Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2017
Baca: Yesaya 64:1-12
"Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat
seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya
Engkau yang berbuat demikian." Yesaya 64:4
Ada kalanya orang-orang Kristen mengalami kemunduran iman, semangat mengiring Tuhan meredup. Apa sebab? Doa-doa mereka belum dijawab Tuhan! Sementara mereka melihat orang yang tidak sungguh-sungguh dalam Tuhan kebutuhannya sepertinya selalu tersedia. Benarkah Tuhan tidak melakukan sesuatu bagi umat-Nya?
Tidak semua perkara dapat dilihat manusia akan apa yang Tuhan sediakan bagi orang yang tekun menanti-nantikan Dia, sebab ada tertulis: "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal
yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai
selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat
ini." (Ulangan 29:29). "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh
telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang
disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ada yang mempelajari Alkitab sedemikian rupa dengan tujuan ingin memperoleh hidup kekal dan mendapatkan apa yang diinginkan. Sekalipun mereka memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang Alkitab, namun jika tidak datang kepada Yesus, pengetahuannya tidak dapat menolong. "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya
kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu
memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu." (Yohanes 5:39-40).
Jika Saudara ingin diselamatkan dan memiliki hidup kekal hanya ada satu pilihan, yakni datang kepada Tuhan Yesus dan percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, sebab "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab
di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Meski tidak ada mata yang melihat atau telinga yang mendengar, percayalah Tuhan telah sediakan segala sesuatu bagi orang yang tekun menanti-nantikan dan mengasihi-Nya.
Semua orang yang menantikan Tuhan takkan mendapat malu! Mazmur 25:3
Sunday, July 30, 2017
Saturday, July 29, 2017
STATUS BOLEH BERUBAH, HATI TETAP TERJAGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2017
Baca: Amsal 30:1-14
"Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku." Amsal 30:9
Tak bisa dipungkiri perubahan status sosial atau tingkat ekonomi seseorang seringkali mempengaruhi sikap hati dan gaya hidupnya. Ketika orang masih hidup dengan segala kesederhanaan tidak banyak hal yang ia tuntut dalam kehidupannya. Seberapa pun berkat yang diterima, dari hati tetap keluar ucapan syukur seperti yang rasul Paulus katakan, "...aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan." (Filipi 4:11), dan bahkan dapat berkata, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Dalam situasi itu kehidupan rohaninya dapat terjaga dengan baik. Berdoa dan membaca Alkitab dilakukan secara tekun, jam-jam ibadah tak pernah ditinggalkan, dan bahkan tampak giat melayani pekerjaan Tuhan.
Seiring dengan berjalannya waktu, ketika doa-doanya beroleh jawaban dari Tuhan sehingga hidupnya dipulihkan dan terberkati secara materi, tanpa sadar perubahan pun terjadi. Gaya hidup dan sikap hati berubah secara drastis! Suami semakin disibukkan dengan kegiatan-kegiatan di kantor yang memaksanya untuk pulang selalu terlambat, isteri mulai mencari kesibukan lain untuk mengusir rasa sepi di rumah. Dampaknya: anak menjadi kurang perhatian dan memberontak. Kehidupan rohani pun terkena imbasnya: saat teduh (berdoa dan baca Alkitab) tidak lagi dianggap penting, pertemuan-pertemuan ibadah sering ditinggalkan, dan akhirnya persekutuan dengan Tuhan pun menjadi renggang. Mengapa? Mereka merasa tidak lagi membutuhkan Tuhan, karena apa yang dibutuhkan telah tersedia sehingga tak perlu lagi bergumul dalam doa dengan deraian air mata. Ternyata bukan hanya saat dalam kekurangan orang bisa meninggalkan Tuhan, tapi dalam keadaan keadaan terberkati ada banyak orang meninggalkan Tuhan karena terlena, takabur atau lupa diri.
Kelimpahan materi dan berkat bisa menjadi celah bagi Iblis untuk menjerat hidup seseorang, kemudian ia mencondongkan hatinya kepada harta dan tidak lagi tertuju kepada Tuhan.
"Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?" Galatia 3:3
Baca: Amsal 30:1-14
"Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku." Amsal 30:9
Tak bisa dipungkiri perubahan status sosial atau tingkat ekonomi seseorang seringkali mempengaruhi sikap hati dan gaya hidupnya. Ketika orang masih hidup dengan segala kesederhanaan tidak banyak hal yang ia tuntut dalam kehidupannya. Seberapa pun berkat yang diterima, dari hati tetap keluar ucapan syukur seperti yang rasul Paulus katakan, "...aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan." (Filipi 4:11), dan bahkan dapat berkata, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Dalam situasi itu kehidupan rohaninya dapat terjaga dengan baik. Berdoa dan membaca Alkitab dilakukan secara tekun, jam-jam ibadah tak pernah ditinggalkan, dan bahkan tampak giat melayani pekerjaan Tuhan.
Seiring dengan berjalannya waktu, ketika doa-doanya beroleh jawaban dari Tuhan sehingga hidupnya dipulihkan dan terberkati secara materi, tanpa sadar perubahan pun terjadi. Gaya hidup dan sikap hati berubah secara drastis! Suami semakin disibukkan dengan kegiatan-kegiatan di kantor yang memaksanya untuk pulang selalu terlambat, isteri mulai mencari kesibukan lain untuk mengusir rasa sepi di rumah. Dampaknya: anak menjadi kurang perhatian dan memberontak. Kehidupan rohani pun terkena imbasnya: saat teduh (berdoa dan baca Alkitab) tidak lagi dianggap penting, pertemuan-pertemuan ibadah sering ditinggalkan, dan akhirnya persekutuan dengan Tuhan pun menjadi renggang. Mengapa? Mereka merasa tidak lagi membutuhkan Tuhan, karena apa yang dibutuhkan telah tersedia sehingga tak perlu lagi bergumul dalam doa dengan deraian air mata. Ternyata bukan hanya saat dalam kekurangan orang bisa meninggalkan Tuhan, tapi dalam keadaan keadaan terberkati ada banyak orang meninggalkan Tuhan karena terlena, takabur atau lupa diri.
Kelimpahan materi dan berkat bisa menjadi celah bagi Iblis untuk menjerat hidup seseorang, kemudian ia mencondongkan hatinya kepada harta dan tidak lagi tertuju kepada Tuhan.
"Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?" Galatia 3:3
Subscribe to:
Posts (Atom)