Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2018
Baca: Mazmur 56:1-14
"Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?" Mazmur 56:9
Mazmur 56 ini merupakan seruan dan doa Daud saat berada dalam pelarian. Di negerinya sendiri ia terus diburu oleh Saul, sedangkan di negeri lain musuh juga mengincar dan memburunya. Serasa tidak ada tempat bagi Daud untuk berpijak. Penderitaan Daud ini bukan disebabkan karena kesalahannya, justru karena pengorbanannya bagi bangsa Israel. Sejak Daud mempertaruhkan diri melawan Goliat dan tampil sebagai pemenang, ia dimusuhi oleh Saul. Semua berawal ketika orang-orang mengelu-elukan Daud: "'Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.' Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan
hatinya, sebab pikirnya: 'Kepada Daud diperhitungkan mereka
berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu;
akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.' Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud." (Samuel 18:7-9). Sejak itu Saul mengibarkan bendera perang terhadap Daud, berusaha untuk menghabisi Daud meski selalu berujung pada kegagalan.
Dalam kesesakannya ini berserulah Daud, "Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku! Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari," (Mazmur 56:2). Tuhan memperhatikan seruan umat-Nya saat dalam kesesakan. Adalah salah besar jika kita beranggapan bahwa Tuhan tidak memedulikan penderitaan yang kita alami. Murid-murid Kristus sendiri pernah menganggap bahwa Tuhan tidak peduli ketika perahu mereka diterpa angin taufan ganas: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" (Markus 4:38). Menghitung sengsara (ayat nas) bisa diartikan bahwa Tuhan mencatat secara detail semua penderitaan yang kita alami.
Air mata yang mengalir dari kesengsaraan semacam inilah yang Tuhan simpan di kirbat-Nya, Tuhan akan memberikan kelegaan dan kelepasan.
Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak-sorai (Mazmur 126:5).
Thursday, January 11, 2018
Wednesday, January 10, 2018
BELAJAR MEMAHAMI WAKTU TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2018
Baca: Yesaya 30:18-26
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" Yesaya 30:18
Masalah yang dialami oleh manusia bisa berasal dari dalam atau disebabkan oleh pihak luar. Dari dalam yaitu karena kesalahan yang diperbuatnya (Yakobus 1:14), sedangkan dari luar adalah karena perlakuan atau perbuatan jahat orang lain. Dalam kondisi seperti itu semua orang pasti mengharapkan adanya jalan keluar sesegera mungkin. Di tengah keterbatasan dan ketidakberdayaan ini kita sangat menantikan uluran tangan Tuhan. Pada saat menantikan pertolongan dari Tuhan ini timbul masalah lain yaitu berkenaan dengan sikap hati kita yang cenderung tidak sabar menunggu waktu Tuhan.
Dalam masa menunggu ini kita seringkali lemah dan putus asa, karena kita merasa bosan dan tidak lagi sabar ketika melihat kenyataan masih belum seperti yang diharapkan. Kemudian kita mendesak Tuhan dan cenderung memaksa Dia untuk segera menolong menurut cara dan waktu kita. Seorang yang dewasa rohani seharusnya tidak bersikap demikian, melainkan belajar tetap sabar dan terus bertekun menanti-nantikan Tuhan, karena ia sangat percaya bahwa Tuhan memiliki waktu tersendiri, dan terbaik. Belajarlah dari Saul yang karena ketidaksabarannya menunggu waktu Tuhan harus menanggung akibat sangat fatal yaitu ditolak menjadi raja. Berkatalah Samuel, "...sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu." (1 Samuel 13:13-14).
Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Nasihat untuk bersukacita senantiasa dalam Tuhan mengindikasikan bahwa dalam segala keadaan kita harus mampu menjaga hati untuk tidak menjadi takut dan kuatir. Kita perlu belajar untuk menantikan waktu Tuhan, walaupun keadaan serasa tidak ada harapan dan terlambat, seperti yang dialami Lazarus (Yohanes 11:17, 21).
Orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti tidak akan dipermalukan (Mazmur 25:3).
Baca: Yesaya 30:18-26
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" Yesaya 30:18
Masalah yang dialami oleh manusia bisa berasal dari dalam atau disebabkan oleh pihak luar. Dari dalam yaitu karena kesalahan yang diperbuatnya (Yakobus 1:14), sedangkan dari luar adalah karena perlakuan atau perbuatan jahat orang lain. Dalam kondisi seperti itu semua orang pasti mengharapkan adanya jalan keluar sesegera mungkin. Di tengah keterbatasan dan ketidakberdayaan ini kita sangat menantikan uluran tangan Tuhan. Pada saat menantikan pertolongan dari Tuhan ini timbul masalah lain yaitu berkenaan dengan sikap hati kita yang cenderung tidak sabar menunggu waktu Tuhan.
Dalam masa menunggu ini kita seringkali lemah dan putus asa, karena kita merasa bosan dan tidak lagi sabar ketika melihat kenyataan masih belum seperti yang diharapkan. Kemudian kita mendesak Tuhan dan cenderung memaksa Dia untuk segera menolong menurut cara dan waktu kita. Seorang yang dewasa rohani seharusnya tidak bersikap demikian, melainkan belajar tetap sabar dan terus bertekun menanti-nantikan Tuhan, karena ia sangat percaya bahwa Tuhan memiliki waktu tersendiri, dan terbaik. Belajarlah dari Saul yang karena ketidaksabarannya menunggu waktu Tuhan harus menanggung akibat sangat fatal yaitu ditolak menjadi raja. Berkatalah Samuel, "...sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu." (1 Samuel 13:13-14).
Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Nasihat untuk bersukacita senantiasa dalam Tuhan mengindikasikan bahwa dalam segala keadaan kita harus mampu menjaga hati untuk tidak menjadi takut dan kuatir. Kita perlu belajar untuk menantikan waktu Tuhan, walaupun keadaan serasa tidak ada harapan dan terlambat, seperti yang dialami Lazarus (Yohanes 11:17, 21).
Orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti tidak akan dipermalukan (Mazmur 25:3).
Subscribe to:
Posts (Atom)