Thursday, June 25, 2020

TAK MEMENUHI PERSYARATAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2020


"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."  Yohanes 15:7

Ayat nas ini menjadi ayat favorit banyak orang Kristen, mereka seringkali menggunakan ayat ini sebagai senjata untuk komplain dan mengklaim Tuhan agar doa-doanya dijawab dan segala keinginannya terpenuhi.  Sekalipun selalu memperkatakan ayat ini setiap hari, hal itu tidak akan membawa hasil jika syarat yang diminta Tuhan tidak kita penuhi.

     Apa yang kita minta Tuhan akan berikan dan sediakan, asalkan kita memenuhi persyaratan yang Tuhan kehendaki.  Syarat pertama adalah:  "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku..."  (ayat nas).  Tinggal di dalam Tuhan ini berbicara tentang persekutuan yang karib dengan Tuhan, seperti ranting yang melekat pada pokok anggur!  "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku."  (Yohanes 15:4).  Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup seseorang benar-benar dalam pimpinan Roh Tuhan, sehingga seluruh kehendak pribadi harus dimatikan dan ditaklukkan untuk Kristus,  "...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20),  "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  (Yohanes 3:30).  Orang yang tinggal di dalam Kristus berarti wajib hidup sama seperti Kristus hidup  (1 Yohanes 2:6).  Syarat selanjutnya adalah:  "...firman-Ku tinggal di dalam kamu,"  (ayat nas), ini berbicara tentang ketaatan melakukan firman Tuhan.  Jika firman Tuhan  'tinggal'  di dalam kita,  "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).

     Ketika doa-doa kita tak dijawab Tuhan, ketika apa yang kita minta tidak dikabulkan Tuhan, jangan langsung kecewa dan marah kepada Tuhan!  Marilah kita mengoreksi diri:  mungkin selama ini kita belum memenuhi persyaratan yang Tuhan mau.

Jangan hanya menuntut Tuhan untuk memberkati kita, memenuhi keinginan kita, apabila kita sendiri tidak melakukan apa yang menjadi bagian kita!

Wednesday, June 24, 2020

MENGIKUT TUHAN: Meneladani Petani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2020


"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."  2 Timotius 2:6

Rasul Paulus juga menasihati kita untuk belajar dari kehidupan seorang petani, seorang yang bekerja di bidang pertanian  (sawah, ladang)  yang melakukan pengelolaan tanah dan menabur benih tanaman dengan harapan benih itu tumbuh dan menghasilkan buah  (panenan) untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual kepada orang lain.

     Salah satu karakter petani yang patut dicontoh adalah kerja keras!  Ia bekerja tanpa mengenal lelah mulai dari pagi sampai petang, tidak peduli dengan panas terik maupun hujan.  Petani yang bekerja di sawah atau ladang tak langsung menuai, ia harus menunggu dengan sabar dalam kurun waktu yang cukup lama sampai benih yang ditaburnya itu tumbuh dan menghasilkan buah.  "Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu," (Yakobus 5:7-8).  Rasul Paulus mengibaratkan bahwa melayani pekerjaan Tuhan itu juga seperti petani yang sedang bekerja di ladang:  ada yang mencangkul atau membajak sawah, ada yang menanam benih, dan ada pula yang menyiram  (1 Korintus 3:6-9).  Dalam mengiring Tuhan pun kita harus mau bekerja keras, mau berkorban waktu dan tenaga:  "Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai."  (Pengkhotbah 11:4),  "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."  (Pengkhotbah 11:6).

     Ada tertulis:  "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan,"  (Amsal 14:23).  Segala jerih payah petani pada akhirnya akan terbayar lunas ketika musim panen tiba.  Sekalipun kita diperhadapkan dengan tantangan, terjangan angin dan badai,  "...berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58).

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5