Tuesday, August 28, 2018

ORANG PERCAYA: Menerima Panggilan Ilahi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2018

Baca:  Roma 11:25-36

"Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya."  Roma 11:29

Dalam diri orang percaya yang sudah mengalami kelahiran baru ada panggilan Ilahi.  Kita dipanggil untuk memenuhi rencana dan tujuan khusus yang telah Tuhan tetapkan bagi kita, seperti tertulis:  "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Efesus 2:10).  Panggilan Ilahi tersebut sesungguhnya sudah ada sebelum kita menjadi anak Tuhan, seperti yang disampaikan oleh rasul Paulus:  "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."  (Efesus 1:4).

     Kita tak dapat melarikan diri dari panggilan Tuhan, sebab Tuhan tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya  (ayat nas).  Pemazmur mengungkapkan:  "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku."  (Mazmur 139:7-10).  Itu berarti Tuhan tidak akan pernah mengubah pikiran-Nya tentang kasih karunia dan panggilan-Nya yang telah ditentukan atas kita.  Panggilan Tuhan atas hidup kita akan menyertai kita sepanjang umur kita.

     Yang harus kita ingat adalah, pada saatnya nanti kita semua harus mempertanggungjawabkan panggilan Ilahi ini di hadapan Tuhan:  "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah."  (Roma 14:10b, 12).  Mari lakukan dengan setia apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita.  "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat."  (2 Korintus 5:10).  Janganlah kita menghadap Kristus kelak dengan tangan hampa.

Selagi ada waktu dan kesempatan, kerjakan panggilan Tuhan atas hidupmu dengan setia!

Monday, August 27, 2018

MUJIZAT TUHAN DILUPAKAN BEGITU SAJA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2018

Baca:  Keluaran 15:22-27

"Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: 'Apakah yang akan kami minum?'"  Keluaran 15:24

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan!  Karena itu mereka dikasihi Tuhan sedemikian rupa.  Ketika umat Israel mengalami penindasan di Mesir, Tuhan tidak tinggal diam.  "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka."  (Keluaran 3:7).  Tuhan pun mengutus Musa untuk memimpin umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir.

     Ketika mereka menyeberang Laut Teberau meninggalkan Mesir, Tuhan telah membuat mujizat besar, air laut terbelah dua, sehingga umat Israel dapat berjalan di atas tanah kering.  Tanpa perahu, tanpa kendaraan apa pun, mereka telah diseberangkan Tuhan dengan selamat, dengan cara-Nya yang ajaib.  Sebaliknya, Firaun dan segenap pasukannya yang mengejar, mati tenggelam di laut.  Karena mujizat besar ini Musa dan segenap bangsa Israel pun memuliakan Tuhan:  "Engkau meniup dengan taufan-Mu, lautpun menutupi mereka; sebagai timah mereka tenggelam dalam air yang hebat. Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?"  (Keluaran 15:10-11).  Lalu, dalam perjalanan menuju padang gurun Syur, mereka tak mendapatkan air selama tiga hari.  Ketika sampai di mara mereka mendapatkan air, tapi airnya pahit tak dapat diminum.  Reaksi mereka?  "Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: 'Apakah yang akan kami minum?'"  (Keluaran 15:24), padahal baru saja mereka memuji-muji kebesaran Tuhan dan keajaiban-Nya dengan berkata,  "Engkau pembuat keajaiban", tapi menghadapi persoalan kecil, yaitu air pahit, secepat kilat mereka langsung bersungut-sungut kepada Tuhan.  Mereka lupa begitu saja akan mujizat dan perbuatan Tuhan yang ajaib.

     Dalam perjalanan hidup ini kita sering berlaku seperti umat Israel.  Terbentur masalah sedikit kita langsung lupa akan kebaikan Tuhan dan kebesaran kuasa-Nya.

Ingat!  Tuhan kita adalah Tuhan yang hebat perbuatan-Nya, tidak ada masalah yang tak terselesaikan di tangan-Nya!