Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juni 2018
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan,
menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk
memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu
mahkota yang abadi." 1 Korintus 9:25
Prestasi gemilang berhasil ditorehkan oleh pasangan ganda putera Indonesia yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang berhasil meraih gelar juara baru di "All England 2018 BWF World Tour Super 1000" beberapa waktu yang lalu. Berarti pasangan ini mampu mempertahankan gelar untuk yang keduakalinya. Sungguh...suatu prestasi yang sangat membanggakan! Mereka pun mendapatkan sambutan yang sangat meriah setibanya di tanah air dan bonus pun mengalir deras! Demi memperoleh mahkota kemenangan ini ada harga yang harus dibayar oleh seorang atlet: berlatih keras, patuh pada instruksi pelatih, menjaga pola makan dan memiliki kedisiplinan tinggi. Mahkota kemenangan bagi seorang atlet adalah piala, medali, bonus uang, dan popularitas!
Rasul Paulus menggambarkan bahwa kehidupan rohani pun seperti suatu kejuaraan olahraga. Yang membedakannya adalah hal mahkota. Dalam pertandingan iman, setiap kita berjuang untuk mendapatkan mahkota yang abadi; dan untuk mendapatkan mahkota yang abadi itu ada harga yang harus dibayar juga! Karena itu "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27). Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya di segala bidang yang ditekuninya dan Ia berjanji untuk menambahkan semua berkat itu jika kita mau mendahulukan Dia dan kebenaran-Nya (Matius 6:33). Namun ukuran kesuksesan sejati orang percaya bukanlah berkenaan dengan berkat-berkat materi (kekayaan, pangkat atau ketenaran), melainkan sebuah mahkota abadi yang akan Tuhan berikan kelak.
Rasul Paulus harus mengalami penderitaan demi melayani Tuhan, bahkan pada masa tuanya ia harus sendirian berada di penjara dan akhirnya meninggal dipancung. Menurut ukuran dunia ia bukanlah orang yang sukses. Tetapi menjelang akhir hidup Paulus dengan rasa bangga berkata, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7).
Mahkota abadi adalah ukuran kesuksesan yang sejati bagi orang percaya!
Tuesday, June 26, 2018
Monday, June 25, 2018
PERISAI IMAN: Kuat di Segala Situasi
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2018
Baca: Efesus 6:10-20
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." Efesus 6:10
Kita tak bisa memungkiri bahwa keadaan dunia semakin hari semakin tidak baik; persaingan hidup antarinsani semakin berat, kebutuhan hidup merangsek naik dari hari ke sehari, kejahatan manusia pun semakin merajalela. Kita takkan mampu menghadapi jika kita bersandar pada kekuatan sendiri. Itulah sebabnya rasul Paulus mendorong orang percaya untuk semakin kuat di dalam Tuhan (ayat nas). Sebuah pohon akan tegak berdiri di tengah terpaan angin apabila akarnya semakin merambat ke dalam. "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu," (Kolose 2:7).
Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini Iblis semakin gencar melancarkan serangannya, dan untuk menghadapi serangan Iblis kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata dari Tuhan agar kita dapat bertahan melawan si Iblis (Efesus 6:11). Salah satu perlengkapan senjata rohani adalah perisai iman. "...dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat," (Efesus 6:16). Pada zaman dahulu perisai yang biasa dipakai oleh tentara Romawi adalah perisai dengan ukuran yang luar biasa. Tingginya bisa mencapai 1,3 meter dan lebarnya 1 meter. Perisai ini disebut scutum, terbuat dari kayu yang dikelilingi lapisan baja dengan logam di tengahnya. Ini adalah senjata yang harus dimiliki oleh seorang tentara untuk mempertahankan diri yaitu diangkat untuk melindungi bagian tubuhnya (khususnya wajah) dan dihantamkan kepada lawan sebagai mekanisme pertahanan diri.
Kapan kita harus menggunakan perisai iman? Di segala keadaan! Inilah iman yang tidak terpengaruh oleh situasi atau kondisi apa pun. Seburuk apa pun keadaan dan seberat apa pun tantangannya tetaplah beriman kepada Tuhan. Iman sanggup mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin; iman sanggup membuka jalan saat tiada jalan; dan dengan iman pula kita dapat mematahkan setiap serangan-serangan yang dilancarkan oleh si Iblis: "Lawanlah dia dengan iman yang teguh," (1 Petrus 5:9).
Milikilah iman yang teguh supaya kita mampu bertahan di tengah goncangan dunia dan mampu mengalahkan musuh (Iblis)!
Baca: Efesus 6:10-20
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." Efesus 6:10
Kita tak bisa memungkiri bahwa keadaan dunia semakin hari semakin tidak baik; persaingan hidup antarinsani semakin berat, kebutuhan hidup merangsek naik dari hari ke sehari, kejahatan manusia pun semakin merajalela. Kita takkan mampu menghadapi jika kita bersandar pada kekuatan sendiri. Itulah sebabnya rasul Paulus mendorong orang percaya untuk semakin kuat di dalam Tuhan (ayat nas). Sebuah pohon akan tegak berdiri di tengah terpaan angin apabila akarnya semakin merambat ke dalam. "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu," (Kolose 2:7).
Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini Iblis semakin gencar melancarkan serangannya, dan untuk menghadapi serangan Iblis kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata dari Tuhan agar kita dapat bertahan melawan si Iblis (Efesus 6:11). Salah satu perlengkapan senjata rohani adalah perisai iman. "...dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat," (Efesus 6:16). Pada zaman dahulu perisai yang biasa dipakai oleh tentara Romawi adalah perisai dengan ukuran yang luar biasa. Tingginya bisa mencapai 1,3 meter dan lebarnya 1 meter. Perisai ini disebut scutum, terbuat dari kayu yang dikelilingi lapisan baja dengan logam di tengahnya. Ini adalah senjata yang harus dimiliki oleh seorang tentara untuk mempertahankan diri yaitu diangkat untuk melindungi bagian tubuhnya (khususnya wajah) dan dihantamkan kepada lawan sebagai mekanisme pertahanan diri.
Kapan kita harus menggunakan perisai iman? Di segala keadaan! Inilah iman yang tidak terpengaruh oleh situasi atau kondisi apa pun. Seburuk apa pun keadaan dan seberat apa pun tantangannya tetaplah beriman kepada Tuhan. Iman sanggup mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin; iman sanggup membuka jalan saat tiada jalan; dan dengan iman pula kita dapat mematahkan setiap serangan-serangan yang dilancarkan oleh si Iblis: "Lawanlah dia dengan iman yang teguh," (1 Petrus 5:9).
Milikilah iman yang teguh supaya kita mampu bertahan di tengah goncangan dunia dan mampu mengalahkan musuh (Iblis)!
Subscribe to:
Posts (Atom)