Sunday, September 16, 2018

CARILAH TUHAN DENGAN SEGENAP HATI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2018

Baca:  Mazmur 119:1-8

"Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,"  Mazmur 119:2

Sebagian besar orang beranggapan bahwa sumber kebahagiaan hidup terletak pada hal-hal duniawi:  uang, mobil, rumah megah, kedudukan, popularitas dan sebagainya.  Benarkah?  Pemazmur menyatakan bahwa kunci untuk meraih kebahagiaan hidup adalah memegang peringatan-peringatan Tuhan  (tinggal di dalam firman-Nya), dan mencari Dia dengan segenap hati.  Mengapa banyak orang tidak menemukan Tuhan atau tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan, sekalipun ia merasa sudah berdoa?  Ada tertulis:  "Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati."  (Amsal 16:2).  Hal mendasar yang harus diperhatikan saat kita mencari Tuhan adalah sikap hati kita.  Apakah kita sudah mencari Tuhan dengan segenap hati?

     Selama kita mencari Tuhan tidak dengan segenap hati, setengah-setengah atau tidak bersungguh-sungguh, maka Tuhan tidak berkenan untuk menemui kita.  "...apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu..."  (Yeremia 29:12-13).  Karena itu pemazmur berdoa:  "Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!"  (Mazmur 119:37).  Cara agar mata kita tidak melihat hal-hal yang hamba dan hidup menurut jalan-jalan Tuhan adalah mencari Dia dengan segenap hati.  "Aku berseru dengan segenap hati; jawablah aku, ya TUHAN! Ketetapan-ketetapan-Mu hendak kupegang."  (Mazmur 119:145).

     Bukan hanya dalam mengerjakan perkara-perkara rohani saja dibutuhkan sikap yang segenap hati, dalam melakukan pekerjaan konvensional pun jika kita ingin mendapatkan hasil yang terbaik dan maksimal, kita harus melakukan segala sesuatunya dengan segenap hati.  Terlebih-lebih dalam hal beribadah kepada Tuhan, jangan sekali-kali kita datang kepada-Nya dengan main-main,  "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9).

Mata Tuhan selalu tertuju kepada orang yang mencari Dia dengan segenap hati!

Saturday, September 15, 2018

DI AMBANG USIA SENJA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 September 2018

Baca:  Pengkhotbah 12:1-14

"Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: 'Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!'"  Pengkhotbah 12:1

Pengkhotbah menegaskan bahwa:  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal,..."  (Pengkhotbah 3:1-2).  Semua manusia yang sudah dilahirkan di dunia ini pada waktunya pasti akan mati.  Sebagaimana ketika dilahirkan, kita tak dapat menolak untuk dilahirkan, begitu juga ketika sudah waktunya roh kita kembali kepada Sang Pencipta, kita juga tak punya kesanggupan untuk menolaknya.  "dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya."  (Pengkhotbah 12:7).

     Tapi kematian bagi orang percaya akan berbeda dengan kematian orang-orang yang menolak Dia.  Rasul Paulus berkata,  "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."  (Filipi 1:21).  Banyak orang tak menyadari bahwa umur manusia itu ada batasnya!  Mereka yang merasa diri muda hidup sekehendak hatinya dan mengabaikan perkara-perkara rohani.  "Aku masih muda... Urusan rohani nanti-nanti saja, masih banyak kesempatan."  Namun tidak sedikit pula orang yang sudah usia senja masih saja tak menyadari bahwa waktunya sudah teramat dekat.  Mereka masih saja mengeraskan hati, tau mau bersungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan, yang dipikirkan hanyalah perkara-perkara duniawi, padahal semua yang ada di dunia ini sifatnya hanya sementara saja.

      Perhatikanlah sungguh-sungguh!  "Tiada seorangpun berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian."  (Pengkhotbah 8:8a),  "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  (Pengkhotbah 9:12).  Ingatlah firman ini:  "...manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,"  (Ibrani 9:27).  Kristus memperingatkan:  "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).

Sebelum datang  'malam', marilah kita semakin giat di dalam Tuhan!