Monday, August 21, 2017

SESUAI DENGAN WAKTU TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2017

Baca:  Kejadian 37:1-11

"Katanya: 'Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku.'"  Kejadian 37:9b

Waktu Tuhan berbeda dengan waktu manusia, cara Tuhan bukanlah cara manusia, jalan dan rancangan Tuhan berbeda pula dengan jalan dan rancangan manusia.  Tuhan mempunyai rancangan terhadap setiap kehidupan orang percaya.  Tetapi adakalanya rencana itu baru terwujud kebenarannya atau tergenapi setelah beberapa waktu kemudian sesuai dengan waktu-Nya.  Itulah yang seringkali tidak kita mengerti!  Karena ketidakmengertian ini akhirnya kita mengambil jalan pintas sendiri, atau terlalu cepat mengeluarkan pendapat atau komentar terhadap orang lain.

     Peristiwa seperti di atas menimpa kehidupan Yusuf.  Ia bermimpi tentang masa depannya yang cerah dan gemilang, tapi semua saudaranya dan termasuk orangtuanya tak mempercayainya.  Yusuf terlalu dini menceritakan semua mimpinya sehingga hal itu menimbulkan kecemburuan dan kebencian dalam diri saudara-saudaranya.  Sebelum mimpi itu terwujud Yusuf harus mengalami proses demi proses, penderitaan demi penderitaan:  sempat dimasukkan ke dalam penjara.  Semua orang mencemooh, menghina dan mencaci.  Mungkin mereka berkata,  "Ah, kasihan Yusuf, mimpinya tak terwujud.  Pasti ada yang tak beres dengan hidupnya."  Yusuf tak dapat membantah perkataan dan tudingan miring semua orang yang ditujukan terhadapnya, ia pun tak sanggup membela diri karena fakta saat itu benar adanya.  Tapi Yusuf tak putus asa, penderitaan tak membuatnya kecewa kepada Tuhan, ia tetap berkeyakinan bahwa apa yang datangnya dari Tuhan, lambat atau cepat, pasti digenapi-Nya.  Rencana Tuhan itu tidak pernah gagal seperti yang Ayub katakan,  "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).

     Apa yang terlihat saat ini bukanlah merupakan titik akhir rencana Tuhan.  Orang yang dewasa rohani pasti sanggup melihat dengan mata iman bahwa di balik semua penderitaan pasti ada berkat yang Tuhan sediakan.  Orang yang berada dalam  'ujian'  adalah orang yang sedang dipersiapkan Tuhan untuk menerima berkat-Nya yang besar.

Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya!  (Pengkhotbah 3:11).

Sunday, August 20, 2017

ORANG PERCAYA BUKAN ANAK GAMPANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2017

Baca:  Ibrani 12:1-17

"Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?"  Ibrani 12:9

Jangan pernah kita menganggap enteng atau sepele jika kita dihadapkan pada masalah atau penderitaan, dan jangan anggap pula bahwa hal itu sebagai hal yang kebetulan saja.  Semua itu bukanlah suatu peristiwa atau kejadian yang tanpa sebab musabab.  Kita harus memiliki kepekaan rohani, bahwa hal-hal itu diatur oleh bapa setiap hari bagi kita demi kebaikan kita juga.  Ini adalah cara Bapa untuk mendidik kita agar kita tak tersesat jalan dan beroleh hidup yang kekal.  Sebagai Bapa yang baik Dia tak ingin jiwa kita binasa oleh ketidaktaatan kita terhadap perintah-perintah-Nya.

     Dengan masalah atau penderitaan yang kita alami Bapa mendidik kita agar kita dapat hidup dengan iman yang benar-benar tertuju kepada Tuhan Yesus.  Karena itu beban-beban dan dosa harus ditinggalkan semua seperti tertulis:  "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."  (Ibrani 12:2-3).  Oleh karena itu  "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang."  (Ibrani 12:7-8).  Tetaplah mengucap syukur jika kita ditegur Tuhan melalui masalah atau penderitaan, itu artinya Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan kita.

     Banyak anak Tuhan yang ngambek dan tidak bisa menerima keadaan ketika menghadapi masalah dan penderitaan.  Mereka berpikir Tuhan itu jahat dan tidak mengasihi dirinya.  Namun,  "... Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula."  (Ayub 5:18).

Teguran Tuhan atas kita adalah bukti bahwa kita ini anak yang dikasihi-Nya!