Friday, March 29, 2019

HIDUP KRISTEN: Tak Ada Kompromi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2019

Baca:  2 Tawarikh 20:27-37

"'Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.' Lalu kapal-kapal itu pecah, dan tak dapat berlayar ke Tarsis."  2 Tawarikh 20:37b

Perjalanan hidup orang percaya tidaklah mudah, ada harga yang harus dibayar!  Karena Tuhan tidak menghendaki kita memiliki kehidupan yang serupa dengan dunia.  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,"  (Roma 12:2), artinya hidup Kristen adalah hidup yang tak mengenal kata  'kompromi'  dengan dunia ini.

     Yosafat, seorang yang takut akan Tuhan, tetapi karena tidak mawas diri menjadi kurang peka akan pimpinan Roh Tuhan, maka ia salah dalam melangkah:  "Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. Ia bersekutu dengan Ahazia untuk membuat kapal-kapal yang dapat berlayar ke Tarsis. Kapal-kapal itu dibuat mereka di Ezion-Geber."  (2 Tawarikh 20:35-36).  Yosafat lupa siapa dirinya, lalu ia bersekutu dengan orang fasik membuat kapal-kapal dengan tujuan supaya dapat pergi ke Ofir, dengan harapan dapat mengangkut emas untuk memuaskan keinginan dagingnya.  Tetapi Tuhan tidak berkenan dengan perbuatan Yosafat ini,  oleh sebab itu Dia mengutus Eliezer untuk bernubuat kepada Yosafat,  "...kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber."  (1 Raja-Raja 22:49).  Peristiwa yang menimpa pekerjaan Yosafat ini kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita.  Karena berkompromi dengan orang fasik usaha Yosafat menjadi gagal.  Atas seijin Tuhan kapal-kapal yang mereka buat itu pecah di tengah perjalanan.

     Tuhan menghendaki anak-anaknya memiliki ketegasan untuk tidak  'bersahabat'  atau  'berkompromi'  dengan dunia ini, karena hal itu menimbulkan kecemburuan di hati Tuhan.  "Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"  (2 Korintus 6:14b).  Pemazmur berkata,  "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam... apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:1-3).

Tak ingin gagal?  Miliki hidup yang berbeda dengan dunia, jangan berkompromi.

Thursday, March 28, 2019

IMAN SEORANG WANITA PENDOSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2019

Baca:  Yosua 2:1-24

"Pergilah ke pegunungan, supaya pengejar-pengejar itu jangan menemui kamu, dan bersembunyilah di sana tiga hari lamanya, sampai pengejar-pengejar itu pulang; kemudian bolehlah kamu melanjutkan perjalananmu."  Yosua 2:16

Wanita yang berprofesi sebagai pelacur atau disebut wanita sundal dipandang rendah di mata masyarakat dan dianggap  'sampah'  masyarakat.  Semua orang menjauhi, mencibir, mencemooh, dan bahkan mengucilkannya.  Kebanyakan orang begitu mudah menghakimi sesamanya karena merasa diri lebih baik dan lebih benar.  Ada tertulis:  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi."  (Matius 7:1).  Adakah di antara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan atau berbuat dosa?  Tak seorang pun.  "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,"  (Roma 3:23).

     Rahab, sekalipun seorang pelacur, namanya tertulis di Alkitab sebagai salah satu saksi iman.  Dinyatakan:  "Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik."  (Ibrani 11:31).  Ini menunjukkan bahwa Tuhan membenarkan hidup seseorang bukan karena perbuatan baiknya  (amal), melainkan berdasarkan iman dan pertobatannya.  Apa yang Rahab katakan kepada kedua pengintai?  "Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas."  (Yosua 2:9-10), menyiratkan iman.

     Sekalipun berasal dari bangsa kafir, dan selama ini ia hanya mendengar dari kata orang tentang perbuatan-perbuatan besar Tuhan, tapi Rahab begitu yakin bahwa Tuhannya bangsa Israel adalah Tuhan yang berkuasa.  "Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah."  (Yosua 2:11).

Rahab punya iman yang luar biasa dengan mengakui kehebatan Tuhannya bangsa Israel!