Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2018
Baca: Mazmur 84:1-13
"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di
tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada
diam di kemah-kemah orang fasik." Mazmur 84:11
Waktu adalah sesuatu yang terus melaju, tak bisa dihentikan dan tidak akan kembali lagi. "You may delay, but time will not." (Benjamin Franklin). Karena itu banyak orang berusaha untuk mengabadikan momen-momen tertentu yang dianggapnya paling berkesan dalam hidupnya dalam bentuk video atau foto: pernikahan, bulan madu, ulang tahun anak, berwisata dengan keluarga, reuni sekolah atau kumpul dengan para sahabat atau teman lama. Waktu-waktu seperti itu sungguh sangat terkesan dan berharga sekali!
Orang percaya yang menyadari bahwa waktu itu sangat berharga pasti akan mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik mungkin, tidak menyia-nyiakan begitu saja. "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15). Jika menyadari bahwa hidup di dunia terbatas waktunya hendaklah ini mendorong kita semakin giat mengerjakan perkara-perkara rohani. Bagi Daud, waktu yang sangat berharga adalah ketika ia bersekutu dengan Tuhan. Bersekutu dengan Tuhan itu bukan hanya saat beribadah di gereja saja, tetapi di mana pun kita berada. Karena ada banyak orang yang datang ke gereja, tetapi hati dan pikirannya tidak tertuju kepada Tuhan; ketika firman Tuhan disampaikan mereka asyik sendiri dengan ponsel masing-masing: SMS-an, update status, whatsapps-an, sibuk bisnis online, upload foto di instagram dan sebagainya. Itu bukti bahwa orang datang ke gereja tidak sepenuhnya untuk beribadah kepada Tuhan dan merindukan hadirat-Nya, tapi hanya sebatas aktivitas agamawi yang dilakukan secara rutin.
Semua orang diperhadapkan pada waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari. Bagaimana cara kita bisa menjadikan waktu tersebut berharga? Daud, seorang raja yang memiliki agenda kerja yang padat, masih mampu membangun kekariban dengan Tuhan, bahkan bagi dia yang lebih berharga bukan saat ia berada di istananya yang megah dengan fasilitas mewahnya, tetapi ketika ia berada di Bait Tuhan.
"... itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya." Mazmur 27:4
Thursday, July 19, 2018
Wednesday, July 18, 2018
PERHATIKANLAH KEMURAHAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2018
Baca: Mazmur 107:1-43
"Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN." Mazmur 107:43
Ketika ada mall atau toko yang menjual barang dengan menawarkan diskon yang besar-besaran (50% sampai 70%), atau beli 1 gratis 1 dan sebagainya, maka berduyun-duyunlah orang mendatanginya. Mereka begitu tergiur untuk mendapatkan barang-barang yang dibandrol dengan harga murah tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa itu bagian dari strategi pasar! Tentunya pihak penjual tidak ingin merugi, kalau pun itu harga diskon, bisa saja pihak penjual sudah melipatgandakan harga dari harga sebelumnya, atau bisa saja barang yang didiskon adalah barang yang berkualitas rendah. Berbeda dengan barang yang dijual tanpa diskon pasti akan terjamin kualitasnya, karena bukan barang 'murahan'.
Pemazmur menyinggung kata 'murah' bukan berbicara tentang sesuatu yang murahan, tetapi berbicara tentang anugerah Tuhan yang justru kita tak mampu membelinya dengan harga apa pun. Coba renungkan kemurahan Tuhan ini! - Kita sesungguhnya berasal dari debu tanah, tapi dari debu inilah Tuhan menghadirkan sosok manusia yang segambar dan serupa dengan diri-Nya, bahkan Ia menjadikan kita ini berharga seperti biji mata-Nya sendiri. - Karena kemurahan Tuhan kita diselamatkan dan beroleh pengampunan dosa. Kita tahu bahwa keselamatan dan pengampunan yang Tuhan berikan tidak bisa ditebus dengan kesalehan hidup manusia atau amal kebaikan manusia. "Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,..." (Mazmur 103:3). Karena itu: "Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN," (Mazmur 107:1-2).
Kemurahan Tuhan adalah bukti bahwa kasih-Nya sungguh tak bersyarat dan tiada batas. Karena itu wajib bagi kita untuk selalu mengingat-ingat kemurahan Tuhan ini. Rasul Paulus pun menyadari bahwa jika ia dipercaya untuk sebuah pelayanan bukanlah karena ia hebat atau pintar, tapi semata-mata karena kemurahan Tuhan. "Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati." (2 Korintus 4:1). Tidak ada alasan apa pun bagi kita untuk memegahkan diri!
"Siapakah aku ini, ya Tuhan...sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" 2 Samuel 7:18
Baca: Mazmur 107:1-43
"Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN." Mazmur 107:43
Ketika ada mall atau toko yang menjual barang dengan menawarkan diskon yang besar-besaran (50% sampai 70%), atau beli 1 gratis 1 dan sebagainya, maka berduyun-duyunlah orang mendatanginya. Mereka begitu tergiur untuk mendapatkan barang-barang yang dibandrol dengan harga murah tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa itu bagian dari strategi pasar! Tentunya pihak penjual tidak ingin merugi, kalau pun itu harga diskon, bisa saja pihak penjual sudah melipatgandakan harga dari harga sebelumnya, atau bisa saja barang yang didiskon adalah barang yang berkualitas rendah. Berbeda dengan barang yang dijual tanpa diskon pasti akan terjamin kualitasnya, karena bukan barang 'murahan'.
Pemazmur menyinggung kata 'murah' bukan berbicara tentang sesuatu yang murahan, tetapi berbicara tentang anugerah Tuhan yang justru kita tak mampu membelinya dengan harga apa pun. Coba renungkan kemurahan Tuhan ini! - Kita sesungguhnya berasal dari debu tanah, tapi dari debu inilah Tuhan menghadirkan sosok manusia yang segambar dan serupa dengan diri-Nya, bahkan Ia menjadikan kita ini berharga seperti biji mata-Nya sendiri. - Karena kemurahan Tuhan kita diselamatkan dan beroleh pengampunan dosa. Kita tahu bahwa keselamatan dan pengampunan yang Tuhan berikan tidak bisa ditebus dengan kesalehan hidup manusia atau amal kebaikan manusia. "Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,..." (Mazmur 103:3). Karena itu: "Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN," (Mazmur 107:1-2).
Kemurahan Tuhan adalah bukti bahwa kasih-Nya sungguh tak bersyarat dan tiada batas. Karena itu wajib bagi kita untuk selalu mengingat-ingat kemurahan Tuhan ini. Rasul Paulus pun menyadari bahwa jika ia dipercaya untuk sebuah pelayanan bukanlah karena ia hebat atau pintar, tapi semata-mata karena kemurahan Tuhan. "Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati." (2 Korintus 4:1). Tidak ada alasan apa pun bagi kita untuk memegahkan diri!
"Siapakah aku ini, ya Tuhan...sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" 2 Samuel 7:18
Subscribe to:
Posts (Atom)