel kok begitu tragis? Tuhan kok tega melihat umatNya mengalami penderitaan heabat itu? Bukankah Tuhan pernah berkata kepada Musa, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka." ? (Keluaran 3:7). Apakah Tuhan sudah lupa? Di manakah kehebatan dan kuasa Tuhan yang selama ini dinyatakan atas Israel secara ajaib? Alkitab menyatakan bahwa "...orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia."
Bangsa Israel mengalami kehancuran dan dipermalukan oleh bangsa lain karena ulah mereka sendiri. Mereka tidak taat kepada Tuhan, bahkan hati mereka telah condong kepada ilah-ilah lain; padahal Tuhan sudah sangat sabar terhadap mereka, tapi kesabaran Tuhan malah mereka salah-gunakan, bahkan mereka semakin menjauh dari jalan-jalanNya. Berkali-kali Tuhan sudah menegur bangsa Israel tapi tidak membuat mereka bertobat. Sampai-sampai Tuhan menyebut mereka sebagai "...bangsa yang tegar tengkuk." (baca Ulangan 9:13). Karena ketidaksetiaannya, Tuhan meninggalkan mereka, sehingga mereka pun dengan mudah dikalahkan dan ditawan oleh Babel.
Jadilah orang Kristen yang setia kepada Tuhan, jangan memberontak!
Baca: 1 Tawarikh 9:1-13
"...sedang orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia." 1 Tawarikh 9:1b
Bangsa Israel adalah bangsa yang paling beruntung dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, karena bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan dan umat kepunyaanNya sendiri. Begitu luar biasanya Tuhan menuntun dan membela umatNya ini. Setiap kali mereka berperang melawan musuh, kemenangan menjadi milik bangsa Israel karena Tuhan ada di pihak mereka. Namun jika kita membaca ayat nas di atas, masa-masa kejayaan bangsa Israel sudah hilang lenyap. Kemegahan, kebesaran dan kejayaan Israel di masa-masa Salomo memerintah sepertinya hilang tak berbekas, tinggal puing-puing kehancuran, padahal pada waktu itu semua bangsa di dunia begitu mengagumi dan menghormatinya. Kini mereka tak berdaya dan takluk di tangan tentara-tentara Babel. Kerajaan Israel menjadi hancur dan semua penduduknya diangkut keluar dari Israel dan menjadi tawanan di Babel. Umat Israel harus menyandang status sebagai orang-orang buangan.
Nasib bangsa Israel kok begitu tragis? Tuhan kok tega melihat umatNya mengalami penderitaan heabat itu? Bukankah Tuhan pernah berkata kepada Musa, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka." ? (Keluaran 3:7). Apakah Tuhan sudah lupa? Di manakah kehebatan dan kuasa Tuhan yang selama ini dinyatakan atas Israel secara ajaib? Alkitab menyatakan bahwa "...orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia."
Bangsa Israel mengalami kehancuran dan dipermalukan oleh bangsa lain karena ulah mereka sendiri. Mereka tidak taat kepada Tuhan, bahkan hati mereka telah condong kepada ilah-ilah lain; padahal Tuhan sudah sangat sabar terhadap mereka, tapi kesabaran Tuhan malah mereka salah-gunakan, bahkan mereka semakin menjauh dari jalan-jalanNya. Berkali-kali Tuhan sudah menegur bangsa Israel tapi tidak membuat mereka bertobat. Sampai-sampai Tuhan menyebut mereka sebagai "...bangsa yang tegar tengkuk." (baca Ulangan 9:13). Karena ketidaksetiaannya, Tuhan meninggalkan mereka, sehingga mereka pun dengan mudah dikalahkan dan ditawan oleh Babel.
Jadilah orang Kristen yang setia kepada Tuhan, jangan memberontak!
Thursday, January 6, 2011
JANJI TUHAN: Tak Pernah DiingkariNya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2011 -
Baca: Mazmur 119:33-40
"Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu." Mazmur 119:38
Daud memiliki pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Pertolongan, pemulihan, pemeliharaan dan kemenangan senantiasa mengikuti perjalanan hidupnya. Daud menyadari bahwa semua itu karena campur tangan Tuhan! Walaupun demikian, bukan berarti hari-hari Daud bebas dari masalah. Masa-masa yang sangat sulit juga harus dijalaninya, tapi dia tetap meneguhkan hatinya kepada setiap janji Tuhan. Daud berkata, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Dan sungguh terbukti janji Tuhan itu ya dan amin.
Daud begitu mensyukuri segala yang dikerjakan Tuhan dalam hidupnya. Siapa sangka, anak yang mungkin diabaikan dan diremehkan keluarganya, yang hanya ditugaskan untuk menggembalakan domba di padang, sanggup diangkat oleh Tuhan menjadi orang nomor satu di Israel: Daud dipilih Tuhan untuk menggantikan Saul sebagai raja. Inilah ungkapan syukur Daud yang tak terkira: "Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" (1 Tawarikh 17:16). Dalam mazmurnya Daud berkata, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu," (Mazmur 119:11a) dan "Betapa manisnya janji-mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mazmur 119:103). Meski terkadang Tuhan mengijinkan hal-hal buruk (menurut pemikiran manusia) terjadi, Daud tetap dapat berkata bahwa Tuhan itu baik. Ia meyakini bahwa segala yang dirancangkan Tuhan itu baik adanya. Tuhan menjanjikan perkara-perkara yang baik atas kehidupan umatNya. Dia tidak berjanji bahwa dalam hidup ini tidak ada masalah, namun tanganNya senantiasa menuntun kita dan janjiNya menyelamatkan kita.
Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur; tidak ada alasan untuk mengeluh, mengomel, bersungut-sungut, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Oleh karena itu buanglah semua kekuatiran dan keputusasaan! Renungkan firman Tuhan itu siang dan malam, maka iman kita akan berakar kuat di dalam Dia, dan kita pun dimampukan menghadapi segala perkara.
"...Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." Filipi 1:6
Baca: Mazmur 119:33-40
"Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu." Mazmur 119:38
Daud memiliki pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Pertolongan, pemulihan, pemeliharaan dan kemenangan senantiasa mengikuti perjalanan hidupnya. Daud menyadari bahwa semua itu karena campur tangan Tuhan! Walaupun demikian, bukan berarti hari-hari Daud bebas dari masalah. Masa-masa yang sangat sulit juga harus dijalaninya, tapi dia tetap meneguhkan hatinya kepada setiap janji Tuhan. Daud berkata, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Dan sungguh terbukti janji Tuhan itu ya dan amin.
Daud begitu mensyukuri segala yang dikerjakan Tuhan dalam hidupnya. Siapa sangka, anak yang mungkin diabaikan dan diremehkan keluarganya, yang hanya ditugaskan untuk menggembalakan domba di padang, sanggup diangkat oleh Tuhan menjadi orang nomor satu di Israel: Daud dipilih Tuhan untuk menggantikan Saul sebagai raja. Inilah ungkapan syukur Daud yang tak terkira: "Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" (1 Tawarikh 17:16). Dalam mazmurnya Daud berkata, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu," (Mazmur 119:11a) dan "Betapa manisnya janji-mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mazmur 119:103). Meski terkadang Tuhan mengijinkan hal-hal buruk (menurut pemikiran manusia) terjadi, Daud tetap dapat berkata bahwa Tuhan itu baik. Ia meyakini bahwa segala yang dirancangkan Tuhan itu baik adanya. Tuhan menjanjikan perkara-perkara yang baik atas kehidupan umatNya. Dia tidak berjanji bahwa dalam hidup ini tidak ada masalah, namun tanganNya senantiasa menuntun kita dan janjiNya menyelamatkan kita.
Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur; tidak ada alasan untuk mengeluh, mengomel, bersungut-sungut, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Oleh karena itu buanglah semua kekuatiran dan keputusasaan! Renungkan firman Tuhan itu siang dan malam, maka iman kita akan berakar kuat di dalam Dia, dan kita pun dimampukan menghadapi segala perkara.
"...Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." Filipi 1:6
Wednesday, January 5, 2011
BAGAIMANA SUPAYA TETAP BERSUKACITA?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2011 -
Baca: Mazmur 113:1-9
"Ia (Tuhan-Red.) menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur." Mazmur 113:7
Hari-hari ini banyak orang kehilangan sukacita karena peliknya masalah yang dialami. Ada yang berkata, "Bagaimana saya bisa bersukacita, penghasilan saja pas-pasan, sedangkan biaya sekolah untuk anak-anak mahal. Bagaimana saya bisa bersukacita, tinggal saja di kos-kosan ukuran 5S (sangat sempit sekali sampai sumpek). Bagaimana saya bisa bersukacita, di usia yang sudah di atas 30 tahun belum juga menemukan jodoh." Seringkali keadaan dan situasi yang ada begitu mempengaruhi kondisi hati kita. Sebaliknya, ada juga orang yang punya uang banyak dan tinggal di kawasan elite tapi hatinya tetap tidak ada sukacita. Selalu saja ada rasa was-was atau kuatir. Ternyata, memiliki uang atau kekayaan melimpah tidak menjamin seseorang merasakan sukacita, karena uang tidak bisa membeli sukacita.
Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita kehilangan sukacita, meski situasinya mungkin tidak mendukung. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa memiliki sukacita di segala situasi, entah itu susah atau senang, punya duit ato bokek, karena sukacita adalah kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan hidup. Ada pun kunci untuk tetap mengalami sukacita adalah bermula dari pikiran kita, karena "...seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Pertama-tama, kita harus tanamkan dalam hati dan pikiran kita bahwa: 1. Kita punya Tuhan yang dahsyat. Pemazmur berkata, "Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita," (Mazmur 47:3-4). Sebesar apa pun masalah yang kita alami, serahkan semuanya pada Tuhan, Dia pasti sanggup menolong kita karena kuasaNya tak terbatas. 2. Masalah adalah proses pendewasaan iman. Jika kita diijinkan mengalami masalah, berarti Tuhan sedang mendidik kita supaya kita makin dewasa di dalam iman. Jadi, tetaplah bersukacita! Seperti dikatakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). 3. Ada Roh Kudus yang senantiasa memberi kekuatan dan penghiburan kepada kita.
Oleh sebab itu mari kita jalani hari dengan penuh sukacita, karena kita punya Tuhan yang dahsyat dan Roh Kudus yang senantiasa menopang!
Baca: Mazmur 113:1-9
"Ia (Tuhan-Red.) menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur." Mazmur 113:7
Hari-hari ini banyak orang kehilangan sukacita karena peliknya masalah yang dialami. Ada yang berkata, "Bagaimana saya bisa bersukacita, penghasilan saja pas-pasan, sedangkan biaya sekolah untuk anak-anak mahal. Bagaimana saya bisa bersukacita, tinggal saja di kos-kosan ukuran 5S (sangat sempit sekali sampai sumpek). Bagaimana saya bisa bersukacita, di usia yang sudah di atas 30 tahun belum juga menemukan jodoh." Seringkali keadaan dan situasi yang ada begitu mempengaruhi kondisi hati kita. Sebaliknya, ada juga orang yang punya uang banyak dan tinggal di kawasan elite tapi hatinya tetap tidak ada sukacita. Selalu saja ada rasa was-was atau kuatir. Ternyata, memiliki uang atau kekayaan melimpah tidak menjamin seseorang merasakan sukacita, karena uang tidak bisa membeli sukacita.
Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita kehilangan sukacita, meski situasinya mungkin tidak mendukung. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa memiliki sukacita di segala situasi, entah itu susah atau senang, punya duit ato bokek, karena sukacita adalah kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan hidup. Ada pun kunci untuk tetap mengalami sukacita adalah bermula dari pikiran kita, karena "...seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Pertama-tama, kita harus tanamkan dalam hati dan pikiran kita bahwa: 1. Kita punya Tuhan yang dahsyat. Pemazmur berkata, "Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita," (Mazmur 47:3-4). Sebesar apa pun masalah yang kita alami, serahkan semuanya pada Tuhan, Dia pasti sanggup menolong kita karena kuasaNya tak terbatas. 2. Masalah adalah proses pendewasaan iman. Jika kita diijinkan mengalami masalah, berarti Tuhan sedang mendidik kita supaya kita makin dewasa di dalam iman. Jadi, tetaplah bersukacita! Seperti dikatakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). 3. Ada Roh Kudus yang senantiasa memberi kekuatan dan penghiburan kepada kita.
Oleh sebab itu mari kita jalani hari dengan penuh sukacita, karena kita punya Tuhan yang dahsyat dan Roh Kudus yang senantiasa menopang!
