Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2019
Baca: Amos 5:14-17
"Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di
pintu gerbang; mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihani
sisa-sisa keturunan Yusuf." Amos 5:15
Amos, bagi orang lain, tidak diperhitungkan dan kurang dianggap, karena ia bukanlah dari golongan nabi, melainkan hanya peternak dan pemungut buah ara di hutan (Amos 7:14). Ia pun tinggal di sebuah desa kecil bernama Tekoa (wilayah Yehuda). Itulah sebabnya Amos sering disebut penggembala dari Tekoa atau peladang pohon ara dari selatan.
Meski berasal dari kalangan 'bawah atau rendahan' bukan berarti Amos tidak punya kesempatan dan tidak layak untuk dipakai Tuhan sebagai alat kemuliaan-Nya, sebab Tuhan tidak pernah memilih seseorang dari sisi fisik (tampang), kepintaran, kekayaan atau jabatan. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Justru dari kesederhanaannya ini Tuhan memilih Amos sebagai penyambung lidah-Nya untuk menyatakan kebenaran. "...apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang
yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah,
bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang
berarti," (1 Korintus 1:27-28). Kita tak perlu merasa rendah diri, minder atau merasa tidak layak! Setiap orang percaya memiliki kesempatan yang sama untuk dipakai Tuhan sebagai alat kemuliaan-Nya. Tuhan bisa memakai siapa saja untuk dipercaya dalam sebuah pelayanan, karena Ia melihat hati dan ketaatannya.
"Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi
perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak
untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21). Tuhan memilih Amos untuk sebuah rencana besar yaitu menyampaikan pesan penting berupa teguran dan peringatan kepada bangsa Israel bagian utara, yang pada waktu itu sedang berada di puncak kejayaan, tapi hidup menyimpang dari kebenaran.
Ingin dipercaya Tuhan seperti Amos? Milikilah sikap hati yang benar dan sucikan diri.
Tuesday, February 19, 2019
Monday, February 18, 2019
IBADAH SUNGGUH: Mendatangkan Berkat
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2019
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Daud adalah teladan yang baik bagi orang percaya dalam hal ibadah. Kerinduan hati Daud untuk selalu dekat dengan Tuhan dan tinggal di dalam bait-Nya yang kudus sungguh teramat besar. "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;" (Mazmur 84:3); dan begitu ada ajakan "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." (ayat nas), ia pun meresponsnya dengan penuh sukacita. Bagi Daud "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11).
Bagaimana dengan Saudara? Adakah Saudara memiliki kerinduan yang sama dalam hal beribadah kepada Tuhan? Apakah Saudara bersukacita saat beribadah kepada Tuhan atau hal itu sebagai beban? Ibadah kepada Tuhan sungguh teramat penting karena mengandung berkat yang luar biasa. Tuhan menyediakan berkat-Nya bagi setiap orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya, "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan menggenapkan tahun umurmu." (Keluaran 23:25-26). Rasul Paulus pun memberikan nasihat kepada Timotius tentang pentingnya melatih diri dalam hal ibadah, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8).
Oleh karena itu "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Jangan sampai kita melakukan ibadah hanya sebatas rutinitas seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9).
Ibadah yang disertai ketaatan melakukan firman pasti mendatangkan berkat!
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Daud adalah teladan yang baik bagi orang percaya dalam hal ibadah. Kerinduan hati Daud untuk selalu dekat dengan Tuhan dan tinggal di dalam bait-Nya yang kudus sungguh teramat besar. "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;" (Mazmur 84:3); dan begitu ada ajakan "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." (ayat nas), ia pun meresponsnya dengan penuh sukacita. Bagi Daud "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11).
Bagaimana dengan Saudara? Adakah Saudara memiliki kerinduan yang sama dalam hal beribadah kepada Tuhan? Apakah Saudara bersukacita saat beribadah kepada Tuhan atau hal itu sebagai beban? Ibadah kepada Tuhan sungguh teramat penting karena mengandung berkat yang luar biasa. Tuhan menyediakan berkat-Nya bagi setiap orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya, "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan menggenapkan tahun umurmu." (Keluaran 23:25-26). Rasul Paulus pun memberikan nasihat kepada Timotius tentang pentingnya melatih diri dalam hal ibadah, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8).
Oleh karena itu "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Jangan sampai kita melakukan ibadah hanya sebatas rutinitas seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9).
Ibadah yang disertai ketaatan melakukan firman pasti mendatangkan berkat!
Subscribe to:
Posts (Atom)