Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2019
Baca: Mazmur 64:1-11
"Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah." Mazmur 64:11
Orang yang tulus hati adalah orang yang mengasihi Tuhan tanpa syarat, yang melakukan segala sesuatu untuk Tuhan tanpa keluh kesah dan persungutan. Daud, yang disebut orang yang berkenan di hati Tuhan (Kisah 13:22b), memiliki kerinduan besar untuk menjadi orang yang jujur dan tulus hati. "Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau." (Mazmur 25:21).
Bagi kebanyakan orang, berlaku jujur di zaman sekarang ini adalah kerugian besar. Tetapi bagi orang yang takut akan Tuhan kejujuran justru mendatangkan keuntungan besar. Orang yang hidup dalam kejujuran pasti akan mengalami berkat-berkat Tuhan secara luar biasa. Sampai kapan pun ia tidak mengenal kata 'rugi atau sia-sia' dengan berlaku hidup jujur. Orang yang jujur tidak akan pernah ditinggalkan dan dipermalukan Tuhan, sebaliknya ia akan mendapatkan pembelaan dan berkat dari Tuhan. Sekalipun seolah-olah perjalanan hidup orang jujur terasa berat, penuh tekanan, dan mungkin dijadikan bahwan tertawaan, ejekan, atau direndahkan, sedangkan orang yang tidak jujur mungkin sementara waktu hidupnya tampak kelihatan mujur dan beruntung, tapi pada saatnya orang yang tak jujur akan mengalami kehancuarkan, sebab ia akan berhadapan dengan Tuhan sendiri, Tuhan akan berperkara atas dirinya. "Ia membuat mereka tergelincir karena lidah mereka; setiap orang yang melihat mereka menggeleng kepala." (Mazmur 64:9).
Sebaliknya ada masa depan yang baik yang Tuhan sediakan bagi orang yang berlaku jujur. Salah satu berkat luar biasa bagi orang yang jujur adalah doanya pasti dijawab Tuhan. "...doa orang jujur dikenan-Nya." (Amsal 15:8). Jadi Tuhan menyediakan berkat-berkat-Nya bagi orang yang jujur. Karena itu tak perlu takut berlaku jujur sebab kita punya Tuhan yang tidak pernah tertidur dan terlelap (Mazmur 121:4-5). Ingat, orang percaya dipanggil untuk memiliki kehidupan yang tidak serupa dengan dunia! Ketika orang -orang dunia hidup dalam ketidakjujuran, sanggupkah kita melawan arus?
Saat kita hidup dengan penuh kejujuran, saat itulah kehidupan kita menjadi kesaksian dan berkat bagi orang-orang di sekitar!
Thursday, February 7, 2019
Wednesday, February 6, 2019
BERKAT BAGI ORANG YANG JUJUR (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2019
Baca: Amsal 3:27-35
"...orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." Amsal 3:32
Penulis Amsal secara tegas menyatakan bahwa Tuhan bergaul erat dengan orang yang jujur. Jadi salah satu syarat utama untuk dapat memiliki hubungan yang karib atau bergaul karib dengan Tuhan adalah kita harus hidup jujur. Artinya kita harus menjadi pribadi yang selalu terbuka di hadapan Tuhan, tidak ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Kala kita melakukan pelanggaran atau dosa, kita harus jujur mengakuinya di hadapan Tuhan dan memohon pengampunan; ketika ada masalah dan pergumulan apa pun, datanglah kepada Tuhan dan sampaikan semua kepada-Nya sehingga hubungan kita dengan Dia tidak menjadi kaku atau sekedar hubungan formalitas, melainkan suatu hubungan yang karib dan intim.
Berbicara tentang kejujuran berarti berbicara tentang motivasi, niat dan juga kehendak, yang muncul dari dalam hati dan pikiran seseorang, yang kemudian menghasilkan suatu tindakan. Hidup dalam kejujuran adalah kehidupan yang luar biasa! Mengapa? Karena kejujuran adalah sesuatu yang teramat langka dan semakin sulit ditemukan di antara insan manusia yang hidup di zaman seperti sekarang ini. Sebaliknya, penipuan, kepalsuan, dusta dan kemunafikan sudah menjadi pemandangan yang biasa dan sudah menjadi menu hidup sehari-hari. Hal ketidakjujuran ini tidak hanya terjadi di dunia bisnis, pekerjaan, perdagangan atau politik saja, tapi juga terjadi dalam kehidupan rumah tangga (suami tidak jujur terhadap isteri dan sebaliknya), dan bahkan ketidakjujuran sudah merambah dunia pelayanan pekerjaan Tuhan. Jadi apalah artinya tampak sibuk melayani pekerjaan Tuhan jika kita masih hidup di dalam ketidakjujuran, kebohongan, kepalsuan dan kemunafikan hidup...
Sebagai orang percaya, apa pun situasi dan keadaannya, kita dituntut untuk tetap hidup dalam kejujuran. Bagaimana bisa menjadi seorang yang jujur? Diawali dengan ketulusan hati, seperti tertulis: "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3). Artinya orang yang hidup jujur pasti takkan terlepas dari yang namanya ketulusan hati pula.
Baca: Amsal 3:27-35
"...orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." Amsal 3:32
Penulis Amsal secara tegas menyatakan bahwa Tuhan bergaul erat dengan orang yang jujur. Jadi salah satu syarat utama untuk dapat memiliki hubungan yang karib atau bergaul karib dengan Tuhan adalah kita harus hidup jujur. Artinya kita harus menjadi pribadi yang selalu terbuka di hadapan Tuhan, tidak ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Kala kita melakukan pelanggaran atau dosa, kita harus jujur mengakuinya di hadapan Tuhan dan memohon pengampunan; ketika ada masalah dan pergumulan apa pun, datanglah kepada Tuhan dan sampaikan semua kepada-Nya sehingga hubungan kita dengan Dia tidak menjadi kaku atau sekedar hubungan formalitas, melainkan suatu hubungan yang karib dan intim.
Berbicara tentang kejujuran berarti berbicara tentang motivasi, niat dan juga kehendak, yang muncul dari dalam hati dan pikiran seseorang, yang kemudian menghasilkan suatu tindakan. Hidup dalam kejujuran adalah kehidupan yang luar biasa! Mengapa? Karena kejujuran adalah sesuatu yang teramat langka dan semakin sulit ditemukan di antara insan manusia yang hidup di zaman seperti sekarang ini. Sebaliknya, penipuan, kepalsuan, dusta dan kemunafikan sudah menjadi pemandangan yang biasa dan sudah menjadi menu hidup sehari-hari. Hal ketidakjujuran ini tidak hanya terjadi di dunia bisnis, pekerjaan, perdagangan atau politik saja, tapi juga terjadi dalam kehidupan rumah tangga (suami tidak jujur terhadap isteri dan sebaliknya), dan bahkan ketidakjujuran sudah merambah dunia pelayanan pekerjaan Tuhan. Jadi apalah artinya tampak sibuk melayani pekerjaan Tuhan jika kita masih hidup di dalam ketidakjujuran, kebohongan, kepalsuan dan kemunafikan hidup...
Sebagai orang percaya, apa pun situasi dan keadaannya, kita dituntut untuk tetap hidup dalam kejujuran. Bagaimana bisa menjadi seorang yang jujur? Diawali dengan ketulusan hati, seperti tertulis: "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3). Artinya orang yang hidup jujur pasti takkan terlepas dari yang namanya ketulusan hati pula.
Subscribe to:
Posts (Atom)