Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2018
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan
kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya
kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan
kedatangan-Nya." 2 Timotius 4:8
Rasul Paulus menggambarkan perjalanan hidup orang percaya dalam mengiring Kristus sebagai sebuah pertandingan, ibarat seorang pelari yang sedang berjuang dalam suatu kejuaraan olahraga demi memperebutkan sebuah medali. Perjalanan hidup Paulus sendiri, sebagai hamba Tuhan, merupakan sebuah pertandingan yang sangat keras. Di sepanjang perjalanannya sebagai pemberita Injil Paulus harus menghadapi berbagai ujian dan tantangan yang tak mudah: kesukaran, penderitaan, aniaya, bahaya dan ancaman sudah menjadi warna dalam hidupnya. Sekalipun harus membayar harga yang sedemikian rupa, tak sedikit pun terbersit dalam benak Paulus untuk mundur atau menyerah dalam melayani Tuhan. Ia terus berjuang: "Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat." (ayat 6)... namun Paulus mampu menyelesaikan pertandingan sampai garis akhir (ayat 7).
Rasul Paulus mengingatkan bahwa berjerih payah untuk melayani Tuhan itu tidak pernah sia-sia, Tuhan selalu perhitungkan. "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!" (1 Korintus 15:58), dan "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2). Bagi setiap orang yang mampu menyelesaikan pertandingan sampai garis akhir, Tuhan akan anugerahkan mahkota kebenaran kepadanya. Dalam ilmu psikologi terapan, ketangguhan seperti ini dalam menghadapi ujian dan tantangan hidup disebut Adversity Quotient (AQ) atau kecerdasan adversiti.
Ada banyak orang Kristen tidak lagi berjuang dalam pertandingan imannya karena merasa tidak kuat lagi menghadapi ujian dan tantangan. Mereka menyerah dan berhenti di tengah jalan! Mereka tidak lagi peduli dengan perkara-perkara rohani, yang menjadi fokus hidupnya adalah perkara-perkara duniawi yang sifatnya hanya sementara (fana). mereka lupa bahwa ada upah besar disediakan Tuhan bagi orang yang setia sampai akhir!
Garis akhir pertandingan iman adalah akhir hidup kita, jadi teruslah berjuang!
Thursday, May 24, 2018
Wednesday, May 23, 2018
MEMBANGUN KEKARIBAN DENGAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2018
Baca: Kolose 1:24-29
"Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus." Kolose 1:28
Banyak orang membangga-banggakan diri karena merasa sudah lama menjadi pengikut Kristus (Kristen), padahal menjadi Kristen selama bertahun-tahun tak menjadi jaminan bahwa seseorang punya kedewasaan rohani atau kehidupan yang sama seperti Kristus. Berhati-hatilah sebab ada tertulis: "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30).
Sasaran hidup orang percaya adalah hidup serupa dengan Kristus! Tapi masih sering dijumpai orang Kristen yang dalam kehidupannya sehari-hari sama sekali tidak mencerminkan Kristus sehingga menjadi batu sandungan bagi orang-orang di sekitarnya. Ini sangat memrihatinkan! "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Hidup sama seperti Kristus hidup inilah yang Paulus terus usahakan dan perjuangkan: "Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku." (Kolose 1:29). Seperti apakah gaya hidup kristus? 1. Kristus memiliki persekutuan yang karib dengan Bapa. 2. Kristus taat melakukan kehendak Bapa. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." (Yohanes 5:19). Kristus tidak pernah bekerja atas kehendak-Nya sendiri, melainkan apa yang Bapa kehendaki itulah yang Ia kerjakan. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34).
Sebagai pengikut Kristus adalah wajib bagi kita untuk meneladani Kristus. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Berdoa harus menjadi gaya hidup kita sehari-hari! Jangan hanya mencari Tuhan ketika sedang dilanda masalah saja; dan jadilah pelaku firman-Nya!
Hanya orang yang senantiasa karib dengan Tuhan yang hidupnya akan semakin diubahkan menjadi serupa dengan Kristus!
Baca: Kolose 1:24-29
"Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus." Kolose 1:28
Banyak orang membangga-banggakan diri karena merasa sudah lama menjadi pengikut Kristus (Kristen), padahal menjadi Kristen selama bertahun-tahun tak menjadi jaminan bahwa seseorang punya kedewasaan rohani atau kehidupan yang sama seperti Kristus. Berhati-hatilah sebab ada tertulis: "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30).
Sasaran hidup orang percaya adalah hidup serupa dengan Kristus! Tapi masih sering dijumpai orang Kristen yang dalam kehidupannya sehari-hari sama sekali tidak mencerminkan Kristus sehingga menjadi batu sandungan bagi orang-orang di sekitarnya. Ini sangat memrihatinkan! "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Hidup sama seperti Kristus hidup inilah yang Paulus terus usahakan dan perjuangkan: "Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku." (Kolose 1:29). Seperti apakah gaya hidup kristus? 1. Kristus memiliki persekutuan yang karib dengan Bapa. 2. Kristus taat melakukan kehendak Bapa. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." (Yohanes 5:19). Kristus tidak pernah bekerja atas kehendak-Nya sendiri, melainkan apa yang Bapa kehendaki itulah yang Ia kerjakan. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34).
Sebagai pengikut Kristus adalah wajib bagi kita untuk meneladani Kristus. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Berdoa harus menjadi gaya hidup kita sehari-hari! Jangan hanya mencari Tuhan ketika sedang dilanda masalah saja; dan jadilah pelaku firman-Nya!
Hanya orang yang senantiasa karib dengan Tuhan yang hidupnya akan semakin diubahkan menjadi serupa dengan Kristus!
Subscribe to:
Posts (Atom)