Tuesday, January 4, 2011
TIDAK SIA-SIA MENGIKUT KRISTUS (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2011 -
Baca: Ulangan 28:1-14
"Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar." Ulangan 28:6
Sekali lagi firman Tuhan menegaskan: upah disediakan bagi orang percaya. Mari camkan itu baik-baik. Musa rela meninggalkan segala kesenangan duniawi demi memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Begitu juga rasul Paulus yang berani berkata, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21) dan "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
Aku pun upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang percaya itu memiliki dua dimensi waktu yaitu dimensi hari ini: saat kita masih hidup di dunia, dan dimensi yang akan datang: setelah kita meninggalkan dunia ini. Upah yang tersedia bagi setiap kita orang percaya, di antaranya adalah: 1. Beroleh jawaban doa. Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Janji Tuhan adalah ya dan amin. Bila saat ini kita sedang mengalami pergumulan yang berat, berserulah kepada Tuhan, maka Ia akan menjawab dan menolong kita. 2. Kehidupan kita dipulihkan. Tertulis: "Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu:" (Ulangan 28:2) dan "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). 3. Menjadi berkat bagi sesama. Dikatakan, "Dan kalau dahulu kamu telah menjadi kutuk di antara bangsa-bangsa, hai kaum Yehuda dan kaum Israel, maka sekarang Aku akan menyelamatkan kamu, sehingga kamu menjadi berkat. Janganlah takut, kuatkanlah hatimu!" (Zakharia 8:13). Karena penebusan Kristus di atas kayu salib, kita diselamatkan dan menjadi orang-orang yang berkemenangan, karena segala kutuk telah dipatahkan di dalam Dia. 4. Kita akan memerintah bersama Kristus (baca Wahyu 20:4).
Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, jangan meninggalkan Tuhan, karena besar upah yang menanti bagi kita yang tetap setia sampai pada kesudahannya!
Baca: Ulangan 28:1-14
"Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar." Ulangan 28:6
Sekali lagi firman Tuhan menegaskan: upah disediakan bagi orang percaya. Mari camkan itu baik-baik. Musa rela meninggalkan segala kesenangan duniawi demi memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Begitu juga rasul Paulus yang berani berkata, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21) dan "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
Aku pun upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang percaya itu memiliki dua dimensi waktu yaitu dimensi hari ini: saat kita masih hidup di dunia, dan dimensi yang akan datang: setelah kita meninggalkan dunia ini. Upah yang tersedia bagi setiap kita orang percaya, di antaranya adalah: 1. Beroleh jawaban doa. Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Janji Tuhan adalah ya dan amin. Bila saat ini kita sedang mengalami pergumulan yang berat, berserulah kepada Tuhan, maka Ia akan menjawab dan menolong kita. 2. Kehidupan kita dipulihkan. Tertulis: "Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu:" (Ulangan 28:2) dan "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). 3. Menjadi berkat bagi sesama. Dikatakan, "Dan kalau dahulu kamu telah menjadi kutuk di antara bangsa-bangsa, hai kaum Yehuda dan kaum Israel, maka sekarang Aku akan menyelamatkan kamu, sehingga kamu menjadi berkat. Janganlah takut, kuatkanlah hatimu!" (Zakharia 8:13). Karena penebusan Kristus di atas kayu salib, kita diselamatkan dan menjadi orang-orang yang berkemenangan, karena segala kutuk telah dipatahkan di dalam Dia. 4. Kita akan memerintah bersama Kristus (baca Wahyu 20:4).
Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, jangan meninggalkan Tuhan, karena besar upah yang menanti bagi kita yang tetap setia sampai pada kesudahannya!
Monday, January 3, 2011
TIDAK SIA-SIA MENGIKUT KRISTUS (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2011 -
Baca: Markus 10:28-31
"...dan pada zaman yang akan datang ia (yang meninggalkan semuanya dan mengikuti Kristus-Red). akan menerima hidup yang kekal." Markus 10:30
Di setiap masa selalu banyak orang Kristen kehilangan semangat dalam pengiringannya kepada Tuhan. Mereka tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani. Apa penyebabnya? Mereka berpikir bahwa dengan menjadi pengikut Kristus akan terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian harus mereka alami, sementara kehidupan orang-orang di luar Tuhan sepertinya enak, lancar, fine-fine saja. Kita benar-benar dibuat iri dan cemburu bila memperhatikan mereka. Hal ini juga dialami oleh pemazmur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3). Mungkin kita bertanya dalam hati apa upah kita mengikut Kristus seperti yang Petrus sampaikan kepada Tuhan Yesus. Lalu, sia-siakah kita mengikut Tuhan?
Rasul Paulus memberi nasihat, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Tuhan Yesus menegaskan pula bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Tuhan, "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:30). Bila kita menyadari ada upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang yang percaya, maka tidak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin sungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan.
Selagi waktu dan kesempatan masih ada, jangan pernah sia-siakan. Mari kita maksimalkan setiap potensi atau talenta yang sudah diberikan Tuhan bagi kita karena pada saatnya kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Musa rela meninggalkan istana Firaun dan segala kemegahannya demi memenuhi panggilan Tuhan, meski harus menderita sengsara bersama umat Israel di padang gurun. Bagi Musa, beroleh kepercayaan untuk memimpin umat Israel dan melayani Tuhan itu "...sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26). (Bersambung)
Baca: Markus 10:28-31
"...dan pada zaman yang akan datang ia (yang meninggalkan semuanya dan mengikuti Kristus-Red). akan menerima hidup yang kekal." Markus 10:30
Di setiap masa selalu banyak orang Kristen kehilangan semangat dalam pengiringannya kepada Tuhan. Mereka tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani. Apa penyebabnya? Mereka berpikir bahwa dengan menjadi pengikut Kristus akan terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian harus mereka alami, sementara kehidupan orang-orang di luar Tuhan sepertinya enak, lancar, fine-fine saja. Kita benar-benar dibuat iri dan cemburu bila memperhatikan mereka. Hal ini juga dialami oleh pemazmur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3). Mungkin kita bertanya dalam hati apa upah kita mengikut Kristus seperti yang Petrus sampaikan kepada Tuhan Yesus. Lalu, sia-siakah kita mengikut Tuhan?
Rasul Paulus memberi nasihat, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Tuhan Yesus menegaskan pula bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Tuhan, "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:30). Bila kita menyadari ada upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang yang percaya, maka tidak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin sungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan.
Selagi waktu dan kesempatan masih ada, jangan pernah sia-siakan. Mari kita maksimalkan setiap potensi atau talenta yang sudah diberikan Tuhan bagi kita karena pada saatnya kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Musa rela meninggalkan istana Firaun dan segala kemegahannya demi memenuhi panggilan Tuhan, meski harus menderita sengsara bersama umat Israel di padang gurun. Bagi Musa, beroleh kepercayaan untuk memimpin umat Israel dan melayani Tuhan itu "...sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26). (Bersambung)
Sunday, January 2, 2011
UPAH KETAATAN: Penyertaan dan Pembelaan Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2011 -
Baca: 2 Raja-Raja 18:1-8
"Maka Tuhan menyertai dia (Hizkia-Red.) ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya." 2 Raja-Raja 18:7
Hizkia adalah raja Yehuda. "Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (ayat 2a). Meski terhitung masih muda Hizkia memiliki hati yang takut akan Tuhan. Artinya taat melakukan kehendak Tuhan, hidup benar seperti bapa leluhurnya (Daud). Ketaatan dan kesungguhan hati Hizkia kepada Tuhan terlihat jelas. Ia "...menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Neustan." (ayat 4). Sebagaimana "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2b), maka ketaatan dan kesungguhan seseorang kepada Tuhan pasti juga mendapatkan upah atau balasan.
Karena ketaatannya Hizkia senantiasa disertai Tuhan ke mana pun ia pergi. Meski begitu bukan berarti perjalanan hidupNya bebas dari masalah atau pencobaan. Dalam masa pemerintahannya Hizkia harus menghadapi ujian berat. Suatu ketika "...datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya." (2 Tawarikh 32:1). Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi? Ingat! Selalu ada rencanaNya yang indah di balik setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya, seperti tertulis: "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28a).
Melalui peristiwa itu Hizkia dan seluruh rakyat Yehuda memiliki pengalaman rohani bersama Tuhan. Ketika mereka "...berpaut kepada Tuhan, dan tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah Tuhan yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa." (2 Raja-Raja 18:6), apa saja yang mereka perbuat dijadikanNya berhasil dan beruntung. Inilah kunci kemenangan Hizkia! Hari-hari ke depan di tahun 2011 tidak semakin mudah, tantangan dan ujian akan semakin berat. Namun tidak ada alasan bagi kita menjadi lemah, apalagi putus asa.
Sebagai anak-anakNya kita akan dijaga dan dipelihara Tuhan seperti biji mataNya sendiri, asal kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup taat seperti Hizkia!
Baca: 2 Raja-Raja 18:1-8
"Maka Tuhan menyertai dia (Hizkia-Red.) ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya." 2 Raja-Raja 18:7
Hizkia adalah raja Yehuda. "Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (ayat 2a). Meski terhitung masih muda Hizkia memiliki hati yang takut akan Tuhan. Artinya taat melakukan kehendak Tuhan, hidup benar seperti bapa leluhurnya (Daud). Ketaatan dan kesungguhan hati Hizkia kepada Tuhan terlihat jelas. Ia "...menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Neustan." (ayat 4). Sebagaimana "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2b), maka ketaatan dan kesungguhan seseorang kepada Tuhan pasti juga mendapatkan upah atau balasan.
Karena ketaatannya Hizkia senantiasa disertai Tuhan ke mana pun ia pergi. Meski begitu bukan berarti perjalanan hidupNya bebas dari masalah atau pencobaan. Dalam masa pemerintahannya Hizkia harus menghadapi ujian berat. Suatu ketika "...datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya." (2 Tawarikh 32:1). Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi? Ingat! Selalu ada rencanaNya yang indah di balik setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya, seperti tertulis: "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28a).
Melalui peristiwa itu Hizkia dan seluruh rakyat Yehuda memiliki pengalaman rohani bersama Tuhan. Ketika mereka "...berpaut kepada Tuhan, dan tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah Tuhan yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa." (2 Raja-Raja 18:6), apa saja yang mereka perbuat dijadikanNya berhasil dan beruntung. Inilah kunci kemenangan Hizkia! Hari-hari ke depan di tahun 2011 tidak semakin mudah, tantangan dan ujian akan semakin berat. Namun tidak ada alasan bagi kita menjadi lemah, apalagi putus asa.
Sebagai anak-anakNya kita akan dijaga dan dipelihara Tuhan seperti biji mataNya sendiri, asal kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup taat seperti Hizkia!
Saturday, January 1, 2011
2011. Kunci Mengalami dan Menikmati Janji Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2011 -
Baca: Yakobus 5:7-11
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Puji Tuhan! Hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan menikmati cerahnya mentari pagi. Ya...langkah kaki kita telah menapaki hari pertama di tahun yang baru, 2011. Selamat tinggal tahun 2010, kita sambut tahun baru 2011! Hingar-bingar pesta kembang api telah usai. Lembaran tahun 2010 telah kita tutup dan hari ini kita mulai membuka lembaran baru tahun 2011. Adalah percuma meratapi kegagalan-kegagalan kemarin. Kini saatnya kita mengarahkan pandangan ke depan dan menata langkah baru seperti yang dilakukan Paulus. "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah," (Filipi 3:13b, 14a). Mari jadikan tahun 2011 sebagai tahun di mana kita akan mengalami dan menikmati janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan untuk meraih janjinya itu: Pertama, kita harus punya kesabaran. Dikatakan, "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yakobus 5:8). Sabar berarti tidak lagi mengomel atau bersungut-sungut, apa pun keadaannya. Kita bisa belajar dari petani, "...ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Para petani harus sabar menunggu hingga musim panen tiba. Dalam masa penantian itu bukan berarti petani diam dan berpangku tangan saja. Sebaliknya mereka tetap bekerja, bahkan lebih keras lagi: mengairi tanaman, memberi pupuk membersihkan gulma dan juga memberantas hama. Panas terik, hujan lebat, petir atau halilintar tidak menyurutkan semangatnya! Ini berbicara tentang keteguhan hati. Teguh berarti setia, artinya tidak goyah dan tetap fokus pada janji Tuhan, karena pada saatnya kita akan menuai.
Kedua, kita harus bertekun seperti "...mereka yang telah bertekun;" (Yakobus 5:11). Perhatikan hidup Ayub, meski mengalami ujian dan penderitaan yang hebat dan berat, hatinya tetap berpaut kepada Tuhan karena dia tahu bahwa ujian terhadap iman "...menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:3). Karena ketekunannya hidup Ayub dipulihkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10).
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2011 ini dengan sabar dan tekun, yakinlah Dia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.
Baca: Yakobus 5:7-11
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Puji Tuhan! Hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan menikmati cerahnya mentari pagi. Ya...langkah kaki kita telah menapaki hari pertama di tahun yang baru, 2011. Selamat tinggal tahun 2010, kita sambut tahun baru 2011! Hingar-bingar pesta kembang api telah usai. Lembaran tahun 2010 telah kita tutup dan hari ini kita mulai membuka lembaran baru tahun 2011. Adalah percuma meratapi kegagalan-kegagalan kemarin. Kini saatnya kita mengarahkan pandangan ke depan dan menata langkah baru seperti yang dilakukan Paulus. "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah," (Filipi 3:13b, 14a). Mari jadikan tahun 2011 sebagai tahun di mana kita akan mengalami dan menikmati janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan untuk meraih janjinya itu: Pertama, kita harus punya kesabaran. Dikatakan, "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yakobus 5:8). Sabar berarti tidak lagi mengomel atau bersungut-sungut, apa pun keadaannya. Kita bisa belajar dari petani, "...ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Para petani harus sabar menunggu hingga musim panen tiba. Dalam masa penantian itu bukan berarti petani diam dan berpangku tangan saja. Sebaliknya mereka tetap bekerja, bahkan lebih keras lagi: mengairi tanaman, memberi pupuk membersihkan gulma dan juga memberantas hama. Panas terik, hujan lebat, petir atau halilintar tidak menyurutkan semangatnya! Ini berbicara tentang keteguhan hati. Teguh berarti setia, artinya tidak goyah dan tetap fokus pada janji Tuhan, karena pada saatnya kita akan menuai.
