Friday, February 7, 2020

PEMBALASAN ITU BUKAN HAK KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2020

Baca:  1 Samuel 24:1-23

"Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul."  1 Samuel 24:8a

Berbagai upaya dilakukan Saul untuk menghancurkan, dan bahkan membunuh Daud, karena itu ia terus mengejar Daud ke mana pun ia pergi.  Hidup Daud menjadi tidak tenang karena Saul.  Ketika mendengar kabar bahwa Daud berada di padang gurun En-Gedi, segeralah Saul mengajak tiga ribu orang pilihannya untuk mencari keberadaan Daud.

     Setelah sampai di tujuan, Saul masuk ke gua hendak membuang hajat, sedangkan Daud dan anak buahnya duduk tepat di belakang gua itu.  Berkatalah orang-orang itu kepada Daud,  "Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik."  (1 Samuel 24:5).  Ini adalah kesempatan emas bagi Daud untuk melampiaskan dendamnya atas kejahatan yang Saul perbuat.  "...Daud bangun, lalu memotong punca (ujung -red-) jubah Saul dengan diam-diam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul;"  (1 Samuel 24:5b-6).

     Sekalipun beroleh kesempatan membalaskan dendamnya, Daud tidak melakukannya.  Sebaliknya ia mengijinkan hatinya dikuasai oleh kasih Tuhan.  Daud melarang anak buahnya untuk menyerang Saul, malah kemudian melepaskan dia pergi.  "TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau; seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau."  (1 Samuel 24:13-14).  Ribuan tahun kemudian,  'Anak Daud', yaitu Kristus, juga mengambil keputusan yang sama.  Sekalipun memiliki kuasa, Kristus tidak menggunakan kuasa itu sehingga membiarkan dirinya ditangkap, disalib, dan dipermalukan di atas kayu salib itu demi menggenapi rencana Bapa untuk keselamatan manusia.  Anak Daud berkata,  "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  (Lukas 22:42).  Kristus justru memohonkan pengampunan atas perbuatan jahat mereka.

Orang percaya dituntut untuk meneladani Kristus:  tidak melakukan pembalasan terhadap orang yang berbuat jahat, melainkan mengasihi dan mengampuni!

Thursday, February 6, 2020

ANAK: Dipelihara Dan Dididik

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2020

Baca:  Galatia 4:1-11

"Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris..."  Galatia 4:7

Seorang yang bertobat dan mengimani Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, serta mengalami kelahiran baru, diangkat secara legal oleh Bapa untuk menjadi anak-anak-Nya.  Artinya ia menjadi bagian dari keluarga dalam Kerajaan Sorga.  Pengangkatan menjadi anak ini diterjemahkan dari bahasa Yunani huiothesias yang artinya pemberian posisi legal sebagai anak.  Sebutan orang percaya sebagai anak-anak Tuhan ini tidak bisa dipahami oleh orang-orang dunia, sebab  "...manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani."  (1 Korintus 2:14).

     Anak adalah obyek kasih orangtua.  Sebagai anak-anak Tuhan kita menjadi obyek kasih Tuhan:  beroleh perlindungan, penyertaan, pemeliharaan Tuhan.  Segala kebutuhan kita tanggung jawab Tuhan.  Jadi apa saja yang kita perlukan pasti Tuhan sediakan, asal kita hidup seturut kehendak-Nya.  Dia akan memenuhi segala keperluan anak-anak-Nya seturut kehendak-Nya.  Dia akan memenuhi segala keperluan anak-anak-Nya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya di dalam Kristus  (Filipi 4:19).  Saat berada dalam masalah atau penderitaan, sebagai anak-anak-Nya, kita akan mendapatkan pertolongan dan jalan keluar dari Bapa, serta penghiburan dari Roh Kudus.  Penghiburan dari Roh Kudus ini membuat Rasul Paulus tetap kuat mengerjakan panggilan-Nya:  "...sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah."  (2 Korintus 1:3-5).

     Sebagai anak, kita takkan luput dari proses Tuhan.  "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"  (Ibrani 12:6-7).

Sebagai anak, selain beroleh pemeliharaan dari Tuhan, kita juga harus siap menerima didikan dan hajaran-Nya.