Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2017
Baca: Matius 13:1-8
"Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada
yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga
puluh kali lipat." Matius 13:8
Seluruh cara dan motivasi orang menabur pasti akan menentukan tuaian. Perhatikan sikap hati saat menabur, jangan sampai ada motif terselubung atau tendensi yang tidak benar. Ini yang dimaksudkan dengan menabur gandum, tetapi hati penuh semak duri. "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan
dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai
hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:7-8).
Apakah lagi yang harus diperhatikan saat menabur? Tekun dan sabar. Petani yang sedang menabur tidak seketika menuai, ia harus menunggu sampai benih itu tumbuh. Butuh proses dan waktu! Terkadang petani harus menghadapi panas terik matahari, hujan, angin atau badai. Kalau ia tidak tekun dan sabar ia pasti akan menyerah dan berputus asa. Yakobus menasihati, "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!
Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia
sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Pada saatnya pasti akan menghasilkan sesuatu yang indah. "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." (2 Timotius 2:6). Saat berada dalam 'proses' tak perlu kita menjadi panik, kecewa, mengeluh atau bersungut-sungut, sebab proses itu sifatnya hanya sementara waktu. Belajarlah untuk sabar dan berserah penuh kepada Tuhan. Lakukan yang terbaik. Ada tertulis: "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga," (Pengkhotbah 9:10). Artinya apa pun yang kita kerjakan dalam hidup ini lakukanlah itu dengan segenap hati, jangan setengah-setengah. Tuhan telah memperlengkapi kita dengan segala potensi, namun jika kita mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan-Nya dengan setengah-setengah, berarti kita telah menyia-nyiakan potensi yang Dia beri, dan itu berdosa.
"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat
kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah
ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." Pengkhotbah 11:6
Wednesday, October 11, 2017
Tuesday, October 10, 2017
MENABUR GANDUM: Menuai Semak Duri (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2017
Baca: Yeremia 12:7-13
"Mereka telah menabur gandum, tetapi yang dituai adalah semak duri; mereka telah bersusah payah, tetapi usaha mereka tidak berguna; mereka malu karena hasil yang diperoleh mereka, akibat dari murka TUHAN yang menyala-nyala." Yeremia 12:13
Di dalam kehidupan ini, ada hukum rohani sekaligus hukum alami yaitu hukum tabur-tuai. Ada tertulis: "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam." (Kejadian 8:22). Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Tuhan adalah Tuhan dari tuaian, dan tuaian itu dipanen pada waktu-Nya, bukan waktu kita. Kalau kita menabur kebaikan, maka yang akan kita tuai adalah kebaikan. Sebaliknya kalau kita menabur hal-hal yang jahat, dampaknya pun akan kembali ke diri sendiri, kita akan menuai hal-hal yang jahat pula. "Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga." (Ayub 4:8). Karena itu perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang kita tabur selama kita hidup di dunia ini.
Secara teori, orang yang menabur gandum tentunya akan menuai gandum juga. Tetapi ayat nas menyatakan bahwa ada orang yang menabur gandum namun yang dituai adalah semak duri. Ini suatu keadaan yang sangat menyakitkan. Mengapa bisa terjadi? Karena Tuhan memperhatikan motivasi seseorang dalam melakukan segala sesuatu, "Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati." (Amsal 16:2) dan "...Ia mengetahui rahasia hati!" (Mazmur 44:22). Ketika kita memiliki motivasi yang tidak benar, jahat atau terselubung, Tuhan tahu secara persis, karena itu Ia tidak akan berkenan dengan apa pun yang kita perbuat. Ia berkata, "Banyak gembala telah merusakkan kebun anggur-Ku, memijak-mijak tanah-Ku, dan membuat tanah kedambaan-Ku menjadi padang gurun yang sunyi sepi." (Yeremia 12:10).
Motivasi atau sikap hati menentukan tuaian! Banyak orang bersikap egois dan mau hidup seenak sendiri dengan menabur semak duri, tapi berharap menuai gandum. Ada pula orang yang menabur gandum tapi disertai motivasi yang salah, maka semak durilah yang mereka tuai. Yang harus diperhatikan saat menabur antara lain: milikilah hati yang bersih. Menabur dalam hal apa pun, untuk sesama atau untuk Tuhan dan pekerjaan-Nya, harus didasari dengan sikap hati yang bersih.
Baca: Yeremia 12:7-13
"Mereka telah menabur gandum, tetapi yang dituai adalah semak duri; mereka telah bersusah payah, tetapi usaha mereka tidak berguna; mereka malu karena hasil yang diperoleh mereka, akibat dari murka TUHAN yang menyala-nyala." Yeremia 12:13
Di dalam kehidupan ini, ada hukum rohani sekaligus hukum alami yaitu hukum tabur-tuai. Ada tertulis: "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam." (Kejadian 8:22). Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Tuhan adalah Tuhan dari tuaian, dan tuaian itu dipanen pada waktu-Nya, bukan waktu kita. Kalau kita menabur kebaikan, maka yang akan kita tuai adalah kebaikan. Sebaliknya kalau kita menabur hal-hal yang jahat, dampaknya pun akan kembali ke diri sendiri, kita akan menuai hal-hal yang jahat pula. "Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga." (Ayub 4:8). Karena itu perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang kita tabur selama kita hidup di dunia ini.
Secara teori, orang yang menabur gandum tentunya akan menuai gandum juga. Tetapi ayat nas menyatakan bahwa ada orang yang menabur gandum namun yang dituai adalah semak duri. Ini suatu keadaan yang sangat menyakitkan. Mengapa bisa terjadi? Karena Tuhan memperhatikan motivasi seseorang dalam melakukan segala sesuatu, "Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati." (Amsal 16:2) dan "...Ia mengetahui rahasia hati!" (Mazmur 44:22). Ketika kita memiliki motivasi yang tidak benar, jahat atau terselubung, Tuhan tahu secara persis, karena itu Ia tidak akan berkenan dengan apa pun yang kita perbuat. Ia berkata, "Banyak gembala telah merusakkan kebun anggur-Ku, memijak-mijak tanah-Ku, dan membuat tanah kedambaan-Ku menjadi padang gurun yang sunyi sepi." (Yeremia 12:10).
Motivasi atau sikap hati menentukan tuaian! Banyak orang bersikap egois dan mau hidup seenak sendiri dengan menabur semak duri, tapi berharap menuai gandum. Ada pula orang yang menabur gandum tapi disertai motivasi yang salah, maka semak durilah yang mereka tuai. Yang harus diperhatikan saat menabur antara lain: milikilah hati yang bersih. Menabur dalam hal apa pun, untuk sesama atau untuk Tuhan dan pekerjaan-Nya, harus didasari dengan sikap hati yang bersih.
Subscribe to:
Posts (Atom)