Kedua, kita harus bertekun seperti "...mereka yang telah bertekun;" (Yakobus 5:11). Perhatikan hidup Ayub, meski mengalami ujian dan penderitaan yang hebat dan berat, hatinya tetap berpaut kepada Tuhan karena dia tahu bahwa ujian terhadap iman "...menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:3). Karena ketekunannya hidup Ayub dipulihkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10).
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2011 ini dengan sabar dan tekun, yakinlah Dia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.
Friday, December 31, 2010
SAAT MEREFLEKSI DIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 46:1-12
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Mazmur 46:2
Di hari ini semua orang pasti berkata dalam hati, "Oh tanpa terasa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2010. Waktu kok begitu cepat ya, padahal banyak hal yang belum tercapai." Malam ini pasti menjadi momen yang mendebarkan, berbagai rencana disusun untuk menyambut malam pergantian tahun. Biasanya banyak orang ingin menghabiskan acara end of year ini dengan pesta pora, menikmati kesenangan atau mungkin menghambur-hamburkan uang melalui pesta kembang api. Sudah dipastikan semua stasiun televisi melaporkan tentang hingar-bingar orang menantikan detik-detik pergantian tahun ini. Alkitab menyatakan, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun yang di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Yang pasti, waktu akan terus melaju dan siapa pun kita, tak mampu mengubah dan menghentikannya.
Berhargakah waktu bagi Saudara? Hari-hari yang kita jalanai sepanjang tahun 2010 ini akan menjadi suatu kenangan, menjadi masa lampau dan tak mungkin terulang kembali. Satu hal baik untuk kita lakukan di hari ini adalah merefleksi diri, karena tanpa merefleksi diri dan melakukan kontemplasi (perenungan) kita tidak akan bertumbuh. Di tahun 2010 mungkin banyak warna kehidupan suram telah kita alami: kesulitan, kesesakan dan penderitaan, di mana tak seorang pun dapat kita jadikan sandaran, bahkan uang yang kita punya pun tak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Kita mungkin hanya bisa berdoa sebagaimana dinasihatkan Yakobus, "kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!" (Yakobus 5:13a). Artinya kita menjadikan Tuhan, bukan yang lain, sebagai penolong dan pengharapan kita. Bukankah telah terbukti bahwa Tuhan sanggup menolong kita?
Mazmur 46 ini ditulis saat kesukarang sedang melanda, di mana Yerusalem sedang dikepung oleh Sanherib, raja Asyur, namun Tuhan sanggup melepaskan mereka dari kesesakan. Walaupun saat ini gunung bergoncang dan sekalipun bumi berubah, percayalah bahwa perlindungan Tuhan menjadi jaminan rasa aman kita. Dia selalu punya cara ajaib untuk menolong kita. Waktu tidak akan menunggu kita. Siapa yang dapat menjamin bahwa kita dapat menyambut matahari esok pagi?
Mari malam ini kita tutup lembaran 2010 dengan ucapan syukur, hanya karena Tuhanlah kita bisa melewati semuanya itu!
Baca: Mazmur 46:1-12
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Mazmur 46:2
Di hari ini semua orang pasti berkata dalam hati, "Oh tanpa terasa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2010. Waktu kok begitu cepat ya, padahal banyak hal yang belum tercapai." Malam ini pasti menjadi momen yang mendebarkan, berbagai rencana disusun untuk menyambut malam pergantian tahun. Biasanya banyak orang ingin menghabiskan acara end of year ini dengan pesta pora, menikmati kesenangan atau mungkin menghambur-hamburkan uang melalui pesta kembang api. Sudah dipastikan semua stasiun televisi melaporkan tentang hingar-bingar orang menantikan detik-detik pergantian tahun ini. Alkitab menyatakan, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun yang di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Yang pasti, waktu akan terus melaju dan siapa pun kita, tak mampu mengubah dan menghentikannya.
Berhargakah waktu bagi Saudara? Hari-hari yang kita jalanai sepanjang tahun 2010 ini akan menjadi suatu kenangan, menjadi masa lampau dan tak mungkin terulang kembali. Satu hal baik untuk kita lakukan di hari ini adalah merefleksi diri, karena tanpa merefleksi diri dan melakukan kontemplasi (perenungan) kita tidak akan bertumbuh. Di tahun 2010 mungkin banyak warna kehidupan suram telah kita alami: kesulitan, kesesakan dan penderitaan, di mana tak seorang pun dapat kita jadikan sandaran, bahkan uang yang kita punya pun tak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Kita mungkin hanya bisa berdoa sebagaimana dinasihatkan Yakobus, "kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!" (Yakobus 5:13a). Artinya kita menjadikan Tuhan, bukan yang lain, sebagai penolong dan pengharapan kita. Bukankah telah terbukti bahwa Tuhan sanggup menolong kita?
Mazmur 46 ini ditulis saat kesukarang sedang melanda, di mana Yerusalem sedang dikepung oleh Sanherib, raja Asyur, namun Tuhan sanggup melepaskan mereka dari kesesakan. Walaupun saat ini gunung bergoncang dan sekalipun bumi berubah, percayalah bahwa perlindungan Tuhan menjadi jaminan rasa aman kita. Dia selalu punya cara ajaib untuk menolong kita. Waktu tidak akan menunggu kita. Siapa yang dapat menjamin bahwa kita dapat menyambut matahari esok pagi?
Mari malam ini kita tutup lembaran 2010 dengan ucapan syukur, hanya karena Tuhanlah kita bisa melewati semuanya itu!
Thursday, December 30, 2010
HARGA ITU ADALAH KOMITMEN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2010 -
Baca: Lukas 9:22-27
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barngsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya." Lukas 9:24
Rasul Paulus menulis: "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:20-21). Segala sesuatu yang memiliki nilai guna tinggi pasti berharga sangat mahal; sesuatu yang berkualitas juga pasti sangat mahal harganya. Sebaliknya, sesuatu yang murah kualitasnya pasti sangat diragukan. Apa pun itu, baik perabot rumah tangga, perhiasaan atau aksesoris, atau pun suatu jabatan (profesi) dan lain-lain.
Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, ada harga yang harus kita bayar. Memang kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis, tanpa bayar. Tetapi untuk mengikuti Dia dan melayaniNya kita harus mau membayar segala sesuatunya. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Penyangkalan diri berarti rela mengesampingkan segala sesuatu yang merebut hati kita dari Tuhan; mau mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya. Bila selama ini kita masih berkompromi dengan dosa, lebih mengasihi dunia ini, berarti kita belum mampu membayar harga itu. Harga dari keselamatan adalah kerelaan untuk menempatkan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup kita.
Menjadi orang Kristen harganya adalah komitmen. Mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan lebih mengutamakan Tuhan adalah bukti suatu komitmen. Inilah yang disebut pikul salib. Banyak orang ingin menjadi serupa dengan Kristus tapi hanya dalam hal melakukan mujizat, supaya namanya dikenal banyak orang.
Menjadi seperti Yesus berarti mau hidup seperti Yesus hidup: taat kepada kehendak Bapa sepenuhnya, senantiasa tekun berdoa dan rela menderita bagi Injil Kristus!
Baca: Lukas 9:22-27
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barngsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya." Lukas 9:24
Rasul Paulus menulis: "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:20-21). Segala sesuatu yang memiliki nilai guna tinggi pasti berharga sangat mahal; sesuatu yang berkualitas juga pasti sangat mahal harganya. Sebaliknya, sesuatu yang murah kualitasnya pasti sangat diragukan. Apa pun itu, baik perabot rumah tangga, perhiasaan atau aksesoris, atau pun suatu jabatan (profesi) dan lain-lain.
Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, ada harga yang harus kita bayar. Memang kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis, tanpa bayar. Tetapi untuk mengikuti Dia dan melayaniNya kita harus mau membayar segala sesuatunya. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Penyangkalan diri berarti rela mengesampingkan segala sesuatu yang merebut hati kita dari Tuhan; mau mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya. Bila selama ini kita masih berkompromi dengan dosa, lebih mengasihi dunia ini, berarti kita belum mampu membayar harga itu. Harga dari keselamatan adalah kerelaan untuk menempatkan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup kita.
Menjadi orang Kristen harganya adalah komitmen. Mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan lebih mengutamakan Tuhan adalah bukti suatu komitmen. Inilah yang disebut pikul salib. Banyak orang ingin menjadi serupa dengan Kristus tapi hanya dalam hal melakukan mujizat, supaya namanya dikenal banyak orang.
Menjadi seperti Yesus berarti mau hidup seperti Yesus hidup: taat kepada kehendak Bapa sepenuhnya, senantiasa tekun berdoa dan rela menderita bagi Injil Kristus!
Wednesday, December 29, 2010
IMAN: Sudah Menerima Jawaban Doa
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2010 -
Baca: Markus 11:20-26
"apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Markus 11:24
Di dalam Ibrani 11:1 dikatakan, "Iman adalah dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Diperjelas pula bahwa "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a).
Dengan demikian, sebagai orang percaya kita harus hidup dalam iman, karena tanpa iman kita tidak berkenan kepada Tuhan. Oleh sebab itu saat kita berdoa memohon sesuatu kepada Tuhan, kita harus melakukannya dengan sungguh. Kita pun harus percaya bahwa Tuhan telah mendengar dan menjawab doa kita meski, secara kasat mata, jawaban itu belum kita terima, tapi kita harus mengimaninya. Doa dengan iman memang tidak mudah merupakan suatu tantangan, karena yang kita harapkan dan kenyataan yang kita hadapi terkadang sangat bertolak belakang. Seringkali kita gagal dalam hal ini. Kita gagal menerima jawaban doa atau janji Tuhan karena iman kita goyah dan ketekunan kita berhenti di tengah jalan setelah melihat situasi yang tidak menunjang, atau menanti terlalu lama dan kita kurang sabar menunggu waktu Tuhan.
Di sisi lain kita juga banyak mendengar saudara-saudara kita mengalami pertolongan Tuhan yang ajaib dan heran. Mereka beroleh jawaban karena mereka tekun dan berdoa dengan penuh iman. Tertulis demikian: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23b). Bila kita perhatikan setiap kali hendak menyembuhkan orang sakit atau melakukan sesuatu kepada orang lain, Yesus terlebih dahulu melihat iman dalam diri orang tersebut, contoh: menyembuhkan hamba seorang perwira Kapernaum (Matius 8:10), orang yang lumpuh (Matius 9:2b), orang buta dicelikkan (Matius 9:29), perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Markus 5:34) dan sebagainya. Begitu juga dengan Abraham, imannya tidak goyah meski harus menunggu lama sampai akhirnya janji Tuhan itu benar-benar digenapi dalam hidupnya. Itulah sebabnya Abraham disebut sebagai bapa segala orang yang beriman.
Bila saat ini kita sedang memiliki pergumulan doa yang belum dijawab, jangan putus asa! Bangkitkan iman Saudara dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena iman timbul dari pendengaran akan firmanNya (baca Roma 10:17).
Percayalah dengan iman bahwa janjiNya pasti digenapi!
Baca: Markus 11:20-26
"apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Markus 11:24
Di dalam Ibrani 11:1 dikatakan, "Iman adalah dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Diperjelas pula bahwa "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6a).
Dengan demikian, sebagai orang percaya kita harus hidup dalam iman, karena tanpa iman kita tidak berkenan kepada Tuhan. Oleh sebab itu saat kita berdoa memohon sesuatu kepada Tuhan, kita harus melakukannya dengan sungguh. Kita pun harus percaya bahwa Tuhan telah mendengar dan menjawab doa kita meski, secara kasat mata, jawaban itu belum kita terima, tapi kita harus mengimaninya. Doa dengan iman memang tidak mudah merupakan suatu tantangan, karena yang kita harapkan dan kenyataan yang kita hadapi terkadang sangat bertolak belakang. Seringkali kita gagal dalam hal ini. Kita gagal menerima jawaban doa atau janji Tuhan karena iman kita goyah dan ketekunan kita berhenti di tengah jalan setelah melihat situasi yang tidak menunjang, atau menanti terlalu lama dan kita kurang sabar menunggu waktu Tuhan.
Di sisi lain kita juga banyak mendengar saudara-saudara kita mengalami pertolongan Tuhan yang ajaib dan heran. Mereka beroleh jawaban karena mereka tekun dan berdoa dengan penuh iman. Tertulis demikian: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23b). Bila kita perhatikan setiap kali hendak menyembuhkan orang sakit atau melakukan sesuatu kepada orang lain, Yesus terlebih dahulu melihat iman dalam diri orang tersebut, contoh: menyembuhkan hamba seorang perwira Kapernaum (Matius 8:10), orang yang lumpuh (Matius 9:2b), orang buta dicelikkan (Matius 9:29), perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Markus 5:34) dan sebagainya. Begitu juga dengan Abraham, imannya tidak goyah meski harus menunggu lama sampai akhirnya janji Tuhan itu benar-benar digenapi dalam hidupnya. Itulah sebabnya Abraham disebut sebagai bapa segala orang yang beriman.
