Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juni 2018
Baca: Pengkhotbah 11:1-8
"Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai." Pengkhotbah 11:4
Ada sebuah hukum yang berlaku dalam kehidupan di dunia yaitu hukum tabur tuai. Hukum menabur dan menuai itu tidak hanya berlaku dalam dunia pertanian atau hal bercocok tanam saja. Semisal kita menabur sebiji benih jagung di dalam tanah yang sudah diolah dengan baik, maka benih tersebut akan bertumbuh menjadi sebatang pohon jagung yang dapat menghasilkan buah jagung dalam jumlah lebih banyak lagi. Berawal dari sebiji benih yang ditanam dihasilkanlah biji yang jumlahnya berlipat kali ganda. Hukum tabur tuai ini juga berlaku dalam kehidupan manusia dan juga kehidupan rohani.
Ada banyak ayat di Alkitab yang menyatakan tentang hukum tabur tuai, di antaranya: "...siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap." (Amsal 11:18), "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana," (Amsal 22:8), "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari
dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup
yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8). Dalam hukum tabur tuai ini ada prinsip-prinsip yang harus kita perhatikan: 1. Menabur butuh harga yang harus dibayar (pengorbanan). Sebelum biji benih itu tumbuh, berkembang, dan membuahkan hasil yang berlipat, maka ia harus ditanam dan mati terlebih dahulu di dalam tanah seperti tertulis: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah
dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah." (Yohanes 12:24). Dalam mengikut Tuhan dan melayani Dia pun ada yang harus dikorbankan. "...sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan,
ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali
seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu,
anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada
zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:29-30).
Jika kita ingin berhasil dalam pelayanan kita pun harus rela berkorban waktu, menabur tenaga, pikiran, materi, menanggalkan ego, menanggalkan manusia lama kita. Jadi, untuk mendapatkan tuaian ada sesuatu yang harus kita tabur!
Friday, June 29, 2018
Thursday, June 28, 2018
BERKAT ORANG BENAR: Sampai Anak Cucu
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juni 2018
Baca: Mazmur 37:21-29
"Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat." Mazmur 37:25-26
Hidup benar di hadapan Tuhan adalah kunci untuk mengalami hidup yang diberkati. Orang yang hidup benar di hadapan Tuhan pasti memiliki hubungan yang karib dengan Dia. Daud adalah sosok yang memberikan teladan dalam hal kekariban dengan Tuhan. Sejak muda sampai menjadi raja atas Israel Daud senantiasa bergaul karib dengan Tuhan. Ratusan pasal yang terdapat dalam Kitab Mazmur adalah pengalaman kekaribannya dengan Tuhan. Karena karib dengan Tuhan Daud dapat melihat dan merasakan sendiri bagaimana Tuhan memberkati orang benar dan memberkati pula anak-cucu orang benar tersebut. Akhirnya keluarlah pernyataan dari mulut Daud: "...tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;" (ayat nas).
Artinya Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang hidup benar, bahkan langkah-langkahnya pun ditetapkan-Nya: "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23). Orang benar bukan hanya menerima dan mengalami kebaikan Tuhan bagi dirinya sendiri, tapi kebaikan Tuhan itu juga akan dialami oleh anak-cucunya. Setiap orang yang percaya kepada Kristus secara de jure (secara hukum - Red.) beroleh status sebagai orang benar. Kita dibenarkan secara cuma-cuma oleh penebusan Kristus di Kalvari. Dengan kata lain kita diberi status sebagai orang benar, semata-mata karena iman. Karena itu Tuhan menghendaki supaya kita tidak hanya dibenarkan secara status, tapi kita harus benar-benar bertumbuh dalam kebenaran. Ini membutuhkan sebuah proses yang berlangsung seumur hidup kita.
Jika kita sudah bertumbuh sampai kepada tingkat 'orang benar', maka janji berkat Tuhan pasti akan digenapi dalam kehidupan kita dan berkat itu juga sampai kepada anak cucu kita. Orang benar adalah orang yang takut akan Tuhan. Itu diwujudkan melalui ketaatan melakukan firman Tuhan dan menjauhi segala bentuk kejahatan. "Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi." (Mazmur 25:12-13).
Ingin mengalami berkat Tuhan sampai ke anak cucu? berlakulah hidup benar.
Baca: Mazmur 37:21-29
"Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat." Mazmur 37:25-26
Hidup benar di hadapan Tuhan adalah kunci untuk mengalami hidup yang diberkati. Orang yang hidup benar di hadapan Tuhan pasti memiliki hubungan yang karib dengan Dia. Daud adalah sosok yang memberikan teladan dalam hal kekariban dengan Tuhan. Sejak muda sampai menjadi raja atas Israel Daud senantiasa bergaul karib dengan Tuhan. Ratusan pasal yang terdapat dalam Kitab Mazmur adalah pengalaman kekaribannya dengan Tuhan. Karena karib dengan Tuhan Daud dapat melihat dan merasakan sendiri bagaimana Tuhan memberkati orang benar dan memberkati pula anak-cucu orang benar tersebut. Akhirnya keluarlah pernyataan dari mulut Daud: "...tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;" (ayat nas).
Artinya Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang hidup benar, bahkan langkah-langkahnya pun ditetapkan-Nya: "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23). Orang benar bukan hanya menerima dan mengalami kebaikan Tuhan bagi dirinya sendiri, tapi kebaikan Tuhan itu juga akan dialami oleh anak-cucunya. Setiap orang yang percaya kepada Kristus secara de jure (secara hukum - Red.) beroleh status sebagai orang benar. Kita dibenarkan secara cuma-cuma oleh penebusan Kristus di Kalvari. Dengan kata lain kita diberi status sebagai orang benar, semata-mata karena iman. Karena itu Tuhan menghendaki supaya kita tidak hanya dibenarkan secara status, tapi kita harus benar-benar bertumbuh dalam kebenaran. Ini membutuhkan sebuah proses yang berlangsung seumur hidup kita.
Jika kita sudah bertumbuh sampai kepada tingkat 'orang benar', maka janji berkat Tuhan pasti akan digenapi dalam kehidupan kita dan berkat itu juga sampai kepada anak cucu kita. Orang benar adalah orang yang takut akan Tuhan. Itu diwujudkan melalui ketaatan melakukan firman Tuhan dan menjauhi segala bentuk kejahatan. "Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi." (Mazmur 25:12-13).
Ingin mengalami berkat Tuhan sampai ke anak cucu? berlakulah hidup benar.
Subscribe to:
Posts (Atom)