Thursday, May 7, 2020

BUTUH IMAN SAAT MENANTIKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2020

Baca:  Habakuk 2:1-5

"Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  Habakuk 2:3

Alkitab menegaskan bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin!  Tidak ada janji yang tidak Tuhan tepati, walau terkadang kita diijinkan untuk mengalami proses penantian yang teramat panjang sampai janji tersebut digenapi di dalam hidup kita.  Banyak orang Kristen tidak sabar dalam menantikan waktu Tuhan.  Mereka seringkali bertindak secara tergesa-gesa, selalu ingin serba cepat dalam menyelesaikan masalah atau dalam mencapai keberhasilan.  Ketahuilah bahwa Tuhan bekerja sesuai dengan waktu-Nya sendiri, Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya  (Pengkhotbah 3:11).

     Suatu ketika Daniel mendapatkan penglihatan dari Tuhan untuk bangsa Israel melalui firman-Nya, sebab saat itu bangsa Israel ditawan oleh bangsa Babilonia selama 70 tahun, dan melalui firman-Nya Tuhan merancang pemulihan bagi bangsa Israel  (Daniel 10:1).  Jelas sekali Daniel menerima janji firman Tuhan, tetapi dalam kenyataannya apa yang Tuhan firmankan tidak segera terjadi.  Apa yang dilakukan Daniel selama menantikan penggenapan janji Tuhan?  Ia mengambil waktu untuk berdoa dan berpuasa selama 21 hari sampai janji Tuhan benar-benar dinyatakan  (Daniel 20:2-3).  Artinya, dalam masa penantian Daniel tidak bersikap pasif, tapi semakin bertekun dalam Tuhan.

     Saat kita berdoa dan membaca firman Tuhan kita mendapatkan janji Tuhan, namun janji itu tidak langsung digenapi dalam hidup kita.  Apa yang kita lakukan?  Bukannya semakin bertekun di dalam Tuhan, tapi seringkali kita malah berhenti berdoa karena kita kecewa dan marah kepada Tuhan.  Ketika doa belum beroleh jawaban, kita mulai meragukan kuasa dan janji Tuhan.  Firman Tuhan menasihati kita untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu  (Lukas 18:1).  Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk menjawab doa-doa kita secepat mungkin menurut keinginan dan kehendak kita, sebab waktu Tuhan bukanlah waktu kita.

"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  Lukas 18:7

Wednesday, May 6, 2020

MENJALANI HIDUP BERSAMA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Mei 2020

Baca:  Mazmur 5:1-13

"TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu."  Mazmur 5:4

Daud adalah pribadi yang memiliki rasa haus dan lapar akan perkara-perkara rohani.  Ia begitu dekat dengan Tuhan dan selalu mencari hadirat-Nya di sepanjang hidupnya.  Daud memulai harinya dengan mencari Tuhan dan mengatur persembahan bagi-Nya.  'Mengatur persembahan'  berbicara tentang pujian dan penyembahan kepada Tuhan sebagai cara untuk mengundang hadirat-Nya turun melawat dan memenuhi kehidupannya.  "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4), artinya Tuhan sangat disenangkan dengan pujian umat-Nya.

     Memulai hari baru dengan membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan, berbicara kepada-Nya dan mendengarkan Dia adalah hal yang biasa Daud lakukan.  Apa yang menjadi kebiasaan Saudara saat memulai hari baru?  Ada banyak orang yang biasa bangun pagi langsung duduk santai ditemani secangkir kopi hangat, sebatang rokok dan gadget, tapi tidak berdoa.  Tidak sedikit orang yang bangun pagi langsung terperangkap dengan kesibukan yang tiada kunjung habisnya:  sepanjang malam dan sampai pagi hari terus disibukkan dengan tugas-tugas tersebut, sampai-sampai tak punya waktu untuk berdoa.  Kita seringkali berpikir bahwa langkah terbaik memulai hari baru adalah bangun pagi-pagi sekali dan cepat bekerja, semuanya pasti akan beres.  Kita harus ingat bahwa kekuatan dan kemampuan kita sangat terbatas, kita tidak tahu apa yang terjadi satu langkah di depan kita, kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.  Oleh karena itu penting sekali kita mencari Tuhan terlebih dahulu sebelum melakukan segala sesuatu.

     Ada kalimat bijak:  "Permulaan yang baik merupakan separuh dari pekerjaan itu sendiri."  Permulaan yang baik sebelum memulai hari adalah mencari Tuhan, bersekutu dengan-Nya dan mempertajam pendengaran akan suara-Nya.  "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid."  (Yesaya 50:4).  Kita sangat membutuhkan tuntunan dan penyertaan Tuhan dalam menjalani hari yang baru, kita harus melibatkan Tuhan di setiap rencana dan tindakan kita.  Bila Tuhan yang beserta kita, segala perkara dapat kita tanggung di dalam Dia.

Penyertaan Tuhan adalah yang terutama, bersama Dia kita pasti berkemenangan!