Saturday, July 28, 2018

DIDIKAN TUHAN SEBAGAI BUKTI KASIH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2018

Baca:  Hosea 11:1-11

"Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan."  Hosea 11:9

Perikop pembacaan firman Tuhan hari ini adalah kasih Tuhan mengalahkan kedegilan orang Israel.  Ini menunjukkan betapa besar dan ajaib kasih Tuhan kepada umat-Nya.  Semua anak pasti tak luput dari teguran dan didikan orangtuanya.  Terkadang orangtua harus berlaku keras dan jika perlu ia menghajar anaknya dengan menggunakan tongkat.  Bukan berarti orangtua tidak mengasihi anaknya, tapi hal itu dilakukan justru demi kebaikan si anak.  "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."  (Amsal 13:24).

     Sebagai anak-anak Tuhan kita pun pernah merasakan kerasnya didikan Tuhan.  Kita pernah merasakan bagaimana Tuhan marah kepada kita karena kesalahan dan kedegilan hati kita.  Tetapi ada satu hal yang perlu diketahui, Tuhan tidak pernah merencanakan hal-hal yang jahat atau merencanakan untuk membinasakan umat-Nya  (ayat nas).  Tuhan berfirman:  "Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung. Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka."  (Hosea 11:2-3).  Sekalipun umat Israel terus hidup dalam ketidaktaatan dan pemberontakan, bahkan mereka telah melakukan perzinahan rohani, Tuhan tetap menunjukkan kesabaran-Nya, keagungan dan kebesaran kasih-Nya tidak pernah pudar.  "Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih."  (Hosea 11:4a).

     Jika saat ini kita mengalami badai hidup, situasi-situasi sulit harus kita alami, tak sepatutnya kita menggerutu, ngambek seperti anak kecil dan mengira Tuhan tidak mengasihi kita dan meninggalkan kita.  Adakalanya itu diijinkan Tuhan terjadi atas kita dengan tujuan agar kita sadar akan kesalahan-kesalahan kita, tapi seringkali kita salah paham dan kecewa atas didikan Tuhan ini, sebab menimbulkan rasa sakit secara badani.

"...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  Ibrani 12:6

Friday, July 27, 2018

TAKUT AKAN TUHAN: Warisan Rohani Anak

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2018

Baca:  1 Raja-Raja 2:1-12

"...supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel."  1 Raja-Raja 2:4

Setiap orangtua pasti mengharapkan anak-anaknya berhasil dalam hidupnya.  Orangtua mana yang tak bahagia melihat anak-anaknya berhasil dalam studi, karir, rumah tangga.  Namun satu hal yang paling membahagiakan adalah ketika anak-anaknya memiliki hati yang takut akan Tuhan.  Takut akan Tuhan adalah kunci utama dalam menjalani hidup ini.

     Menjelang hari kematiannya Daud memberikan pesan terakhir kepada anak yang sangat dikasihinya yaitu Salomo.  Sebagai orangtua Daud sangat mengharapkan Salomo menjadi orang yang berhasil, terlebih-lebih menjadi orang yang takut akan Tuhan.  Dalam hal ini Daud telah meninggalkan sebuah teladan hidup bagi Salomo.  Di sepanjang hidupnya Daud sangat mengasihi Tuhan dan hidup takut akan Dia, sehingga Tuhan memberkati hidupnya secara luar biasa.  Karena itu Daud pun rindu Salomo mengikuti jejaknya.  Namun untuk mencapai apa yang diinginkan itu ada proses yang harus dijalani yaitu:  "Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju,"  (1 Raja-Raja 2:3).  Kalau kita taat melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan maka Tuhan akan turut campur tangan dalam setiap apa yang kita kerjakan.  Inilah warisan rohani yang harus orangtua tinggalkan bagi anak-anaknya!

     Jangan memanjakan anak-anak hanya dengan meninggalkan warisan materi dan mengabaikan warisan rohani  (menanamkan nilai-nilai firman Tuhan), karena warisan materi itu sifatnya sementara, cepat atau lambat akan habis dan lenyap.  "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu."  (Amsal 29:17).

Jika anak memiliki hati yang takut akan Tuhan, tak ada yang perlu dikuatirkan dengan masa depannya!