Bila saat ini kita sedang memiliki pergumulan doa yang belum dijawab, jangan putus asa! Bangkitkan iman Saudara dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena iman timbul dari pendengaran akan firmanNya (baca Roma 10:17).
Percayalah dengan iman bahwa janjiNya pasti digenapi!
Tuesday, December 28, 2010
KUASA DI BALIK DOA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2010 -
Baca: Yakobus 5:12-20
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab terlebih dahulu menjelaskan: "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan." (ayat 17). Jadi sudah jelas bahwa Elia adalah manusia biasa, sama dengan kita. Yang mungkin membedakan adalah imannya.
Mengapa doa Elia begitu berkuasa? Ada kuasa yang luar biasa yang Tuhan berikan kepada orang-orang benar yang sungguh-sungguh berdoa. Pernah kita baca dalam renungan beberapa hari lalu, bahwa orang benar adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Diartikan juga sebagai orang-orang yang hidup dalam kebenaran. Itulah yang menjadi kunci mengapa doa yang dipanjatkan Elia kepada Tuhan selalu menghasilkan kuasa mujizat. Ketika Elia berdoa supaya langit menurunkan hujan, maka terjadilah. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a). Mujizat juga terjadi di atas gunung Karmel saat ia berhadapan dengan nabi-nabi Baal (baca 1 Raja-Raja 18:36-40). Sungguh ada kuasa di balik doa orang benar! Juga karena doa Elisa, anak perempuan Sunem yang sudah meninggal sanggup dihidupkan kembali. "Maka bersinlah anak itu sampai tujuh kali, lalu membuka matanya." (2 Raja-Raja 4:35b).
Begitu juga ketika Yosua berdoa dengan sungguh-sungguh, katanya, "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon! Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa Tuhan mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah Tuhan." (Yosua 10:12, 13a, 14). Luar biasa! Doa orang benar itu menghasilkan kuasa! Kita pun bisa mengalami mujizat asal kita hidup benar di hadapan Tuhan.
Tak boleh dilupakan bahwa kita juga harus mengakui dosa-dosa kita, baik dosa terhadap sesama dan juga terhadap Tuhan (baca Yakobus 5:16), supaya doa kita didengar Tuhan.
Baca: Yakobus 5:12-20
"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18
Alkitab terlebih dahulu menjelaskan: "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan." (ayat 17). Jadi sudah jelas bahwa Elia adalah manusia biasa, sama dengan kita. Yang mungkin membedakan adalah imannya.
Mengapa doa Elia begitu berkuasa? Ada kuasa yang luar biasa yang Tuhan berikan kepada orang-orang benar yang sungguh-sungguh berdoa. Pernah kita baca dalam renungan beberapa hari lalu, bahwa orang benar adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Diartikan juga sebagai orang-orang yang hidup dalam kebenaran. Itulah yang menjadi kunci mengapa doa yang dipanjatkan Elia kepada Tuhan selalu menghasilkan kuasa mujizat. Ketika Elia berdoa supaya langit menurunkan hujan, maka terjadilah. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a). Mujizat juga terjadi di atas gunung Karmel saat ia berhadapan dengan nabi-nabi Baal (baca 1 Raja-Raja 18:36-40). Sungguh ada kuasa di balik doa orang benar! Juga karena doa Elisa, anak perempuan Sunem yang sudah meninggal sanggup dihidupkan kembali. "Maka bersinlah anak itu sampai tujuh kali, lalu membuka matanya." (2 Raja-Raja 4:35b).
Begitu juga ketika Yosua berdoa dengan sungguh-sungguh, katanya, "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon! Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa Tuhan mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah Tuhan." (Yosua 10:12, 13a, 14). Luar biasa! Doa orang benar itu menghasilkan kuasa! Kita pun bisa mengalami mujizat asal kita hidup benar di hadapan Tuhan.
Tak boleh dilupakan bahwa kita juga harus mengakui dosa-dosa kita, baik dosa terhadap sesama dan juga terhadap Tuhan (baca Yakobus 5:16), supaya doa kita didengar Tuhan.
Monday, December 27, 2010
BUANG SEMUA KEMUNAFIKAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2010 -
Baca: Markus 12:38-40
"Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar," Markus 12:38
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dikenal sebagai orang yang 'suci'. Sayang, mereka melakukan ibadah atau kegiatan rohani hanya sebatas aktivitas fisik saja dan itu pun disertai dengan motivasi yang tidak benar, seperti tertulis: "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Matius 23:5-7). Tuhan Yesus berkata, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).
'Hypocises' adalah asal kata dari 'munafik' yang artinya orang yang sedang bersandiwara atau, tindakan yang ia lakukan hanyalah sebuah kepura-puraan. Kemunafikan adalah sifat yang sangat dibenci Tuhan! Adakah orang Kristen yang hidup dalam kemunafikan? Jawabannya: banyak sekali! Saat berada di dalam ruangan ibadah atau gereja, atau saat sedang terlibat pelayanan, kita selalu terlihat begitu suci dan bersikap manis ala angels. Yang kita perbincangkan hanyalah tema-tema Alkitabiah. Tetapi sepulang dari ibadah, sikap, ucapan dan tindakan kita berubah secara drastis. Di rumah para tuan mulai memperlakukan pembantunya semena-mena tanpa kasih; para bos mulai menjalanan bisnis yang penuh dengan trik dan lain-lain. Sampai-sampai ada istilah 'Kristen tomat' (Minggu tobat, hari lain kumat/kambuh).
Orang dunia beranggapan bahwa kemunafikan adalah cara yang dibutuhkan agar kita dapat survive dalam pergaulan dan juga karier. Terhadap orang-orang yang munafik Tuhan Yesus memakai bahasa yang cukup keras: celakalah kamu yang munafik!
Bila saat ini kita masih tergolong sebagai orang-orang yang munafik, mari kita bertobat dengan sungguh, karena kemunafikan hanya akan membawa kita kepada kehancuran: Tuhan akan memalingkan wajahNya terhadap kita, artinya pintu berkat juga tertutup!
Baca: Markus 12:38-40
"Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar," Markus 12:38
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dikenal sebagai orang yang 'suci'. Sayang, mereka melakukan ibadah atau kegiatan rohani hanya sebatas aktivitas fisik saja dan itu pun disertai dengan motivasi yang tidak benar, seperti tertulis: "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Matius 23:5-7). Tuhan Yesus berkata, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28).
'Hypocises' adalah asal kata dari 'munafik' yang artinya orang yang sedang bersandiwara atau, tindakan yang ia lakukan hanyalah sebuah kepura-puraan. Kemunafikan adalah sifat yang sangat dibenci Tuhan! Adakah orang Kristen yang hidup dalam kemunafikan? Jawabannya: banyak sekali! Saat berada di dalam ruangan ibadah atau gereja, atau saat sedang terlibat pelayanan, kita selalu terlihat begitu suci dan bersikap manis ala angels. Yang kita perbincangkan hanyalah tema-tema Alkitabiah. Tetapi sepulang dari ibadah, sikap, ucapan dan tindakan kita berubah secara drastis. Di rumah para tuan mulai memperlakukan pembantunya semena-mena tanpa kasih; para bos mulai menjalanan bisnis yang penuh dengan trik dan lain-lain. Sampai-sampai ada istilah 'Kristen tomat' (Minggu tobat, hari lain kumat/kambuh).
Orang dunia beranggapan bahwa kemunafikan adalah cara yang dibutuhkan agar kita dapat survive dalam pergaulan dan juga karier. Terhadap orang-orang yang munafik Tuhan Yesus memakai bahasa yang cukup keras: celakalah kamu yang munafik!
Bila saat ini kita masih tergolong sebagai orang-orang yang munafik, mari kita bertobat dengan sungguh, karena kemunafikan hanya akan membawa kita kepada kehancuran: Tuhan akan memalingkan wajahNya terhadap kita, artinya pintu berkat juga tertutup!
Sunday, December 26, 2010
HAL HIZKIA: Mujizat Masih Ada!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2010 -
Baca: 2 Raja-Raja 20:1-20
"Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur;" 2 Raja-Raja 20:6a
Ada sebuah acara musik di salah satu stasiun televisi swasta bertitel 'Zona Memori'. Suatu acara yang menampilkan artis-artis angkatan 80-an dengan lagu-lagu hits-nya. Dalam acara itu si host selalu meneriakkan yel-yel atau kata kuncinya yaitu: "Zona Memori...masih ada!" Lagu-lagu lama ternyata masih ada dan tidak pernah usang ditelan masa atau ditinggalkan penggemarnya. Pembacaan firman hari ini berbicara tentang mujizat yang dialami oleh Hizkia. Mungkin ada orang Kristen yang beranggapan bahwa mujizat itu sudah usang dan menjadi 'lagu lama'; itu dulu, sekarang tidak mungkin terjadi; mujizat itu sudah tidak ada, bukan masih ada.
Mari simak baik-baik, Ketika baru memerintah selama 14 tahun sebagai raja, Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Pesan yang disampaikan nabi Yesaya yang diutus Tuhan bahwa Hizkia tidak akan sembuh dan akan mati bak petir di siang bolong! Siapa pun yang mendengar berita ini pasti akan mengalami guncangan yang hebat, shock, sedih dan kaget bak disambar petir di siang bolong tadi. Namun Hizkia bukanlah tipe orang yang mudah frustasi dan mengasihani diri sendiri. Dalam keadaan tak berdaya ini "...Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan: 'Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.' Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat." (ayat 2-3). Hizkia tahu benar bahwa mujizat itu masih ada dan pasti ada; ia sangat yakin bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Akhir kisah ini Hizkia mengalami kesembuhan; bukan hanya sampai di situ, Tuhan juga memperpanjang hidup Hizkia sampai lima belas tahun lagi. Awesome!
Hizkia beroleh mujizat dari Tuhan karena ia sangat menghormati firman yang disampaikan Yesaya. Sebagai raja ia punya alasan untuk marah atau tersinggung, tetapi ia tetap menghormati pesan Tuhan, apa pun isinya. Ini bukti bahwa Hizkia punya kerendahan hati. Itulah sebabnya ia berdoa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Erangan dan tangisan yang ke luar dari hati yang remuk menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.
"Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?" Kejadian 18:14a
Baca: 2 Raja-Raja 20:1-20
"Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur;" 2 Raja-Raja 20:6a
Ada sebuah acara musik di salah satu stasiun televisi swasta bertitel 'Zona Memori'. Suatu acara yang menampilkan artis-artis angkatan 80-an dengan lagu-lagu hits-nya. Dalam acara itu si host selalu meneriakkan yel-yel atau kata kuncinya yaitu: "Zona Memori...masih ada!" Lagu-lagu lama ternyata masih ada dan tidak pernah usang ditelan masa atau ditinggalkan penggemarnya. Pembacaan firman hari ini berbicara tentang mujizat yang dialami oleh Hizkia. Mungkin ada orang Kristen yang beranggapan bahwa mujizat itu sudah usang dan menjadi 'lagu lama'; itu dulu, sekarang tidak mungkin terjadi; mujizat itu sudah tidak ada, bukan masih ada.
Mari simak baik-baik, Ketika baru memerintah selama 14 tahun sebagai raja, Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Pesan yang disampaikan nabi Yesaya yang diutus Tuhan bahwa Hizkia tidak akan sembuh dan akan mati bak petir di siang bolong! Siapa pun yang mendengar berita ini pasti akan mengalami guncangan yang hebat, shock, sedih dan kaget bak disambar petir di siang bolong tadi. Namun Hizkia bukanlah tipe orang yang mudah frustasi dan mengasihani diri sendiri. Dalam keadaan tak berdaya ini "...Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan: 'Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.' Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat." (ayat 2-3). Hizkia tahu benar bahwa mujizat itu masih ada dan pasti ada; ia sangat yakin bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Akhir kisah ini Hizkia mengalami kesembuhan; bukan hanya sampai di situ, Tuhan juga memperpanjang hidup Hizkia sampai lima belas tahun lagi. Awesome!
Hizkia beroleh mujizat dari Tuhan karena ia sangat menghormati firman yang disampaikan Yesaya. Sebagai raja ia punya alasan untuk marah atau tersinggung, tetapi ia tetap menghormati pesan Tuhan, apa pun isinya. Ini bukti bahwa Hizkia punya kerendahan hati. Itulah sebabnya ia berdoa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Erangan dan tangisan yang ke luar dari hati yang remuk menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.
"Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?" Kejadian 18:14a
Saturday, December 25, 2010
BETLEHEM: Berkat dan Pengharapan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2010 -
Baca: Lukas 2:1-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya." Lukas 2:14
Alkitab menyatakan: "...Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betleham, - karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud - supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin," (ayat 4-6). Bukan suatu kebetulan jika Yesus dilahirkan di Betlehem; semua dalam rencana Allah. Dalam bahasa Ibrani, nama 'Betlehem' berarti 'rumah roti', berbicara tentang berkat Tuhan. Di Betlehem inilah Allah menyediakan berkat-berkat bagi umat manusia sebagaimana disampaikan malaikatNya, "...aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (ayat 10-11). Inilah inti berita Natal yaitu kehendak Allah sendiri untuk memberikan anugerahNya bagi setiap orang yang percaya (baca Yohanes 3:16).
