Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2017
Baca: Yohanes 16:1-4a
"Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku." Yohanes 16:1
Kecewa terhadap sesama manusia adalah hal yang biasa terjadi karena manusia mudah sekali berubah. Ketika kenyataan tidak sesuai harapan, kita kecewa; ketika orang lain ingkar janji, kita kecewa. Banyak hal seringkali membuat kita kecewa. Itulah manusia, mudah sekali kecewa dan mengecewakan! Yang tidak sepatutnya adalah kecewa kepada Tuhan! Namun kecewa kepada Tuhan seringkali dilakukan oleh banyak orang percaya.
Pernahkah Tuhan mengecewakan kita? Tak sekalipun Tuhan mengecewakan kita: kasih-Nya, kuasa-Nya, cinta-Nya dan perkataan-Nya tak pernah berubah. Sebaliknya, coba hitung berapa kali kita mengecewakan Tuhan? Sungguh, tiada terhitung banyaknya kita mengecewakan Tuhan. Ketika doa-doa kita belum dijawab, ketika dihadapkan pada masalah atau situasi yang berat kita pun langsung kecewa kepada Tuhan. Ketika diperintahkan Tuhan Yesus untuk menjual seluruh hartanya dan membagi-bagikannya kepada orang miskin, seorang muda yang kaya "...menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya." (Markus 10:22). Begitu pula ketika Tuhan Yesus pulang ke kampung halaman-Nya di Nazaret bukannya disambut dengan antusias, tetapi "...mereka kecewa dan menolak Dia." (Markus 6:3).
Ketika berada di penjara dan dalam tekanan berat rasa kecewa sempat timbul dalam hati Yohanes Pembaptis. Apa sebabnya? Mungkin karena Tuhan Yesus tidak secara terus terang menyatakan diri bahwa Ia adalah Mesias yang sedang dinanti-nantikan oleh umat, sehingga Yohanes pun menyuruh murid-muridnya untuk bertanya langsung: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:3). Kata kecewa dalam bahasa Yunani skandalisthe (bentuk pasif dari skandalizo) yang artinya tersinggung, terlukai perasaannya, tersandung oleh seseorang atau sesuatu. Namun dalam perkembangannya Yohanes Pembaptis menyadari dan memahami siapa sesungguhnya Tuhan Yesus.
Dalam keadaan apa pun jangan pernah kecewa kepada Tuhan Yesus, "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." Ibrani 13:8
Thursday, March 23, 2017
Wednesday, March 22, 2017
ADA BERKAT DI BALIK UCAPAN SYUKUR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2017
Baca: Mazmur 111:1-10
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah." Mazmur 111:1
Jika kita merenungkan kebenaran firman Tuhan dan semua yang telah Tuhan kerjakan dalam hidup ini seharusnya bibir kita takkan pernah berhenti berkata: "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5), dan "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" (Mazmur 116:12). Tiada kata lain selain bibir yang senantiasa memuliakan nama Tuhan (ucapan syukur). Tapi banyak orang Kristen yang lupa mengucap syukur, kecuali dalam keadaan baik (terberkati); padahal di balik ucapan syukur terkandung berkat yang luar biasa pula.
Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang laki-laki, tidak termasuk wanita dan anak-anaknya, hanya dengan 5 ketul roti dan 2 ikan, semuanya kenyang, dan bahkan masih tersisa 12 bakul. Berawal dari ucapan syukur, mujizat pun terjadi! "Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki." (Yohanes 6:11). Secara naluriah kita terdorong untuk mengucap syukur bila memiliki sesuatu yang berlebih, menerima dalam jumlah besar atau sedang surplus. Ditinjau dari sudut mana pun 5 roti dan 2 ikan tidak akan pernah cukup untuk memberi makan 5000 orang! Sangat tidak masuk akal! Kita pasti akan berkata seperti Filipus, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (Yohanes 6:7). Bukankah kita cenderung merasa kuatir, lalu bersungut-sungut, mengomel ketika memiliki atau menerima sedikit?
Dari sepuluh orang yang menderita kusta hanya satu orang Samaria saja yang tidak lupa mengucap syukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang dialaminya, sedangkan sembilan orang lainnya pergi begitu saja setelah sembuh. Karena ucapan syukur inilah ia tidak saja disembuhkan dari penyakitnya, tetapi juga beroleh berkat rohani yaitu anugerah keselamatan oleh karena imannya (baca Lukas 17:19).
Di segala keadaan jangan pernah lupa mengucap syukur kepada Tuhan, karena ucapan syukur adalah pintu gerbang menuju berkat!
Baca: Mazmur 111:1-10
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah." Mazmur 111:1
Jika kita merenungkan kebenaran firman Tuhan dan semua yang telah Tuhan kerjakan dalam hidup ini seharusnya bibir kita takkan pernah berhenti berkata: "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5), dan "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" (Mazmur 116:12). Tiada kata lain selain bibir yang senantiasa memuliakan nama Tuhan (ucapan syukur). Tapi banyak orang Kristen yang lupa mengucap syukur, kecuali dalam keadaan baik (terberkati); padahal di balik ucapan syukur terkandung berkat yang luar biasa pula.
Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang laki-laki, tidak termasuk wanita dan anak-anaknya, hanya dengan 5 ketul roti dan 2 ikan, semuanya kenyang, dan bahkan masih tersisa 12 bakul. Berawal dari ucapan syukur, mujizat pun terjadi! "Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki." (Yohanes 6:11). Secara naluriah kita terdorong untuk mengucap syukur bila memiliki sesuatu yang berlebih, menerima dalam jumlah besar atau sedang surplus. Ditinjau dari sudut mana pun 5 roti dan 2 ikan tidak akan pernah cukup untuk memberi makan 5000 orang! Sangat tidak masuk akal! Kita pasti akan berkata seperti Filipus, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (Yohanes 6:7). Bukankah kita cenderung merasa kuatir, lalu bersungut-sungut, mengomel ketika memiliki atau menerima sedikit?
Dari sepuluh orang yang menderita kusta hanya satu orang Samaria saja yang tidak lupa mengucap syukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang dialaminya, sedangkan sembilan orang lainnya pergi begitu saja setelah sembuh. Karena ucapan syukur inilah ia tidak saja disembuhkan dari penyakitnya, tetapi juga beroleh berkat rohani yaitu anugerah keselamatan oleh karena imannya (baca Lukas 17:19).
Di segala keadaan jangan pernah lupa mengucap syukur kepada Tuhan, karena ucapan syukur adalah pintu gerbang menuju berkat!
Subscribe to:
Posts (Atom)