Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2019
Baca: Ibrani 12:1-17
"Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang
rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring
makanan." Ibrani 12:16
Zaman di mana kita hidup sekarang ini adalah zaman yang sedang mengalami percepatan dari Tuhan, di mana Tuhan menyatakan kehendak dan rencana-Nya semakin nyata dari hari ke sehari. Langkah kaki kita sedang mendekati garis akhir, karena itu kita harus semakin memacu diri dan berlari sedemikian rupa. Kita tak dapat menjadi orang Kristen yang mempunyai sifat seperti Esau, yang demi memuaskan kedagingannya, rela menjual hak kesulungannya. Jangan sampai kita mengalami nasib seperti Esau, di mana penyesalan menjadi tiada guna, "Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu,
ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata." (Ibrani 12:17).
Rasul Paulus memperingatkan dengan keras: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7). Tuhan tak akan berpura-pura tak melihat perbuatan dosa-dosa kecil kita. Api Tuhan akan membakar kita jika kita tetap bermain-main dengan dosa, sebab kita hidup di zaman akhir, di mana Roh Kudus akan semakin menyempurnakan hidup kita demi menyongsong kedatangan Kristus. Inilah saat-saat yang terbaik bagi kita untuk hidup taat kepada Tuhan selagi kita masih diberi kesempatan, selagi pintu kemurahan Tuhan masih terbuka bagi siapa yang mau datang kepada-Nya.
Suatu ketika nabi Elia menantang umat Israel yang terpengaruh oleh nabi-nabi Baal. "'Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN
itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.'" Tetapi rakyat
itu tidak menjawabnya sepatah katapun." (1 Raja-Raja 18:21). Artinya jika rakyat percaya kepada Tuhan yang hidup, biarlah mereka mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh, tapi jika mereka menganggap bahwa Baal itu tuhan, biarlah mereka mengikuti Baal. Sampai saat ini masih banyak orang Kristen yang kehidupan rohaninya suam-suam kuku, tidak panas atau tidak dingin, beribadah kepada Tuhan, tapi juga masih berkompromi dengan dunia.
Firman Tuhan berkata, "...karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." Wahyu 3:16
Friday, January 11, 2019
Thursday, January 10, 2019
DIPUJI TUHAN...BUKAN MEMUJI DIRI SENDIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2019
Baca: 2 Korintus 10:12-18
"Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan." 2 Korintus 10:18
Salah satu ciri kesombongan adalah suka memuji diri sendiri, segala sesuatu berfokus pada 'aku'. Sesungguhnya orang yang demikian merupakan orang yang penuh kelemahan, dan untuk menutupi sisi-sisi kelemahan dirinya, orang tersebut selalu bermegah atas dirinya. Belajarlah dari rasul Paulus, seorang hamba Tuhan besar dan dipakai Tuhan secara luar biasa, yang tak pernah memegahkan diri: "...kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga." (2 Korintus 10:13).
Tidak sepatutnya kita memuji diri sendiri, biarlah pujian itu datang dari Tuhan. Walaupun kita memuji diri tahan uji, tapi yang mengukur kualitas hidup kita ialah Tuhan. Bila Tuhan yang memuji kita pastilah itu sesuai kebenaran dan kenyataan yang kita alami. Orang yang sering memuji diri sendiri akan mudah sekali tergelincir. Pujian dan sanjungan dari manusia seringkali menjadi senjata ampuh bagi Iblis untuk menjerat hidup seseorang. Karena itu rasul Paulus menasihati demikian: "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa memuji diri sendiri sama dengan sombong, dan kesombongan adalah kebencian Tuhan.
Melalui Obaja Tuhan menyampaikan firman-Nya tentang Edom yang congkak: "Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." (Obaja 1:4). Sesungguhnya tak satu bagian pun dari kita ini yang dapat kita bangga-banggakan, karena kita ini memang bukanlah siapa-siapa. "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (2 Korintus 10:17). Kristus mengajarkan: "Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Matius 23:11-12).
Tuhan membimbing orang yang rendah hati menurut hukum dan Ia mengajarkan jalan-jalan-Nya (Mazmur 25:9).
Baca: 2 Korintus 10:12-18
"Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan." 2 Korintus 10:18
Salah satu ciri kesombongan adalah suka memuji diri sendiri, segala sesuatu berfokus pada 'aku'. Sesungguhnya orang yang demikian merupakan orang yang penuh kelemahan, dan untuk menutupi sisi-sisi kelemahan dirinya, orang tersebut selalu bermegah atas dirinya. Belajarlah dari rasul Paulus, seorang hamba Tuhan besar dan dipakai Tuhan secara luar biasa, yang tak pernah memegahkan diri: "...kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga." (2 Korintus 10:13).
Tidak sepatutnya kita memuji diri sendiri, biarlah pujian itu datang dari Tuhan. Walaupun kita memuji diri tahan uji, tapi yang mengukur kualitas hidup kita ialah Tuhan. Bila Tuhan yang memuji kita pastilah itu sesuai kebenaran dan kenyataan yang kita alami. Orang yang sering memuji diri sendiri akan mudah sekali tergelincir. Pujian dan sanjungan dari manusia seringkali menjadi senjata ampuh bagi Iblis untuk menjerat hidup seseorang. Karena itu rasul Paulus menasihati demikian: "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa memuji diri sendiri sama dengan sombong, dan kesombongan adalah kebencian Tuhan.
Melalui Obaja Tuhan menyampaikan firman-Nya tentang Edom yang congkak: "Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." (Obaja 1:4). Sesungguhnya tak satu bagian pun dari kita ini yang dapat kita bangga-banggakan, karena kita ini memang bukanlah siapa-siapa. "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (2 Korintus 10:17). Kristus mengajarkan: "Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Matius 23:11-12).
Tuhan membimbing orang yang rendah hati menurut hukum dan Ia mengajarkan jalan-jalan-Nya (Mazmur 25:9).
Subscribe to:
Posts (Atom)