Di Betlehem Allah telah mendemonstrasikan kasihNya yang tak terbatas, di mana Ia menjadi sama dengan manusia. Suatu perkara yang tidak bisa dimengerti oleh orang-orang dunia: kasih Allah juga mengandung janji yang pasti yaitu jaminan hidup kekal bagi setiap orang yang percaya. "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Kehadiran Yesus Kristus ke dunia memberikan pengharapan baru dan juga masa depan. Ketika dunia diliputi oleh kegelapan yang begitu pekat, Yesus hadir dengan terangNya yang ajaib. Hari ini, "Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." (Yohanes 1:9). Kini kegelapan tidak lagi menguasainya! Maka dari itu bersukacitalah dan "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana," (Lukas 2:15b). Lihatlah! Para gembala dan orang-orang Majus datang ke Betlehem. Mereka tidak datang dengan tangan hampa, tapi yang terbaik dari hidupnya mereka persembahkan kepada Tuhan!
Di hari Natal ini mari kita persembahkan hidup kita dan segala yang ada pada kita; karena Dialah kita beroleh anugerah keselamatan!
Baca: Lukas 2:1-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya." Lukas 2:14
Alkitab menyatakan: "...Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betleham, - karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud - supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin," (ayat 4-6). Bukan suatu kebetulan jika Yesus dilahirkan di Betlehem; semua dalam rencana Allah. Dalam bahasa Ibrani, nama 'Betlehem' berarti 'rumah roti', berbicara tentang berkat Tuhan. Di Betlehem inilah Allah menyediakan berkat-berkat bagi umat manusia sebagaimana disampaikan malaikatNya, "...aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (ayat 10-11). Inilah inti berita Natal yaitu kehendak Allah sendiri untuk memberikan anugerahNya bagi setiap orang yang percaya (baca Yohanes 3:16).
Di Betlehem Allah telah mendemonstrasikan kasihNya yang tak terbatas, di mana Ia menjadi sama dengan manusia. Suatu perkara yang tidak bisa dimengerti oleh orang-orang dunia: kasih Allah juga mengandung janji yang pasti yaitu jaminan hidup kekal bagi setiap orang yang percaya. "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36).
Kehadiran Yesus Kristus ke dunia memberikan pengharapan baru dan juga masa depan. Ketika dunia diliputi oleh kegelapan yang begitu pekat, Yesus hadir dengan terangNya yang ajaib. Hari ini, "Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia." (Yohanes 1:9). Kini kegelapan tidak lagi menguasainya! Maka dari itu bersukacitalah dan "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana," (Lukas 2:15b). Lihatlah! Para gembala dan orang-orang Majus datang ke Betlehem. Mereka tidak datang dengan tangan hampa, tapi yang terbaik dari hidupnya mereka persembahkan kepada Tuhan!
Di hari Natal ini mari kita persembahkan hidup kita dan segala yang ada pada kita; karena Dialah kita beroleh anugerah keselamatan!
Friday, December 24, 2010
SIAPA LAYAK MENGHAMPIRI TUHAN? (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 66:13-20
"Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" Mazmur 66:18
Kemarin disampaikan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat naik ke gunung Tuhan dan masuk dalam hadiratNya yang kudus. Ternyata perbuatan, sikap hati dan juga ucapan kita harus selaras dengan kehendak Tuhan, baru kita dilayakkan menghadap Dia. Mulai saat ini, "Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu." (Amsal 4:24).
Tuhan hanya mau mendengar doa orang-orang yang hidupnya saleh dan yang melakukan kehendakNya. Bukankah seringkali kita menghadap Tuhan tanpa kekudusan? Itulah sebabnya doa-doa kita tidak dijawab karena kita menyimpan banyak dosa atau pelanggaran. Hati kita tidak bersih: ada kebencian, dendam, tidak mau mengampuni, suka berbohong dan menggemakan ucapan yang sia-sia, bersungut-sungut dan macam-macam lagi. Bahkan, ada sedikit niat jahat dalam hati saja Tuhan sudah tidak mau mendengarkan doa kita. Banyaknya dosa dan pelanggaran inilah yang menjadi penyebab utama doa-doa terhalang dan tidak dijawab Tuhan. "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).
Mata dan telinga Tuhan tertuju kepada teriakan dan permohonan dari orang-orang saleh. Orang saleh adalah orang yang hidup kudus di hadapan Tuhan, seseorang yang telah menanggalkan perbuatan lama dan mengenakan manusia baru. Sebaliknya, mata dan telingaNya tertutup untuk teriakan dan permohonan orang yang hidup dalam dosa. Sekarang ini banyak orang yang senang berkompromi dengan dosa daripada hidup dalam kekudusan; orang lebih suka berbuat jahat daripada berbuat baik; lebih suka berbohong daripada jujur. Jika kita salah satu dari mereka, marilah kita segera bertobat. Mohon pengampunan dari Tuhan. Jadilah orang-orang yang saleh, maka Ia akan mendengarkan doa dan permohonan kita.
Doa orang yang saleh sangat berharga di mata Tuhan dan itu mendatangkan kuasa!
Baca: Mazmur 66:13-20
"Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" Mazmur 66:18
Kemarin disampaikan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat naik ke gunung Tuhan dan masuk dalam hadiratNya yang kudus. Ternyata perbuatan, sikap hati dan juga ucapan kita harus selaras dengan kehendak Tuhan, baru kita dilayakkan menghadap Dia. Mulai saat ini, "Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu." (Amsal 4:24).
Tuhan hanya mau mendengar doa orang-orang yang hidupnya saleh dan yang melakukan kehendakNya. Bukankah seringkali kita menghadap Tuhan tanpa kekudusan? Itulah sebabnya doa-doa kita tidak dijawab karena kita menyimpan banyak dosa atau pelanggaran. Hati kita tidak bersih: ada kebencian, dendam, tidak mau mengampuni, suka berbohong dan menggemakan ucapan yang sia-sia, bersungut-sungut dan macam-macam lagi. Bahkan, ada sedikit niat jahat dalam hati saja Tuhan sudah tidak mau mendengarkan doa kita. Banyaknya dosa dan pelanggaran inilah yang menjadi penyebab utama doa-doa terhalang dan tidak dijawab Tuhan. "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).
Mata dan telinga Tuhan tertuju kepada teriakan dan permohonan dari orang-orang saleh. Orang saleh adalah orang yang hidup kudus di hadapan Tuhan, seseorang yang telah menanggalkan perbuatan lama dan mengenakan manusia baru. Sebaliknya, mata dan telingaNya tertutup untuk teriakan dan permohonan orang yang hidup dalam dosa. Sekarang ini banyak orang yang senang berkompromi dengan dosa daripada hidup dalam kekudusan; orang lebih suka berbuat jahat daripada berbuat baik; lebih suka berbohong daripada jujur. Jika kita salah satu dari mereka, marilah kita segera bertobat. Mohon pengampunan dari Tuhan. Jadilah orang-orang yang saleh, maka Ia akan mendengarkan doa dan permohonan kita.
Doa orang yang saleh sangat berharga di mata Tuhan dan itu mendatangkan kuasa!
Thursday, December 23, 2010
SIAPA LAYAK MENGHAMPIRI TUHAN? (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 24:1-10
"Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Mazmur 24:3
Alkitab menegaskan bahwa tidak semua orang dapat masuk ke hadirat Tuhan karena Ia adalah kudus, sehingga tanpa kekudusan kita pun tidak dilayakkan untuk menghampiriNya. Itulah sebabnya Rasul Petrus mengingatkan, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Jadi kita tak dapat melihat Tuhan tanpa kekudusan, tanpa kesucian hati. Pemazmur pun bertanya, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Jawabannya: yang boleh datang menghampiri Tuhan atau naik ke gunungNya adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Jadi, bukan sembarang orang! Mari ingatlah itu.
Orang yang bersih tangannnya. Bersih artinya tidak bersalah atau bebas dari kesalahan. Sedangkan tangan berbicara tentang tindakan. Jadi orang yang bersih tangannya adalah orang yang memiliki tindakan atau perbuatan yang tidak bercela, bebas dari kesalahan. Tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan, tapi "jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Selain itu, orang yang memiliki hati yang murni. Murni artinya bersih, jernih, tidak ada hal-hal buruk yang tersimpan dalam hati. Keadaan hati seseorang sangat menentukan segalanya, karena dari hati "...timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Oleh sebab itu kita harus berusaha menjaga hati kita supaya tetap berkenan kepada Tuhan karena dari situlah akan terpancar kehidupan (baca Amsal 4:23). Bila hati kita bersih, secara otomatis akan berdampak pula terhadap ucapan dan mulut kita. Mengapa demikian? "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Setiap orang yang terlibat dalam segala bentuk penipuan dan juga sumpah palsu tidak layak menghadap Tuhan. Penipuan dan sumpah palsu adalah kekejian di mata Tuhan.
Jadi, berhati-hatilah akan hal ini!
Baca: Mazmur 24:1-10
"Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Mazmur 24:3
Alkitab menegaskan bahwa tidak semua orang dapat masuk ke hadirat Tuhan karena Ia adalah kudus, sehingga tanpa kekudusan kita pun tidak dilayakkan untuk menghampiriNya. Itulah sebabnya Rasul Petrus mengingatkan, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Jadi kita tak dapat melihat Tuhan tanpa kekudusan, tanpa kesucian hati. Pemazmur pun bertanya, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?" Jawabannya: yang boleh datang menghampiri Tuhan atau naik ke gunungNya adalah "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mazmur 24:4). Jadi, bukan sembarang orang! Mari ingatlah itu.
Orang yang bersih tangannnya. Bersih artinya tidak bersalah atau bebas dari kesalahan. Sedangkan tangan berbicara tentang tindakan. Jadi orang yang bersih tangannya adalah orang yang memiliki tindakan atau perbuatan yang tidak bercela, bebas dari kesalahan. Tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan, tapi "jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Selain itu, orang yang memiliki hati yang murni. Murni artinya bersih, jernih, tidak ada hal-hal buruk yang tersimpan dalam hati. Keadaan hati seseorang sangat menentukan segalanya, karena dari hati "...timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Oleh sebab itu kita harus berusaha menjaga hati kita supaya tetap berkenan kepada Tuhan karena dari situlah akan terpancar kehidupan (baca Amsal 4:23). Bila hati kita bersih, secara otomatis akan berdampak pula terhadap ucapan dan mulut kita. Mengapa demikian? "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Setiap orang yang terlibat dalam segala bentuk penipuan dan juga sumpah palsu tidak layak menghadap Tuhan. Penipuan dan sumpah palsu adalah kekejian di mata Tuhan.
Jadi, berhati-hatilah akan hal ini!
Wednesday, December 22, 2010
NAMA YESUS SANGAT BERKUASA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2010 -
Baca: Yohanes 14:1-14
"dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak." Yohanes 14:13
'Dalam nama Yesus' bukanlah kalimat biasa tanpa makna yang selalu atau biasa kita katakan pada saat kita mengakhiri doa-doa kita. Tetapi kalimat itu mengandung makna yang sangat dalam, seluruh perbuatan dahsyat dan karyaNya yang ajaib diwakilkan dalam nama Yesus. Itu sudah cukup!
Bila kita berseru meminta dalam nama Yesus, bila kita menyampaikan permohonan doa kita kepada Bapa dengan berlandaskan nama Yesus, Bapa di sorga akan mengabulkannya. Bukan karena kita layak untuk menerima tetapi karena Dia yang melayakkannya. Dikatakan, "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya." (Efesus 3:12). Jadi kita harus percaya dengan iman bahwa nama Yesus menyandang cukup kekuasaan untuk menjamin doa-doa kita dikabulkan. Rasul Paulus mengatakan bahwa nama Yesus adalah nama yang berkuasa di atas segala nama. Nama Yesus adalah satu-satunya nama yang sanggup menekukkan lutut, baik itu yang ada di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi. Iblis gemetar mendengar nama Yesus, dan nama Yesus satu-satunya yang sanggup mengusir setan dan segala kuasa jahat roh-roh jahat. Dalam Ibrani 1:4 juga dikatakan bahwa Yesus adalah nama yang lebih indah dari pada nama yang diberikan Allah kepada malaikat-malaikatNya. Oleh karena itu kita patut bersyukur memiliki Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Selain memperoleh keselamatan di dalam Dia, namaNya juga menjadi jaminan bahwa doa-doa kita akan didengar dan dijawab oleh Tuhan. Jadi nama Yesus adalah materai untuk mengesahkan doa-doa kita. Luar biasa! Yesus sudah lebih dari cukup bagi orang percaya!
Tetapi, mengapa kita kadang masih meragukan kuasa Tuhan Yesus dan berpaling mencari pertolongan ilah lain. Lebih menyedihkan lagi, kita pun seringkali rela meninggalkan iman demi materi, jabatan dan pasangan hidup.
"Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," Filipi 2:9-10
Baca: Yohanes 14:1-14
"dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak." Yohanes 14:13
'Dalam nama Yesus' bukanlah kalimat biasa tanpa makna yang selalu atau biasa kita katakan pada saat kita mengakhiri doa-doa kita. Tetapi kalimat itu mengandung makna yang sangat dalam, seluruh perbuatan dahsyat dan karyaNya yang ajaib diwakilkan dalam nama Yesus. Itu sudah cukup!
