Wednesday, December 30, 2020

PROSES PENAJAMAN YANG MENDEWASAKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2020

Baca:  Amsal 27:1-27

"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  Amsal 27:17

Perjalanan hidup setiap orang pasti penuh dengan warna:  ada suka, ada duka, ada manis, ada pahit, ada kegagalan, ada keberhasilan, ada kekalahan, ada kemenangan, ada yang menyenangkan, ada yang menyakitkan, dan masih banyak lagi.  Oleh karena itu setiap orang mempunyai dua jenis memori yang tersimpan di dalam pikiran:  memori positif dan memori negatif.  Memori positif berisikan rentetan peristiwa, kejadian atau kenangan yang membahagiakan, menyenangkan, membangkitkan semangat hidup.  Sementara memori negatif berisikan kenangan, pengalaman, peristiwa atau segala hal yang menimbulkan kekecewaan, luka, sakit hati, kecewa, mematahkan semangat hidup.

     Memori mana yang sering muncul di pikiran atau yang sering kita ingat-ingat?  Apakah hati dan pikiran kita dibelenggu oleh kenangan-kenangan masa lalu yang menyakitkan yang membuat kita tidak bisa move on?  Selama kita masih terbelenggu oleh masa lalu yang kelabu, kita takkan pernah bisa menatap hari esok dengan pasti, karena kita masih menoleh ke belakang.  "...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita,...Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman..."  (Ibrani 12:1-2).  Ingat!  Masa lalu itu sudah berlalu dan takkan mungkin bisa terulang kembali.  Kita takkan bisa memperbaiki masa lalu, yang bisa kita lakukan adalah mengisi waktu sekarang dengan sebaik mungkin, tanpa terpengaruh pada pengalaman masa lalu yang menyakitkan.  Jadikan masa lalu sebagai pemelajaran hidup!  Mungkin saja Tuhan mengijinkan kita mengalami hal-hal pahit di masa lalu dengan maksud yang indah, yaitu Ia hendak menajamkan karakter kita, melatih kesabaran, melatih iman, melatih ketekunan, menguji kesetiaan, melatih penguasaan diri, mengajar mengampuni orang lain dan sebagainya.

     Hari ini adalah penghujung tahun 2020!  Biarlah apa yang sudah terjadi dan kita alami sepanjang tahun ini menjadi pendorong kita untuk lebih maju, tak lagi mengulang kembali kesalahan dan kegagalan.

Jangan biarkan Iblis mengintimidasi dan menghalangi langkah menyambut esok!

Tuesday, December 29, 2020

MAUKAH MEMBAYAR HARGA BAGI TUHAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2020

Baca:  Markus 8:31-38

"Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya."  Markus 8:35

Semua yang ada di dunia ini memiliki nilai atau harga!  Contohnya suatu barang:  barang akan berharga mahal dan bernilai tinggi apabila barang tersebut memiliki kualitas yang sangat bagus.  Untuk menjadi suatu barang yang berharga mahal dan bernilai tinggi pasti melewati proses yang tidak instan.  Sebaliknya sebuah barang yang kualitasnya tidak bagus tak mungkin berharga mahal, sudah pasti berharga murah atau bernilai rendah, karena mungkin proses pembuatannya pun tak memakan waktu lama.  Begitu pula untuk menjadi orang yang berhasil atau memiliki reputasi baik di semua bidang kehidupan pun, ada harga yang harus dibayar.  Untuk menjadi atlit berprestasi haruslah membayar harga dengan berlatih secara disiplin setiap hari, menjaga pola makan, mengesampingkan kesenangan masa remaja atau masa muda demi satu tujuan yaitu meraih prestasi setinggi mungkin.  Asal saja kita mau membayar harga, semua hal yang menjadi keinginan, kerinduan, dan harapan, pasti dapat dicapai!

     Begitu pula dalam pengiringan kita akan Kristus!  Kita tak perlu membayar apa-apa untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bahkan anugerah keselamatan diberikan-Nya kepada kita cuma-cuma.  "...dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus."  (Roma 3:24), modal kita hanyalah percaya kepada-Nya!  Namun untuk mengiring dan melayani Dia ada harga yang harus kita bayar:  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  (Markus 8:34).

     Menyangkal diri dan memikul salib, itulah harganya!  Menyangkal diri:  mematikan segala keinginan duniawi yaitu keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup  (1 Yohanes 2:16).  Memikul salib:  rela menderita karena nama Kristus, menjadikan Dia yang terutama, tunduk sepenuhnya kepada kehendak-Nya dan mengesampingkan kepentingan diri sendiri demi Kristus.  Inilah yang disebut dedikasi atau pengabdian diri!

Tanpa mau membayar harga  (taat sepenuh kepada kehendak-Nya)  kita takkan layak di hadapan-Nya!