Friday, July 21, 2017

SETIALAH MULAI DARI PERKARA KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2017

Baca:  Lukas 16:10-18

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."  Lukas 16:10a

Banyak orang seringkali memusatkan perhatian atau hanya terfokus kepada hal-hal yang besar, sampai-sampai ia melupakan, meremehkan dan menyepelekan hal-hal yang kecil atau sederhana.  Padahal untuk bisa sampai kepada perkara-perkara yang besar kita harus mulai dari hal-hal yang kecil.  Untuk bisa mencapai puncak gunung kita harus mulai pendakian dari bawah atau melewati lembah dan lereng terlebih dahulu.  Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa perjalanan seribu mil selalu dimulai dari langkah pertama.

     Coba tanyakan kepada orang-orang yang berhasil, baik itu berhasil dalam pekerjaan ataupun pelayanan, mereka juga memulai segala sesuatunya dari nol, tidak langsung berada di top level.  Di zaman sekarang ini orang maunya berhasil secara instan, terkenal secara instan, atau kaya secara instan, tak peduli meski harus menempuh cara yang tidak halal.  Ketika melamar pekerjaan, orang maunya diposisikan di tempat teratas, tidak mau merintis dari bawah;  kalau pekerjaan tidak sesuai dengan ijazah, mereka tidak mau.  Begitu pula dalam hal melayani pekerjaan Tuhan, tidak sedikit orang Kristen yang pilih-pilih pelayanan.  Baru mau melayani jika ditempatkan di posisi depan, dilihat banyak orang, di posisi strategis.  Kalau hanya sebagai pendoa syafaat, pembesuk, apalagi hanya jadi tukang sapu lantai gereja, pelayanan itu pasti akan ditolak secara mentah-mentah, takut pamornya turun.

     Sebelum kita layak untuk menerima sebuah kepercayaan yang lebih, mau tidak mau, kita harus terlebih dahulu melewati proses dari bawah.  Kita tidak secara tiba-tiba berada di puncak.  Ada ujian kesetiaan, ujian ketekunan dan ujian kesabaran dalam melakukan perkara-perkara kecil.  Bahkan, adakalanya kita harus melewati pengalaman pahit atau situasi sulit yang sangat menyakitkan secara daging, namun kita tidak boleh menyerah begitu saja, kita harus terus melangkah dan tetap mengerjakan apa yang menjadi bagian kita, tanpa ada sungut-sungut.  Ini adalah modal untuk beroleh kepercayaan lebih!

"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela,"  Mazmur 18:26

Thursday, July 20, 2017

TUHAN ADALAH TEMPAT PENGUNGSIAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2017

Baca:  Yesaya 31:1-9

"Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN."  Yesaya 31:1

Sekarang ini tingkat kegelisahan dan stres manusia meningkat secara drastis.  Salah satu faktor penyebabnya adalah keadaan yang sukar:  perekonomian semakin tidak stabil, harga-harga kebutuhan hidup melangit, tingkat pengangguran tinggi;  ditambah lagi dengan keadaan negeri ini yang dipenuhi goncangan-goncangan:  bencana alam terjadi di mana-mana, banjir bandang, angin puting beliung, dan juga tanah longsor;  belum lagi goncangan politik belakangan ini.  Masalah, musibah atau bencana acapkali datang tiba-tiba dan tak seorang pun tahu apa yang terjadi di kemudian hari!  Karena itu  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).

     Adakah yang bisa kita banggakan dari dunia ini?  Uang, harta benda, pangkat dan semua yang bersumber dari dunia tak bisa diandalkan dan tak bisa dijadikan tempat pengungsian yang aman.  Bersyukur kita memiliki Tuhan sebagai satu-satunya Penolong yang bisa kita harapkan.  Meminta pertolongan ke Mesir  (gambaran dunia)  mengandalkan kuda-kuda, kereta atau pasukan berkuda adalah sia-sia belaka.  Tetapi orang yang menyandarkan harapannya kepada Tuhan pasti akan beroleh pertolongan dan bahkan terberkati:  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"  (Yeremia 17:7).  Walaupun dunia dipenuhi dengan krisis dan goncangan, orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan akan tetap terpelihara dan terjaga hidupnya, karena Tuhan adalah sumber berkat dan benteng perlindungan.

     Di tengah kelaparan hebat melanda, janda Sarfat hanya punya segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli.  Secara logika ia tidak memiliki harapan, tetapi ketika taat kepada perintah Tuhan tiada perkara yang mustahil.  Tuhan sanggup memberkati dan memulihkan keadaannya dengan berlipat kali ganda!

"Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu."  Mazmur 91:7