Bila kita berseru meminta dalam nama Yesus, bila kita menyampaikan permohonan doa kita kepada Bapa dengan berlandaskan nama Yesus, Bapa di sorga akan mengabulkannya. Bukan karena kita layak untuk menerima tetapi karena Dia yang melayakkannya. Dikatakan, "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya." (Efesus 3:12). Jadi kita harus percaya dengan iman bahwa nama Yesus menyandang cukup kekuasaan untuk menjamin doa-doa kita dikabulkan. Rasul Paulus mengatakan bahwa nama Yesus adalah nama yang berkuasa di atas segala nama. Nama Yesus adalah satu-satunya nama yang sanggup menekukkan lutut, baik itu yang ada di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi. Iblis gemetar mendengar nama Yesus, dan nama Yesus satu-satunya yang sanggup mengusir setan dan segala kuasa jahat roh-roh jahat. Dalam Ibrani 1:4 juga dikatakan bahwa Yesus adalah nama yang lebih indah dari pada nama yang diberikan Allah kepada malaikat-malaikatNya. Oleh karena itu kita patut bersyukur memiliki Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Selain memperoleh keselamatan di dalam Dia, namaNya juga menjadi jaminan bahwa doa-doa kita akan didengar dan dijawab oleh Tuhan. Jadi nama Yesus adalah materai untuk mengesahkan doa-doa kita. Luar biasa! Yesus sudah lebih dari cukup bagi orang percaya!
Tetapi, mengapa kita kadang masih meragukan kuasa Tuhan Yesus dan berpaling mencari pertolongan ilah lain. Lebih menyedihkan lagi, kita pun seringkali rela meninggalkan iman demi materi, jabatan dan pasangan hidup.
"Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," Filipi 2:9-10
Tuesday, December 21, 2010
HARUS BERDOA: Hal Pencobaan Yang Diluputkan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 32:1-11
"Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepadaMu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya." Mazmur 32:6
Hidup di akhir zaman ini semakin hari semakin sulit dan tantangan kian bertambah-tambah, bahkan kita diperingatkan agar selalu waspada dan berjaga-jaga karena di sekeliling kita ada Iblis yang "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Ada pun yang menjadi mangsa Iblis adalah orang-orang percaya, karena orang-orang dunia sudah berada dalam cengkeramannya. Iblis mencari musuh-musuhnya yaitu orang-orang percaya yang tidak berjaga-jaga dalam doa.
Ada banyak percobaan yang harus dihadapi oleh para pengikut Kristus, dan untuk bisa menang melawan setiap pencobaan yang ada adalah melalui doa. Itulah sebabnya Yesus menegur Petrus saat berada di taman Getsemani, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:40a-41). Yesus mendapati murid-muridNya tertidur. Sesungguhnya roh mereka mau berdoa tetapi daging mereka lemah. Karena tidak berdoa, para murid akhirnya tidak siap menghadapi pencobaan. Sewaktu Yesus ditangkap di taman Getsemani, tempat di mana Yesus sedang berdoa, "...semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (Markus 14:50). Petrus pun sempat menyangkal Yesus sebanyak tiga kali karena mengalami ketakutan.
Satu-satunya langkah agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan adalah dengan berdoa. Sebagaimana disampaikan oleh pemazmur, bila orang saleh berdoa, Tuhan akan meluputkan mereka dari berbagai kesulitan atau pencobaan (ayat nas). Di dalam doa terkandung kuasa yang dahsyat! Doa dapat meluputkan orang percaya dari bencana dan malapetaka. Ketika kita tekun berdoa ada jaminan perlindungan dari Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan pasti menggenapi semua janji firmanNya. Maka "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2). Bertekun dalam doa artinya senantiasa berdoa dengan disiplin yang tinggi. Senantiasa berdoa artinya tidak peduli ada masalah, capai atau terlalu sibuk, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17).
Saudara ingin berkemenangan di setiap pergumulan? Tekunlah Berdoa!
Baca: Mazmur 32:1-11
"Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepadaMu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya." Mazmur 32:6
Hidup di akhir zaman ini semakin hari semakin sulit dan tantangan kian bertambah-tambah, bahkan kita diperingatkan agar selalu waspada dan berjaga-jaga karena di sekeliling kita ada Iblis yang "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Ada pun yang menjadi mangsa Iblis adalah orang-orang percaya, karena orang-orang dunia sudah berada dalam cengkeramannya. Iblis mencari musuh-musuhnya yaitu orang-orang percaya yang tidak berjaga-jaga dalam doa.
Ada banyak percobaan yang harus dihadapi oleh para pengikut Kristus, dan untuk bisa menang melawan setiap pencobaan yang ada adalah melalui doa. Itulah sebabnya Yesus menegur Petrus saat berada di taman Getsemani, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:40a-41). Yesus mendapati murid-muridNya tertidur. Sesungguhnya roh mereka mau berdoa tetapi daging mereka lemah. Karena tidak berdoa, para murid akhirnya tidak siap menghadapi pencobaan. Sewaktu Yesus ditangkap di taman Getsemani, tempat di mana Yesus sedang berdoa, "...semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (Markus 14:50). Petrus pun sempat menyangkal Yesus sebanyak tiga kali karena mengalami ketakutan.
Satu-satunya langkah agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan adalah dengan berdoa. Sebagaimana disampaikan oleh pemazmur, bila orang saleh berdoa, Tuhan akan meluputkan mereka dari berbagai kesulitan atau pencobaan (ayat nas). Di dalam doa terkandung kuasa yang dahsyat! Doa dapat meluputkan orang percaya dari bencana dan malapetaka. Ketika kita tekun berdoa ada jaminan perlindungan dari Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan pasti menggenapi semua janji firmanNya. Maka "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2). Bertekun dalam doa artinya senantiasa berdoa dengan disiplin yang tinggi. Senantiasa berdoa artinya tidak peduli ada masalah, capai atau terlalu sibuk, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17).
Saudara ingin berkemenangan di setiap pergumulan? Tekunlah Berdoa!
Monday, December 20, 2010
HARUS BERDOA: Hal Perintah Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2010 -
Baca: Lukas 18:1-8
"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." Lukas 18:1
Kemarin disampaikan bahwa tubuh kita sebagai bait Tuhan harus menjadi rumah doa, bukan untuk melakukan hal-hal yang najis karena "...bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Maka, amat mengherankan jika masih ada orang Kristen yang malas atau jarang sekali berdoa karena doa harus menjadi pola hidup orang percaya!
Arti rumah doa berarti rumah untuk berdoa, dan rumah itu adalah tubuh kita sendiri. Jadi berdoa adalah suatu keharusan, karena ini adalah perintah Tuhan. Dari ayat nas yang kita baca dikatakan bahwa kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata tidak jemu-jemu artinya tidak bosan-bosan atau terus melakukannya. Mengapa kita harus berdoa terus-menerus tanpa jemu-jemu? Alkitab menyatakan bahwa kehidupan orang percaya di dunia ini seperti seekor domba di tengah-tengah serigala. Mampukah kita menghadapinya bila kita mengandalkan kekuatan sendiri? Domba sangat bergantung sepenuhnya kepada gembalanya. Begitu pula kita. "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Tanpa penyertaan Tuhan kita tidak punya kekuatan apa-apa karena hidup kita sepenuhnya di tangan Tuhan, seperti Gembala kita.
Jadi kita harus senantiasa berdoa. Berdoa berarti menyadari keterbatasan dan ketidak berdayaan kita. Kita harus berdoa karena kita sangat membutuhkan uluran tangan Tuhan yang penuh kuasa itu. Tuhan Yesus sendiri telah meninggalkan teladan bagi kita, selalu membangun kekariban dengan Bapa melalui doa. Orang Kristen yang suka berdoa berarti selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh kehidupannya. Dikatakan demikian, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Artinya hidupnya akan berbagia karena ia senantiasa dipelihara oleh Tuhan. Sebaliknya orang yang tidak suka berdoa berarti mengandalkan kekuatannya sendiri, dan inilah yang dikatakan Alkitab: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5).
Maka, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!" Yesaya 55:6
Baca: Lukas 18:1-8
"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." Lukas 18:1
Kemarin disampaikan bahwa tubuh kita sebagai bait Tuhan harus menjadi rumah doa, bukan untuk melakukan hal-hal yang najis karena "...bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Maka, amat mengherankan jika masih ada orang Kristen yang malas atau jarang sekali berdoa karena doa harus menjadi pola hidup orang percaya!
Arti rumah doa berarti rumah untuk berdoa, dan rumah itu adalah tubuh kita sendiri. Jadi berdoa adalah suatu keharusan, karena ini adalah perintah Tuhan. Dari ayat nas yang kita baca dikatakan bahwa kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata tidak jemu-jemu artinya tidak bosan-bosan atau terus melakukannya. Mengapa kita harus berdoa terus-menerus tanpa jemu-jemu? Alkitab menyatakan bahwa kehidupan orang percaya di dunia ini seperti seekor domba di tengah-tengah serigala. Mampukah kita menghadapinya bila kita mengandalkan kekuatan sendiri? Domba sangat bergantung sepenuhnya kepada gembalanya. Begitu pula kita. "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Tanpa penyertaan Tuhan kita tidak punya kekuatan apa-apa karena hidup kita sepenuhnya di tangan Tuhan, seperti Gembala kita.
Jadi kita harus senantiasa berdoa. Berdoa berarti menyadari keterbatasan dan ketidak berdayaan kita. Kita harus berdoa karena kita sangat membutuhkan uluran tangan Tuhan yang penuh kuasa itu. Tuhan Yesus sendiri telah meninggalkan teladan bagi kita, selalu membangun kekariban dengan Bapa melalui doa. Orang Kristen yang suka berdoa berarti selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh kehidupannya. Dikatakan demikian, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Artinya hidupnya akan berbagia karena ia senantiasa dipelihara oleh Tuhan. Sebaliknya orang yang tidak suka berdoa berarti mengandalkan kekuatannya sendiri, dan inilah yang dikatakan Alkitab: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5).
Maka, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!" Yesaya 55:6
Sunday, December 19, 2010
HARUS BERDOA: Hal Rumah Doa
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2010 -
Baca: Matius 21:12-17
"Ada tertulis: Rumahku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Matius 21:13
Suatu ketika Yesus masuk ke Bait Allah di Yerusalem. Betapa terkejutnya Dia saat melihat bahwa Bait itu telah disalahfungsikan. Bait Allah adalah tempat di mana hadiratNya hadir, tempat di mana orang-orang bersekutu untuk memuji dan juga mendengarkan firmanNya; tetapi telah disalahfungsikan untuk berdagang atau berjual beli.
Melihat penyalahgunaan BaitNya Yesus sangat marah, sehingga "Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati" (ayat 12b) dan mengusir mereka semua. Dengan keras Yesus menegur mereka dengan berkata, "Rumahku akan disebut romah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Namun ternyata teguran Tuhan Yesus itu justru membuat para imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjadi tersinggung sehingga mereka berusaha mencari jalan untuk membinasakan Yesus (baca Markus 11:18). Seharusnya mereka bersyukur menerima teguran Yesus ini, tapi reaksi mereka malah sebaliknya: marah dan membenci Dia. Hal ini menunjukkan bahwa mereka (para imam kepala dan ahli Taurat) tidak sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang munafik, mengerti kebenaran tapi tidak melakukannya. Bait Tuhan sudah selayaknya menjadi rumah doa, bukan dijadikan sarang penyamun atau untuk perkara-perkara dosa. FirmanNya menegaskan bahwa "...bait Allah adalah kudus dan baik Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Jadi tubuh kita ini adalah baitNya yang kudus. Tuhan menghendaki agar tubuh kita selalu dalam keadaan kudus dan menjadi rumah doa!
Sudahkah kita menggunakan tubuh kita sebagai rumah doa? Seringkali kita merasa tidak punya waktu untuk berdoa. Kita merasa letih atau capai, dan terlalu sibuk. Kalau pun berdoa kita melakukannya dengan terburu-buru, bila perlu saja dan ala kadarnya untuk formalitas. Doa memang mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang sanggup melakukannya dengan setia dan tekun sehingga seolah kita tidak ada waktu untuk berdoa. Melalui renungan hari ini kita diingatkan: marilah menghargai tubuh kita karena tubuh kita adalah rumah doa.
Jangan membawa tubuh kita kepada hal-hal yang najis atau dosa, karena barangsiapa membinasakan bait Tuhan, Tuhan akan membinasakan dia (baca 1 Korintus 3:16-17).
Baca: Matius 21:12-17
"Ada tertulis: Rumahku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Matius 21:13
Suatu ketika Yesus masuk ke Bait Allah di Yerusalem. Betapa terkejutnya Dia saat melihat bahwa Bait itu telah disalahfungsikan. Bait Allah adalah tempat di mana hadiratNya hadir, tempat di mana orang-orang bersekutu untuk memuji dan juga mendengarkan firmanNya; tetapi telah disalahfungsikan untuk berdagang atau berjual beli.
