Saturday, October 10, 2020

SEPERTI TANAH YANG BAIKKAH HATI KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2020

Baca:  Yeremia 4:1-4

"Sebab beginilah firman TUHAN kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: 'Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh.'"  Yeremia 4:3

Sadar atau tidak sadar segala sesuatu yang terjadi dan kita alami dalam hidup ini memiliki keterkaitan dengan apa yang ada di dalam hati kita, atau cerminan dari apa yang ada di hati kita.  Contoh:  kalau hati kita dipenuhi sukacita dan ucapan syukur, hari-hari yang kita jalani pun tampak menyenangkan, kita menjalani hidup dengan penuh optimisme.

     Alkitab menggambarkan hati manusia itu seperti tanah:  ada tanah yang dipenuhi kerikil atau batu, ada tanah sangat keras, ada tanah yang ditumbuhi semak duri, ada pula tanah yang baik  (subur).  Meski sama-sama mendengarkan firman Tuhan, pertumbuhan rohani setiap orang sangat ditentukan oleh respons hati mereka masing-masing.  Sekalipun berkali-kali mendengarkan firman Tuhan, jika tanah hati kita tetap keras seperti batu, maka benih firman Tuhan tidak bisa tumbuh dengan baik, alias takkan berdampak dalam hidup kita.  Benih firman Tuhan dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang lebat bila disemai di atas tanah yang baik.

     Hati kita digambarkan sebagai tanah yang baik apabila sudah bersih dari segala bentuk kotoran, berupa kepahitan, kebencian, dendam, amarah, sakit hati dan sebagainya.  Jika kotoran-kotoran tersebut masih saja menempel dan tidak segera dibersihkan, pertumbuhan benih firman pasti terhambat sekalipun kita aktif beribadah atau rajin hadir di persekutuan doa.  Hati kita digambarkan sebagai tanah yang baik apabila bebas dari segala yang jahat.  Karena itu kita harus menjaga hati kita dengan penuh kewaspadaan, sebab dari hati timbul segala pikiran jahat  (Matius 15:19).  Pemazmur mengingatkan bahwa bila ada niat jahat di dalam hati saja, doa kita tak didengar oleh Tuhan!  (Mazmur 66:18).  Jangan pula hati kita ini dipenuhi dengan segala keinginan-keinginan dunia yang sarat dengan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup  (1 Yohanes 2:16).  Jangan pula hati kita ini dipenuhi dengan ambisi-ambisi dunia yang bertujuan semata-mata untuk kemegahan diri sendiri.  Bila hati dipenuhi dengan ambisi pribadi, hal itu akan menyondongkan orang menjadi serakah dan tamak.

Mohon Roh Kudus menyelidiki hati kita supaya tetap berkenan kepada Tuhan!

Friday, October 9, 2020

MANUSIA BIASA, DOANYA LUAR BIASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2020

Baca:  Yakobus 5:12-20

"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  Yakobus 5:16b

Doa adalah salah satu senjata rohani orang percaya yang sangat efektif untuk mengalahkan musuh  (Iblis).  Karena itu jangan meremehkan kekuatan doa!  Doa adalah senjata yang tidak kelihatan secara kasat mata, tapi kuasanya sungguh teramat dahsyat melebihi senjata apa pun di dunia ini, sebab doa sanggup mengalahkan musuh-musuh di alam roh  (Efesus 6:12).  Doa Elia sanggup menggerakkan tangan Tuhan untuk menahan langit agar tidak menurunkan hujan ke bumi selama tiga setengah tahun, juga membuka langit untuk mencurahkan hujan setelah tak ada hujan selama tiga setengah tahun.  Mungkin kita berkata,  "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita,..."  (Yakobus 5:17a).  Benar, Elia adalah manusia biasa yang juga punya kelemahan, kekurangan dan keterbatasan, pernah takut dan nyaris putus asa, bahkan sampai berkeinginan untuk mati saja  (1 Raja-Raja 19:3, 4).

     Terlepas dari keberadaannya sebagai manusia biasa, ada rahasia doa Elia yang membuat doanya menghasilkan mujizat!  1.  Elia taat.  Ketika diperintahan Tuhan untuk menghadap raja Ahab memberitahukan bahwa Tuhan akan menurunkan hujan bagi bangsa Israel, Elia taat  (1 Raja-Raja 18:1-2).  Ketaatnya adalah kunci utama!  Dalam hal berdoa ini Elia berdoa atas kehendak Tuhan, bukan menurut kehendaknya sendiri.  Seringkali kita berdoa menurut kehendak dan keinginan kita sendiri!  Kita hanya berdoa untuk kebutuhan diri sendiri, bukan berdoa menurut kehendak Tuhan.

     2.  Elia berdoa dengan sungguh.  "...bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan."  (Yakobus 5:17b).  Berdoa dengan sungguh berarti roh, jiwa dan tubuh menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah.  Seringkali ketika berdoa, hati dan pikiran kita tidak sinkron karena pikiran melayang kemana-mana  (tidak fokus), mulut berdoa, hati bimbang.  Yang penting juga adalah berdoa di dalam nama Tuhan Yesus!  "...dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."  (Yohanes 14:13-14), sebab segala kuasa ada di dalam nama-Nya.

Asal kita taat dan berdoa dengan sungguh dalam nama Tuhan, mujizat pasti terjadi!