Saturday, November 24, 2018

KASIH SEBAGAI DASAR HIDUP ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2018

Baca:  1 Korintus 13:1-10

"...tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  1 Korintus 13:1

Ada dua ajaran Kristus yang bersifat luhur dan agung yaitu mengasihi dan memuridkan  (Amanat Agung).  Kedua ajaran tersebut bersifat imperatif atau suatu perintah yang wajib dilakukan oleh semua orang percaya, tanpa terkecuali;  bukan bersifat alternatif, suka-suka, atau pilihan yang didasarkan pada kesenangan hati.

     Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus rasul Paulus menegaskan begitu pentingnya kita memiliki kasih.  Kasih yang bagaimana?  Kasih yang dipraktekkan.  Orang percaya dituntut untuk hidup dalam hukum kasih.  Hukum kasih ini menekankan pada motivasi.  Segala sesuatu yang kita lakukan, baik itu dalam hal ibadah, pelayanan, pekerjaan, menolong sesama atau apa pun juga, bila dilakukan tanpa dasar kasih  (motivasi yang benar), maka tidak akan ada faedahnya di mata Tuhan.  "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,... Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung,... Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,..."  (1 Korintus 13:1, 2, 3).  Ini menunjukkan bahwa kasih memiliki peranan penting dalam dalam segala aspek hidup pengikut Kristus, bahkan rasul Paulus kembali menekankan bahwa dari semuanya yang paling besar dan utama adalah kasih  (1 Korintus 13:13).

     Di zaman sekarang ini tak mudah menemukan orang yang memiliki kasih.  Kasih serasa menjadi sesuatu yang sangat langka dan sulit untuk ditemukan dalam diri insan manusia karena kebanyakan orang cenderung mementingkan diri sendiri  (bersikap egois), yang dipikirkan hanyalah bagaimana cara mewujudkan keinginan dan ambisi pribadi, sehingga segala sesuatu yang dilakukan didasarkan pada faktor untung-rugi atau tendensi.  Tak mengherankan bila  "...kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:12), alias luntur, sehingga sekalipun sesungguhnya mereka memiliki kemampuan untuk mengasihi tapi sedikit saja yang mau melakukannya dalam wujud tindakan.  

"Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"  1 Korintus 16:14

Friday, November 23, 2018

JANGAN LAGI TERIKAT DOSA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2018

Baca:  Yakobus 1:12-18

"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."  (Yakobus 1:14-15).

Ada banyak faktor yang seringkali membawa seseorang kepada dosa dan terikat dengan dosa.  Faktor utamanya adalah serangan dari si Iblis.  Segala cara dilakukan oleh Iblis untuk memengaruhi kehidupan manusia.  Rasul Petrus menggambarkan demikian:  "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Iblis selalu mencari kesempatan dan menunggu waktu yang baik untuk menyerang manusia  (Lukas 4:13)  dan waktu yang baik itu adalah ketika manusia sedang lengah dan tidak lagi berjaga-jaga.  Firman Tuhan memperingatkan:  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).

     Faktor lainnya adalah lingkungan di mana kita tinggal dan pergaulan kita.  Lingkungan yang buruk dapat memengaruhi hidup seseorang.  Orang yang awalnya berperilaku baik bisa saja secara perlahan berubah menjadi sangat buruk, oleh karena pengaruh lingkungan di mana ia tinggal.  Begitu pula dengan pergaulan!  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Karena itu kita perlu memperhatikan dengan sungguh-sungguh dengan siapa kita bergaul, jangan sampai kita salah dalam pergaulan, karena akibatnya sangat fatal.  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).  Jelas sekali bahwa lingkungan dan pergaulan yang buruk berpotensi besar mengakibatkan seseorang terjerumus dan terjerat ke dalam dosa yang semakin dalam.  Jangan mencoba untuk melakukan tindakan kompromi atau membuka celah sedikit pun untuk hal itu.  Karena itu berhati-hatilah!

     Keterikatan seseorang terhadap dosa bisa juga terjadi oleh karena keinginan sendiri sehingga hasrat untuk memuaskan keinginan dagingnya begitu kuat.  Semakin kita terikat dengan dosa, semakin jauh kita dari Tuhan;  dan jika hubungan kita dengan Tuhan terputus berarti terputus pula berkat-berkat Tuhan untuk kita.

"Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi;"  1 Yohanes 3:9