Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2018
Baca: Lukas 1:46-55
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," Lukas 1:46-47
Ribuan tahun silam, di kota Yerusalem, terdengarlah suara merdu seorang wanita melantunkan kidung pujian bagi Tuhan. Ialah Maria, yang beroleh kasih karunia Tuhan (Lukas 1:30). Suatu anugerah besar bagi Maria karena Tuhan berkenan menjadikannya saluran berkat bagi dunia, karena melalui dirinya lahirlah Sang Juruselamat dunia. Untuk menggenapi rencana Tuhan ini Maria berani membayar harga yaitu menanggung resiko besar, bisa dihukum mati karena dituduh berzinah. Karena itulah di tengah-tengah situasi sulit Maria bisa bersyukur dan menyenandungkan pujian-pujian dan memuliakan Tuhan.
Maria melantunkan kidung pujian bagi Tuhan karena Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya.
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," (ayat nas). Ia menyadari dirinya adalah orang berdosa yang sesungguhnya patut dihukum dan keadilan Tuhan harus ditegakkan. Tak seorang manusia pun mampu menyelamatkan diri dari hukuman tersebut, namun karena begitu besar kasih Tuhan kepada manusia, "Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,...sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:10, 12). Atas dasar inilah Maria memuji-muji Tuhan dengan sepenuh hati. Ia bernyanyi bukan asal-asalan, tapi melibatkan seluruh keberadaan hidupnya disertai sikap hormat dan ekspresi penuh kebahagiaan karena telah beroleh anugerah keselamatan.
Maria memuji-muji Tuhan karena Tuhan rela turun dari takhta-Nya yang Mahatinggi datang ke dunia dan bersedia dilahirkan di kandang yang hina. Ini berbicara tentang kerendahan hati. Karena itu setiap orang percaya harus mengikuti teladan-Nya, sebab Tuhan sangat mengasihi orang yang rendah hati dan menentang orang yang sombong, "Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;" (Lukas 1:52). Kehadiran Sang Juruselamat di dunia ini adalah bukti bahwa Tuhan setia pada janji-Nya (Lukas 1:54-55).
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:11
Tuesday, December 25, 2018
Monday, December 24, 2018
JANGAN SAMPAI FRUSTASI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2018
Baca: Ayub 10:1-22
"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku." Ayub 10:1
Rasa frustasi dan berujung kepada keputusasaan seringkali timbul ketika orang berada dalam situasi sangat sulit serasa tidak ada jalan keluar, ketika masalah datang bertubi-tubi, ketika beban hidup terasa berat. Puncak frustasi dan putus asa adalah merasa bosan hidup, sehingga timbul niat mengakhiri hidup saja karena merasa diri tidak berarti lagi.
Kondisi seperti ini pernah dirasakan oleh Ayub! Penderitaan yang datang secara bertubi-tubi membuatnya nyaris frustasi: harta bendanya ludes, anak-anaknya mati (Ayub 1:1-22), bahkan isteri yang dikasihinya pun pergi meninggalkan dia. Kemalangan Ayub semakin lengkap, sebab sahabat-sahabat terdekatnya juga beranjak menjauh. Itulah dunia! Ketika seseorang sedang berada 'di atas' dan berlimpah harta sangatlah wajar bila banyak orang mengerumuninya, tetapi begitu ia berada 'di bawah' dan jatuh miskin, tak banyak orang mau berteman dengannya alias ditinggalkan oleh teman-temannya, "Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak." (Amsal 14:20). Karena telah kehilangan segala-galanya Ayub menjadi sangat frustasi dan rasa frustasinya itu sudah sampai di ambang batas, sampai-sampai ia merasa telah bosan hidup. Bahkan Ayub merasa menyesal telah dilahirkan ke dalam dunia ini: "Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!" (Ayub 10:18).
Di zaman yang serbasulit seperti sekarang ini ada banyak orang merasa frustasi dan berputus asa karena tekanan hidup yang berat. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terbersit di hati untuk mengakhiri hidup saja sama seperti Ayub. Jangan sekali-kali timbul keinginan untuk mengakhiri hidup! Seberat apa pun penderitaan yang kita alami pasti ada jalan ke luarnya. Mari datanglah kepada Kristus! Karena Dia adalah "...jalan dan kebenaran dan hidup." (Yohanes 14:6a). Di dalam Kristus pasti ada jalan ke luar, ada pertolongan, ada kelepasan. Jadi, "Masih ada harapan untuk hari depanmu, demikianlah firman TUHAN:" (Yeremia 31:17).
"Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara." Mazmur 9:19
Baca: Ayub 10:1-22
"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku." Ayub 10:1
Rasa frustasi dan berujung kepada keputusasaan seringkali timbul ketika orang berada dalam situasi sangat sulit serasa tidak ada jalan keluar, ketika masalah datang bertubi-tubi, ketika beban hidup terasa berat. Puncak frustasi dan putus asa adalah merasa bosan hidup, sehingga timbul niat mengakhiri hidup saja karena merasa diri tidak berarti lagi.
Kondisi seperti ini pernah dirasakan oleh Ayub! Penderitaan yang datang secara bertubi-tubi membuatnya nyaris frustasi: harta bendanya ludes, anak-anaknya mati (Ayub 1:1-22), bahkan isteri yang dikasihinya pun pergi meninggalkan dia. Kemalangan Ayub semakin lengkap, sebab sahabat-sahabat terdekatnya juga beranjak menjauh. Itulah dunia! Ketika seseorang sedang berada 'di atas' dan berlimpah harta sangatlah wajar bila banyak orang mengerumuninya, tetapi begitu ia berada 'di bawah' dan jatuh miskin, tak banyak orang mau berteman dengannya alias ditinggalkan oleh teman-temannya, "Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak." (Amsal 14:20). Karena telah kehilangan segala-galanya Ayub menjadi sangat frustasi dan rasa frustasinya itu sudah sampai di ambang batas, sampai-sampai ia merasa telah bosan hidup. Bahkan Ayub merasa menyesal telah dilahirkan ke dalam dunia ini: "Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!" (Ayub 10:18).
Di zaman yang serbasulit seperti sekarang ini ada banyak orang merasa frustasi dan berputus asa karena tekanan hidup yang berat. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terbersit di hati untuk mengakhiri hidup saja sama seperti Ayub. Jangan sekali-kali timbul keinginan untuk mengakhiri hidup! Seberat apa pun penderitaan yang kita alami pasti ada jalan ke luarnya. Mari datanglah kepada Kristus! Karena Dia adalah "...jalan dan kebenaran dan hidup." (Yohanes 14:6a). Di dalam Kristus pasti ada jalan ke luar, ada pertolongan, ada kelepasan. Jadi, "Masih ada harapan untuk hari depanmu, demikianlah firman TUHAN:" (Yeremia 31:17).
"Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara." Mazmur 9:19
Subscribe to:
Posts (Atom)