Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2018
Baca: Bilangan 12:1-16
"'Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah
dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?' Dan kedengaranlah hal itu
kepada TUHAN." Bilangan 12:2
Kisah ini berawal ketika Miryam dan Harun merasa kecewa kepada saudara kandungnya, Musa, yang telah menikahi perempuan Kusy. Rasa kecewa itu semakin menjadi-jadi ketika mereka melihat bahwa Tuhan telah memilih dan mengurapi Musa untuk menjadi pemimpin atas Israel. Akhirnya terungkap bahwa kekecewaan mereka didasari oleh rasa iri hati, bahkan mereka berani mengatai-ngatai Musa: "'Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah
dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?' Dan kedengaranlah hal itu
kepada TUHAN." (ayat nas). Iri hati timbul dalam diri seseorang ketika merasa kurang senang melihat kelebihan atau keberhasilan orang lain.
Tuhan tahu apa yang terjadi, sehingga Ia memanggil Musa, Harun dan Miryam untuk masuk ke Kemah Pertemuan: "Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku
kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku." (Bilangan 12:6-7). Karena telah mengatai-ngatai orang yang telah diurapi Tuhan, Miryam harus menuai akibat yaitu terkena kusta, "Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena
kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka
dilihatnya, bahwa dia kena kusta!" (Bilangan 12:9-10). Sebenarnya Harun juga turut menyinggung Musa, namun ia segera sadar, lalu merendahkan diri dan memohon pengampunan kepada Tuhan, sehingga ia luput dari penyakit kusta.
Apa yang menimpa Miryam menjadi peringatan keras bagi kita! Jangan sekali-kali iri hati kepada orang lain, terlebih kepada orang-orang yang telah dipilih dan diurapi Tuhan. Iri hati hanya akan berdampak buruk dan mendatangkan hukuman. "...iri hati membusukkan tulang." (Amsal 14:30). Lalu Musa berdoa kepada Tuhan dan memohon kasih karunia-Nya: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia." (Bilangan 12:13).
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Yakobus 3:16
Wednesday, December 26, 2018
Tuesday, December 25, 2018
KIDUNG PUJIAN DI HARI NATAL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2018
Baca: Lukas 1:46-55
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," Lukas 1:46-47
Ribuan tahun silam, di kota Yerusalem, terdengarlah suara merdu seorang wanita melantunkan kidung pujian bagi Tuhan. Ialah Maria, yang beroleh kasih karunia Tuhan (Lukas 1:30). Suatu anugerah besar bagi Maria karena Tuhan berkenan menjadikannya saluran berkat bagi dunia, karena melalui dirinya lahirlah Sang Juruselamat dunia. Untuk menggenapi rencana Tuhan ini Maria berani membayar harga yaitu menanggung resiko besar, bisa dihukum mati karena dituduh berzinah. Karena itulah di tengah-tengah situasi sulit Maria bisa bersyukur dan menyenandungkan pujian-pujian dan memuliakan Tuhan.
Maria melantunkan kidung pujian bagi Tuhan karena Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya.
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," (ayat nas). Ia menyadari dirinya adalah orang berdosa yang sesungguhnya patut dihukum dan keadilan Tuhan harus ditegakkan. Tak seorang manusia pun mampu menyelamatkan diri dari hukuman tersebut, namun karena begitu besar kasih Tuhan kepada manusia, "Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,...sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:10, 12). Atas dasar inilah Maria memuji-muji Tuhan dengan sepenuh hati. Ia bernyanyi bukan asal-asalan, tapi melibatkan seluruh keberadaan hidupnya disertai sikap hormat dan ekspresi penuh kebahagiaan karena telah beroleh anugerah keselamatan.
Maria memuji-muji Tuhan karena Tuhan rela turun dari takhta-Nya yang Mahatinggi datang ke dunia dan bersedia dilahirkan di kandang yang hina. Ini berbicara tentang kerendahan hati. Karena itu setiap orang percaya harus mengikuti teladan-Nya, sebab Tuhan sangat mengasihi orang yang rendah hati dan menentang orang yang sombong, "Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;" (Lukas 1:52). Kehadiran Sang Juruselamat di dunia ini adalah bukti bahwa Tuhan setia pada janji-Nya (Lukas 1:54-55).
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:11
Baca: Lukas 1:46-55
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," Lukas 1:46-47
Ribuan tahun silam, di kota Yerusalem, terdengarlah suara merdu seorang wanita melantunkan kidung pujian bagi Tuhan. Ialah Maria, yang beroleh kasih karunia Tuhan (Lukas 1:30). Suatu anugerah besar bagi Maria karena Tuhan berkenan menjadikannya saluran berkat bagi dunia, karena melalui dirinya lahirlah Sang Juruselamat dunia. Untuk menggenapi rencana Tuhan ini Maria berani membayar harga yaitu menanggung resiko besar, bisa dihukum mati karena dituduh berzinah. Karena itulah di tengah-tengah situasi sulit Maria bisa bersyukur dan menyenandungkan pujian-pujian dan memuliakan Tuhan.
Maria melantunkan kidung pujian bagi Tuhan karena Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya.
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," (ayat nas). Ia menyadari dirinya adalah orang berdosa yang sesungguhnya patut dihukum dan keadilan Tuhan harus ditegakkan. Tak seorang manusia pun mampu menyelamatkan diri dari hukuman tersebut, namun karena begitu besar kasih Tuhan kepada manusia, "Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,...sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:10, 12). Atas dasar inilah Maria memuji-muji Tuhan dengan sepenuh hati. Ia bernyanyi bukan asal-asalan, tapi melibatkan seluruh keberadaan hidupnya disertai sikap hormat dan ekspresi penuh kebahagiaan karena telah beroleh anugerah keselamatan.
Maria memuji-muji Tuhan karena Tuhan rela turun dari takhta-Nya yang Mahatinggi datang ke dunia dan bersedia dilahirkan di kandang yang hina. Ini berbicara tentang kerendahan hati. Karena itu setiap orang percaya harus mengikuti teladan-Nya, sebab Tuhan sangat mengasihi orang yang rendah hati dan menentang orang yang sombong, "Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;" (Lukas 1:52). Kehadiran Sang Juruselamat di dunia ini adalah bukti bahwa Tuhan setia pada janji-Nya (Lukas 1:54-55).
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:11
Subscribe to:
Posts (Atom)