Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2017
Baca: Pengkhotbah 11:1-8
"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat
kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah
ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." Pengkhotbah 11:6
Orang yang hari-harinya dipenuhi dengan kerja, kerja dan kerja tanpa diimbangi doa akan cenderung mengandalkan kekuatan sendiri dan melupakan Tuhan. Ia pun akan beranggapan semua yang diraihnya adalah jerih payahnya, bukan campur tangan Tuhan. Renungkan: kalau pun kita bisa mengolah gandum menjadi tepung, lalu mengolahnya menjadi roti untuk dimakan, kita harus sadar bahwa kita tidak bisa menciptakan benih gandum itu.
Benih itu berasal dari Tuhan, dan karena tangan Tuhanlah benih itu bisa tumbuh, bukan kita yang menumbuhkannya. Begitu pula kalau kita berhasil dalam usaha, studi atau pekerjaan adalah karena Tuhan yang turut bekerja di dalamnya. Karena itu "...janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang
memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud
meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek
moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:17-18). Sesibuk apa pun kita bekerja jangan pernah lupakan jam-jam doa. Senantiasalah melibatkan Tuhan di setiap pekerjaan dan usaha kita, niscaya Tuhan akan memberkatinya. Pemazmur berkata, "Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang
membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah
pengawal berjaga-jaga." (Mazmur 127:1).
Jika ada di antara kita yang suka bermalas-malasan, tidak mau berbuat sesuatu, tapi berharap Tuhan mencukupi segala kebutuhan hidupnya, mulai hari ini bertobatlah! "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (Amsal 6:6-8). Kita sepatutnya malu kepada semut, serangga yang lemah dan berukuran jauh lebih kecil dibandingkan manusia, tetapi memiliki etos kera yang sangat baik.
Harus ada keseimbangan dalam menjalani hidup: selain berdoa, kita harus bekerja!
Friday, February 3, 2017
Thursday, February 2, 2017
DOA DAN KERJA SEBAGAI SATU KESATUAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2017
Baca: Amsal 28:1-28
"Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan." Amsal 28:19
Telinga kita pasti tidak asing dengan motto ora et labora, yang secara garis besar berarti: berdoa dan bekerja. Berdoa dan bekerja merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Artinya kita menjalani kedua hal itu secara berimbang. Ada orang yang waktunya tersita penuh untuk bekerja, membanting tulang siang dan malam, sehingga mereka tidak punya waktu lagi untuk memikirkan perkara-perkara rohani. Jangankan terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, berdoa secara pribadi saja sudah tidak pernah dilakukan. Di lain sisi ada orang-orang yang berpikiran bahwa berdoa itu lebih penting daripada bekerja, sehingga mereka memilih untuk berdoa tanpa melakukan sesuatu (bekerja), dengan harapan mujizat terjadi: uang segepok atau berkat turun seketika dari langit.
Yang benar adalah kita berdoa supaya Tuhan memberkati, tapi dari pihak kita juga ada upaya atau usaha untuk 'meraih' berkat yang Tuhan telah sediakan. Meraih berarti ada suatu tindakan, tidak pasif, yaitu bekerja. "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." (Yakobus 2:26). Jadi, "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Kita tidak bisa melakukan satu hal tapi mengabaikan yang lain. Memang bukan perkara sulit bagi Tuhan untuk memberkati kita, karena Dia punya 1001 cara untuk menolong dan mencurahkan berkat-berkat-Nya di segala situasi, dan kita pun sangat percaya bahwa doa memiliki kuasa yang dahsyat namun, Tuhan tidak menghendaki kita menjadi orang-orang yang malas dan manja, yang hanya menadahkan tangan dan terus meminta kepada-Nya. Tuhan mau kita bekerja karena Dia telah memperlengkapi kita dengan talenta.
Tuhan Yesus berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Masakan kita tidak mau bekerja? Tuhan mau kita mengembangkan talenta dan mengobarkan karunia yang ada. Banyak ayat di Alkitab yang menunjukkan betapa Tuhan sangat tidak suka terhadap pemalas. Rasul Paulus juga secara terang-terangan menentang keras seorang pemalas yang tidak mau bekerja: "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). (Bersambung)
Baca: Amsal 28:1-28
"Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan." Amsal 28:19
Telinga kita pasti tidak asing dengan motto ora et labora, yang secara garis besar berarti: berdoa dan bekerja. Berdoa dan bekerja merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Artinya kita menjalani kedua hal itu secara berimbang. Ada orang yang waktunya tersita penuh untuk bekerja, membanting tulang siang dan malam, sehingga mereka tidak punya waktu lagi untuk memikirkan perkara-perkara rohani. Jangankan terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, berdoa secara pribadi saja sudah tidak pernah dilakukan. Di lain sisi ada orang-orang yang berpikiran bahwa berdoa itu lebih penting daripada bekerja, sehingga mereka memilih untuk berdoa tanpa melakukan sesuatu (bekerja), dengan harapan mujizat terjadi: uang segepok atau berkat turun seketika dari langit.
Yang benar adalah kita berdoa supaya Tuhan memberkati, tapi dari pihak kita juga ada upaya atau usaha untuk 'meraih' berkat yang Tuhan telah sediakan. Meraih berarti ada suatu tindakan, tidak pasif, yaitu bekerja. "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." (Yakobus 2:26). Jadi, "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Kita tidak bisa melakukan satu hal tapi mengabaikan yang lain. Memang bukan perkara sulit bagi Tuhan untuk memberkati kita, karena Dia punya 1001 cara untuk menolong dan mencurahkan berkat-berkat-Nya di segala situasi, dan kita pun sangat percaya bahwa doa memiliki kuasa yang dahsyat namun, Tuhan tidak menghendaki kita menjadi orang-orang yang malas dan manja, yang hanya menadahkan tangan dan terus meminta kepada-Nya. Tuhan mau kita bekerja karena Dia telah memperlengkapi kita dengan talenta.
Tuhan Yesus berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Masakan kita tidak mau bekerja? Tuhan mau kita mengembangkan talenta dan mengobarkan karunia yang ada. Banyak ayat di Alkitab yang menunjukkan betapa Tuhan sangat tidak suka terhadap pemalas. Rasul Paulus juga secara terang-terangan menentang keras seorang pemalas yang tidak mau bekerja: "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)