Tuesday, August 29, 2017

TAK PERNAH MEMAKSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2017

Baca:  Yohanes 13:1-20

"Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan."  Yohanes 13:13

Dunia saat ini penuh orang-orang yang suka memaksakan kehendaknya kepada orang lain.  Terkadang pemaksaan itu disertai tekanan dan ancaman.  Berbeda dengan Tuhan Yesus, Ia tak pernah memaksa orang untuk menyebut Dia sebagai Tuhan.  Tuhan Yesus tidak pernah berkata,  "kamu harus sujud dibawah kaki-Ku, kamu harus menyembah Aku, kamu harus..."  Tuhan memberikan kehendak bebas kepada setiap manusia.  Demikian bebasnya sampai-sampai ada orang yang  "...meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia,"  (Matius 26:67)  Itulah yang diperbuat orang-orang yang membenci dan memusuhi-Nya, bahkan menghujat, mengumpat, menjadikan Dia bahan tertawaan atau lelucon.  Puncaknya mereka membunuh dan menyalibkan Dia di atas Golgota.

     Sebagai orang percaya kita menyerahkan hidup sepenuhnya di bawah kekuasaan Tuhan Yesus dan taat kepada-Nya karena kemahakudusan-Nya, karena ke-Ilahian-Nya, bukan karena kita dipaksa dan diintimidasi untuk melakukan hal itu.  Tuhan Yesus tak pernah memaksa kita untuk taat kepada-Nya, tetapi karena kita tahu bahwa Dia adalah Tuhan, Juruselamat, dan Raja di atas segala raja, maka patutlah kita menghormati, menyanjung dan meninggikan nama-Nya, karena Bapa sendiri  "...
sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!'"  (Filipi 2:9-11).  Adalah kebodohan besar jika kita tak mau percaya dan taat kepada Tuhan Yesus, karena  "...baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup."  (Roma 14:8b-9).

     Inilah keunggulan Tuhan Yesus, lebih dari nabi-nabi yang telah ada, sebab Dia bukanlah nabi, tapi Dia adalah Tuhan dan Raja di atas segala raja, tapi manusia enggan mengakuinya.

"Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya;...  Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya."  Yohanes 3:31

Monday, August 28, 2017

PENGUASAAN DIRI PERLU DILATIH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2017

Baca:  Titus 2:1-10

"Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal..."  Titus 2:6

Sebagian orang Kristen merasa bangga dan menganggap diri kuat secara rohani jika telah melayani pekerjaan Tuhan atau terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian gereja.  Namun masih sering kita dengar dan lihat dengan mata kepala sendiri banyak di antara mereka yang jatuh dalam dosa, sekalipun sudah melayani di atas mimbar.  Ada yang terlibat dalam pertikaian keluarga karena urusan warisan, saling berselisih dengan sesama hamba Tuhan dan saling menjatuhkan, ada pula yang jatuh dalam dosa meski dilakukan secara sembunyi-sembunyi!  Hendaklah kita pahami bahwa menjadi percaya pada Tuhan Yesus tidak secara otomatis menjadikan kita ini kebal terhadap segala macam godaan dari si jahat, sebab  "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Oleh karena itu kita harus senantiasa berjaga-jaga dalam berdoa supaya kita tidak jatuh!

     Keberadaan kita sebagai jemaat awam, terlebih-lebih bagi kita yang sudah masuk dalam dunia pelayanan, mengharuskan kita memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang-orang di luar Tuhan.  Siapa pun yang mempercayakan hidup kepada Tuhan Yesus wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup  (baca  1 Yohanes 2:6), sehingga keberadaannya mampu menjadi teladan...  "dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,"  (Titus 2:7).

     Demikian pula untuk dapat menjadi teladan, kita memerlukan latihan dalam hal penguasaan diri.  "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:27).  Melatih tubuh dan menguasai seluruhnya berarti berjuang untuk dapat menguasai diri dari belenggu keinginan-keinginan dagingnya yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, supaya ia tidak ditolak oleh Tuhan.  Bagaimana mungkin kita bisa menjadi teladan dan mampu memenangkan jiwa bagi Tuhan, bila kita sendiri masih belum memiliki penguasaan diri terhadap keinginan-keinginan daging?

Ada harga yang harus dibayar untuk menjadi berkat dan teladan yang baik!