Thursday, December 17, 2020

MASA DEPAN KITA DALAM JAMINAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2020

Baca:  Yeremia 29:1-23

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  Yeremia 29:11

Tak perlu kita takut akan hidup ini!  Tuhan menjamin hidup kita bukan hanya untuk hari ini dan esok, tapi masa depan kita sepenuhnya ada dalam jaminan Tuhan, karena rancangan Tuhan atas hidup orang percaya sungguh teramat indah.

     Janji firman Tuhan tentang jaminan masa depan ini Tuhan sampaikan kepada bangsa Israel saat mereka masih berada dalam pembuangan di Babel,  "...semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel:"  (Yeremia 29:4).  Orang-orang yang berada dalam pembuangan, secara logika, mustahil memiliki masa depan yang baik!  Di tengah situasi yang sepertinya tidak ada harapan ini Tuhan datang dengan janji firman-Nya yang menguatkan.  Ini menunjukkan bahwa Tuhan tahu pergumulan yang mereka alami dan tak pernah lupa akan janji-janji-Nya kepada bangsa Israel.  Seberat apa pun pergumulan kita saat ini, Tuhan tidak pernah meninggalkan, Ia tidak pernah terlelap dan tertidur  (Mazmur 121:4);  Tuhan tahu apa yang kita perlukan.

     Tuhan memberikan perintah kepada bangsa Israel,  "Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya;"  (Yeremia 29:5).  Membangun  'rumah'  berbicara mengenai  'rumah rohani'  atau membangun mezbah doa dalam kehidupan keluarga.  Mereka juga diperintahkan untuk membuat kebun  (membuka ladang atau tanah baru).  Ini berbicara tentang pembaharuan hati!  Tanah hati kita harus diolah dan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum  'benih'  ditaburkan.  "Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;"  (2 Korintus 9:10).  Saat  'rumah doa'  itu sudah dibangun, di mana ada pujian dan penyembahan naik ke hadirat Tuhan dan hati kita siap menjadi tanah yang baik, saat itulah Tuhan menaburkan benihnya, sehingga benih itu dapat tumbuh dan berbuah-buah.

Masa depan yang gemilang adalah kepastian bagi orang percaya!  Apa yang telah Tuhan rancangkan pasti digenapi-Nya!

Wednesday, December 16, 2020

PANGGILAN TUHAN TAK MUDAH DIMENGERTI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2020

Baca:  Kejadian 12:1-9

"Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;"  Kejadian 12:1

Kita tak dapat memahami rencana dan kehendak Tuhan di dalam kehidupan ini, karena apa yang menjadi rencana dan kehendak-Nya seringkali berlawanan dengan kehendak dan keinginan kita.  Ini yang seringkali tak disadari bahwa ketika kita memutuskan untuk percaya kepada Kristus dan mengikut Dia sesungguhnya kita sedang membuat keputusan untuk tunduk sepenuhnya kepada setiap rencana dan kehendak Tuhan.  Kita bisa belajar dari panggilan Tuhan terhadap Abraham.

     Abraham adalah anak dari keluarga Terah.  Semula ia bernama  'Abram'  yang berarti bapaku yang luhur, dan kemudian Tuhan mengubah nama  'Abram'  menjadi  'Abraham'  yang memiliki makna:  bapa segala bangsa.  Cara Tuhan memanggil Abraham untuk rencana-Nya tak mudah dimengerti, sebab ia diperintahkan Tuhan untuk meninggalkan negeri leluhurnya, Ur-Kasdim, dan berpisah dengan sanak saudaranya, padahal Abraham sudah hidup tenang di sana.  Maksud Tuhan atas pemanggilan Abraham sudah tampak jelas:  menjadikannya bangsa yang besar, memberkati hidupnya dan supaya menjadi berkat.  Mengapa Abraham harus meninggalkan Ur-Kasdim?  Ketika hidup dan tinggal di Ur-Kasdim Abraham menjalani hidup dan adat-istiadat yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.  Oleh karena itu Tuhan memerintahkan Abraham untuk memisahkan diri dari mereka, memisahkan diri dari kehidupan lama.

     Begitu pula sebelum Tuhan memakai hidup seseorang untuk menjadi alat-Nya, Ia terlebih dahulu akan membentuk dan memproses hidupnya.  Hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya harus ditinggalkan.  "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."  (2 Timotius 2:21).  Panggilan Tuhan ini sungguh sangat mendesak, sebab ladang-Nya semakin menguning.  Kita dipanggil bukan sekedar untuk menerima berkat-Nya, tapi untuk menjadi berkat bagi dunia dan menjangkau jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.

Tanpa mau meninggalkan kehidupan lama, Tuhan takkan bisa memakai hidup kita untuk mengerjakan panggilan-Nya!