Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2017
Baca: Lukas 12:41-48
"Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana
yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk
memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?" Lukas 12:42
Salah satu panggilan Tuhan yang sulit dilakukan orang percaya adalah menjadi hamba. Kita kurang menyadari bahwa sebagai orang percaya kita ini menyandang status sebagai hamba Tuhan. "Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:24b). Tak mudah menjadi orang percaya yang benar-benar memiliki hati hamba, karena kecenderungan setiap orang adalah ingin menjadi tuan, ingin menjadi yang terbesar, ingin menjadi pemimpin, ingin dilayani tapi tak mau melayani, ingin selalu memerintah tapi merasa keberatan jika harus menerima perintah.
Ketika diselamatkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran...demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu
menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan." (Roma 6:18, 19). Karena Kristus telah memerdekakan kita dari dosa dan menjadikan kita hamba kebenaran, kini tugas kita adalah menghambakan diri sepenuhnya kepada Dia, melayani dan menyenangkan hati-Nya. Bagaimana menyenangkan hati Tuhan, Tuan kita? 1. Hamba yang rajin bekerja. "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang." (Lukas 12:43). Inilah hamba yang disukai tuannya! Yaitu yang rajin bekerja bukan ketika dilihat tuannya atau ketika si tuan ada di dekatnya, tapi yang tetap rajin sekalipun tidak dilihat tuannya, sekalipun tuannya itu pergi, sekalipun situasi atau kondisi tampak kurang menyenangkan sekalipun, karena ia menyadari tugas utamanya adalah bekerja keras dan melakukan semua tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
Orang yang rajin bekerja pasti akan mendapatkan banyak keuntungan: "...tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4); "Tangan orang rajin memegang kekuasaan..." (Amsal 12:24); "...hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4).
Rasul Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Wednesday, December 27, 2017
Tuesday, December 26, 2017
KRISTUS DATANG UNTUK MEMBAWA PEMISAHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2017
Baca: Matius 10:34-42
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Matius 10:34
Semua manusia, tanpa terkecuali, pasti membutuhkan kedamaian dalam hidupnya. Adapun kata damai dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, tenang, keadaan tidak bermusuhan dan rukun. Dengan kata lain manusia tidak mengingini adanya suatu pertikaian, permusuhan, perpecahan atau sengketa. Bersyukur kita punya Tuhan yang bukan hanya Tuhan dengan berlimpah dengan kasih setia, bukan hanya sumber segala mujizat, tetapi Dia adalah Raja Damai, seperti tertulis: "...namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5).
Namun pada suatu kesempatan Kristus justru membuat pernyataan yang berbeda yang sangat mengejutkan telinga semua orang: "Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya." (Matius 10:35-36). Setiap orang yang memutuskan diri untuk mengikut Kristus harus siap untuk membayar harga! Bukankah kita sering mendengar kesaksian dari saudara-saudara seiman, yang karena imannya kepada Kristus, mereka harus ditentang, dikucilkan dan bahkan tidak diakui lagi oleh keluarga besarnya? Ada pula yang diperlakukan tidak adil di dunia pekerjaan, serta tidak sedikit dari mereka yang dijauhi oleh lingkungan. Mengikut Kristus berarti juga kita harus mau untuk memisahkan diri dari dunia! "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Artinya bahwa kebenaran dan kedamaian adalah dua hal yang saling berkaitan dan tak terpisahkan. Untuk mengalami kedamaian yang sejati kita harus 'tinggal' di dalam Kristus, yang adalah Raja Damai dan kebenaran itu sendiri; dan itu butuh ketegasan dan sikap tidk mengenal kompromi!
Ada harga yang harus dibayar sebagai pengikut Kristus, siapkah kita?
Baca: Matius 10:34-42
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Matius 10:34
Semua manusia, tanpa terkecuali, pasti membutuhkan kedamaian dalam hidupnya. Adapun kata damai dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, tenang, keadaan tidak bermusuhan dan rukun. Dengan kata lain manusia tidak mengingini adanya suatu pertikaian, permusuhan, perpecahan atau sengketa. Bersyukur kita punya Tuhan yang bukan hanya Tuhan dengan berlimpah dengan kasih setia, bukan hanya sumber segala mujizat, tetapi Dia adalah Raja Damai, seperti tertulis: "...namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5).
Namun pada suatu kesempatan Kristus justru membuat pernyataan yang berbeda yang sangat mengejutkan telinga semua orang: "Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya." (Matius 10:35-36). Setiap orang yang memutuskan diri untuk mengikut Kristus harus siap untuk membayar harga! Bukankah kita sering mendengar kesaksian dari saudara-saudara seiman, yang karena imannya kepada Kristus, mereka harus ditentang, dikucilkan dan bahkan tidak diakui lagi oleh keluarga besarnya? Ada pula yang diperlakukan tidak adil di dunia pekerjaan, serta tidak sedikit dari mereka yang dijauhi oleh lingkungan. Mengikut Kristus berarti juga kita harus mau untuk memisahkan diri dari dunia! "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Alkitab jelas menyatakan bahwa "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Artinya bahwa kebenaran dan kedamaian adalah dua hal yang saling berkaitan dan tak terpisahkan. Untuk mengalami kedamaian yang sejati kita harus 'tinggal' di dalam Kristus, yang adalah Raja Damai dan kebenaran itu sendiri; dan itu butuh ketegasan dan sikap tidk mengenal kompromi!
Ada harga yang harus dibayar sebagai pengikut Kristus, siapkah kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)