Sunday, June 24, 2018

IMAN: Tak Ada Perkara Mustahil

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2018

Baca:  Ibrani 11:30-31

"Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya."  Ibrani 11:30

Kota Yerikho bukanlah kota yang lemah, sebab kota tersebut dikelilingi oleh tembok yang tebal, sehingga bukan pekerjaan yang mudah bagi bangsa-bangsa lain untuk dapat menaklukkan dan mendudukinya.  Mustahil bagi manusia, tapi tidak ada perkara yang mustahil bagi setiap orang yang hidup mengandalkan Tuhan dan beriman kepada-Nya.  Inilah buktinya:  ketika bangsa Israel mau taat melakukan kehendak Tuhan, sekalipun perintah Tuhan itu tidak masuk di akal, tidak logis, mereka berhasil menduduki kota itu.  Bukan karena kekuatan militernya, bukan pula karena kemahiran Yosua dalam mengatur strategi perang, tapi karena mereka mau memraktekkan apa yang diperintahkan Tuhan.  Inilah iman yang disertai dengan perbuatan, sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).

     Pergumulan berat apa yang Saudara alami saat ini?  Mungkin kita mendengar omongan orang lain yang sangat melemahkan:  "Percuma...penyakit semacam itu tidak mungkin sembuh.  Mustahil suamimu akan kembali ke rumah, dia sudah digondol wewe gombel  (diculik hantu - Red.).  Hutang sebanyak itu tak mungkin dapat terlunasi!"  Ada pelajaran berharga dari runtuhnya tembok Yerikho ini:  selama kita hidup mengandalkan Tuhan dan taat melakukan kehendak-Nya tidak ada hal yang terlalu besar yang tidak bisa diatasi.  Kalau kita fokus pada apa yang terlintas secara kasat mata mustahil tembok Yerikho  (gambaran dari masalah - Red.)  bisa runtuh.  Tetapi kalau kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan yang ajaib segala perbuatan-Nya, maka masalah sebesar apa pun tidak ada arti apa-apa di hadapan Tuhan.  Namun seringkali kita tidak mau taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan, dan memilih mengandalkan kekuatan sendiri, menggunakan cara sendiri mengatasi masalah.  "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5).

     Yosua dan bangsa Israel hanya disuruh untuk berjalan mengelilingi kota Yerikho sekali sehari selama 6 hari lamanya dan pada hari yang ketujuh mereka harus mengelilingi kota itu tujuh kali, lalu diakhiri dengan sorak-sorai  (Yosua 6:3-5).

Cara Tuhan sering tidak masuk akal, tapi ketika kita taat, perkara besar terjadi!

Saturday, June 23, 2018

MEMBERITAKAN INJIL: Keberanian Ilahi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juni 2018

Baca:  Kisah Para Rasul 4:23-31

"Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu."  Kisah 4:29

Di masa-masa sulit seperti sekarang ini benih yang sering ditabur Iblis dalam diri orang percaya adalah ketakutan.  Inilah cara mudah bagi Iblis untuk melemahkan dan melumpuhkan orang percaya.  Selama orang percaya hidup dalam ketakutan, sampai kapan pun ia tak kan mampu menjadi laskar Kristus yang militan.

     Ketakutan membuat seseorang menjadi tawar hati.  Dan semakin tawar hati semakin kecil pula kekuatan yang dimilikinya  (Amsal 24:10).  Ketakutan membuat orang percaya melakukan tindakan kompromi, tidak lagi punya keberanian untuk hidup  'berbeda'  dengan dunia dan akhirnya terbawa arus yang ada;  ketakutan membuat orang percaya tidak berani untuk mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat di hadapan orang banyak;  ketakutan membuat orang percaya ragu untuk bersaksi memberitakan Injil kepada orang lain.  Petrus juga pernah mengalami ketakutan sehingga ia berani menyangkal Kristus di hadapan manusia sebanyak tiga kali.  Tantangan berat harus dihadapi oleh murid-murid Tuhan di zaman Kisah Para Rasul ini.  Ancaman datang dari pihak-pihak yang menentang Kristus, aniaya, penjara, dan bahkan hukuman mati, terus menghantui mereka yang berani memberitakan Injil.  Secara manusia hal itu mendatangkan ketakutan, tapi di sisi lain semangat mereka untuk memberitakan Kristus begitu menyala-nyala.  Yang mereka butuhkan saat itu hanyalah keberanian.  "...berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu."  (ayat nas).

     Saat ini banyak orang berusaha untuk menyembunyikan jati diri mereka sebagai pengikut Kristus karena takut dikucilkan oleh lingkungan, takut pamornya turun atau takut tidak lagi populer, takut dijauhi oleh teman atau sahabat dan sebagainya.  "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah."  (Lukas 12:8-9).  Buang rasa takut dan berdoalah kepada Tuhan memohon keberanian Ilahi!

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  2 Timotius 1:7