Melihat penyalahgunaan BaitNya Yesus sangat marah, sehingga "Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati" (ayat 12b) dan mengusir mereka semua. Dengan keras Yesus menegur mereka dengan berkata, "Rumahku akan disebut romah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Namun ternyata teguran Tuhan Yesus itu justru membuat para imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjadi tersinggung sehingga mereka berusaha mencari jalan untuk membinasakan Yesus (baca Markus 11:18). Seharusnya mereka bersyukur menerima teguran Yesus ini, tapi reaksi mereka malah sebaliknya: marah dan membenci Dia. Hal ini menunjukkan bahwa mereka (para imam kepala dan ahli Taurat) tidak sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang munafik, mengerti kebenaran tapi tidak melakukannya. Bait Tuhan sudah selayaknya menjadi rumah doa, bukan dijadikan sarang penyamun atau untuk perkara-perkara dosa. FirmanNya menegaskan bahwa "...bait Allah adalah kudus dan baik Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17b). Jadi tubuh kita ini adalah baitNya yang kudus. Tuhan menghendaki agar tubuh kita selalu dalam keadaan kudus dan menjadi rumah doa!
Sudahkah kita menggunakan tubuh kita sebagai rumah doa? Seringkali kita merasa tidak punya waktu untuk berdoa. Kita merasa letih atau capai, dan terlalu sibuk. Kalau pun berdoa kita melakukannya dengan terburu-buru, bila perlu saja dan ala kadarnya untuk formalitas. Doa memang mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang sanggup melakukannya dengan setia dan tekun sehingga seolah kita tidak ada waktu untuk berdoa. Melalui renungan hari ini kita diingatkan: marilah menghargai tubuh kita karena tubuh kita adalah rumah doa.
Jangan membawa tubuh kita kepada hal-hal yang najis atau dosa, karena barangsiapa membinasakan bait Tuhan, Tuhan akan membinasakan dia (baca 1 Korintus 3:16-17).
Saturday, December 18, 2010
MUSUH HARUS KITA KASIHI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2010 -
Baca: Matius 5:38-48
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menaganiaya kamu." Matius 5:44
Dunia mengajar kita untuk membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Siapa pun yang menyakiti dan melukai kita harus dibalas dengan setimpal. Kalau bisa, pembalasan itu lebih kejam dari pada perbuatan. Mereka kita anggap sebagai musuh! Tetapi sebagai orang percaya kita diajar untuk mengasihi musuh kita. Tuhan mengajar kita untuk berbuat baik dan mendoakan orang-orang yang menganiaya dan membenci kita. Dikatakan, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu." (ayat 39-40).
Tentang hal mengasihi musuh ini kita bisa belajar dari Daud. Mari kita perhatikan bagaimana reaksi Daud saat mendapat kabar bahwa Saul dan Yonatan telah mati terbunuh di medan perang. "...Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga." (2 Samuel 1:11). Daud pun mengungkapkan demikian, "Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa." (2 Samuel 1:23). Luar biasa! Daud menyebut Saul sebagai orang yang banyak dicintai (termasuk oleh Daud) dan ramah, padahal Saul adalah seorang yang sangat membenci Daud. Hidup Daud menjadi tidak tenang dan menderita karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang menginginkan kematiannya. Tetapi Daud tidak pernah membalas perbuatan jahat yang dilakukan Saul terhadapnya; ia tetap mengasihi Saul. Bahkan kematian Saul dan Yonatan benar-benar telah meninggalkan duka yang mendalam bagi Daud.
Seringkali kita menganggap teman sekantor yang suka memfitnah, rekan sepelayanan yang suka menyaingi kita, tetangga yang menjengkelkan atau orang lain yang berbeda status dan juga ras, sebagai musuh kita. Bila menjadi pengikut Kristus, mengasihi musuh adalah tindakan penyangkalan diri. Adakalanya Tuhan memakai orang-orang yang "menjengkelkan" sebagai cara untuk membentuk dan mempersiapkan kita menggenapi rencanaNya di dalam hidup kita.
Jika hal ini kita sadari, maka tindakan mengasihi musuh adalah sesuatu yang mutlak kita kerjakan!
Baca: Matius 5:38-48
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menaganiaya kamu." Matius 5:44
Dunia mengajar kita untuk membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Siapa pun yang menyakiti dan melukai kita harus dibalas dengan setimpal. Kalau bisa, pembalasan itu lebih kejam dari pada perbuatan. Mereka kita anggap sebagai musuh! Tetapi sebagai orang percaya kita diajar untuk mengasihi musuh kita. Tuhan mengajar kita untuk berbuat baik dan mendoakan orang-orang yang menganiaya dan membenci kita. Dikatakan, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu." (ayat 39-40).
Tentang hal mengasihi musuh ini kita bisa belajar dari Daud. Mari kita perhatikan bagaimana reaksi Daud saat mendapat kabar bahwa Saul dan Yonatan telah mati terbunuh di medan perang. "...Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga." (2 Samuel 1:11). Daud pun mengungkapkan demikian, "Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa." (2 Samuel 1:23). Luar biasa! Daud menyebut Saul sebagai orang yang banyak dicintai (termasuk oleh Daud) dan ramah, padahal Saul adalah seorang yang sangat membenci Daud. Hidup Daud menjadi tidak tenang dan menderita karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang menginginkan kematiannya. Tetapi Daud tidak pernah membalas perbuatan jahat yang dilakukan Saul terhadapnya; ia tetap mengasihi Saul. Bahkan kematian Saul dan Yonatan benar-benar telah meninggalkan duka yang mendalam bagi Daud.
Seringkali kita menganggap teman sekantor yang suka memfitnah, rekan sepelayanan yang suka menyaingi kita, tetangga yang menjengkelkan atau orang lain yang berbeda status dan juga ras, sebagai musuh kita. Bila menjadi pengikut Kristus, mengasihi musuh adalah tindakan penyangkalan diri. Adakalanya Tuhan memakai orang-orang yang "menjengkelkan" sebagai cara untuk membentuk dan mempersiapkan kita menggenapi rencanaNya di dalam hidup kita.
Jika hal ini kita sadari, maka tindakan mengasihi musuh adalah sesuatu yang mutlak kita kerjakan!
Friday, December 17, 2010
KRITERIA CALON UTUSAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2010 -
Baca: Maleakhi 2:1-9
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan Tuhan semesta alam." Maleakhi 2:7
Kata 'Maleakhi' berarti 'utusanKu'. Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi bukan tanpa maksud dan tujuan, tetapi dari awal ada rencanaNya yang indah yaitu supaya ia menjadi hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaran firmanNya. Tuhan berkata, "Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu!" (Maleakhi 3:1a).
Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya olehNya kita pun harus memenuhi kriteria yang dikehendakiNya, seperti kata Rasul Paulus, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1). Rasul Paulus merasa sangat tersanjung karena telah dipilih dan dipercaya untuk menyatakan rahasia Allah. Ini adalah anugerah dan kemurahan Tuhan semata.
Ada pun kriteria untuk menjadi seorang utusan Tuhan adalah: 1. Memiliki hati yang takut akan Tuhan. "...ia (Lewi) takut kepadaKu dan gentar terhadap namaKu." (Maleakhi 2:5). Takut akan Tuhan adalah mutlak, artinya calon untuk utusan Tuhan (yaitu menjadi pelaku firman); berpikir benar dan bertindak benar, artinya pikiran dan tindakannya berjalan seirama. Ini berbicara tentang integritas! Sebagai utusan Tuhan, Rasul Paulus "...senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). 2. Menyatakan kebenaran. "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya (Lewi) dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya." (Maleakhi 2:6a). Calon pelayan yang benar selalu menjaga setiap perkataan atau ucapannya. Yang ia sampaikan adalah kebenaran, tidak ada rekayasa atau kompromi sedikit pun dengan dosa. 3. Senantiasa berjalan bersama Tuhan, "Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia (Lewi) mengikuti Aku..." (Maleakhi 2:6b). Ia senantiasa karib dengan Tuhan dan ini menghasilkan kepekaan rohani dalam dirinya, artinya mampu memahami dan merespons setiap kegerakan Roh Kudus sehingga ia menjadi seorang yang teachable (rela diajar dan dikoreksi). 4. Membawa orang lain kembali kepada Tuhan (bertobat). "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (Maleakhi 2:6c).
Hidup seorang utusan Tuhan sudah seharusnya menjadi teladan atau berdampak bagi orang lain, sehingga ia mampu menuntun orang datang kepada Tuhan (Yakobus 5:19-20).
Baca: Maleakhi 2:1-9
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan Tuhan semesta alam." Maleakhi 2:7
Kata 'Maleakhi' berarti 'utusanKu'. Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi bukan tanpa maksud dan tujuan, tetapi dari awal ada rencanaNya yang indah yaitu supaya ia menjadi hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaran firmanNya. Tuhan berkata, "Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu!" (Maleakhi 3:1a).
Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya olehNya kita pun harus memenuhi kriteria yang dikehendakiNya, seperti kata Rasul Paulus, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1). Rasul Paulus merasa sangat tersanjung karena telah dipilih dan dipercaya untuk menyatakan rahasia Allah. Ini adalah anugerah dan kemurahan Tuhan semata.
Ada pun kriteria untuk menjadi seorang utusan Tuhan adalah: 1. Memiliki hati yang takut akan Tuhan. "...ia (Lewi) takut kepadaKu dan gentar terhadap namaKu." (Maleakhi 2:5). Takut akan Tuhan adalah mutlak, artinya calon untuk utusan Tuhan (yaitu menjadi pelaku firman); berpikir benar dan bertindak benar, artinya pikiran dan tindakannya berjalan seirama. Ini berbicara tentang integritas! Sebagai utusan Tuhan, Rasul Paulus "...senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). 2. Menyatakan kebenaran. "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya (Lewi) dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya." (Maleakhi 2:6a). Calon pelayan yang benar selalu menjaga setiap perkataan atau ucapannya. Yang ia sampaikan adalah kebenaran, tidak ada rekayasa atau kompromi sedikit pun dengan dosa. 3. Senantiasa berjalan bersama Tuhan, "Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia (Lewi) mengikuti Aku..." (Maleakhi 2:6b). Ia senantiasa karib dengan Tuhan dan ini menghasilkan kepekaan rohani dalam dirinya, artinya mampu memahami dan merespons setiap kegerakan Roh Kudus sehingga ia menjadi seorang yang teachable (rela diajar dan dikoreksi). 4. Membawa orang lain kembali kepada Tuhan (bertobat). "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan." (Maleakhi 2:6c).
Hidup seorang utusan Tuhan sudah seharusnya menjadi teladan atau berdampak bagi orang lain, sehingga ia mampu menuntun orang datang kepada Tuhan (Yakobus 5:19-20).
Thursday, December 16, 2010
BENIH ILALANG DI ANTARA GANDUM
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2010 -
Baca: Matius 13:36-43
"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis." Matius 13:39a
Dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum Tuhan Yesus menjelaskan, "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat." (ayat 38). Setiap penaburan selalu bertujuan untuk melipatgandakan atau reproduksi sehingga pada saatnya akan menghasilkan tuaian sebagaimana pada awal penciptaan, ketika Allah memerintahkan Adam dan Hawa: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Ada pun maksud Allah memberkati mereka adalah supaya bumi ini dipenuhi oleh orang-orang yang serupa dan segambar dengan Allah.
Berbicara tentang benih, siapa pun orangnya, pasti akan menaburkan benih-benih yang baik di ladangnya. Tetapi dalam perumpamaan ini ternyata adalah lalang yang juga tumbuh di antara gandum. Dari manakah lalang itu? Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ada musuh yang menabur lalang di ladang tuannya. Yang dimaksud ladang tuan di sini adalah ladang pelayanan. Sedangkan benih itu adalah Injil kebenaran. Benih kebenaran telah ditaburkan oleh Tuhan Yesus, dan kemudian pekerjaan 'menabur' ini dilanjutkan oleh murid-muridNya dan juga para Rasul yang telah menerima amanat agung dari Tuhan: "...pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a). Ternyata Iblis yang juga tidak mau ketinggalan, ia menaburkan benih lalang ke dalam hati Yudas Iskariot; ini adalah benih lalang perdana dalam ladang pelayanan.
Di akhir zaman ini para penyesat bekerja ekstra untuk menaburkan benih lalang seperti yang dikemukakan oleh Rasul Yohanes, "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus." (2 Yohanes 7). Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu waspada agar kita tidak hanyut oleh ajaran-ajaran sesat yang saat ini sedang marak.
Adalah tanggung jawab kita sebagai pekerja-pekerja Tuhan untuk menaburkan benih yang benar (Injil) supaya banyak jiwa diselamatkan, karena pada saatnya lalang itu akan dibakar!
Baca: Matius 13:36-43
"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis." Matius 13:39a
Dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum Tuhan Yesus menjelaskan, "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat." (ayat 38). Setiap penaburan selalu bertujuan untuk melipatgandakan atau reproduksi sehingga pada saatnya akan menghasilkan tuaian sebagaimana pada awal penciptaan, ketika Allah memerintahkan Adam dan Hawa: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Ada pun maksud Allah memberkati mereka adalah supaya bumi ini dipenuhi oleh orang-orang yang serupa dan segambar dengan Allah.
