Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2019
Baca: Yesaya 39:1-8
"Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku." Yesaya 39:4b
Nama 'Hizkia' memiliki arti: dikuatkan Jehovah. Ia adalah raja Yehuda yang kaya dan beroleh kasih karunia dari Tuhan. Ia jatuh sakit dan hampir mati, tapi Tuhan bermurah hati kepadanya sehingga disembuhkan dari sakitnya, dan bahkan Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi (Yesaya 38:5). Berita tentang kesembuhan Hizkia ini pun sampai ke telinga raja Babel yaitu Merodakh-Baladan bin Baladan, yang mengirim utusan untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Hizkia melalui surat dan juga pemberian.
Hizkia sangat gembira dan merasa tersanjung atas ucapan selamat yang diberikan raja Babel itu. "Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah
kepada mereka gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan
minyak yang berharga, segenap gedung persenjataannya dan segala yang
terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak
diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah
kekuasaannya." (Yesaya 39:2). Sanjungan seringkali membuat seseorang lupa diri. Karena terbuai oleh sanjungan, Hizkia mulai membanggakan diri dengan memamerkan segala kekayaan yang dimiliki (ayat nas). Tanpa disadari, betapa sering kita berlaku seperti Hizkia, yaitu suka menerima pujian dan sanjungan dari manusia. Ketika masih menjadi jemaat 'awam' seseorang tampak begitu rendah hati, tetapi setelah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dan mulai dikenal oleh banyak orang, sikapnya pun mulai berubah: membusungkan dada, suka sekali menerima pujian dan sanjungan. Akhirnya diri mereka sendiri yang mulai ditonjolkan.
Melihat hal itu segeralah Tuhan mengutus nabi Yesaya untuk menegur dan memperingatkan Hizkia: "Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam
istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan
diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah
firman TUHAN." (Yesaya 39:6). Bersyukur... teguran Tuhan ini membuat Hizkia segera sadar, "'Sungguh baik firman TUHAN yang engkau ucapkan itu!' Tetapi pikirnya: 'Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!'" (Yesaya 39:8).
Sanjungan manusia seringkali membuat seseorang jatuh dalam dosa kesombongan!
Wednesday, April 24, 2019
Tuesday, April 23, 2019
UMAT PILIHAN: Identitas Orang Percaya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2019
Baca: 1 Petrus 1:13-25
"...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu," 1 Petrus 1:15
Banyak orang Kristen tak menyadari bahwa di dalam Kristus kita ini memiliki identitas baru sebagai orang-orang pilihan Tuhan. "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9). Ini adalah sebuah anugerah, karena kita dipilih di antara miliaran umat manusia di muka bumi ini.
Pemilihan ini hanya terjadi ketika seseorang percaya kepada Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jadi pemilihan tersebut berpusat ada Kristus! Karena Dia dipilih oleh Bapa sebagai landasan: "Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa," (Yesaya 42:1, 6), dan menjadi yang sulung dari semua umat pilihan (Roma 8:29). "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya." (Efesus 1:4).
Apa tujuan Tuhan memilih kita? Tujuannya adalah supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Kata 'kudus' (bahasa Ibrani qadesh/qadosh), arti harfiahnya adalah dipotong atau dipisahkan, dan memiliki makna: naik lebih tinggi, artinya orang percaya dipanggil untuk memiliki kehidupan yang naik ke standar Tuhan, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Seringkali terjadi tidak sedikit orang Kristen kehilangan identitas diri sebagai umat pilihan Tuhan, karena hidupnya tak jauh berbeda dengan orang dunia. Miris sekali!
Tanpa memiliki kekudusan hidup, kita tak bisa melihat Tuhan! Ibrani 12:14
Baca: 1 Petrus 1:13-25
"...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu," 1 Petrus 1:15
Banyak orang Kristen tak menyadari bahwa di dalam Kristus kita ini memiliki identitas baru sebagai orang-orang pilihan Tuhan. "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9). Ini adalah sebuah anugerah, karena kita dipilih di antara miliaran umat manusia di muka bumi ini.
Pemilihan ini hanya terjadi ketika seseorang percaya kepada Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jadi pemilihan tersebut berpusat ada Kristus! Karena Dia dipilih oleh Bapa sebagai landasan: "Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa," (Yesaya 42:1, 6), dan menjadi yang sulung dari semua umat pilihan (Roma 8:29). "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya." (Efesus 1:4).
Apa tujuan Tuhan memilih kita? Tujuannya adalah supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Kata 'kudus' (bahasa Ibrani qadesh/qadosh), arti harfiahnya adalah dipotong atau dipisahkan, dan memiliki makna: naik lebih tinggi, artinya orang percaya dipanggil untuk memiliki kehidupan yang naik ke standar Tuhan, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Seringkali terjadi tidak sedikit orang Kristen kehilangan identitas diri sebagai umat pilihan Tuhan, karena hidupnya tak jauh berbeda dengan orang dunia. Miris sekali!
Tanpa memiliki kekudusan hidup, kita tak bisa melihat Tuhan! Ibrani 12:14
Subscribe to:
Posts (Atom)