Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2020
Baca: Yeremia 4:1-4
"Sebab beginilah firman TUHAN kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: 'Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh.'" Yeremia 4:3
Sadar atau tidak sadar segala sesuatu yang terjadi dan kita alami dalam hidup ini memiliki keterkaitan dengan apa yang ada di dalam hati kita, atau cerminan dari apa yang ada di hati kita. Contoh: kalau hati kita dipenuhi sukacita dan ucapan syukur, hari-hari yang kita jalani pun tampak menyenangkan, kita menjalani hidup dengan penuh optimisme.
Alkitab menggambarkan hati manusia itu seperti tanah: ada tanah yang dipenuhi kerikil atau batu, ada tanah sangat keras, ada tanah yang ditumbuhi semak duri, ada pula tanah yang baik (subur). Meski sama-sama mendengarkan firman Tuhan, pertumbuhan rohani setiap orang sangat ditentukan oleh respons hati mereka masing-masing. Sekalipun berkali-kali mendengarkan firman Tuhan, jika tanah hati kita tetap keras seperti batu, maka benih firman Tuhan tidak bisa tumbuh dengan baik, alias takkan berdampak dalam hidup kita. Benih firman Tuhan dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang lebat bila disemai di atas tanah yang baik.
Hati kita digambarkan sebagai tanah yang baik apabila sudah bersih dari segala bentuk kotoran, berupa kepahitan, kebencian, dendam, amarah, sakit hati dan sebagainya. Jika kotoran-kotoran tersebut masih saja menempel dan tidak segera dibersihkan, pertumbuhan benih firman pasti terhambat sekalipun kita aktif beribadah atau rajin hadir di persekutuan doa. Hati kita digambarkan sebagai tanah yang baik apabila bebas dari segala yang jahat. Karena itu kita harus menjaga hati kita dengan penuh kewaspadaan, sebab dari hati timbul segala pikiran jahat (Matius 15:19). Pemazmur mengingatkan bahwa bila ada niat jahat di dalam hati saja, doa kita tak didengar oleh Tuhan! (Mazmur 66:18). Jangan pula hati kita ini dipenuhi dengan segala keinginan-keinginan dunia yang sarat dengan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16). Jangan pula hati kita ini dipenuhi dengan ambisi-ambisi dunia yang bertujuan semata-mata untuk kemegahan diri sendiri. Bila hati dipenuhi dengan ambisi pribadi, hal itu akan menyondongkan orang menjadi serakah dan tamak.
Mohon Roh Kudus menyelidiki hati kita supaya tetap berkenan kepada Tuhan!