Berbicara tentang benih, siapa pun orangnya, pasti akan menaburkan benih-benih yang baik di ladangnya. Tetapi dalam perumpamaan ini ternyata adalah lalang yang juga tumbuh di antara gandum. Dari manakah lalang itu? Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ada musuh yang menabur lalang di ladang tuannya. Yang dimaksud ladang tuan di sini adalah ladang pelayanan. Sedangkan benih itu adalah Injil kebenaran. Benih kebenaran telah ditaburkan oleh Tuhan Yesus, dan kemudian pekerjaan 'menabur' ini dilanjutkan oleh murid-muridNya dan juga para Rasul yang telah menerima amanat agung dari Tuhan: "...pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a). Ternyata Iblis yang juga tidak mau ketinggalan, ia menaburkan benih lalang ke dalam hati Yudas Iskariot; ini adalah benih lalang perdana dalam ladang pelayanan.
Di akhir zaman ini para penyesat bekerja ekstra untuk menaburkan benih lalang seperti yang dikemukakan oleh Rasul Yohanes, "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus." (2 Yohanes 7). Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu waspada agar kita tidak hanyut oleh ajaran-ajaran sesat yang saat ini sedang marak.
Adalah tanggung jawab kita sebagai pekerja-pekerja Tuhan untuk menaburkan benih yang benar (Injil) supaya banyak jiwa diselamatkan, karena pada saatnya lalang itu akan dibakar!
Wednesday, December 15, 2010
PELAYAN TUHAN HARUS LEMAH LEMBUT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2010 -
Baca: 2 Timotius 2:24-26
"dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran," 2 Timotius 2:25
Apakah Saudara aktif melayani Tuhan di gereja, entah itu sebagai pendeta, penginjil, diaken, ketua persekutuan, worship leader, singer, anggota choirs dsb? Apakah Saudara seorang pelayan Tuhan yang lemah lembut? Atau sebaliknya, meski sudah terlibat dalam pelayanan, Saudara masih mudah emosi atau sering berkata-kata kasar yang mengakibatkan orang lain terluka? Seorang pelayan Tuhan tidak seharusnya bersikap seperti itu. Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan atau menjadi berkat bagi orang lain bila kita tidak lemah lembut? "...seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan," (ayat 24:25a). Jadi, hati yang lemah lembut adalah unsur penting dalam melayani, karena kelemahlembutan adalah salah satu dari buah-buah Roh juga (baca Galatia 5:22-23).
Adalah tidak mudah menjadi seorang yang lemah lembut. Di mana-mana, kebanyakan orang begitu mudah terpancing emosi ketika menghadapi situasi-situasi 'panas'. Kelemahlembutan adalah sikap yang berlawanan dengan sikap kasar yang dilakukan oleh mereka yang keras kepala yang seringkali melukai perasaan orang lain. Seorang yang lemah lembut tidak akan mudah melakukan pembalasan meski telah disakiti atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain; dan Tuhan Yesus adalah teladan utama kita! Saat melayani jiwa-jiwa Yesus selalu menunjukkan kelemahlembutannya, meski Ia sering ditentang, ditolak dan juga dihujat. Bahkan ketika harus menderita aniaya di kayu salib Yesus tidak pernah melakukan pembalasan. Sedikit pun tidak pernah terlontar kata-kata kutuk, justru Ia berdoa untuk mereka! Karena kelemahlembutanNya banyak orang bertobat dan diselamatkan.
Begitu juga kita. Meski orang yang kita layani mungkin menolak, mendebat atau mencemooh kita harus bisa bersabar dan membimbing mereka dengan lemah lembut. Jangan putus asa jika kita menghadapi ujian seperti ini. Juga kita yang melayani dengan cucuran air mata pada saatnya akan menuai dengan sorak-sorai.
Mohon pertolongan Roh Kudus untuk melembutkan hati kita, supaya pelayanan kita berdampak bagi orang lain!
Baca: 2 Timotius 2:24-26
"dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran," 2 Timotius 2:25
Apakah Saudara aktif melayani Tuhan di gereja, entah itu sebagai pendeta, penginjil, diaken, ketua persekutuan, worship leader, singer, anggota choirs dsb? Apakah Saudara seorang pelayan Tuhan yang lemah lembut? Atau sebaliknya, meski sudah terlibat dalam pelayanan, Saudara masih mudah emosi atau sering berkata-kata kasar yang mengakibatkan orang lain terluka? Seorang pelayan Tuhan tidak seharusnya bersikap seperti itu. Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan atau menjadi berkat bagi orang lain bila kita tidak lemah lembut? "...seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan," (ayat 24:25a). Jadi, hati yang lemah lembut adalah unsur penting dalam melayani, karena kelemahlembutan adalah salah satu dari buah-buah Roh juga (baca Galatia 5:22-23).
Adalah tidak mudah menjadi seorang yang lemah lembut. Di mana-mana, kebanyakan orang begitu mudah terpancing emosi ketika menghadapi situasi-situasi 'panas'. Kelemahlembutan adalah sikap yang berlawanan dengan sikap kasar yang dilakukan oleh mereka yang keras kepala yang seringkali melukai perasaan orang lain. Seorang yang lemah lembut tidak akan mudah melakukan pembalasan meski telah disakiti atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain; dan Tuhan Yesus adalah teladan utama kita! Saat melayani jiwa-jiwa Yesus selalu menunjukkan kelemahlembutannya, meski Ia sering ditentang, ditolak dan juga dihujat. Bahkan ketika harus menderita aniaya di kayu salib Yesus tidak pernah melakukan pembalasan. Sedikit pun tidak pernah terlontar kata-kata kutuk, justru Ia berdoa untuk mereka! Karena kelemahlembutanNya banyak orang bertobat dan diselamatkan.
Begitu juga kita. Meski orang yang kita layani mungkin menolak, mendebat atau mencemooh kita harus bisa bersabar dan membimbing mereka dengan lemah lembut. Jangan putus asa jika kita menghadapi ujian seperti ini. Juga kita yang melayani dengan cucuran air mata pada saatnya akan menuai dengan sorak-sorai.
Mohon pertolongan Roh Kudus untuk melembutkan hati kita, supaya pelayanan kita berdampak bagi orang lain!
Tuesday, December 14, 2010
DALAM SEGALA PERKARA TUHAN BEKERJA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2010 -
Baca: Mazmur 34:16-23
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Mazmur 34:18
Selama kita masih berada di dunia ini kehidupan kita tak luput dari masalah. Kita tak pernah luput dari masalah atau penderitaan. Mengapa dunia dipenuhi dengan masalah? Masalah dan penderitaan timbul karena dunia sudah jatuh dalam dosa. Dalam 1 Yohanes 5:19 dikatakan bahwa "...seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." Namun sebagai orang percaya kita tidak usah takut dan cemas karena Tuhan bisa memakai semua masalah atau penderitaan yang terjadi untuk menarik kita lebih dekat kepada Dia. Seringkali situasi sulit atau masa-masa gelap di dalam kehidupan kita memaksa kita untuk datang kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Kala kita terkulai tak berdaya karena sakit, tidak punya uang untuk bayar kos atau kontrakan, gagal dalam rumah tangga atau studi, ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi dan sebagainya, kita menangis dan berteriak kepada Tuhan. Pujian penyembahan kita naikkan kepada Tuhan dengan hati hancur dan mendalam. Seperti Hana. Dalam pergumulan berat, "...dengan hati pedih ia berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu." (1 Samuel 1:10). Daud berkata, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:19).
Belajarlah untuk bersabar dan tetap menaruh iman pengharapan hanya kepada Tuhan, sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Tuhan adalah pemegang kendali seluruh kehidupan yang ada di muka bumi ini, termasuk masalah-masalah yang terjadi dan kita alami. Oleh karenanya serahkan beban itu kepada Tuhan, maka Dia akan turut bekerja. Allah turut bekerja yaitu 'mengolah' masalah tersebut sehingga mendatangkan kebaikan bagi kita. Tuhan sanggup mengubah yang buruk menjadi baik karena ada pengorbanan yang sempurna yang sudah Tuhan Yesus kerjakan di atas kayu salib. Kita harus ingat bahwa kita memiliki Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah apa pun yang ada di dunia ini. Alkitab mengatakan: "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita," (1 Yohanes 5:4).
Asal kita percaya penuh kepada Tuhan, setiap masalah selalu ada jalan keluarnya karena Dia turut bekerja!
Baca: Mazmur 34:16-23
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Mazmur 34:18
Selama kita masih berada di dunia ini kehidupan kita tak luput dari masalah. Kita tak pernah luput dari masalah atau penderitaan. Mengapa dunia dipenuhi dengan masalah? Masalah dan penderitaan timbul karena dunia sudah jatuh dalam dosa. Dalam 1 Yohanes 5:19 dikatakan bahwa "...seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." Namun sebagai orang percaya kita tidak usah takut dan cemas karena Tuhan bisa memakai semua masalah atau penderitaan yang terjadi untuk menarik kita lebih dekat kepada Dia. Seringkali situasi sulit atau masa-masa gelap di dalam kehidupan kita memaksa kita untuk datang kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Kala kita terkulai tak berdaya karena sakit, tidak punya uang untuk bayar kos atau kontrakan, gagal dalam rumah tangga atau studi, ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi dan sebagainya, kita menangis dan berteriak kepada Tuhan. Pujian penyembahan kita naikkan kepada Tuhan dengan hati hancur dan mendalam. Seperti Hana. Dalam pergumulan berat, "...dengan hati pedih ia berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu." (1 Samuel 1:10). Daud berkata, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:19).
Belajarlah untuk bersabar dan tetap menaruh iman pengharapan hanya kepada Tuhan, sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Tuhan adalah pemegang kendali seluruh kehidupan yang ada di muka bumi ini, termasuk masalah-masalah yang terjadi dan kita alami. Oleh karenanya serahkan beban itu kepada Tuhan, maka Dia akan turut bekerja. Allah turut bekerja yaitu 'mengolah' masalah tersebut sehingga mendatangkan kebaikan bagi kita. Tuhan sanggup mengubah yang buruk menjadi baik karena ada pengorbanan yang sempurna yang sudah Tuhan Yesus kerjakan di atas kayu salib. Kita harus ingat bahwa kita memiliki Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah apa pun yang ada di dunia ini. Alkitab mengatakan: "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita," (1 Yohanes 5:4).
Asal kita percaya penuh kepada Tuhan, setiap masalah selalu ada jalan keluarnya karena Dia turut bekerja!
Monday, December 13, 2010
SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2010 -
Baca: Yesaya 28:23-29
"Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?" Yesaya 28:24
Di dalam Pengkotbah 3:1-2 tertulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" Di sini dapat disimpulkan bahwa untuk segala sesuatu ada masanya atau waktunya. Ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur. Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai.
Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Artinya kita hidup di dunia ini ada batas waktunya. Karena itu kita harus menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin untuk melakukan penaburan, sebab akan tiba waktunya kita akan mati; sewaktu-waktu kita pun dapat mati, karena hidup kita ini seperti uap saja, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.
Tuhan berfirman, "Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur." (Imamat 26:3-5a). Berkat disediakan bagi umat yang hidup menurut ketetapan Tuhan dan perjanjianNya. Ini berbicara tentang berkat penuaian, dan berkat ini diberikan dengan maksud supaya kita giat menabur. Menabur dalam hal apa? Yaitu menabur dalam hukum Kristus. Kita tidak dapat melakukannya dengan hawa nafsu daging, tetapi harus di dalam Roh. Jadi, biji-biji buah Rohlah yang kita taburkan. Hal itu hanya dapat terwujud bila kita mau mematikan perbuatan-perbuatan daging, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh..." (Galatia 5:17). Ketika menabur dalam Roh, kita harus rela mematikan perbuatan daging karena tidak semua yang kita tabur akan mempunyai nilai kekal.
Hanya bila kita menabur dalam Roh, penaburan kita akan memiliki nilai yang kekal.
Baca: Yesaya 28:23-29
"Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?" Yesaya 28:24
Di dalam Pengkotbah 3:1-2 tertulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" Di sini dapat disimpulkan bahwa untuk segala sesuatu ada masanya atau waktunya. Ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur. Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai.
Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Artinya kita hidup di dunia ini ada batas waktunya. Karena itu kita harus menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin untuk melakukan penaburan, sebab akan tiba waktunya kita akan mati; sewaktu-waktu kita pun dapat mati, karena hidup kita ini seperti uap saja, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.
Tuhan berfirman, "Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur." (Imamat 26:3-5a). Berkat disediakan bagi umat yang hidup menurut ketetapan Tuhan dan perjanjianNya. Ini berbicara tentang berkat penuaian, dan berkat ini diberikan dengan maksud supaya kita giat menabur. Menabur dalam hal apa? Yaitu menabur dalam hukum Kristus. Kita tidak dapat melakukannya dengan hawa nafsu daging, tetapi harus di dalam Roh. Jadi, biji-biji buah Rohlah yang kita taburkan. Hal itu hanya dapat terwujud bila kita mau mematikan perbuatan-perbuatan daging, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh..." (Galatia 5:17). Ketika menabur dalam Roh, kita harus rela mematikan perbuatan daging karena tidak semua yang kita tabur akan mempunyai nilai kekal.
Hanya bila kita menabur dalam Roh, penaburan kita akan memiliki nilai yang kekal.
Subscribe to:
Posts (Atom)