Monday, February 20, 2017

ORANG PERCAYA: Bukanlah Produk Massal

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2017

Baca1 Petrus 2:1-10

"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,"  1 Petrus 2:9

Sudah menjadi rahasia umum jika manusia menilai sesamanya berdasarkan pada atribut yang melekat kepadanya:  harta kekayaan, profesi, status, pangkat/kedudukan, kepopuleran dan pencapaiannya di segala bidang kehidupan.  Karena itulah semua orang akan mencari cara dan bahkan rela menghalalkan segalanya untuk meraih semuanya itu dengan harapan keberadaannya di tengah lingkungan atau masyarakat diakui, dikenal, dihormati dan dihargai.  Sebaliknya ketika seseorang tidak memiliki apa pun yang bisa dibanggakan mereka pun menjadi sangat rendah diri  (minder), karena merasa tidak berharga di mata orang lain.  Ini sangat berbahaya!

     Bagaimana penilaian Tuhan?  Tuhan menilai manusia tidak tergantung pada apa yang terlihat secara kasat mata.  Tuhan tidak melihat harta, pangkat atau embel-embel lain yang melekat pada diri manusia.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;... tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Mungkin Saudara sedang mengalami krisis percaya diri:  "Hidupku tidak ada harganya di mata manusia, apalagi di hadapan Tuhan.  Aku sangat tidak layak.  Dosa dan pelanggaranku tak terhitung banyaknya seperti bintang-bintang di langit."  Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita merasa rendah diri atau minder, karena  "...engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,"  (Yesaya 43:4).  Saat kita jatuh ke dalam dosa, Iblis memang tidak pernah berhenti untuk menuduh dan mendakwa kita siang dan malam sehingga kita menjadi orang yang tertuduh dan tertolak.  Namun tidak dengan Tuhan, Dia selalu membuka tangan-Nya dan menyambut kita setiap saat seperti Bapa yang merindukan si bungsu, karena Dia Mahapengampun dan penuh belas kasihan.

"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya."  (Mazmur 139:13-14).  Mazmur 139:13-14).  Manusia boleh saja merendahkan dan tidak menganggap keberadaan kita, namun kita tetaplah pribadi yang istimewa dan berharga di mata Tuhan.

Orang percaya adalah limited edition di mata Tuhan, bukan produk massal!

Sunday, February 19, 2017

KESAKSIAN YANG BUKAN BASA-BASI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2017

BacaYohanes 3:22-36

"Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya."  Yohanaes 3:26

Yohanes Pembaptis, orang yang diutus Allah untuk mendahului Yesus Kristus, membuka jalan bagi pelayanan Kristus seperti yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya:  "Ada suara yang berseru-seru: 'Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!'"  (Yesaya 40:3;  Matius 3:3).  Ia adalah termasuk keturunan suku Lewi, putra dari Elisabet, dan saudara sepupu Maria, ibu Yesus  (baca  Lukas 1:36).  Ayahnya  (Zakharia)  adalah seorang imam dari rombongan Abia yang bertugas di Bait Allah.  Perihal masa kecil Yohanes tidak banyak dikupas di Alkitab, kecuali ketika masih dalam kandungan Elisabet, di mana ia melonjak kegirangan sewaktu Maria berkunjung ke rumah ibunya.

     Secara manusia sesungguhnya Yohanes punya alasan untuk iri hati dan cemburu kepada Tuhan Yesus, karena ia yang lebih dahulu memulai pelayanan, tetapi Tuhan Yesus yang lebih sukses dan lebih populer dibanding dirinya.  Inilah yang Yohanes beritakan kepada orang banyak:  "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus."  (Markus 1:7-8).  Yohanes Pembaptis justru menunjukkan kasih persaudaraan yang tulus dengan menghargai dan menghormati pelayanan Tuhan Yesus yang jauh lebih tinggi dari dirinya sendiri.  Sebelum Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya banyak sekali pengikut Yohanes Pembaptis, tetapi setelah Tuhan Yesus melayani, banyak orang yang beralih untuk mengikuti Tuhan Yesus  (ayat nas).  Merasa tersaigikah Yohanes?  Justru ia menegaskan:  "Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya."  (Yohanes 3:28).  Yohanes Pembaptis dengan sportif dan rendah hati menyadari siapa dirinya dan siapa sesungguhnya Yesus.

     Jika setiap orang mengerti akan tugas dan panggilannya masing-masing, maka tak akan terjadi persaingan dan saling mendiskreditkan di antara saudara seiman

"Ia harus makin besar, tetapi aku (Yohanes) harus makin kecil."  Yohanes 3:30