Wednesday, October 11, 2017

MENABUR GANDUM: Menuai Semak Duri (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2017

Baca:  Matius 13:1-8

"Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."  Matius 13:8

Seluruh cara dan motivasi orang menabur pasti akan menentukan tuaian.  Perhatikan sikap hati saat menabur, jangan sampai ada motif terselubung atau tendensi yang tidak benar.  Ini yang dimaksudkan dengan menabur gandum, tetapi hati penuh semak duri.  "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:7-8).

     Apakah lagi yang harus diperhatikan saat menabur?  Tekun dan sabar.  Petani yang sedang menabur tidak seketika menuai, ia harus menunggu sampai benih itu tumbuh.  Butuh proses dan waktu!  Terkadang petani harus menghadapi panas terik matahari, hujan, angin atau badai.  Kalau ia tidak tekun dan sabar ia pasti akan menyerah dan berputus asa.  Yakobus menasihati,  "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  (Yakobus 5:7).  Pada saatnya pasti akan menghasilkan sesuatu yang indah.  "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."  (2 Timotius 2:6).  Saat berada dalam  'proses'  tak perlu kita menjadi panik, kecewa, mengeluh atau bersungut-sungut, sebab proses itu sifatnya hanya sementara waktu.  Belajarlah untuk sabar dan berserah penuh kepada Tuhan.  Lakukan yang terbaik.  Ada tertulis:  "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,"  (Pengkhotbah 9:10).  Artinya apa pun yang kita kerjakan dalam hidup ini lakukanlah itu dengan segenap hati, jangan setengah-setengah.  Tuhan telah memperlengkapi kita dengan segala potensi, namun jika kita mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan-Nya dengan setengah-setengah, berarti kita telah menyia-nyiakan potensi yang Dia beri, dan itu berdosa.

"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."  Pengkhotbah 11:6

No comments:

Post a Comment