Wednesday, October 31, 2018

KEKUATIRAN: Merugikan Diri Sendiri

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2018

Baca:  Mazmur 13:1-6

"Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?"  Mazmur 13:3

Hidup di tengah dunia yang semakin bergejolak dan penuh problematika ini tak seorang pun hidup tanpa kuatir dan tak seorang pun terhindar dari rasa kuatir, termasuk orang percaya.  Jika ada orang yang menyatakan diri bahwa ia tidak pernah merasa kuatir sedikit pun dalam hidupnya, hal tersebut adalah sebuah penyangkalan.  Akan tetapi setiap kita dapat menolong diri sendiri terlepas dari rasa kuatir yaitu memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan melihat setiap masalah, situasi, keadaan atau peristiwa yang ada dari sudut pandang firman Tuhan.

     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata  'kuatir'  memiliki pengertian:  takut  (gelisah, cemas)  terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti.  Perasaan ini biasanya dihubungkan dengan pikiran negatif tentang sesuatu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.  Kuatir juga berarti was-was, bingung dan pikiran terpecah-pecah.  Tuhan berfirman:  "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"  (Matius 6:25).  Lalu Dia menambahkan:  "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?"  (Mazmur 6:27).  Tuhan memperingatkan kita untuk tidak kuatir, karena Dia sendiri yang menjadi jaminan bagi kita.  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).

     Hendaknya kita menyadari bahwa kekuatiran itu hanya memindahkan beban dari bahu Tuhan yang kuat ke bahu kita yang lemah.  Kekuatiran adalah sebuah obsesi akan hal buruk yang mungkin terjadi:  ketakutan terhadap hal yang tidak menyenangkan, menderita sakit, mengalami kekurangan, kehilangan sesuatu dan sebagainya.  Daud, seorang raja pun, juga pernah merasa kuatir, tapi ia tak mau terus dibelenggunya, karena itu  "...kepada kasih setia-Mu aku percaya,"  (Mazmur 13:6).  Daud mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan melalui doa dan percaya penuh kepada-Nya!

"Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  Amsal 12:25

Tuesday, October 30, 2018

TAK PERNAH DITINGGALKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2018

Baca:  Mazmur 37:27-29

"...Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya."  Mazmur 37:28a

Ada saat di mana kita pernah menghadapi situasi-situasi sulit yang dapat menyebabkan kita merasa sendiri, sepi, ditinggalkan, dan tak dipedulikan:  ada orangtua yang mulai terserang rasa sepi tatkala anak-anaknya sudah berumah tangga dan tidak lagi tinggal bersamanya;  ada anak-anak yang harus menjalani hari-harinya dengan luka hati yang terus membekas karena ditelantarkan oleh orangtuanya;  ada pula isteri yang harus menanggung hidup yang teramat berat yang membuatnya menangis sepanjang malam, karena telah ditinggalkan atau dikhianati oleh suami tercinta yang pergi dengan wanita lain.

     Contoh  di atas menunjukkan bahwa rasa sepi atau merasa sendiri dapat melanda semua orang, tanpa terkecuali, dan tanpa mengenal usia dan status, terlebih-lebih ketika dihadapkan pada masalah berat dan tiada seorang pun dapat menolong.  Dalam situasi seperti itu sikap mengasihani diri sendiri muncul dan kita pun mulai berpikir Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak lagi peduli dengan keadaan kita.  Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut sehingga kita tidak lagi merasa sepi, sendiri dan ditinggalkan?  1.  Mendekatlah kepada Tuhan.  Bangunlah keintiman dengan Tuhan secara personal melalui saat teduh setiap hari.  Saat kita tinggal dekat dengan Tuhan melalui doa, kita akan merasakan ketenangan.  Daud menyatakan bahwa hanya dekat Tuhan saja ia akan merasa tenang, sebab ia tahu bahwa Tuhan adalah keselamatan hidupnya  (Mazmur 62:2).  Karena itu  "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"  (Yesaya 55:6)  dan nyatakanlah semua masalahmu, pergumulanmu, bebanmu dan keluh kesahmu kepada-Nya.

     2.  Pegang janji firman Tuhan.  Adalah salah besar jika kita berpikir bahwa Tuhan meninggalkan kita dan tidak memedulikan kita.  Justru kita yang seringkali meninggalkan Tuhan dan tidak lagi melibatkan Dia dalam hidup ini.  Keberadaan orang percaya adalah berharga di mata Tuhan:  "...engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,"  (Yesaya 43:4), karena itu  "...TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya;"  (Mazmur 94:14).

"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."  Mazmur 34:19